Hubungan Antara Pelaksanaan Lima Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 38

Midwifery Journal

Juni - Desember 2013 Volume 2 No.2

DAFTAR ISI

Hubungan Antara Pelaksanaan Lima Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Lansia
(Di Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan)
Jurianto ........................................................................................................................ 1

Pengaruh Terapi Senam Bugar Lansia Terhadap Tingkat Depresi Lansia


Di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya
Prasetyo Eko Nugroho ................................................................................................. 9

Tingkat Pengetahuan Ibu Post Partum Primipara Tentang Perawatan Luka Perinium
Di Bpm Anas Sutrimah Gendoh – Banyuwangi
Saras Selinda .............................................................................................................. 16

Gambaran Pengetahuan Para Remaja Tentang Dampak Seks Bebas


(Studi Kasus di SMPI Terpadu Siding Puri Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep, 2013)
Fenny Wulandari ........................................................................................................ 23

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keterampilan Perawat Dalam Merawat


Pasien Yang Mengalami Peningkatan Suhu Tubuh
( Di Puskesmas Menur Surabaya )
Yohanes Hara Leyn .................................................................................................... 31

i
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN LIMA TUGAS KESEHATAN KELUARGA
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA
(Di Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan)
Jurianto

ABSTRACT
The family as the first environment in socialization progress has to apply five health tasks in
order to maintain the health of family members such as knowing problems, taking decision, taking
care, maintaining environment and health relationship, so that family members feel cared and
respected. The main focus of this research is to know the relationship between five health task in the
family and hypertension that happens in elderly.
Using “Cross Sectional” design and family with elderly at Puskesmas Sepulu Bangkalan
regency as the sample. Sampling is done by using simple random sampling technique in 35 elderly.
Independent variables in this study were five family health task and the dependent variable in this
study is hypertension in the elderly. The instruments used are questionnaires implementation of five
family health tasks, and using sphygmomanometer and Tension Meter. Then it processed in SPSS
software by using Rank Spearman correlation test significant level α = 0.05.
Results of this study indicate that the implementation of the five tasks of family health with the
incidence of hypertension in the elderly has a significant level of ρ = 0.004, which means that there is a
relationship between the implementation of the five tasks of family health with the incidence of
hypertension in the elderly.
The conclusion of this study is the higher the implementation of family health given the lower
incidence of hypertension in the elderly. The family is expected to continue to provide the
implementation of family health to the elderly to help elderly people to overcome problems and live a
life that will prevent the occurrence of hypertension elderly.

Keywords: Implementation, Hypertension case, Elderly

ABSTRAK
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses
sosialisasinya. Pelaksanaan lima kesehatan keluarga yang harus dilakaukan oleh keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan para anggota keluarga seperti mengenal masalah, mengambil keputusan,
merawat, mempertahankan lingkungan dan mempertahankan hubungan dengan kesehatan, yang
mana membuat para anggota keluarga penerima pelaksanaan kesehatan keluarga akan merasa dirawat
dan dihargai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan lima tugas
kesehatan keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia.
Penelitian ini menggunakan Desain “Cross Sectional”. Sampel dari penelitian ini adalah
keluarga dengan lansia di Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan. Tehnik pengambilan sampling
menggunakan simple random sampling sebanyak 35 lansia. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah lima tugas kesehatan keluarga dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Hipertensi
pada lansia. Instrumen yang di gunakan yaitu kuesioner pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga,
dan menggunakan Sphygmomanometer serta Tensi Meter. Pengolahan data dilakukan dengan
bantuan SPSS dan menggunakan uji korelasi Rank Spearman tingkat signifikan α = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga
dengan kejadian hipertensi pada lansia memiliki tingkat signifikan ρ = 0,004, yang artinya ada
hubungan antara pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin tinggi pelaksanaan kesehatan keluarga yang
diberikan maka akan semakin rendah kejadian hipertensi pada lanjut usia. Untuk itu keluarga
diharapkan terus memberikan pelaksanaan kesehatan keluarga kepada lansia untuk membantu lansia
dalam mengatasi masalah dan menjalani hidup yang akan menghindarkan terjadinya hipertensi lansia.

Kata kunci : Pelaksanaan, Kejadian Hipertensi, Lansia

1
PENDAHULUAN keluarga lansia terdapat 6 dari 10 keluarga
lansia, (60%) keluarga lansia mengatakan tidak
Makin meningkatnya harapan hidup, mengerti tentang pelaksanaan lima tugas
makin komplek penyakit yang diderita oleh kesehatan keluarga yang diantaranya adalah
orang lanjut usia, termasuk lebih sering adalah mengenal masalah kesehatan pada lansia 14%,
hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi mengambil keputusan 08%, merawat
lebih penting lagi, mengingat patogenesis, lansia16%, mempertahankan lingkungan yang
perjalan penyakit dan penatalaksanaan tidak baik untuk lansia12%, dan mempertahankan
seluruhnya tidak sama dengan hipertensi pada hubungan dengan fasilitas kesehatan10%. Dan
usia dewasa muda. Hipertensi pada usia lanjut 4 (40%) keluarga lansia lainnya, mereka sedikit
sebagian besar merupakan hipertensi sistolik lebih mengerti tentang pelaksanaan lima tugas
terisolasi (HST) dan pada umumnya merupakan kesehatan keluarga pada lansia yang menderita
hipertensi primer. Hipertensi masih merupakan hipertensi sehingga keluarga lansia cepat
faktor resiko utama untuk stroke, gagal jantung membawa lansia ke puskesmas.
dan penyakit koroner, dimana penanganan Berbagai perubahan fisiologis akibat
diperkirakan lebih besar dibandingkan pada proses menua akan dialami oleh lanjut usia,
orang yang lebih muda (Darmojo, 2009). diantaranya pada gangguan sistem
Hipertensi mengenai seluruh bangsa di kardiovaskuler termasuk terjadinya hipertensi
dunia dengan insidensi yang bervariasi. Akhir- (Mickey, 2007).
akhir ini insidensi dan prevalensi meningkat Hipertensi pada lansia biasanya tidak
dengan makin bertambahnya usia harapan memberi gejala apapun atau yang timbul samar-
hidup. Di Amerika Serikat dikatakan bahwa samar (insidious) atau tersembunyi (Occullt).
populasi kulit putih usia 50-69 tahun Sering kali yang terlihat adalah gejala akibat
prevalensinya sekitar 35% yang meningkat penyakit, komplikasi atau penyakit yang
menjadi 50% pada usia di atas 69 tahun. menyertai, yang penting apabila adanya
Penelitian pada 300.000 populasi berusia 65-67 hipertensi sudah terdeteksi dengan tata cara
tahun yang dirawat di institusi lanjut usia pemeriksaan yang baik dan benar, pemeriksaan
didapatkan prevalensi hipertensi pada anti menyeluruh (fisik sosial, ekonomi, psikologik
hipertensi dan sudah mengalami komplikasi dan lingkungan), sehingga penatalaksanaan
akibat penyakitnya, diantaranya penyakit berkeseimbangan pada penderita dapat di
jantung koroner (26%), penyakit jantung kerjakan. Penatalaksanaan hipertensi tidaklah
kongestif (22%) dan penyakit serebrovaskuler sekedar tujuan untuk menurunkan tekanan
(29%) (FKUI, 2009). darah, melainkan menurunkan kerusakan organ,
Hipertensi merupakan penyebab terbesar juga dalam mengontrol efek samping dari
dari penyakit jantung bahkan 75% penderita pengobatan (Darmojo, 2009).
hipertensi akan berujung pada penyakit jantung Faktor yang mempengaruhi hipertensi
dan baru tersadari pada usia lanjut, ketika pada lansia diantaranya, faktor usia,
jantung telah lelah bekerja untuk memompa lingkungan, pola makan (Diet) yang tepat, gizi,
darah dengan tekanan yang berat (Siswono, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan
2003). perilaku masyarakat. (Siswono, 2003).
WHO menyatakan hipertensi merupakan Perawatan kesehatan keluarga adalah
silent killer, karena banyak masyarakat tidak tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
menaruh perhatian pada penyakit yang kadang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai
dianggap sepele. Tanpa menyadari jika penyakit unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat
ini berbahaya dari berbagai kelainan yang lebih sebagai tujuan melalui perawatan keluarga
fatal. Misalnyan kelainan pembuluh darah, sebagai saran atau penyalur. Keluarga dijadikan
gangguan ginjal atau stroke (Nisson Line, sebagai unit pelayanan karena masalah
2007). kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas mempengaruhi antara sesama anggota keluarga
Sepulu kabupaten Bangkalan. Pada awal survey (Nasrul :1988).
dilakukan observasi, terdapat 10 lansia yang Dalam pemeliharaan kesehatan keluarga
menderita hipertensi. Hasil wawancara dengan mempunyai tugas di bidang kesehatan yang

