Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RESUME PERTEMUAN 4

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL AKUNTANSI


Dosen Pengampu :

APRIWANDI SE.,MSC.,AKT.

Kelompok 3

Alip Ega Ardiansyah 0119101187

Deswita Maharani 0119101189

Mega Refiyani 0119101194

Kelas B

Akuntansi S1

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2022
1. PENGERTIAN KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual  adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari


hubungan anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang
konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan
dan laporan keuangan.

Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang
koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar
yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi
keuangan dan laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan
maksud akuntansi, sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi,
konsep yang memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur
kejadian tersebut, meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak yang
berkepentingan.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh  FASB


sebagai :

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem


koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan,
yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.


Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang
mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi,
kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan
pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep


lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai
referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar
akuntansi keuangan dan pelaporan.

a. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual

1) Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan


pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
2) Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka teori yang telah ada

b. Elemen Kerangka Konseptual

Menurut Belkaoui (2000: 142) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:

1) Tingkat Pertama

Pernyataan konsep akuntansi keuangan mengenai rumusan tujuan pelaporan keuangan


suatu kesatuan bisnis (organisasi bisnis) SFAC nomor 1.
SFAC nomor 4 tujuan pelaporan keuangan perusahaan nonbisnis organisasi nirlaba.

2) Tingkat Kedua

Pernyataan tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi SFAC nomor 2.

Unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan bisnis, SFAC nomor 3, kemudian


diganti SFAC nomor 6, yang mengatur tentang unsure-unsur laporan keuangan baik
untuk perusahaan bisnis maupun organisasi nirlaba (sektor publik).

3) Tingkat Ketiga

Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan pelaporan keuangan SFAC
nomor 5.

SFAC nomor 33, mengatur tentang pelaporan keuangan dengan penyesuaian tingkat
harga (tingkat inflasi).

4) Tingkat Keempat

Pelaporan posisi keuangan, pelaporan arus kas dan likuiditas, pelaporan earnings 

(dalam hal ini adalah laporan laba rugi).

2. STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

a. Elemen-Elemen Teori Akuntansi

Masing-masing tingkatan memiliki hirerakinya. Menurut Belkaoui apapun


metodologi dan pendekatan yang digunakan, apakah itu deduksi atau induksi, apakah
deskriptif atau normatif, struktur akhir atau kerangka acuannya harus didasarkan pada
unsur-unsur atau perangkat elemen-elemen dan hubungan yang mendasari
pembangunan pengembangan teknik-teknik akuntansi.
Suatu struktur teori akuntansi menurut Ahmed Belkaoui harus mencakup elemen-
elemen atau unsur-unsur sebagai berikut:

- A Statement of objectives.

Merupakan tujuan dari financial statement atau laporan keuangan yang dihasilkan


akuntansi.

- A Statement of the postulate and theoretical concept of accounting.

Postulat-postulat dan konsep teori akuntansi berkaitan langsung dengan asumsi-


asumsi lingkungan serta sifat daripada unit akuntansi yang dapat diturunkan dan
tujuan yang telah dinyatakan.

- A Statement of basic accounting principle.

Prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diturunkan baik dari postulate


maupun theoretical concepts.

- A Body of accounting techniques

Postulat

1)      Postulat entitas (entity)

Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit


akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya.

Jadi akuntansi lebih melihat bahwa entitas terpisah dari pemiliknya, artinya akuntansi
tidak bisa dihasilkan jika setiap proses pengambilan pemilik tidak dilakukan proses
pencatatan
2)      Postulat kelangsungan usaha (going concern)

Postulat kelangsungan usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa


entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan
aktifitas yang sedang berjalan.

Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam


masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus
beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu. Postulat kelangsungan usaha
menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi.

3)      Postulat unit pengukur (monentary unit)

Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi


perusahaan degan cara yang seragam. Pengukuran yang digunakan adalah unit
moneter.

Jadi postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan
proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan
moneter.

4)      Postulat periode akuntansi (accounting period)

Periode akuntansi dibutuhkan investor untuk mengetahui kinerja operasional


perusahaan.Oleh karena itu postulat ini berkebalikan dengan postulat
keberlangsungan usaha.

