PRAKTIKUM III
PEMBUATAN SEDIAAN OBAT STERIL INJEKSI VOLUME KECIL
Nama Dosen : I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra, S. farm., M. Sc., Apt.
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan untuk dapat:
1. Melakukan perhitungan dan penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan untuk
membuat sediaan injeksi volume kecil
2. Menuliskan perhitungan tonisitas sediaan injeksi volume kecil
3. Menuliskan prosedur pembuatan injeksi volume kecil
4. Melakukan pembuatan injeksi volume kecil
5. Melakukan evaluasi sediaan injeksi volume kecil
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen (menimbulkan penyakit) maupun apotogen atau nonpatogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak)
maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat berkembang biak,
tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Tidak semua mikroba
dapat merugikan, misalnya mikroba yang terdapat dalam usus yang dapat
membusukkan sisa makanan yang tidak terserap oleh tubuh. Mikroba patogen
misalnya Salmonella thyposa yang menyebabkan penyakit tifus dan E. Coli yang
menyebabkan sakit perut.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menadi steril.
Sanitasi adalaha suatu proses untuk membuat lingkungan menjadi sehat. (Syamsuni.
2007).
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara
lain sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus).
Sediaan parenteral merupakan jenis sediaan yang unik diantara bentuk sediaan obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membrane mukosa ke
bagian tubuh yang paling efisien, yaitu membrane kulit dan mukosa, maka sediaan ini
harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan-bahan toksis lainnya, serta
harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat
dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia, atau mikrobiologis (Priyambodo,
B., 2007).
Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik
patogen maupun non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau
material. Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik bervolume
kecil atau besar, cairan irigasi yang dimaksudkan untuk merendam luka atau lubang
operasi, larutan dialisa dan sediaan biologis seperti vaksin, toksoid, antitoksin, produk
penambah darah dan sebagainya. Sterilitas sangat penting karena cairan tersebut
langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat
infeksi dapat terjadi dengan mudah (Ansel, 2005).
Tujuan suatu obat dibuat steril adalah sebagai berikut: (Ansel, 2005).
1. Tujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung
dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana
pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna
atau gastrointestinal.
2. Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal
ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril , hanya ada dua pilihan yaitu
steril dan tidak steril.
3. Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik atau injeksi, tablet
implant, tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata atau
Guttae Ophth., cuci mata atau Collyrium dan salep mata atau Oculenta.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lender. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan
sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda (Depkes RI,
1979).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir (FI.III.1979).
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air
yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya
yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(FI.IV.1995)
Menurut defenisi dalam Farmakope, sediaan steril untuk kegunaan parenteral
digolongkan menjadi digolongkan menjadi lima jenis yang berbeda yaitu :
1. Obat larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama
injeksi, contohnya adalah injeksi insulin.
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer
atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut
yang memenuhi persyaratan injeksi. Sediaan ini dapat membedakannya dari nama
bentuknya yaitu steril, contohnya Ampicilin Sodium steril.
3. Sediaan seperti tertera pada no b, tetapi mengandung satu atau lebih dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama
bentuknya.yaitu untuk injeksi, contohnya Methicillin Sodium untuk injeksi.
4. Sediaan berupa susupensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkansacara intravena atau di dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan
dari nama bentuknya yaitu susupensi steril. Contoh Cortisao Suspensi steril.
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan
yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan
pembawanya yang sesuai. Dan dapat membedakannya dari nama bentuknya yaitu
steril untuk suspensi. Contohnya Ampicilin steril untuk suspensi (Lukas, 2006 ).
Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan
tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap
pada saluran cerna atau gastrointestinal, misalnya hati yang dapat berfungsi untuk
menetralisir atau menawarkan racun (detoksikasi = detoksifikasi). Diharapkan dengan
kondidi steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku
relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril.
Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik inkesi, tablet implan, tablet
hipodermik, dan sediaan untuk mata seperti tetes mata (guttae ophth), cuci mata
(collyrium), dan salep mata (oculenta) (Syamsuni. 2007).
Adapun juga keuntungan dan kerugian dari sediaan injeksi yaitu: (Syamsuni, 2007).
1. Keuntungan :
a. Bekerja cepat, misalnya injeksi adrenalin pada syok anafilaktik.
b. Dapat digunakan untuk obat yang rusak jika terkena cairan lambung,
merangsang jika masuk ke cairan lambung atau tidak diabsorpsi baik oleh
cairan lambung.
c. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin.
d. Daat digunakan sebagai depo terapi.
2. Kerugian :
a. Karena bekerja cepat, jika teadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan.
b. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.
c. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.
d. Secara ekonomis lebih mahal dibandingkan dengan sediaan yang digunakan
per oral.
Sediaan farmasi merupakan subjek kontaminasi mikroba yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, menyebabkan kerusakan produk, perubahan
estetika, dan kemungkinan kehilangan efipikasi sediaan. Sumber ± sumber
kontaminasi oleh mikroorganisme dapat berasal dari bahan baku dan eksipien,
peralatan yang digunakan, operator, udara atau ruang kerja, dan material pengemasan.
Kontaminasi mikroorganisme yang mungkin terdapat dalam sediaan farmasi antara
lain bakteri, ragi, dan jamur (Agoes, 2009).
Bentuk sediaan injeksi yang beredar di pasaran saat ini berupa sediaan injeksi
volume kecil, sediaan injeksi volume besar, dan sediaan injeksi berbentuk serbuk
untuk direkonstruksi. Sediaan injeksi volume kecil adalah ampul 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5
ml, dan 20 ml, serta vial 2 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 30 ml. Sediaan ini dapat
digunakan untuk penyuntikan secara intramuscular, intravena, intradermal, subkutan,
intraspinal, intrasisternal atau intratekal. Sediaan volume besar biasanya tersedia
dalam volume 100 ml atau lebih (Agoes, 2009).
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah akhir injeksi harus diamati
satu per satu secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing
yang terlihat secara visual harus ditolak (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Wadah ditutup dengan cara peleburan atau dengan penutup yang sesuai
sehingga dapat mencegah pencemaran atau kehilangan isi. Penutup wadah dosis
ganda memungkinkan pengambilan isi tanpa membuka atau merusak penutup.
Penutup dapat ditembus oleh jarum suntik dan pada saat penarikan jarum segera
menutup kembali hingga mencegah pencemaran (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui
berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat
mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi dalam kondisi
biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan
penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan
terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam
masing-masing monografi (Farmakope Indonesia IV, 1995).
3.2 Wadah
3.3 Bahan
Pemerian
Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,
serpihan, batang, atau bentuk lain; keras, rapuh, dan
menunjukkan pecahan hablur; bila dibiarkan di udara
akan cepat menyerap CO2 dan lembab (FI IV:589).
V. PENIMBANGAN BAHAN
Sediaan yang dibuat adalah 10 ampul dengan @ 5 ml. Kelebihan volume yang
dianjurkan untuk cairan encer pada volume ampul 5 ml adalah 0,3 ml.
Jadi volume sediaan 10 x (5 + 0,3) = 53 mL. Karena adanya kemungkinan
volume yang hilang saat proses pembuatan, volume sediaan yang akan dibuat 100ml.
No. Nama bahan Jumlah yang ditimbang
2 NaOH 200 mg
3 NaCl 563 mg
4 Aqua pro injection Ad 100 ml
Buat media broth sejumlah 100 ml, masukkan dalam 4 tabung reaksi,
masing2 15 ml
6.8. Ruang sterilisasi (grey area)
Sediaan diberi etiket dan kemasan, lalu dilakukan evaluasi pada sediaan
yang telah diberi etiket dan kemasan.
EVALUASI FISIKA
EVALUASI BIOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Goeswin, 2009. Sediaan Farmasi Steril (SFI-4). ITB PRESS ISBN : 978-979-
1344-58-6
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F.,
Edisi IV, 605-619. Jakarta, UI Press.