2
perlu dipahami dan dilakukan. Mengenal kesehatan keluarga yang diantaranya adalah
masalah kesehatan keluarga merupakan mengenal masalah kesehatan pada lansia 14%,
kebutuhan keluarga yang tidak boleh di abaikan mengambil keputusan 08%, merawat
karena tanpa kesehatan sesuatu tidak akan lansia16%, mempertahankan lingkungan yang
berarti dan karena kesehatanlah seluruh baik untuk lansia12%, dan mempertahankan
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. hubungan dengan fasilitas kesehatan10%. Dan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan 4 (40%) keluarga lansia lainnya, mereka sedikit
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota lebih mengerti tentang pelaksanaan lima tugas
keluarga secara tidak langsung menjadi kesehatan keluarga pada lansia yang menderita
perhatian orang tua atau keluarga. Memutuskan hipertensi sehingga keluarga lansia cepat
tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga membawa lansia ke puskesmas.
merupakan upaya keluarga yang utama mencari Dari permasalahan diatas, maka peneliti
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga
keluarga yang mempunyai kemampuan untuk dengan kejadian hipertensi pada lansia.
memutuskan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga METODE PENELITIAN
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan dapat teratasi. Merawat Pada penelitian ini penulis
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan menggunakan metode penelitian Analitik.
seringkali keluarga telah mengambil tindakan Desain penelitian menggunakan Cross
yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki Sectional yaitu suatu penelitian dinamika
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang dengan cara pendekatan, observasi, atau
mengalami gangguan kesehatan perlu pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan (point time approach) (Notoatmodjo, 2005).
agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Populasi penelitian ini adalah keluarga
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk dari lansia dan lansia di Puskesmas Sepulu
menjamin kesehatan keluarga dan Kabupaten Bangkalan sebanyak 38 orang.
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Teknik sampling yang digunakan dalam
disekitarnya bagi kelurga. penelitian ini adalah simple random sampling
Masalah-masalah kesehatan diatas dapat yaitu teknik penentuan sampel di acak secara
di atasi jika keluarga dapat menjalankan sederhana. Pada penelitian ini yang menjadi
tugasnya dalam bidang kesehatan, seperti sampel adalah keluarga dari lansia dan lansia di
mengenal gangguan perkembangan dan Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan
gangguan kesehatan setiap anggotanya. sebanyak 35 responden
Mengambil keputusan untuk melakukan Lokasi penelitian ini akan dilakukan di
tindakan yang tepat, memberikan perawatan Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan dan
kepada yang sakit. Mempertahankan suasana waktu penelitian bulan desember 2012 sampai
rumah yang harmonis dan menguntungkan denghan bulan mei 2013
untuk perkembangan kepribadian anggota Variabel Independent dalam penelitian
keluarga, serta memanfaatkan dan ini adalah pelaksanaan lima tugas kesehatan
mempertahankan hubungan yang baik dengan keluarga lansia.Variabel dependen dalam
unit pelayanan kesehatan yang ada (Suprajitno, penelitian ini adalah Hipertensi pada lansia.
2004). Peneliti melakukan analisis data dengan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas tujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk
Sepulu kabupaten Bangkalan. Pada awal survey yang lebih mudah dibaca diinterpretasikan.
dilakukan observasi, terdapat 10 lansia yang Dengan langkah Editing, Coding , Skoring,
menderita hipertensi. Hasil wawancara dengan Tabulating dan Uji Statistik (dengan
keluarga lansia terdapat 6 dari 10 keluarga menggunakan uji dengan uji korelasi Rank
lansia, (60%) keluarga lansia mengatakan tidak Spearman dengan derajat kemaknaan ρ = 0,05
mengerti tentang pelaksanaan lima tugas jika nilai ρ > 0,05 maka H0 diterima dan H1

3
ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara Tabel 3 Distribusi keluarga lansia berdasarkan
pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga pendidikan di Puskesmas Sepulu
dengan kejadian hipertensi pada lansia dan jika Kabupaten Bangkalan 2013.
ρ < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang No Pendidikan Frekuensi (%)
artinya ada hubungan antara pelaksanaan lima 1 Tidak sekolah 16 45,7
tugas keluarga dengan kejadian hipertensi pada 2 SD 10 28,6
lansia) 3 SLTP 4 11,4
4 SLTA 4 11,4
HASIL PENELITIAN 5 Akademi/PT 1 2,9
Jumlah 35 100
Sumber : Data primer, 2013
Karakteristik responden
Tabel .3 menunjukkan bahwa dari 35
Tabel 1 Distribusi keluarga lansia berdasarkan keluarga lansia berdasarkan pendidikan
umur di Puskesmas Sepulu Kabupaten diketahui sebagian besar tidak sekolah
Bangkalan 2013. sebanyak 16 keluarga lansia (45,7%), dan
sebagian kecil berpenidikan Akademi/PT
No Umur Frekuensi (%) sebanyak 1 keluarga lansia (2,9%).

1 30 - 35 tahun 7 20,0 Tabel 4 Distribusi keluarga lansia berdasarkan


2 36 - 40 tahun 12 34,3 pekerjaan di Puskesmas Sepulu
3 41 -45 tahun 10 28,6 Kabupaten Bangkalan 2013.
4 46 - 50 tahun 3 8,6 No Pekerjaan Frekuensi (%)
5 > 50 tahun 3 8,6 1 Tidak bekerja 4 11,4
Jumlah 35 100 2 Wiraswasta 12 34,3
Sumber : Data primer, 2013 3 Nelayan 2 5,7
4 Petani 15 42,9
5 PNS 2 5,7
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 35 Jumlah 35 100
keluarga lansia berdasarkan umur diketahui Sumber : Data primer, 2013
sebagian besar berusia antara 36-40 tahun
sebanyak 12 keluarga lansia (34,3%), dan Tabel .4 menunjukkan bahwa dari 35 keluarga
sebagian kecil keluarga lansia yang berusia > lansia berdasarkan pekerjaan diketahui
50 tahun sebanyak 3 keluarga lansia (8,6%). sebagian besar bekerja sebagai petani
sebanyak 15 keluarga lansia (42,9%),
Tabel 2 Distribusi keluarga lansia berdasarkan dan sebagian kecil bekerja sebagai
jenis kelamin di Puskesmas Sepulu nelayan sebanyak 2 keluarga lansia
Kabupaten Bangkalan 2013. (5,7%).
No Jenis Kelamin Frekuensi (%) Tabel 5 Distribusi Keluarga Pelaksanaan Lima
Tugas Kesehatan Keluarga pada lansia
1 Laki-laki 9 25,7 di Puskesmas Sepulu Kabupaten
2 Perempuan 26 74,3 Bangkalan 2013.
Jumlah 35 100
Sumber : Data primer, 2013. No Pelaksanaan Frekuensi (%)
Lima Tugas
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 35 Kesehatan
keluarga lansia berdasarkan jenis kelamin keluarga
diketahui sebagian besar berjenis kelamin 1 Kurang 6 17,1
perempuan sebanyak 26 keluarga lansia 2 Sedang 19 54,3
(74,3%), dan sebagian kecil berjenis kelamin 3 Baik 10 28,6
laki-laki sebanyak 9 keluarga lansia (25,7%). Jumlah 35 100
Sumber : Data primer 2013

4
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 35 terjadi hipertensi sedang sebesar 10 responden
kelurga lansia berdasarkan pelaksanaan lima (52,6%), dan dari 10 responden yang
tugas kesehatan keluarga, mempunyai lima pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga
tugas kesehatan keluarga sebagian besar sedang baik sebagian besar terjadi hipertensi ringan
sebanyak 19 keluarga (54,3%), dan sebagian sebesar 5 responden (50,0%).
kecil lima tugas kesehatan keluarga kurang Semakin baik pelaksanaan lima tugas
sebanyak 6 keluarga (17,1%). kesehatan keluarga maka kejadian hipertensi
sedang semakin meningkat dan semakin
Tabel 6 Distribusi kejadian hipertensi lansia di pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga
Puskesmas Sepulu Kabupaten kurang maka kejadian hipertensi sedang
Bangkalan 2013. semakin menurun.
Dari hasil pengujian Rank Spearman di
No kejadian Frekuensi (%)
dapatkan hasil ρ=0,004, α = 0,05 jadi ρ<α berarti
hipertensi
Ho ditolak, sehingga kesimpulan ada hubungan
1 Ringan 11 31,4
2 Sedang 15 42,9 antara pelaksanaan lima tugas kesehatan
3 Berat 8 22,9 keluarga dengan kejadian hipertensi pada lansia
4 Sangat Berat 1 2,8 di puskesmas sepulu kabupaten bangkalan.
Jumlah 35 100
Sumber : Data primer 2013 PEMBAHASAN

Tabel .6 menunjukkan bahwa dari 35 1. Pelaksanaan Lima Tugas Kesehatan


lansia berdasarkan kejadian Hipertensi pada Keluarga
lansia diketahui sebagian besar lansia yang Berdasarkan tabel 5 karakteristik
menderita hipertensi sedang sebanyak 15 lansia berdasarkan pelaksanaan lima tugas
(42,9%), dan sebagian kecil lansia dengan kesehatan keluarga di Puskesmas Sepulu
hipertensi sangat berat sebanyak 1 lansia Kabupaten Bangkalan, penelitian
(2,8%). menunjukkan bahwa Pelaksanaan Lima
Tugas Kesehatan Keluarga adalah kurang
Table 7 Hubungan Antara Pelaksanaan Lima sebanyak 17,1%, lima tugas kesehatan
Tugas Kesehatan Keluarga Dengan keluarga sedang sebanyak 54,3%, dan lima
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di tugas kesehatan keluarga baik sebanyak
Puskesmas Sepulu Kabupaten 28,6%.
Bangkalan. Mei-Juni 2103. Berdasarkan Tabel 4 karakteristik
Kejadian hipertensi pada lansia keluarga lansia berdasarkan pekerjaan
Pelaksanaa
nlima tugas
Ringan Sedang Berat Sangat Total diketahui bahwa yang tidak bekerja sebanyak
berat
kesehatan
keluarga F
% F %
F
%
F
%
F
%
11,4%, bekerja sebagai wiraswasta sebanyak
Kurang 0 0 1 16,7 5 83,3 0 0 6 100
34,3%, bekerja sebagai nelayan sebanyak
Sedang 6 31,6 10 52,6 2 10,5 1 5,3 1 100 5,7%, bekerja sebagai petani sebanyak
Baik 5 50,0 4 40,0 1 10,0 0 0 100
1 42,9%, dan bekerja sebagai PNS sebanyak
Total 1 31,4 15 42,9 8 22,9 1 2,8 3 100
5,7%. Kesibukan keluarga dalam bekerja
sebagai petani inilah yang menyebabkan
p = 0,004 α = 0,05 masih kurangnya motivasi atau perawatan
kesehatan yang diberikan oleh keluarga
Tabel 7 menunjukkan hasil penelitian terhadap lansia sehingga lansia akan merasa
hubungan antara pelaksanaan lima tugas tidak terpedulikan tentang kesehatannya
kesehatan keluarga dengan kejadian hipertensi oleh keluarganya.
pada lansia. Bahwa dari 6 responden yang Bekerja dirumah adalah hal yang paling
pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga penting di tunggu oleh keluarga, karena
kurang sebagian besar terjadi hipertensi berat selain bisa bertemu setiap saat juga dapat
sebesar 5 responden (83,3%), dan dari 19 menemani dan memberikan motivasi serta
responden yang pelaksanaan lima tugas mendampingi lansia, dalam hal ini lansia
kesehatan keluarga sedang sebagian besar perlu motivasi langsung dari keluarga dalam

