1 PB
1 PB
Abstrak—Gunawangsa Tidar Surabaya memiliki 3 buah tower kemampuan layan seperti simpangan lateral, getaran lantai,
dengan 37 lantai pada setiap towernya. Dengan ketinggian dan kenyamanan pengunjung pada gedung bertingkat tinggi
hingga ±115 meter dan struktur bangunan yang langsing, perlu diberi perhatian lebih.
simpangan yang terjadi akibat beban lateral cenderung
berlebihan. Untuk mengatasi masalah tersebut, bangunan perlu
dimodifikasi agar performa bangunan dalam menahan beban
lateral lebih baik lagi. Namun jika sistem struktur yang biasa
dipertahankan, dimensi elemen struktur yang dibutuhkan akan
menjadi lebih besar dan mengurangi ruang. Maka diperlukan
alternatif solusi untuk mengurangi simpangan yang terjadi tanpa
memperbesar dimensi elemen struktur yang sudah ada. Dengan
mempertahankan dimensi elemen struktur beton yang sudah
ada, bangunan dimodifikasi menggunakan sistem outrigger dan
belt-truss. Sistem outrigger dan belt-truss efektif dalam
meningkatkan kekakuan bangunan. Balok outrigger dipasang
menghubungkan corewall dan kolom eksterior. Sedangan belt-
truss dipasang menghubungkan antar kolom eksterior. Sehingga
masalah simpangan yang berlebihan akibat beban lateral dapat
teratasi. Dari hasil perencanaan diketahui simpangan lantai
Gambar 1. U.S. Bank Center, Wisconsin [3].
terbesar terletak pada hampir setengah dari total ketinggian
bangunan. Maka balok outrigger dan belt-truss dipasang di
ketinggian tersebut, tepatnya pada lantai 22. Dimensi balok Contoh bangunan yang menggunakan sistem outrigger dan
outrigger dan belt truss adalah 400 x 2000 mm. Dan dari analisa belt-truss adalah U.S. Bank Center dapat dilihat pada Gambar
menggunakan program bantu Extract didapat nilai daktilitas 1. Dibandingkan dengan sistem penahan momen seperti
kolom outrigger sebesar 6,76. Dengan demikian nilai koefisien Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dan sistem penahan
reduksi untuk gempa (R=5) yang digunakan sebagai momen berpengaku yang juga berfungsi sebagai penahan
perencanaan beban gempa sudah memenuhi.
beban lateral atau yang biasa disebut Sistem Rangka Bresing
Kata Kunci—Belt-truss, Extract, Gempa, Outrigger, Struktur (SRB), sistem outrigger dan belt-truss memiliki performa
Beton. yang lebih baik meskipun dimensi struktur yang digunakan
lebih kecil [4]. Dengan jumlah lantai yang sama, biaya
I. PENDAHULUAN pelaksanaan bangunan yang menggunakan outrigger relatif
lebih murah dibandingkan bangunan tanpa outrigger
G
unawangsa Tidar adalah apartemen yang mengusung meskipun waktu pelaksanaannya sedikit lebih lama [5].
konsep Mix Use High-Rise Building. Apartemen yang Artikel ini akan membahas desain modifikasi struktur
terletak di Jalan Tidar no. 350 Surabaya ini menyediakan unit gedung apartemen gunawangsa tidar surabaya menggunakan
– unit Hunian, Hotel bintang 4, Komersial, Bisnis, dan struktur beton bertulang dengan sistem outrigger dan belt-
fasilitas yang lengkap. Bangunan ini memiliki 3 buah tower truss. Bangunan akan dimodifikasi yang semula simpangan
dengan 37 lantai pada setiap towernya. Dengan ketinggian bangunan tidak memenuhi syarat SNI [6] kemudian dipasang
hingga ±115 meter, bangunan dapat digolongkan sebagai balok outrigger hingga simpangan bangunan memenuhi syarat
bangunan bertingkat tinggi. Pada bangunan bertingkat tinggi, SNI [6]. Selain itu juga dilakukan perhitungan nilai daktilitas
beban lateral menjadi lebih dominan. Karena struktur struktur dengan pendeketan tertentu. Dimana akan ada
bangunan yang tinggi dan langsing, maka simpangan yang kaitannya dengan koefisien reduksi (R) untuk mendesain
terjadi akibat beban lateral cenderung berlebihan. Shingga beban gempa yang mana untuk sistem outrigger dan belt-truss
dapat mengurangi kenyamanan penghuni didalamnya. ini tidak disebutkan secara spesifik di SNI [6]. Sehingga
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan didapat hasil desain yang baik dan benar sesuai dengan syarat
modifikasi struktur bangunan. Dengan mempertahankan SNI [6][7][8] dan peraturan – peraturan lain yang terkait [9]
struktur beton bertulang dan dimensi yang sudah ada, [10][11].