Karena untuk postulat periode akuntansi, mensyaratkan perusahaan pada saat


pembuatan laporan keuangan berarti perusahaan dalam kondisi likuidasi.
Konsep Teoritis Akuntansi

1)      Teori Proprietary / Teori Kepemilikan

Menurut teori proprietary antita sebagai “agen, perwakilan atau susunan


melalui wirausaha individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang
kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara
catatan akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary
adalah untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik.

2)      Teori Entitas

Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda
dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan
pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis memiliki sumber daya
perusahaan danbertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.
3)      Teori Dana

Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana)
serta kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini
merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan
dana.Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba

Prinsip Akuntansi

1)      Prinsip Kos (cost principle)

Menurut prinsip kos, kos pemerolehan (acquisition cost) atau kos historis
merupakan dasar penilaian yang memadai untuk mengakui pemerolehan semua
barang dan jasa, expenses, kos, dan ekuitas. Kos adalah jumlah, diukur dalam uang,
kas yang dibelanjakan atau properti lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa
yang diberikan, atau utang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang
diterima, atau seharusnya diterima.
2)      Prinsip Revenue (Revenue cost)

Prinsip-Prinsip revenue menspesifikasi:

a) Sifat komponen-komponen revenue

(1)   Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa

(2)   Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan

(3)   Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh
perusahaan selama priose waktu tertentu

b) Sifat dan komponen revenue menurut hendariiksen

(1)   Konsep produk lebih superior dari pada konsep aliran keluar, yang lebih superior
dari pada konsep aliran masuk.

(2)   Konsep produk adalah netral terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat
(tanggal pengakuan) revenue, sdangkan konsep aliran masuk membingungkan terkait
dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) proses revenue

c) Accounting Terminology Bulletin 2

Mendefinisikan Revenue “Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian jasa
dan diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang dan
jasa yang disediakan untuk mereka. Revenue juga meliputi keuntungan dari penjualan
atau pertukaran aset (selain saham yang diperdagangkan) dan deviden yang diperoleh
dari invesasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali peningkatan yang
berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.

d) Pengukuran Revenue, revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk


atau jasa dalam sebuah transaksi yang lugas (arm’s-length transaction)
Ada dua intepretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini:

(1)   Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian
piutang yang tidak tertagih (intepretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa
potongan tunai dan kerugian piutang tidak tertagih dianggap sebagai expenses).

(2)   Untuk transaksi non kas,nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar
barang/ jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas
dalam menghitungnya.

e) Waktu Pengakuan Revenue umumnya diakui bahwa revenue dan income yang
diperoleh dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order, produksi,
penjualan dan penagihan). Karena sulit alokasi reveue dan income pada siklus yang
berbeda maka menggunakan realisasi. Realisasi adalah perubahan dalam aset atau
utang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan
pengakuan dalam akun.

f) Diperlukan aturan spesifik atau pertimbangan yang diperlukan untuk mengakui


perubahan aset dan AAA membuat standar kriteria tersebut:

(1)   Diperoleh (earned), dalam satu atau bebeapa pengertian

(2)   Dalam bentuk yang dapat didistribusikan

(3)   Hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antar perusahaan dan pihak
eksternal

(4)   Hasil dari penjualan yang saham atau proses serupa

(5)   Dipotong dari modal

(6)   Dalam bentuk aset lancar


(7)   Dampak kotor atau bersih pada ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasi
dengan tingkat reliabilitas tinggi

Secara umum, revenue diakui dengan dasar akrual atau dasar peristiwa kritis.

g) Dasar akrual untuk pengakuan revenue berimplikasi bahwa revenue harus


dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan atau pada saat
pengumpulan penjualan

Revenue diakui selama produksi jika:

(1)   Revenue berupa sewa, bunga, komisi diakui ketika telah diperoleh (earned).

(2)   Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa lebih
baik menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue.