5
meningkatkan kesehatan lansia. Sesibuk Hipertensi merupakan suatu
apapun keluarga baik dalam hal pekerjaan, peningkatan tekanan darah sistolik dan/
organisasi dan sebagainya harus ada diastolik yang tidak normal atau peningkatan
kesempatan untuk memberikan perhatian tekanan darah di dalam arteri, sehingga
kepada lansia. Jika penghasilan cukup dalam menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
keluarga maka kebutuhan akan terpenuhi stroke, gagal jantung, serangan jantung dan
dan akan mendorong keluarga ke suatu kerusakan ginjal (Taminingsih, 2009).
keadaan yang sejahtera. Menurut Depkes RI Hipertensi merupakan salah satu faktor
(1993). resiko penyakit jantung koroner, jika
Suatu hal yang tidak kalah pentingnya dibiarkan tanpa perawatan yang tepat dapat
terhadap pelaksanaan lima tugas kesehatan timbul komplikasi yang bertahun-tahun,
keluarga. Berdasarkan table 3 karakteristik karena itu hipertensi disebut pembunuh
keluarga lansia berdasarkan pendidikan diam-diam (Soeharto: 2004).
keluarga dalam pelaksanaan lima tugas
kesehatan pada hipertensi lansia di 3. Hubungan Antara Pelaksanaan Lima Tugas
Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan, Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian
penelitian menunjukkan bahwa sebagian Hipertensi Pada Lansia
besar responden tidak sekolah sebanyak Berdasarkan tabel VI.7 dari hasil uji
45,7%, Sedangkan untuk lulusan SD statistik dengan Uji Rank Spearman
sebanyak 28,6%, SLTP sebanyak 11,4%, didapatkan hasil penelitian yang
SLTA 11,4% dan Akademi/PT 2,9%. menunjukkan hasil ρ = 0,004, α = 0,05 jadi ρ
Pendidikan akan mempengaruhi seseorang < α (ρ < 0,05). Berdasarkan hasil analisis data
termasuk juga perilaku seseorang akan pola tersebut diketahui bahwa hipotesis penelitian
hidup terutama motivasi untuk sikap yang menyatakan Ho ditolak, sehingga
berperan serta dalam kesehatan kesimpulan ada hubungan antara
(Notoatmodjo, 2007). pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga
Dengan pendidikan yang masih rendah dengan kejadian hipertensi pada lansia.
tersebut pengetahuan keluarga tentang Keluarga lansia di Puskesmas Sepulu
kesehatan keluarga masih kurang. Hal ini Kabupaten Bangkalan yang melaksanakan
dikarenakan keluarga masih minim lima tugas kesehatan keluarga sebanyak 19
mendapatkan informasi mengenai kesehatan responden (54,2%), dan hampir sebagian
keluarga. Hal ini tidak dapat dipungkiri jika diantaranya menderita hipertensi sedang
seseorang mempunyai tingkat pendidikan yaitu 15 responden (42,9%).
rendah, maka akan menghambat Dalam penelitian ini terdapat hubungan
perkembangan sikap seseorang terhadap antara pelaksanaan lima tugas kesehatan
penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang keluarga dengan kejadian hipertensi pada
baru diperkenalkan. lansia. Pelaksanaan lima tugas kesehatan
keluarga yang kurang baik dalam hal ini
2. Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia. dikarenakan keluarga memiliki kesibukan
Berdasarkan tabel .6 karakteristik dan aktifitas yang sama dengan lansia,
berdasarkan kejadian hipertensi pada lansia sehingga lansia merasa tidak di perhatikan.
di Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan, dan kejadian hipertensi pada lansia
penelitian menunjukkan bahwa kejadian disebabkan oleh asupan garam yang
hipertensi pada lansia adalah yang menderita berlebihan dan gaya hidup kurang sehat
hipertensi ringan sebanyak 31,4%, lansia sehingga menyebabkan hipertensi.
dengan hipertensi sedang 42,9%, lansia Melalui pelaksanaan kesehatan keluarga
dengan hipertensi berat 22,9%, dan lansia yang baik, lansia akan merasa masih ada
dengan hipertensi sangat berat 2,8%, . Hal yang memperhatikan, ikut merasakan mau
ini dapat disebabkan oleh sebagian mereka membantu mengatasi beban hidupnya. Jadi
lebih sedikit melakukan aktivitas, pola dengan adanya pelaksanaan kesehatan
makan, dan stres lingkungan. Hal tersebut keluarga yang mempunyai ikatan emosional
membuat tekanan darah lansia meningkat. setidaknya akan memberikan kekuatan pada

6
lansia untuk menjalani hari tua yang lebih Bangkalan adalah pelaksanaan lima tugas
baik (Zainab, S.N, 2008). kesehatan keluarga sedang (54,3%).
Di dalam populasi yang luas didapatkan 2. Didapatkan bahwa hampir sebagian
kecenderungan prevalensi hipertensi Kejadian hipertensi Pada Lansia di
meningkat dengan bertambahnya asupan Puskesmas Sepulu Kabupaten Bangkalan
garam. Apabila asupan garam kurang dari 3 adalah hipertensi sedang (42,9%).
gram/hari. Prevalensi beberapa persen saja, 3. Ada hubungan antara pelaksanaan lima tugas
sedangkan bila asupan garam antara 5-15 kesehatan keluarga dengan kejadian
gram per hari prevalensi akan meningkat hipertensi pada lansia di Puskesmas Sepulu
menjadi 5-15%. Pada manusia yang diberi Kabupaten Bangkalan. ρ = 0,004, α = 0,05 (
garam yang berlebihan dalam waktu yang ρ<α).
pendek akan didapatkan peningkatan
tahanan perifer dan tekanan darah, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan pengurangan garam ketingket 60-
90 mmol/har akan menurunkan tekanan Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian, Jakarta:
darah pada kebanyakan manusia. Pengaruh Rineka Cipta
asupan garam terhadap timbulnya hipertensi Darmojo, B. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan
terjadi melalui peningkatan volume plasma, Usia Lanjut, Jakarta: FKUI
curah jantung dan tekanan darah dapat diikuti Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan
peningkatan ekskresi garam, disamping Kesehatan Masyarakat, Edisi II,
pengaruh faktor-faktor lain (Nurrahmi, Jakarta: EGC
2012). Friedman M, M. 1998. Keperawatan Keluarga
Wa l a u p u n t i d a k t e r l a l u j e l a s Teori dan Praktek, Jakarta: EGC
hubungannya dengan hipertensi, namun . Keperawtan Keluarga.
kebiasaan buruk dan gaya hidup yang tidak Edisi III. Alih Bahasa Ina Debora,
sehat juga menjadi sebab peningkatan Jakarta: EGC
tekanan darah. Faktor-faktor yang dapat Siregar, Amirullah. 2013. Klasifikasi hipertensi
menyebabkan timbulnya gangguan atau http://tahitiannoni-s.com/klasifikasi-
kerusakan pada pembuluh darah turut hipertensi/ (online) di akses pada
berperan terhadap munculnya penyakit tanggal 04-05-2013
hipertensi. (Sutanto, 2010). Adryadi, 2013. Hipertensi pada lansia.
Solusi yang sangat bermanfaat bagi http://www.scribd.com/doc/4572576
lansia hipertensi yaitu berbicara tentang 7/ hipertensi-pada-lansia (online) di
masalah penyakit lansia, sehingga lansia akses pada tanggal 04-05-2013
memahami bagaimana cara mencegah Lilik, M, A. 2011. Keperawatan lanjut usia,
terjadinya hipertensi, baik dari pola makan, Yokyakarta: Graha Ilmu
gaya hidup, dan stres lingkungan. Serta untuk Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian
memberikan harapan dan dorongan untuk Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
mencegah terjadinya hipertensi, serta . 2007. Kesehatan Masyarakat
membuat rencana dan tujuan untuk terus ilmu dan seni, Jakarta: Rineka Cipta
bergerak maju. Di samping itu dalam Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik,
hubungan sosial yang kuat merupakan cara Edisi II. Jakarta: EGC 2008.
efektif untuk mencegah hipertensi. keperawatan gerontik & geriatrik,
Hubungan sosial tersebut dapat berupa jakarta: EGC
berinteraksi dengan anak-anak cucu, serta Nurrahmi, Ulfa. 2012. STOP! Hipertensi.
begabung dalam kelompok masyarakat. Yogyakarta: Familia
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan
KESIMPULAN DAN SARAN Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba
1. Didapatkan bahwa sebagian besar Medika
Pelaksanaan Lima Tugas Kesehatan Setiabudhi, T. 1999. Panduan Gerontologi,
Keluarga di Puskesmas Sepulu Kabupaten Jakarta: Gramedia

7
Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung Koroner
dan Serangan Jantung, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan
Keluarga Aplikasi dalam Praktek,
Jakarta: EGC
Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu
Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
Penerbit ANDI
Sutanto, 2010. Cekal (Cegah & Tangkal)
penyakit modern, Yogyakarta:
Penerbit ANDI
Utaminingsih, W. 2009. Mengenal dan
mencegah Penyakit Diabetes,
Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Yogyakarta: Medika Ilmu
WHO, 2001. Pengendalian Hipertensi,
Terjemahan oleh ahli bahasa, kosasi
Padmawinata.bandung: ITB

8
PENGARUH TERAPI SENAM BUGAR LANSIA TERHADAP
TINGKAT DEPRESI LANSIA

Di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya


Prasetyo Eko Nugroho

ABSTRCT
Depression in the elderly associated with lower economic status, death of a spouse,
accompanying physical illness and social isolation. One way to reduce the level of depression in the
elderly is the fit elderly gymnastics. This study aims to analyze the decline in fit elderly depression
after exercise conducted in home elderly service Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya. The study
design was a pre-post experiment with using simple random sampling with the number of elderly who
are at the center home elderly service Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya sample of 30 people with
28 people. Data collection to analyze the level of depression using a structured interview questionnaire
Geriatric Depression Scale (GDS). Data were analyzed using paired T-test with a significance level of
<0.05. The results demonstrate significant value of p = 0.000. This suggests that the effect on the fit
exercisers decreased levels of depression in the elderly.
It can be concluded that there is a decrease in the level of depression after exercise fit elderly, so
the fit elderly exercisers should be maintained or combined with regular activity of homes for the
elderly are likely to show symptoms of depression.