bangunan dimodifikasi menggunakan sistem outrigger dan
belt-truss. Sistem outrigger bekerja ketika dikenai beban II. LANDASAN TEORI
lateral, kolom eksterior yang terhubung balok outrigger
menahan rotasi pada corewall, menyebabkan simpangan A. Sistem Outrigger dan Belt-truss
lateral dan momen pada corewall menjadi lebih kecil [1]. Keindahan dan efisiensi dari sistem outrigger telah tercatat
Sedangkan peran dari belt-truss adalah sebagai pengaku, dengan baik dalam sejarah. Sistem ini juga menjadi salah satu
dimana sistem outrigger yang menggunakan belt-truss kunci dalam mendesain sistem yang efisien dan ekonomis
memiliki simpangan lebih kecil daripada sistem outrigger dalam bangunan bertingkat tinggi [12]. Sistem outrigger
tanpa belt-truss [1]. Sehingga simpangan bangunan dapat bekerja ketika dikenai beban lateral, kolom luar yang
diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Hal ini sesuai dengan terhubung balok outrigger menahan rotasi pada kolom inti,
Ali dan Moon [2] yang menyatakan bahwa masalah menyebabkan simpangan lateral dan momen pada kolom inti
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D2
BA BA BA BA BA BA BA BA BA BA
BA BA BA BA BA BA BA BA BA BA
Gambar 2. (a) Outrigger pada 1/2 ketinggian bangunan (b) bentuk defleksi (c K-E K-I SW SW K-I K-I K-E
BA BA BA BA BA BA BA BA BA BA
BA
BI-2
BA
B3
BA
B3
BA
B3
BA
BI-2
BA
B3
BA
B3
BA
B3
BA BA
A B C D E F G H I J K
pada SNI [6]. Dimana nilai R ada kaitannya dengan daktilitas Gambar 4. Denah Apartemen Gunawangsa Tidar.
suatu struktur bangunan. Semakin besar nilai R maka gaya
gempa semakin kecil namun daktilitas yang disediakan Dari Gambar 3 dan Gambar 4 digunakan dimensi elemen
struktur semakin besar, begitu pula sebaliknya. Untuk struktur:
perencenaan ini akan digunakan R = 5 dengan detailing
rangka menggunakan SRPMM. Setelah didapat hasil akhir 1. Balok
berupa dimensi elemen struktur dan detailing penulangan, Baik balok anak maupun balok induk menggunakan mutu
akan dicek nilai daktilitas elemen struktur menggunakan beton f’c = 30 Mpa dengan dimensi seperti yang disajikan
program bantu Extract. Elemen struktur yang akan dianalisis pada Tabel 1.
daktilitasnya adalah kolom eksterior, karena dianggap yang Tabel 1.
Rekapitulasi dimensi balok
paling kritis. Tipe Bentang (m) Lebar (cm) Tinggi (cm)
BI-1 5,4 30 40
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN BI-2 7,8 40 60
BA 5,4 20 35
A. Bangunan yang ditinjau BL 5,4 30 40
Pada perencanaan ini bangunan yang ditinjau adalah 2. Pelat
Apartemen Gunawangsa Tidar Surabaya. Bangunan Pelat menggunakan mutu yang sama dengan balok, yaitu f’c
dimodifikasi menjadi 50 lantai dengan ketinggian ± 178,5 m = 30 Mpa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan ketika proses
seperti pada Gambar 2 dan denah dapat dilihat pada Gambar pelaksanaan.
3. - Pelat lantai dan atap (t) = 120 mm
- Pelat tangga (t) = 150 mm
3. Kolom
Pada Apartemen Gunawangsa Tidar ini dimensi kolom
dibedakan setiap 7 lantai. Sehingga dimensi kolom dapat
dikelompokan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2.
Rekapitulasi dimensi kolom
Kolom Interior Exterior
(Tingka L f’c
t (m) (Mpa) b (mm) h (mm) b (mm) h (mm)
Lantai)
1 4 50 800 1300 700 1200
8 3,5 50 700 1150 700 1200
2 -
9 - 15 3,5 50 600 1000 700 1100
16 - 22 3,5 50 500 900 700 1000
23 - 29 3,5 40 500 800 650 900
30 - 36 3,5 40 500 700 600 800
37 - 43 3,5 40 500 600 550 700
44 - 50 3,5 40 500 500 500 600
D. Shearwall
Digunakan shearwall dengan tebal 300 mm dan mutu beton
f’c = 50 Mpa.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D3
5. Struktur Sekunder Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5 (a) adalah grafik
simpangan antar lantai sebelum menggunakan sistem
Struktur sekunder adalah elemen struktur yang
outrigger. Dimana simpangan arah Y melebihi batas
direncanakan hanya memikul beban ultimit akibat gravitasi simpangan ijin. Gambar 5 (b) adalah grafik simpangan antar
saja, tanpa meninjau beban gempa. Hasil perencanaan struktur
lantai setelah menggunakn sistem outrigger. Simpangan arah
sekunder seperti yang disajikan poin A dan poin B. Y yang sebelumnya melebihi ijin, setelah menggunkan sistem
6. Pelat outrigger simpangan menjadi memenuhi ijin, baik arah X
Rekapitulasi hasil penulangan pelat ditunjukan pada Tabel maupun arah Y.