(3)   Revenue dari kontrak jangka panjang

(4)   Revenue atas cost plus fixed-fee contracts

(5)   Perubahan aset karena pertumbuhan (acretion) akan menimbulkan peningkatan ,


sebagai contoh minuman keras anggur,  tanaman kayu, ternak dsb)

3)      Prinsip Penandingan (Matching Principle)

Secara operasional, ada dua tahap untuk akuntansi expenses:

a) Kos dikapitalisir sebagai aset yang menggambarkan sekumpulan jasa atau manfaat
potensial

b) Setiap aset dihapus sebagai expenses untuk mengakui proporsi jasa potensial aset
yang telah terpakai untuk menghasilkan revenue selama periode tertentu.

Jadi, akuntansi akrual lebih ditunjukkan oleh prinsip penandingan dalam artian
kapitalisasi dan alokasi dibanding akuntansi kas.

Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada sati dari empat kriteria:
a) Penandingan kos yang telah terpakai dengan revenue (sbg contoh, cost of good
soldditandingkan dengan penjualan)

b) Penandngan langsung kos yang telah terpakai dengan periodanya (contoh; gaji
direktur untuk periode tertentu)

c) Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (contoh; depresiasi)

d) Menjadikan expenses semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali dapat
ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa datang (contoh; expenses
advertensi

Kos yang belum terserap (aset) yang tdk memenuhi salah satu dari empat kriteria
untuk menjadikannya expenses pd periode berjalan dapat dibebankan pada periode
mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam katagori yang berbeda sesuai dengan
penggunaan

4)      Prinsip Objektive (Objective principle)

Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur


pengukuran yang digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat
sulit, akuntan telah menggunakan prinsip objektifitas untuk menjustifikasi pemilihan
prosedur pengukuran yang digunakan.

5)      Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya


dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode.

6)      Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)


Terdapat konsensus di akuntansi bahwa pengungkapan data akuntansi yang penuh
(full), wajar (fair) dan cukup (adequate).Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa

laporan keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa
ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode.

7)      Prinsip Konservatisme (conservatism)

Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian


bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang
relevan dan reliabel.

8)      Prinsip Materialitas (Materiality)

Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak
ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi
tersebut sesuai dengan PABU atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan.

9)      Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas (comparability)

Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama untuk item-item
yang terkait dengan perusahaan antar waktu. Artinya penggunaan prosedur sama oleh
perusahaan yang berbeda. Tujuannya adalah komparabilitas laporan keuangan.

Standar (Teknik) Akuntansi

Standar akuntansi adalah peraturan- peraturan khusus yang dijabarkan dari


prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan
pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu
yang dialami oleh suatu lembaga (entity) organisasi atau perusahaan.

Inilah yang sebenarnya digambarkan oleh Standar Akuntansi Keuangan


Indonesia, Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika dan APB
Statement menjadi FASB Statement. Standar ini diperlukan sebagai pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan yang baku. Standar akuntansi ini akan secara terus-
menerus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, dunia
usaha,dan kemajuan teknologi.

Belkoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:

1)      Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kegiatan
perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding.

2)      Memberikan pedoman bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya


secara hati-hati dan independen.

3)      Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang


dianggap penting dalam perhitungan PPh, peraturan tentang perusahaan, perencanaan
dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efisiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan
makro lainnya.

4)      Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses
perumusan standar akuntansi. Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:

1)      Fase peranan manajemen (1990-1933)

Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam
perumusan standar akuntansi. Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah
akuntansi yang timbul di periode ini adalah lebih bersifat pragmatis, bukan
berdasarkan pada teori yang ada.

2)      Fase peranan profesi (1933-1973)

Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana
organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan
organisasi profesi masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada yaitu kekuatan
atau otoritasnya tidak jelas. Oleh sebab itu banyak sekali alternative yang timbul yang
pada akhirnya meniptakan fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.

3)      Fase politisasi (1973-sekarang)

Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah
menimbulkan kecendariungan pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan
politisasi dalam perumusan standar akuntansi.

 
DAFTAR PUSTAKA

Yadiati, Wiwin. 2007. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group

Harahap, Sofyan. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

http://cinndyrq.blogspot.co.id/2013/09/kerangka-konseptual-akuntansi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai