APRIWANDI SE.,MSC.,AKT.
Kelompok 3
Kelas B
Akuntansi S1
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022
1. PENGERTIAN KERANGKA KONSEPTUAL
Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang
koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar
yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi
keuangan dan laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan
maksud akuntansi, sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi,
konsep yang memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur
kejadian tersebut, meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Menurut Belkaoui (2000: 142) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:
1) Tingkat Pertama
2) Tingkat Kedua
3) Tingkat Ketiga
Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan pelaporan keuangan SFAC
nomor 5.
SFAC nomor 33, mengatur tentang pelaporan keuangan dengan penyesuaian tingkat
harga (tingkat inflasi).
4) Tingkat Keempat
- A Statement of objectives.
Postulat
Jadi akuntansi lebih melihat bahwa entitas terpisah dari pemiliknya, artinya akuntansi
tidak bisa dihasilkan jika setiap proses pengambilan pemilik tidak dilakukan proses
pencatatan
2) Postulat kelangsungan usaha (going concern)
Jadi postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan
proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan
moneter.
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda
dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan
pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis memiliki sumber daya
perusahaan danbertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.
3) Teori Dana
Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana)
serta kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini
merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan
dana.Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba
Prinsip Akuntansi
Menurut prinsip kos, kos pemerolehan (acquisition cost) atau kos historis
merupakan dasar penilaian yang memadai untuk mengakui pemerolehan semua
barang dan jasa, expenses, kos, dan ekuitas. Kos adalah jumlah, diukur dalam uang,
kas yang dibelanjakan atau properti lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa
yang diberikan, atau utang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang
diterima, atau seharusnya diterima.
2) Prinsip Revenue (Revenue cost)
(1) Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa
(2) Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan
(3) Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh
perusahaan selama priose waktu tertentu
(1) Konsep produk lebih superior dari pada konsep aliran keluar, yang lebih superior
dari pada konsep aliran masuk.
(2) Konsep produk adalah netral terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat
(tanggal pengakuan) revenue, sdangkan konsep aliran masuk membingungkan terkait
dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) proses revenue
Mendefinisikan Revenue “Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian jasa
dan diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang dan
jasa yang disediakan untuk mereka. Revenue juga meliputi keuntungan dari penjualan
atau pertukaran aset (selain saham yang diperdagangkan) dan deviden yang diperoleh
dari invesasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali peningkatan yang
berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.
(1) Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian
piutang yang tidak tertagih (intepretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa
potongan tunai dan kerugian piutang tidak tertagih dianggap sebagai expenses).
(2) Untuk transaksi non kas,nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar
barang/ jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas
dalam menghitungnya.
e) Waktu Pengakuan Revenue umumnya diakui bahwa revenue dan income yang
diperoleh dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order, produksi,
penjualan dan penagihan). Karena sulit alokasi reveue dan income pada siklus yang
berbeda maka menggunakan realisasi. Realisasi adalah perubahan dalam aset atau
utang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan
pengakuan dalam akun.
(3) Hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antar perusahaan dan pihak
eksternal
Secara umum, revenue diakui dengan dasar akrual atau dasar peristiwa kritis.
(1) Revenue berupa sewa, bunga, komisi diakui ketika telah diperoleh (earned).
(2) Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa lebih
baik menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue.
a) Kos dikapitalisir sebagai aset yang menggambarkan sekumpulan jasa atau manfaat
potensial
b) Setiap aset dihapus sebagai expenses untuk mengakui proporsi jasa potensial aset
yang telah terpakai untuk menghasilkan revenue selama periode tertentu.
Jadi, akuntansi akrual lebih ditunjukkan oleh prinsip penandingan dalam artian
kapitalisasi dan alokasi dibanding akuntansi kas.
Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada sati dari empat kriteria:
a) Penandingan kos yang telah terpakai dengan revenue (sbg contoh, cost of good
soldditandingkan dengan penjualan)
b) Penandngan langsung kos yang telah terpakai dengan periodanya (contoh; gaji
direktur untuk periode tertentu)
d) Menjadikan expenses semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali dapat
ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa datang (contoh; expenses
advertensi
Kos yang belum terserap (aset) yang tdk memenuhi salah satu dari empat kriteria
untuk menjadikannya expenses pd periode berjalan dapat dibebankan pada periode
mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam katagori yang berbeda sesuai dengan
penggunaan
laporan keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa
ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode.
Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak
ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi
tersebut sesuai dengan PABU atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan.
Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama untuk item-item
yang terkait dengan perusahaan antar waktu. Artinya penggunaan prosedur sama oleh
perusahaan yang berbeda. Tujuannya adalah komparabilitas laporan keuangan.
Belkoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:
1) Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kegiatan
perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding.
4) Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.
Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses
perumusan standar akuntansi. Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam
perumusan standar akuntansi. Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah
akuntansi yang timbul di periode ini adalah lebih bersifat pragmatis, bukan
berdasarkan pada teori yang ada.
Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana
organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan
organisasi profesi masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada yaitu kekuatan
atau otoritasnya tidak jelas. Oleh sebab itu banyak sekali alternative yang timbul yang
pada akhirnya meniptakan fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.
Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah
menimbulkan kecendariungan pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan
politisasi dalam perumusan standar akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
http://cinndyrq.blogspot.co.id/2013/09/kerangka-konseptual-akuntansi-dan.html