3 dan Tabel 4.
Tabel 3.
C. Struktur Primer dan Outrigger
Rekapitulasi penulangan pelat lantai dan atap Struktur primer/struktur utama berfungsi untuk menahan
Tumpuan X Lapangan X Tumpuan Y Lapngan Y beban gravitasi dan beban lateral. Sedangkan outrigger
Tebal pelat (mm) 120 120 120 120 berfungsi menambah kekakuan bangunan. Hasil perencanaan
Tulangan utama D10 - 240 D10 - 240 D10 – 240 D10 – 240
Tulangan bagi Ø8 - 300 - Ø8 - 300 -
yang ditunjukan pada poin A – poin D dan harus dipastikan
Tabel 4. memenuhi syarat yang tercantum pada SNI [6].
Rekapitulasi penulangan pelat tangga dan bordes
1. Balok induk
Tebal pelat (mm) 150 Tulangan
D13 – 200 Didapat contoh sket penulangan balok induk seperti pada
Gambar 6.
Tulangan bagi Ø8 – 300 6D 19 4D 19 6D 19
2D 19 2D 19 2D 19
6
0
0
6
0
0
6
0
0
400 400 400
1 2 3
7. Balok 350
Rekapitulasi hasil penulangan balok yang meliputi balok 1100 450 1100
2
5
anak, balok lift, dan balok tangga ditunjukan pada Tabel 5. 1200
D10 - 130
4200
D10 - 200
6600
1200
D10 - 130
Tabel 5. 7800
Dimensi Lentur
Balo b h Tumpuan Lapangan Geser Gambar 6. Sket penulangan balok induk As. 2-A;3-A Lt.2
k (m (m
(+) (-) (+) (-)
m) m) Tulangan dipasang 1 lapis, sebanyak 4 buah, maka cek jarak
Anak 200 350 5 2 2 3 D10- tulangan:
D16 D16 D16 D1 140
6
𝑆=
𝑏w−2𝑠−𝑁.𝐷−2.𝐷
𝑁−1 ≥ 25 𝑚𝑚
Lift 300 400 6 2 2 3 D10-
D19 D19 D19 D1 170 400 −2 .40 −4 .19−2 .10
𝑆= 4−1 ≥ 25 𝑚𝑚
9
300 350 2 2 2 2 D10- 𝑆 = 74,67 𝑚𝑚 ≥ 25 𝑚𝑚 (𝑶𝒌𝒂𝒚)
Tang D16 D16 D16 D1 140 Panjang
0,24 𝑥penyaluran
𝑓𝑦 𝑥 𝑑𝑏 tulangan
0,24 berkait:
𝑥 420 𝑥 19
ga 6 l = = = 349,66 𝑚𝑚 ≈ 350 𝑚𝑚
dh √30
B. Analisa Struktur √𝑓𝑐
Hasil analisa struktur perlu dikontrol sesuai syarat pada SNI 2. Kolom
[6]. Hal tersebut dilakukan untuk meninjau kelayakan struktur Didapat contoh sket penulangan kolom seperti pada Gambar
dalam memikul beban yang bekerja. Berikut ini adalah kontrol 7. 750
WETABS = 65718472,12 Kg
Sehingga didapat selisih Wmanual dan WETABS sebesar 2,52% 6 D13 - 170
64 D22
1
3
Potongan 1
didapat:
Tcx = 4,637 detik dan Tcy = 11,905 detik dengan skala gaya 1
6 D13 - 300
Untuk prosedur kontrol simpangan didapat:
64 D22
1
3
Potongan 2
160 160
110 110
Cek batas tulangan komponen
140 140
tekan: 1% < 2,38% < 8% (Okay)
ELEV
ELEV
100100
130 130
Cek batas spasi bersih
9090
120 120
tulangan: 33,94 mm > 25 mm
8080 (Okay)
7070
Panjang sambungan lewatan:
Drift xDrift yDrift izin Drift xDrift yDrift izin
l = ( 420 𝑥 1 .1 .1
6060
1,1 .1 .√50 ) 𝑥 22 = 475,18 𝑚𝑚
d 2,5
5050
4040
2020
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D4
1010
00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.000.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
Drift (mm)Drift (mm)
1
9
seperti pada Gambar 8. Dimana Gambar 8 (a) menunjukan D19 - 220
D2
dari potongan 1 HBK.
750
B2-I Lt.2
5
0
3
0
0
ϕ.Vn > Vu
0,75 x 12501,6 > 1209,48 kN
9376,24 kN > 1209,48 kN (Okay)
4. Shearwall
2
5
5
1600
Elemen Pembatas Khusus D22 - 150 D19 - 220 D22 - 150 D19 - 220
Gambar 11. Sket penulangan balok tinggi As. 1-C;2-C
3
0
0
D19 - 110
D22 - 100
D19 - 110
D22 - 10 0
D19 - 110
didistribusikan merata setinggi 1/5 h pada daerah tarik balok:
0,2 x h = 0,2 x 2000 = 400 mm
5150
Potongan A
DAFTAR PUSTAKA
[1] P. R. Nanduri, B. Suresh, and M. I. Hussain, “Optimum Position of
Outrigger System for High-Rise Reinforced Concrete Buildings
Under Wind And Earthquake Loadings,” Am. J. Eng. Res., pp. 76–
89, 2013.
[2] M. Ali and K. S. Moon, “Structural Developments in Tall Buildings:
Current Trends and Future Prospects,” Archit. Sci. Rev., pp. 205–
Gambar 7. 10 Grafik hubungan momen – curvature kolom 223, 2007.
[3] H. Choi, G. Ho, L. Joseph, and N. Mathias, “Outrigger Design for
Sehingga didapat nilai daktilitas: High-Rise Building: An output of the CTBUH Outrigger Working
Arah-X Group,” Chicago, 2012.
Kondisi leleh (yield): [4] M. Gazali and D. Iranata, “Studi Perbandingan Perilaku Bangunan
Menggunakan SRPM, SRBK, dan SRBK Menggunakan Outrigger
ϕy = 0,0045 1/m Terhadap Variasi Tinggi Gedung,” J. POMITS, vol. 1, no. 2, 2012.
Mx = 4536000 Nm [5] Y. Syahriar, M. Mukarrom, D. Iranata, and T. W. Adi, “Analisis
Kondisi 0,8 dari puncak (ultimit): Perbandingan Efektifitas Struktur Gedung dengan Menggunakan
Shearwall dan Kombinasi Antara Shearwall-Outrigger,” J. POMITS,
ϕu = 0,0318 1/m vol. 1, no. 1, 2012.
Mx = 3881600 Nm [6] Badan Standarisasi Nasional, “Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Daktilitas: Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung ( SNI
0,0318
1726:2012 ),” Jakarta, 2012.
0,0045 = 7,11 [7] Badan Standardisasi Nasional, “SNI 2847-2013 : Persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung,” Jakarta, 2013.
Arah-Y [8] Badan Standarisasi Nasional, “SNI 1727:2013 Beban Minimum
Kondisi leleh (yield): Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain,” Jakarta,
ϕy = 0,00664 1/m 2013.
My = 3140000 Nm [9] American Society of Civil Engineers, “Minimum Design Loads for
Buildings and Other Structures,” Reston, Virigina, 2010.
Kondisi 0,8 dari puncak (ultimit): [10] Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, “Peraturan
ϕu = 0,0449 1/m Pembebanan Indonesia Untuk Gedung,” Bandung, 1983.
My = 2644800 Nm [11] Derpartemen Pekerjaan Umum, “Peraturan Beton Bertulang
Daktilitas: Indonesia,” Bandung, 1971.
[12] B. S. Taranath, Structural Analysis and Design for Tall Buildings.
0,0449 Boca Raton: CRC Press, 2012.
0,00664 =6,76 [13] P. S. Kian and F. T. Siahaan, “The Use of Outrigger and Belt-Truss
Sehingga nilai yang menentukan adalah daktilitas arah Y System for High-Rise Concrete Buildings,” Dimens. Tek. Sipil, pp.
sebesar 6,76. Sehingga nilai R = 5 yang digunakan untuk 36–41, 2001.
mendesain beban gempa dianggap masih memenuhi. [14] S. Razvi and M. Saatcioglu, “Confinement Model for High-Strength
Concrete,” J. Struct. Eng., pp. 281–289, 1999.
[15] R. Park and T. Paulay, Reinforced Concrete Structures.
Christchurch: Wiley-Interscience, 1974.
IV. KESIMPULAN [16] T. Paulay and M. Priestley, Seismic Design of Seismic of Reinforced
Kesimpulan yang dapat daimbil khususnya terkait Sistem Concrete and Masonry Buildings. Canada: John Wiley & Sons,
Outrigger dan Belt-Truss yaitu sebagai berikut: 1992.
[17] M. Priestley, G. Calvi, and M. Kowalsky, Displacement-Based
Seismic Design of Structures. Pavia: IUSS Press, 2007.