Keywords: Elderly, fit elderly gymnastics therapy, depression level

ABSTRAK
Depresi pada lanjut usia berhubungan dengan status ekonomi rendah, kematian pasangan,
penyakit fisik yang menyertai dan isolasi sosial. Salah satu cara menurunkan tingkat depresi pada
lansia yaitu dengan senam bugar lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan
depresi setelah senam bugar lansia yang dilakukan di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.
Desain penelitian adalah pre-post eksperimen dengan menggunakan simple random sampling dengan
jumlah lansia yang berada di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya sebanyak 30 orang dengan
sampel 28 orang. Pengumpulan data untuk menganalisis tingkat depresi dengan menggunakan
wawancara terstruktur dengan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS). Data dianalisis
menggunakan Paired T-test dengan tingkat signifikansi < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan nilai
signifikansi p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa senam bugar berpengaruh terhadap penurunan
tingkat depresi pada lansia.
Dapat disimpulkan bahwa ada penurunan tingkat depresi setelah senam bugar lansia, sehingga
senam bugar lansia harus dipertahankan atau dikombinasikan dengan aktivitas rutin dari panti bagi
lansia yang cenderung menunjukkan gejala depresi.

Kata kunci: Lansia, senam bugar lansia, tingkat depresi

PENDAHULUAN Populasi lansia di Indonesia pada tahun


2005 (15,8 juta/ 7,2% penduduk Indonesia)
Lanjut usia merupakan bagian dari tahap meningkat 3 kali lebih besar daripada tahun
perjalanan hidup manusia yang tidak bisa 1970 (5,3 juta) (BPS, 2010). Jumlah lansia
dihindari. Pada kehidupan lanjut usia terjadi diperkirakan akan mencapai 11,34% pada tahun
kemunduran sesuai dengan hukum alam. 2020 di Indonesia. Kenaikan pesat itu berkaitan
Perubahan atau kemunduran tersebut dikenal dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.
dengan istilah menua atau proses penuaan. Peningkatan usia harapan hidup tentunya
Seseorang yang bertambah tua, kemampuan berdampak lebih banyak terjadi gangguan atau
fisik dan mental hidupnya akan perlahan-lahan penyakit pada lansia, salah satunya ialah
mengalami penurunan (Nugroho, 2008). depresi. Depresi menjadi salah satu problem

9
gangguan mental yang sering ditemukan pada status sosial dan pengalaman traumatik dimasa
lanjut usia. Prevalensinya diperkirakan 10% - lalu serta kurangnya dukungan emosional
15% dari populasi lanjut usia dan diduga sekitar (Bartelsetal., 2005; Bruce, 2002, dikutip dari
60% dari pasien di unit Geriatri menderita Miller, 2008).
depresi, sehingga gejala depresi yang muncul Depresi merugikan orang yang terkena
seringkali dianggap sebagai bagian dari proses dan keluarga serta sistem pendukung sosial
menua (Soejono, 2000). Angka kejadian depresi informal dan formal yang dimilikinya dan bila
pada lansia usia diatas 65 tahun diperkirakan tidak ditangani akan menyebabkan timbulnya
sekitar 10 - 30% (Zerhusen dalam Pawlinska- bunuh diri. Kemunduran yang terjadi pada
Chmara, 2005). lansia dapat memperpendek umur harapan
Studi pendahuluan dengan Geriatric hidup ditambah dengan memburuknya kondisi
Depression Scale (GDS) yang peneliti lakukan fisik. Hal tersebut berdampak pada menurunnya
pada tanggal 4 Februari 2013 di Panti Tresna kepuasan dan kualitas hidup dan menghambat
Werdha Hargo Dedali Surabaya dari pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia
keseluruhan lansia berjumlah 30 orang, (Stanley, 2007). Depresi pada usia lanjut akan
didapatkan bahwa lansia yang mengalami sembuh dan dapat berfungsi dengan baik jika
depresi sebanyak 75% yaitu 50% dengan ditatalaksana dengan baik. Penatalaksanaan
kategori depresi sedang dan 25% depresi ringan. depresi dengan terapi psikososial dalam setting
Hasil wawancara dengan pengurus Panti Tresna sederhana berupa terapi aktivitas kelompok,
Werdha Hargo Dedali Surabaya pada Februari kegiatan seperti senam, bimbingan untuk
2012, bahwa berdasarkan data diatas lansia mengenali aspek-aspek positif dalam
yang mengalami depresi kategori sedang kehidupannya, berdamai dengan kekurangan
tersebut tidak diberikan terapi apapun atau hidup dan meningkatkan kemampuan untuk
pelayanan khusus untuk menangani depresi menyelesaikan masalah (Dharmono, 2000).
yang dialaminya. Depresi pada lanjut usia Menurut Kuntaraf (1992), olah raga
berhubungan dengan status ekonomi rendah, dapat memperbaiki denyut jantung dan sistem
kematian pasangan, penyakit fisik yang otonomik tubuh yang sangat diperlukan untuk
menyertai dan isolasi sosial. Depresi pada lanjut menanggulangi stress. Olahraga dapat menjadi
usia sering tampak sebagai gejala somatik. penyembuh untuk berbagai gejala kejiwaan,
Kondisi depresi cenderung meningkatkan dapat mengurangi kekhawatiran, depresi,
produksi adrenalin dan kortisol yang diketahui keletihan dan kebingungan. Olahraga terutama
dapat menurunkan tingkat kekebalan tubuh senam lansia telah diterima sebagai salah satu
sehingga seseorang dengan depresi beresiko cara untuk mengatasi depresi. Peneliti ingin
mudah terserang penyakit. Dampak gangguan memberikan senam lansia, dimana gerakan
depresi pada lanjut usia berasal dari faktor fisik, berguna untuk mengembalikan posisi dan
psikologis dan sosial yang saling berinteraksi kelenturan sistem saraf dan aliran darah,
secara merugikan dan memperburuk kualitas Latihan senam dapat mempengaruhi kerja
hidup dan produktifitas kerja pada lanjut usia. korteks serebri. Dari korteks serebri kemudian
Faktor demografis meliputi jenis kelamin menstimulasi HPA Axis untuk mengurangi
perempuan, status single dan stres dalam produksi hormon CRF, kemudian ACTH yang
kehidupan (Serby & Yu, 2003, dikutip dari diproduksi pituitary juga akan menurun dan
Stinson, 2009). Faktor biologis pada lansia yang korteks adrenal juga menurunkan produksi
dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi kortisol. ACTH mempengaruhi produksi
antara lain menderita penyakit kronis, gangguan hormon andorfin dan ankefalin dimana kedua
indera, gangguan mobilitas fisik, penurunan hormon ini dapat meningkatkan sistem
kognitif, dan perubahan fisiologis lainnya yang kekebalan tubuh dan membuat tubuh menjadi
merupakan akibat dari proses menua (Capman rileks. Selain itu dengan senam, otot akan
& Perry, 2008; Weyereretal., 2001, dikutip dari berkontraksi yang akan mengakibatkan
Berman & Furst, 2010). Faktor psikososial yang kompresi pembuluh-pembuluh darah di dalam
signifikan diantaranya adalah kehilangan yang otot. Diantara kontraksi aliran darah akan sangat
disebabkan oleh kematian orang yang dicintai, meningkat sehingga aliran darah per satuan
hilangnya fungsi dan peran sosial, kehilangan waktu dalam sebuah otot yang berkontraksi

10
secara ritmik akan meningkat. Saat melakukan komputerisasi dengan taraf signifikasi 0,05
olahraga mekanisme-mekanisme lokal akan dimana H1 diterima jika nilai signifikasi lebih
mempertahankan tingginya aliran darah kecil dari taraf nyata (α = 0,05) yang berrati
sehingga sirkulasi O2 dan nutrisi akan penulis ingin mengetahui adakah pengaruh
meningkat. Dalam keadaan seperti ini, timbulah terapi senam bugar lansia terhadap tingkat
ketenangan dalam pikiran. Ketenangan ini depresi pada lansia dengan derajat kemaknaan ρ
bermanfaat bagi tubuh untuk rileks dan ≤ 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna
mengistirahatkan segenap aktifitas organ dan antara dua variabel maka H1 diterima, jika ρ <
sistem organ. 0,05 berarti H0 ditolak.)
Penelitian dilakukan di Panti Tresna
Werdha Hargo Dedali Surabaya. Dari data yang HASIL PENELITIAN
diperoleh pada bulan Februari 2013 di tempat
tersebut jumlah keseluruhan lansia 30 orang, 1. Distribusiresponden berdasarkan usia
yang mengalami depresi sebanyak 23 orang.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh senam lansia terhadap tingkat depresi
pada lansia. Diharapkan petugas kesehatan
lebih optimal memberikan senam lansia pada
lansia terutama pada lansia yang mengalami
depresi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik dengan Gambar 1 Distribusi responden berdasarkan


menggunakan pendekatan Pra – Post test usia diPanti Tresna Werdha Hargo
Design. Ciri dari penelitian ini adalah Dedali Surabaya tanggal 3 Juni 2013
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan satu kelompok subjek. Berdasarkan gambar 1 diatas dari 28
Kelompok subjek di observasi sebelum responden, 15responden (54%) berusia60 – 74
dilakukan intervensi, kemudian di observasi tahun.Sebagian besar responden termasuk
lagi setelah intervensi (Nursalam, 2003). dalam usia lanjut (elderly) sesuai dengan
Pada penelitian ini populasinya adalah kategori organisasi kesehatan dunia (WHO).
seluruh lansia yang ada di Panti Tresna Werdha
Hargo Dedali Surabaya sebanyak 30 orang. 2. D i s t r i b u s i r e s p o n d e n b e r d a s a r k a n
Sampel pada penelitian ini adalah lansia pendidikan terakhir
yang mengalami depresi di Panti Tresna Werdha
Hargo Dedali Surabaya sebanyak 28. Dalam Pendidikan 14
penelitian ini menggunakan jenis sampling responden
probability sampling yaitu simple random (50%)
sampling
Dalam penelitian ini variabel Tidak sekolah
independennya adalah senam bugar lansia dan 14 SR
variabel dependennya adalah tingkat depresi responden
pada lansia. (50%)
Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di
Panti Tresna Werdha Hargodedali Surabaya Gambar 2 Distribusi responden berdasarkan
pada bulan April 2013 pendidikan diPanti Tresna Werdha
Tehnik Analisis Data menggunakan Hargo Dedali Surabaya tanggal 3
Editing, Coding, Skoring dan Tabulating (Data Juni 2013
yang telah terkumpul akan dianalisa dengan
menggunakan uji Paired T-test dengan tehnik

11
Dari gambar 2 diatas dapat diketahui 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pada
bahwa menurut pendidikan terakhir 15 Keaktifan Dalam Senam
responden (50%) yang berpendidikan SR dan 15
responden (50%) tidak sekolah sama Keaktifan Pelaksanaan
jumlahnya. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap 3 Senam
kejadian depresi. Tidakselalu orang yang respon
pernah sekolah rentan terkena depresi dari pada den
orang yang pernah bersekolah. (11%) baik
2 sedang
3. Distribusi resesponden berdasarkan lama respon
tinggal di Panti 23 buruk
den
(7%) respon
Lama Tinggal di Panti den
7 (82%)
respon 7
den responden
(25%) (25%) Gambar 4 Distribusi responden berdasarkan
keaktifan dalam senam di di Panti
1-2 Tresna Werdha Hargo Dedali
15 tahun
respon Surabaya tanggal 3 Juni 2013
3-4
den
6 tahun Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa
(54%) dari 28 lansia yang mengikuti senam sebanyak
respon 5-6
den 23 lansia (82%) selalu aktif dalam pelaksanaan
tahun senam.
(21%)
Tabel 1 Tingkat depresi lansiasebelum dan
Gambar 3 Distribusi responden berdasarkan sesudah dilakukan senam lansia di
lama tinggal di di Panti Tresna Panti Tresna Werdha Hargo Dedali
Werdha Hargo Dedali Surabaya Surabaya tanggal 3 Juni 2013
tanggal 3 Juni 2013
Sebelum Sesudah
Tingkat Depresi perlakuan perlakuan
Berdasarkan gambar 3 diatas dari lama F % F %
lansia tinggal di panti sebagian besar responden Depresi ringan 10 35,71 24 85,71
(15 responden) telah tinggal di panti antara 1 – 2 Depresi Sedang 18 64,29 4 14,29
tahun, 7 responden telah tinggal di panti antara 5 Total 28 100 8 100
– 6 tahun dan 6 responden telah tinggal di panti Nilai p ujiPaired T-test p = 0,000
antara 3 – 4 tahun . Ini berkaitan dengan
perubahan tempat tinggal dari rumah ke panti Uji statistik dengan metode Paired T-test
merupakan pengalaman baru dalam kehidupan menunjukkan bahwa tingkat signifikasi p =
seorang lanjut usia. Sehingga memerlukan 0,000, haliniberarti ho ditolakdan h1 diterima,
adaptasi pada lingkungan kehidupan yang baru. artinyaterdapatpenurunan tingkat depresi yang
bermakna setelah dilakukan Senam Lansia pada
lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha
Hargo Dedali Surabaya. Dari tabel 1 juga bisa
dilihat dimana tingkat depresi sedang menurun
dari 18 responden yang mengalami depresi
sedang mennjadi 4 responden saja yang
mengalami depresi sedang

12
PEMBAHASAN Sebagian besar responden yang
mengalami depresi tingkat sedang tersebut
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui adalah lanjut usia dan yang yang termasuk
bahwa sebelum senam lansia, responden dalam usia lanjut (elderly). Seorang lanjut usia
terkategori depresi sedangdengan akan melepaskan peran-peran yang selama ini
menggunakan pengukuranGeriatric disandang. Respon yang bervariasi muncul
Depression Scale short form. seiring dengan perasaan tidak berdaya, tidak
Screening depresi sebelum penelitian bermanfaat, tidak produktif dan disingkirkan
dimulai menunjukkan bahwa dari 28 responden setelah lansia. Dengan demikian kejadian
tingkat depresi sebelum dilakukan senam depresi akan banyak muncul pada masa-masa
lansia,menunjukkan bahwa sebagian besar awal menjadi lansia sebagai bagian dari proses
responden mengalami depresi sedang. Jika berduka (Kuntjoro, 2002). Pada masa ini lansia
dilihat dari jawaban mayoritas responden saat masuk dalam peran baru dimana lansia harus
pengkajian awal menggunakan Geriatric menyesuaikan diri dengan segala penurunan
Depression Scale terlihat bahwa ada kesamaan baik secara fisik, psikis dan sosial yang
jawaban pada item nomor 2, 4, 7 dan 11. Item terjadi.Ini adalah hal tersulit, sehingga bagi
nomor 2 berhubungan dengan hilangnya lansia yang tidak dapat menerima keadaannya
aktivitas dan minat-minat, item nomor 4 akan menyebabkan ia jatuh dalam keadaan
berhubungan dengan perasaan bosan, item depresi. Dilihat dari lama tinggal di Panti,
nomor 7 berhubungan dengan perasaan sebagian besar responden adalah lanjut usia
perasaan tidak berdaya dan item nomor 11 yang baru tinggal di panti selama 1 - 2
berhubungan dengan perasaan bahwa hidup tahun.Tempat tinggal yang tidak diinginkan
yang menyenangkan. Perasaan bosan akan akan menggangu proses adaptasi bagi lanjut
dialami oleh seseorang yang belum mampu usia. Individu yang baru tinggal di panti belum
menyesuaikan diri dengan kondisi di menyatu dengan kegiatan-kegiatan di panti
lingkungan tersebut. Keterbatasan interaksi sehingga belum dapat dapat menikmati kegiatan
sosial, aktivitas yang monoton dan persepsi tersebut. Lanjut usia yang tidak terlibat dalam
negatif terhadap lingkungan akan menambah kegiatan-kegiatan di panti akan merasakan
perasaan bosan (Hawari, 2001). Lansia yang dirinya tidak berarti sehingga kemungkinan
berada di panti ini sudah terpola dengan depresi dapat terjadi (David, 2004). Di panti
kehidupan sesuai dengan jadwal yang yang merupakan tempat asing bagi lansia yang
disediakan oleh panti dengan tujuan agar semua baru masuk, dimana tidak semua hal yang ia
kegiatan sehari-hari di panti dapat berjalan miliki diluar panti ia dapatkan disini.
dengan teratur. Lansia yang berasal dari latar Kehilangan kebiasaan ini akan mengurangi
belakang yang berbeda tentunya juga kenyamanan sehingga dapat menyebabkan rasa
mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda. berduka yang bila berlanjut akan menyebabkan
Tidak semua kegiatan dan hobi lansia dapat depresi.
dilakukan disini sehingga lansia akan merasa Setelah dilakuan senam lansia, yang
bosan yang mana perasaan ini membuat lansia mengalami penurunan tingkat depresi dari
tidak menikmati hidupnya dengan senang. depresi sedang 64,29% menjadi 14,29%. Lansia
Namun para lansia tetap saja menerima semua yang melakukan senam lansia ini secara teratur
kegiatan sesuai yang diberikan oleh panti karena akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik
panti telah memberi yang terbaik pada lansia yang terdiridariunsur kekuatan otot, kelentukan
secara umum, tidak secara khusus dimana kita persendian, kelincahan gerak, keluwesan,
ketahui bahwa manusia termasuk lansia adalah cardiovascular fitness dan neuromuscular
mahluk unik yang berbeda satu sama lainnya fitness. Apabila lansia melakukan senam bugar
sehingga pada dasarnya perlu perlakuan yang lansia ini, peredaran darahakan lancar dan
berbeda-beda pula sesuai dengan minat dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu
keinginan masing-masing lansia. Hal ini karena 20% darahterdapat di otak, sehingga akan
lansia merasa sudah tidak mempunyai kekuatan terjadi proses endorfin hingga terbentuk
seperti dulu lagi. Ditambah lagi dengan keadaan hormonnorepinefrin yang dapat menimbulkan
fisik yang mengalami banyak penurunan. rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi

13
(kecanduan gerak) dan menghilangkandepresi. Hawari D. (2001) Manajemen Stress, Cemas
Denganmengikuti senam lansia efek dan Depresi. Jakarta. FKUI. 2001.
minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, Hurlock. (1999). Psikologi Perkembangan .
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, Jakarta : Erlangga.
pikiran tetap segar. Beberapa orang yang Iswan. (2008). Awet Muda Dengan Terapi
mengalami depresi pada dasarnya adalah H o r m o n .
menagalami perubahan suasana hati sehingga http://metroafada.wordpress.com/2008/
setelah berada dalam situasi yang 06/02/awet-muda-dengan-terapi-
menyenangkan maka tanda depresi tersebut hormon/. Diakses tanggal 12 Februari
seketika tidak ada lagi (Hawari, 2001). 2013.
Endorphin dan estrogen mempunyai pengaruh Kaplan, H.I, dan Sadock, B.J. (1998). Pocket
besar terhadap berkurangnya tingkat depresi Handbook of Emergency Psychiatric
yang dialami responden. Medicine. Jakarta: Media Medika.
Kuntaraf, Jonathan, kathleen Liwijaya. (1992).
KESIMPULAN Olah Raga Sumber Kesehatan. Bandung:
Percetakan Advent Indonesia
1. Tingkat depresi lansia sebelum senam bugar Kuntjoro, Zainuddin S. (2002). Kesehatan Jiwa
lansia sebagian besar (64,29%) berada pada Lansia. http://www.e-psikologi.com.
kategori deperesi sedang Diakses 9 Juni 2013.
2. Tingkat depresi lansia sesudah senam bugar Maramis, W.F. (2009). Catatan Ilmu
lansia sebagian besar (85,71%) berada pada Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Airlangga
kategori depresi ringan University Press.
3. Ada pengaruh senam bugar lansia terhadap Notoatmojo, S. (2002). Metodologi Penelitian
tingkat depresi lansia yang ditunjukkan Kesehatan. Jakarta: EGC
dengan hasil uji Paired T-test dengan hasil ρ Nugroho S. (2000). Keperawatan Gerontik
= 0,000 dengan derajat kemaknaan ρ ≤0,05 Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
DAFTAR PUSTAKA Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis
Anonymous. (1983). Geriatric Depression dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Scale short form. http://stand ~ ford Jakarta: Salemba Medika.
yesavage short html. Diakses tanggal 21 Pawliñska-Chmara, R. (2005). Symptoms Of
Februari 2013. Depression In Elderly Silesian Women
Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Living In Old People's Homes And Their
Penduduk Lanjut Usia, 2010. Badan O w n H o m e s .
Pusat Statistik, Jakarta: 2010. http://www.ebiblioteka.lt/resursai/LMA/
David, T.A. (2004). Buku Saku Psikiatri. Edisi Acta%20medica%20Lituanica/0504_10
6. Jakarta. EGC. _ActMed.pdf. Diakses tanggal 21
Darmojo dan Martono. (2000). Buku Ajar Februari 2013.
Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar
Dharmono S dan Nasrun, M.W.S. (2000). Fundamental Keperawatan: Konsep,
Pedoman Pengelolaan Kesehatan Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2.
Pasien Geriatri. Edisi 2. Jakarta: Balai Jakarta: EGC.
Penerbit FKUI. Pusat Bahasa DEPDIKNAS. (2002). Kamus
Elida. (2012). Senam Osteoporosis dan Efeknya besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Untuk Peningkatan Massa Tulang. Pustaka.
http://sehatkufreemagazine.wordpress. Santosa. (1994). Senam Lansia.
com/2012/11/23/. Diakses tanggal 2 http://wahyuniadek.wordpress.com/tag/s
Februari 2013. enam-lansia/. Diakses tanggal 12
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Februari 2013.
Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Serby, M., & Yu, M. (2003). Overview
Buku Kedokteran EGC. Depression In The Elderly. Mt. Sinai

14
Journal of medicine.
Setiabudhi. (1999). Panduan Gerontologi:
Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Soejono, C.H. (2000). Pedoman Pengelolaan
Pasien Geriatri. Jakarta: Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
Stanley, Mickey, dkk. (2006). Buku Ajar
Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Stanley, M. (2007). Ilmu Keperawatan
Gerontik. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W, dan Laraia, M.T. (2001).
Principples and Practice of Psychiatric
Nursing. Edisi 7. St Louis: Mosby Year
Book.
Stuart, G.W. & Sundeen,S.J. (1998).
Principples and Practice of Psychiatric
Nursing. Missouri USA: Mosby Year
Book.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa.
Bandung: Refika Aditama

15
TINGKAT PENGETAHUAN IBU POST PARTUM PRIMIPARA
TENTANG PERAWATAN LUKA PERINIUM
DI BPM ANAS SUTRIMAH GENDOH – BANYUWANGI

Saras Selinda

ABSTRACT
Health problems in mothers after childbirth can cause widespread impacts every aspect of life
aspects and parameters to be one of the nation's progress in the provision of services to the community
regarding the maternal mortality rate (MMR) and infant mortality rate (IMR). WHO data in 2005
showed the cause of infection (15%), unsafe abortion (13%), and preeclampsia or eclampsia (12%).
This type of observational study. Based on the analysis of this research is a descriptive study
using total sampling methods and the sample of 20 respondents. The independent variables are age,
education, and employment.
The results showed 20 post partum primiparous mothers in BPM Anas Sutrimah, SST Gendoh
village, Banyuwangi district based on the age of most of the less knowledgeable as much as 44.5% (4
primiparous mothers post partum) were aged <20 years. Based on education, most of the knowledge
about of 75% (3 primipara mothers post partum) less educated. Based on the job, most of the less
knowledgeable as much as 41.7% (5 primiparous post partum mothers) are not working.
From the results of this study concluded that the majority of maternal postpartum primiparous
less knowledgeable. Therefore, it is expected to add insight and knowledge for mothers post partum
primiparous about perineal wound care so as to avoid the occurrence of infections.

Keywords: knowledge, postpartum primiparous mother, perineal wound care

ABSTRAK
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas
keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menyangkut dengan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Data WHO tahun 2005 menunjukkan penyebab infeksi
(15%), unsafe abortion (13%), dan preeklampsia atau eklampsia (12%).
Jenis penelitian ini bersifa tobservasional. Berdasarkan analisis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menggunakan metode total sampling dan dengan besarsampel 20 responden.
Variabel bebas penelitian ini adalah usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 20 ibu post partum primipara di BPM Anas Sutrimah, SST
Desa Gendoh, Kabupaten Banyuwangi berdasarkan umur sebagian besarberpengetahuan kurang
sebanyak 44,5% (4 ibu post partum primipara) yang berusia <20 tahun. Berdasarkan pendidikan
sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 75% (3 ibu post partum primipara) yang
berpendidikan rendah. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak
41,7% (5 ibu post partum primipara) yang tidak bekerja.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu post partum primipara
berpengetahuan kurang. Oleh karena itu diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
ibu post partum primipara tentang perawatan luka perineum sehingga dapat menghindari terjadinya
infeksi.

Kata kunci : Pengetahuan, Ibu post partum primipara, Perawatan luka perineum

16
PENDAHULUAN hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 35/1000 kelahiran hidup. Oleh karena
Masa puerperium atau masa nifas adalah itu dibutuhkan upaya terobosan baru dari
masa dimana dimulai setelah partus selesai dan pemerintah untuk mencapai target tersebut.
berakhir setelah kira – kira 6 minggu. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu
(Prawirohardjo, Sarwono : 2007). akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan 50 % kematian saat masa nifas terjadi dalam 24
menimbulkan dampak yang dapat meluas ke jam pertama. Asuhan kebidanan dapat diperoleh
berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah ibu dengan melakukan kunjungan saat masa
satu parameter kemajuan bangsa dalam nifas paling sedikit 4X agar keadaan ibu dapat
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada dinilai dan dapat dideteksi apabila ada masalah-
masyarakat yang menyangkut dengan angka masalah yang terjadi. Resiko kematian ibu
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi melahirkan di Indonesia teramat tinggi bila
(AKB). dibandingkan dengan sejumlah negara di Asia
Data dari World Health Organization (WHO) Tenggara lainnya. Dari data mortalitas SKRT
tahun 2005 menunjukan bahwa perdarahan 2002 menunjukkan salah satu penyebab
merupakan 26% dari penyebab kematian ibu di kematian ibu adalah infeksi (angka kejadian
dunia dan merupakan penyebab infeksi (15%), 12%) (DepKes RI 2010 ).
unsafe abortion (13%), dan preeklampsia atau Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
eklampsia (12%), di samping sebab-sebab yang menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan
lain (WHO, 2005). Angka kematian ibu menurut angka kematian (mortalitas) adalah dengan
Departemen Kesehatan (2010) menargetkan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif
angka kematian ibu pada tahun 2010 sekitar 226 pada masyarakat tentang perawatan luka
orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang perineum. Dalam melaksanakan upaya tersebut,
per tahun. Sasaran Millenium Development diperlukan sumber daya manusia yang
Goals (MDGs) yaitu angka kematian ibu (AKI) mempunyai kemampuan untuk memberikan
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pelayanan yang berkualitas, dengan
dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per memberikan penyuluhan tentang kesehatan
1.000 KH pada tahun 2015, diperlukan upaya kepada masyarakat, sehingga pengetahuan yang
percepatan yang lebih besar dan kerja keras dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat
(Depkes, 2010). mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
Kematian ibu merupakan masalah besar bagi kesehatan. Oleh karena itu Perawatan luka
negara berkembang. Ini berarti kemampuan perineum dilakukan dengan cara melakukan
untuk memberikan pelayanan kesehatan masih pengobatan luka pasca ibu melahirkan. Luka
memerlukan perbaikan. kesehatan yang bersifat tersebut dirawat dalam keadaan steril, bersih
menyeluruh dan lebih bermutu. Menurut dinas dan terhindar dari infeksi kuman sehingga
kesehatan Jawa Timur AKI yang diperoleh dari proses penyembuhan pasca nifas menjadi lebih
laporan kematian ibu (LKI) Kabupaten / Kota se cepat.
Jawa Timur tahun 2011adalah 101,4 per Berdasarkan survey awal yang dilakukan
1.000.000 dibandingkan tahun 2010 sebesar peneliti pada Bulan April 2013 tentang Tingkat
125/100.000 kelahiran hidup. Sementara tahun Pengetahuan Ibu Post Partum Primipara tentang
2011 kejadian AKB sejumlah 5.533 kasus dari Perawatan Luka Perineum didapatkan 18 orang
589.482 kelahiran. Apabila dibandingkan pasien. Dengan melakukan wawancara
jumlah AKI dan AKB tahun 2010 ini mengenai perawatan luka perineum dimana
menunjukan keberhasilan. (Profil kesehatan yang sudah mengetahui dan melakukan
Jawa Timur). perawatan luka perineum dengan benar di BPM
Berdasarkan keputusan Depkes RI upaya Anas Sutrimah sebanyak 7 orang (38,9%) dan
yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKI yang belum mengetahui dan belum melakukan
dan AKB pada 2011 menargetkan sekitar 226 perawatan luka perineum dengan benar
orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang sebanyak 11 orang (61,1%).
per tahun. Keadaan ini masih jauh dari target Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik
harapan yaitu 75% atau 125/100.000 kelahiran untuk melakukan penelitian tentang Tingkat

17
Pengetahuan Ibu Post Partum Primipara tentang partum berumur <20tahun sebanyak45% (9)
Perawatan Luka Perineum di BPM Anas ibupost partumprimipara).
Sutrimah, SST Gendoh – Banyuwangi.
Tabel 2 Distribusi frekuensi ibupost partum
METODE PENELITIAN primipara berdasarkan pendidikan
diBPM Anas Sutrimah, SST Desa
Jenis penelitian ini adalah observasional, Gendoh, Kabupaten Banyuwangi
yakni peneliti tidak melakukan perlakuan pada Bulan September 2013.
obyek penelitian, berdasarkan waktunya
penelitian inidikelompokkan dalam penelitian No Pendidikan Frekuensi Persen
tase %
c ro s s s e c t i o n a l , y a k n i p e n g a m a t a n
1 SD 4 15
hanyadilakukan pada suatu saat saja, Desain
2 SMP 5 30
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, 3 SMA 9 45
menurut Notoatmodjo (2005), Dalam penelitian 4 PerguruanTinggi 2 10
ini peneliti menggunakan metode penelitian Total 20 100
deskriptif Sumber : Data Primer, tahun2013
Populasi yang diamati peneliti dalam
penelitian ini adalah semua ibu nifas yang Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari
berkunjung di BPM Anas Sutrimah, SST pada 20 ibupost partum primipara sebagian besar
bulan September 2013 sebanyak 20 orang. berpendidikan SMA sebanyak45% (9) ibu post
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini partum primipara) dan sebagian kecil ibupost
adalah ibu nifas yang berkunjung pada bulan partum berpendidikan perguruan tinggi
September 2013. Penelitian ini menggunakan sebanyak10% (2) ibu post partum primipara).
total sampling
Penelitian dilakukan di BPM Anas Sutrimah, Tabel 3 Distribusi frekuensi ibu postpartum
SST Desa Gendoh, Kabupaten Banyuwangi. primipara berdasarkan pekerjaan di
Penelitian dilakukan pada Bulan April 2013 BPM Anas Sutrimah, SST Desa
sampai Bulan September 2013. Gendoh, Kabupaten Banyuwangi
Variabel dalam penelitian ini adalah Bulan September 2013.
pengetahuan, usia, pendidikan, pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
Data yang sudah dikumpulkan dilakukan %
scoring kemudian data dihitung presentasi dan 1 Tidak bekerja (IRT) 12 60
tabulasi silang 2 Bekerja (Swasta/ PNS) 8 40
Total 20 100
Sumber : Data Primer, tahun 2013
HASIL PENELITIAN
Berdasarakan tabel 3 menunjukkan
Tabel 1 Distribusi frekuensi ibu post partum bahwa 20 ibupost partum primipara sebagian
primipara berdasarkan umur di BPM besar tidak bekerjas ebanyak 60% (12 ibupost
Anas Sutrimah, SST Desa Gendoh, partum primipara), dan sebagian kecil ibupost
Kabupaten Banyuwangi Bulan partum bekerja sebanyak 40% (8 ibupost partum
September 2013. primipara).
No Umur Frekuensi Persentase %
1 < 20 9 45
2 20-35 11 55
3 > 35 0 0
Total 20 100
Sumber : Data Primer, tahun2013
Dari tabel VI.1 menunjukkan bahwa dari 20
ibupost partum primipara sebagian besar
berumur 20-35tahun sebanyak 55% (11ibupost
partumprimipara) dan sebagian kecili bupost

18
Tabel 4 Distribusi Frekuensi ibu post partum Tabel 6 Tabulasi Silang antara Pengetahuan
primipara tentang perawatan luka Dengan Pendidikan IbuPost Partum
perineum di BPM Anas Sutrimah, SST Primipara Tentang Perawatan Luka
Desa Gendoh, Kabupaten Banyuwangi Perineum di BPM Anas Sutrimah, SST
Bulan September 2013. Desa Gendoh, Kabupaten Banyuwangi
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
Bulan September 2013.
(%) Pengetahuan
1. Baik 5 25 Pendidi
Baik Cukup Kurang
Jumla
No
kan
%
2. Cukup 6 30 N (%) N (%) N (%)
h (N)
3. Kurang 9 45 1 SD 0 0 1 25 3 75 4 100
Total 20 100 2 SMP 1 20 2 40 2 40 5 100
Sumber : Data Primer, tahun 2013 3 SMA 4 44,4 4 44,4 1 11,2 9 100
4 Perguru 1 50 1 50 0 0 2 100
an
Dari tabel .4 menunjukkan bahwa dari Tinggi
20 ibupost partum primipara sebagian Jumlah 6 30 8 40 6 30 20 100
berpengetahuan kurang tentang perawatan luka Sumber : Data Primer, tahun 2013
perineum sebanyak 45% (9 ibupost partum
primipara), dan sebagian berpengetahuan cukup Berdasarkan table 6 menunjukkan
sebanyak30% (6) ibupost partum primipara). bahwa ibupost partum primipara yang
Sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak berpengetahuan baik sebagian besar
25% (5 ibu post partum primipara). berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 50% (1 ibu
post partum primipara). Sedangkan yang
Tabel 5 Tabulasi silang antara Pengetahuan berpengetahuan kurang sebagian besar
dengan UmurIbuPost Partum Primipara berpendidikan rendah yaitu sebanyak 75% (3
Tentang Perawatan Luka Perineum di ibu post partumprimipara).
BPM Anas Sutrimah, SST Dari table diatas menunjukkan bahwa
DesaGendoh, Kabupaten Banyuwangi semakin rendah pendidikan IbuPost partum
Bulan September 2013. Primipara maka pengetahuannya semakin
Pengetahuan
berkurang.
Jumlah
No Umur Baik Cukup Kurang %
(N)
N (%) N (%) N (%) Tabel 7 Tabulasi Silang antara Pengetahuan
1 < 20 3 33,3 2 22,2 4 44,5 9 100
2 20 - 35 4 36,4 3 27,2 4 36,4 11 100
dengan Pekerjaan IbuPost Partum
3 >35 0 0 0 0 0 0 0 100 Primipara Tentang Perawatan Luka
Jumlah 7 5 5 25 8 40
Perineum di BPM Anas Sutrimah, SST
20 100
Sumber : Data primer, tahun 2013 Desa Gendoh, Kabupaten Banyuwangi
Bulan September 2013.
Berdasarkan table 5 menunjukkan
Pengetahuan
bahwa ibu post partum primipara yang No Pekerjaan Baik Cukup Kurang
Jumlah
%
berpengetahuan baik sebagian besar berusia 20- (N)
N (%) N (%) N (%)
35tahun yaitu sebanyak 36,4% (4 ibu post 1 Tidak 4 33,3 3 25 5 41,7 12 100
bekerja 2
partum primipara). Sedangkan yang 2 (IRT) 4 50 2 25 25 8 100
berpengetahuan kurang sebagian besar berusia Bekerja
< 20 tahun yaitu sebanyak 44,5% (4 ibu post (Swasta/
PNS)
partumprimipara). Jumlah 8 40 5 25 7 25 20 100
Dari table diatas menunjukkan bahwa Sumber : Data Primer, tahun 2013
semakin rendah usia IbuPost Partum Primipara
maka pengetahuannya semakin berkurang. Berdasarkan table 7 menunjukkan
bahwa ibu post partum primipara yang
berpengetahuan baik sebagian besar adalah
ibupost partum primipara yang bekerja yaitu
sebanyak 50% (4 ibu post partumprimipara).
Sedangkan yang berpengetahuan kurang
sebagian besar adalah ibu post partumprimipara

19
yang tidak bekerja yaitu sebanyak 41,7% (5 ibu 2. Pengetahuan Ibu Post Partum Primipara
post partumprimipara). Tentang Parawatan Luka Perineum
Dari table diatas menunjukkan bahwa Berdasarkan Pendidikan
IbuPost Partum Primipara yang bekerja Dari table 6.6 menunjukkan bahwa dari
memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada 3 ibu post partum primipara yang
Ibu yang tidak bekerja. berpendidikan rendah sebagian besar
berpengetahuan kurang sebanyak 75% (3ibu
PEMBAHASAN post partum primipara).
Menurut Nursalam (2008) makin tinggi
1. Pengetahuan Ibu Post Partum Primipara tingkat pendidikan seseorang makin mudah
Tentang Perawatan Luka Perineum menerima informasi sehingga makin banyak
Berdasarkan Usia pula pengetahuan yang dimiliki.
Dari table 6 menunjukkan bahwa dari 9 Menurut Notoatmodjo (2003), yang
ibu post partum primipara yang berusia < 20 menyatakan bahwa semakin tinggi
tahun sebagian besar berpengetahuan kurang pendidikan seseorang maka diharapkan
sebanyak 44,5% (4 ibu post partum seseorang akan semakin mudah atau terbuka
primipara). dalam menyerap, memilih dan beradaptasi
Menurut Nursalam dan Pariani (2006) dengan segala informasi dan sesuatu yang
semakin cukup usia, tingkat kematangan dan baru. Sedangkan menurut Koentjaraningrat
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam yang dikutip Nursalam (2008) yaitu semakin
berpikir dan bekerja. tinggi pendidikan seseorang makin mudah
Menurut teori Notoatmodjo (2007) orang tersebut untuk menerima informasi,
semakin tua usia seseorang semakin baik sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang
pula tingkat pengetahuan dikarenakan akan menghambat perkembangan
semakin tua usia seseorang bertambah pula pengetahuan dan sikap seseorang terhadap
pengalamannya. nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan Berdasarkan hasil penelitian di
menunjukkan bahwa semakin rendah usia lapangan menunjukkan bahwa semakin
ibu post partum primipara maka tinggi tingkat pendidikan ibu post
pengetahuannya semakin berkurang. partumprimipara maka pengetahuannya
Pengetahuan yang kurang ini dikarenakan semakin baik. Hal ini dikarenakan mereka
cara berpikir seseorang belum cukup matang yang pendidikannya lebih tinggi,
dibandingkan dengan usia diatasnya. pengetahuan dan informasi yang didapatkan
Sehingga menyebabkan seseorang belum juga berbeda dan lebih banyak daripada
memiliki kemampuan mental untuk mereka yang pendidikannya lebih rendah.
mempelajari dan menyesuaikan diri dalam Informasi tersebut dapat mereka peroleh dari
situasi yang baru. Selain itu juga dikarenakan bangku pendidikan, dari lingkungan sekolah,
mereka belum memiliki pengalaman yang maupun dari teman-teman sekolahnya. Hal
lebih dibandingkan dengan usia di atasnya. tersebut juga karena ditunjang adanya
Hal ini membuat mereka menjadi kurang informasi-informasi baik dari media massa,
berpengetahuankarena pengalaman mereka media elektronik, media cetak, maupun
belum cukup luas. internet.
Umur seseorang sangat menentukan Ibu post partum primipara tidak
tingkat kematangan dalam berpikir. Semakin mengerti dan tidak menyadari dampak jika
matang cara berpikir seseorang semakin tidak melakukan perawatan luka perineum
berhati-hati pula mereka berperilaku. dengan benar. Hal ini dikarenakan tingkat
Mereka bisa menentukan mana yang baik pendidikan rendah, sehingga tingkat
atau mana yang tidak baik untuk dirinya pengetahuan ibu post partum primipara
begitu pula sebaliknya. Dengan kurang.Hendaknya ibu nifas agar lebih
bertambahnya umur semakin dewasa pula memperhatikan tentang perawatan luka
bagaimana mereka menentukan kehidupanya perineum dengan cara mendapatkan
di masa depan. informasi dari media massa, media

20
elektronik maupun pelayanan kesehatan, KESIMPULAN
karena dengan meningkatkan pengetahuan
pada ibu post partum primipara akan 1. Tingkat pengetahuan ibu post partum
menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan primipara tentang perawatan luka perineum
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang berdasarkan usia sebagian besar
dimilikinya. berpengetahuan kurang pada ibupost partum
primipara yang berusia < 20 tahun.
3. Pengetahuan Ibu Post Partum Primipara
Tentang Perawatan Luka Perineum 2. Tingkat pengetahuan ibu post partum
Berdasarkan Pekerjaan primipara tentangperawatanluka perineum
Dari table 6.7 menunjukkan bahwa dari berdasarkan pendidikan sebagian besar
12 ibu post partum primipara yang tidak berpengetahuan kurang pada ibupost partum
bekerja sebagian besar berpengetahuan primipara yang berpendidikan rendah.
kurang sebanyak 41,75% (5 ibu post partum 3. Tingkat pengetahuan ibu post partum
primipara). primipara tentang perawatan luka perineum
Menurut Notoatmodjo (2003), dengan berdasarkan pekerjaan sebagian besar
bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang berpengetahuan kurang pada ibu post partum
bernilai, bermanfaat dan memperoleh primipara yang tidak bekerja.
berbagai pengalaman. Seseorang yang
bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari DAFTAR PUSTAKA
pada seseorang yang tidak bekerja, karena
seseorang akan mempunyai banyak Anggraini, Yetti. 2010. Asuha nKebidanan
informasi. M a s a N i f a s . Yo g y a k a r t a :
Berdasarkan hasil penelitian PustakaRihama
menunjukkan bahwa ibu post partum Azwar, Saifuddin. 2012. MetodePenelitian.
primipara yang tidak bekerja memiliki Yogyakarta: Pustaka Pelajar
pengetahuan yang kurang, sedangkan ibu ______________. 2012. Sikap Manusia, Teori
post partum primipara yang bekerja memiliki dan Pengukurannya. Yogyakarta:
pengetahuan yang lebih. Hal ini dikarenakan Pustaka Pelajar
ibu nifas yang tidak bekerja mendapatkan ______________. 2012. TesPrestasi.
informasi yang kurang atau sedikit daripada Yogyakarta: Pustaka Pelajar
ibu nifas yang bekerja, mereka yang bekerja Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
mendapatkan informasi dari lingkungan Nifas Normal. Jakarta: EGC
kerjanya, dari teman-teman kerjanya, Bobak, Jensen. 2005. Keperawatan
maupun dari media massa. Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku
Ibu post partum primipara yang tidak Kedokteran EGC
bekerja pada umumnya kurang memahami Denis,Tiran, 2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta:
tentang perawatan luka perineum karena Penerbit Buku Kedokteran EGC.
kurangnya informasi yang didapatkan. Dewi dan Sunarsih.2012. Asuhan Kebidanan
Hendaknya pada ibu nifas yang tidak bekerja pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
agar lebih memperhatikan tentang perawatan Medika
luka perineum dengan cara mendapatkan Depkes RI. 2010. Angka Kejadian
informasi dari media massa, media I n f e k s i . W w w. G o o g l e . C o m
elektronik maupun pelayanan kesehatan, (diaksestanggal 25 maret 2013)
karena dengan meningkatkan pengetahuan Hidayat, A. A. 2007.Metode Penelitian
pada ibu post partum primipara akan Kebidanan Teknik Analisis Data.
menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan Jakarta:Salemba Medika
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang Maimunah S, 2005. Kamus Istilah Kebidanan.
dimilikinya. Penertbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Marmi.2012. Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

21
Mamik.2011. Metode Penelitian Kesehatan dan
Kebidanan. Surabaya: Prins Media
Publishing
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekt
aKedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Mansjoer. Arif, dkk. Eds. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mochtar, Rustam 2004.Sinopsis Obstetri. Edisi
2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
______________. 2007. Promosi Kesehatan &
IlmuPerilaku.Jakarta: RinekaCipta
______________. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta
______________. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian
IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam, dan Pariani. 2006. Pendekatan
Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: CV Info Medika
Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Meternal Dan Neonatal. Yayasan
BinaPustaka Jakarta
___________________ 2008.IlmuKebidanan.
Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
Simkin, Penny, Whalley, Janet, Keppler, Ann.
2007. Kehamilan, Melahirkanda Bayi.
Jakarta. Arcan
Profil Kesehatan JawaTimur.
KejadianInfeksiMasaNifas.Www.Goog
le.Com (diakses tanggal 25 maret 2013)
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa nifas.
Yogyakarta: Fitramadya
Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Kencana
WawandanDewi. 2010. Teori &Pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia Dilengkapi Contoh Kuesioner.
Yogyakarta: NuhaMedika
WHO. 2005. Angka Kejadian
Infeksi.Www.Google.Com (diakses
tanggal 25 maret 2013)

22
GAMBARAN PENGETAHUAN PARA REMAJA
TENTANG DAMPAK SEKS BEBAS
(Studi Kasus di SMPI Terpadu Siding Puri Desa Poreh
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, 2013)

Fenny Wulandari

ABSTRACT

Free sex is sex without a legitimate marriage bond. Free sex is also a behavior that arise
because of the sexual urges or activities to get pleasure sexual organ through a variety of behaviors, so
many negatives in terms of health risks such as unwanted pregnancy so choose to terminate the
pregnancy (abortion), psychological disorders such as fear, stress . Recurrent abortion can lead to
complications and can also cause infertility.
This type of observational study. Based on the analysis of this research is descriptive research
with mengngunakan simple random sampling method and with a large sample of 34respondents.
The results showed 34 teens from Integrated in SMPI Siding village Puri district Poreh
Lanteng Sumenep by most knowledgeable about education as much as 84.7% (11 people) yaiu
educated teenagers (class VII). Based on the age of most of the less knowledgeable many as 91.6% (11
men) aged 13 years. Based on the most knowledgeable resources as much as 50.0% less (8 people) are
getting information from television.
From the results of this study concluded that most adolescents are less knowledgeable.
Therefore, it is expected to add insight and knowledge to youth about the impact of casual sex so as to
avoid the occurrence of free sex.

Keywords: Knowledge, free sexual health reproductive success

ABSTRAK

Seks bebas adalah seks tanpa ikatan pernikahan yang sah. Seks bebas juga merupakan perilaku
yang muncul karena dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kenikmatan seksual organ
melalui berbagai perilaku, sehingga banyak negatif dalam hal risiko kesehatan seperti kehamilan yang
tidak diinginkan sehingga memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi), gangguan psikologis seperti
rasa takut, stres. Aborsi berulang dapat menyebabkan komplikasi dan juga dapat menyebabkan
infertilitas.
Jenis penelitian observasional. Berdasarkan analisis dari penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode sampling acak sederhana mengngunakan dan dengan sampel besar 34
respondents.
Hasil penelitian menunjukkan 34 remaja dari Integrated di desa SMPI Siding kabupaten Puri
Poreh Lenteng Sumenep oleh sebagian pengetahuan tentang pendidikan sebanyak 84,7% (11 orang)
yaiu berpendidikan remaja (kelas VII). Berdasarkan usia sebagian besar kurang berpengetahuan
sebanyak 91,6% (11 orang) berusia 13 tahun. Berdasarkan sumber yang paling luas sebanyak 50,0%
kurang (8 orang) mendapatkan informasi dari televisi.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa sebagian besar remaja yang kurang
berpengetahuan. Oleh karena itu, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada
pemuda tentang dampak seks bebas sehingga untuk menghindari terjadinya seks bebas.

Kata kunci: Pengetahuan, dampak reproduksi kesehatan seksual bebas

23
PENDAHULUAN di kalangan remaja, beberapa remaja
perempuan hamil sebelum tamat sekolah
Remaja adalah masa peralihan antara menengah, diantaranya melakukan abortus dan
tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya sisanya melahirkan bayinya. Dampak lain yang
berbeda-beda tergantung faktor sosial dan perlu diwaspadai ialah bahaya penularan
budaya. Cirinya adalah alat reproduksi mulai penyakit kelamin terutama HIV / AIDS yang
berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi sudah menyebar kemana-mana. Laju
mencapai puncak perkembangannya, emosi penyebaran Human Immunodeficiency virus /
sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap Acquried immuno Deficiency Syndrome
teman sebaya dan belum menikah. (Arief, 2009 (HIV/AIDS) diJawa Timur telah mencapai
) Seksualitas sering di artikan sebagai bentuk tahap sangat menghawatirkan. Pada tahun
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang 2007,dinas kesehatan Jatim memprediksi
didasari oleh hasrat atau keinginan (libido) terdapat 13.00 ODHA (Orang dengan
dengan maksud untuk mendapatkan suatu HIV/AIDS) di Jatim, sebagian besar di kota
kenikmatan atau kepuasan. Dalam bentuk Surabaya (Bambang, 2009).
hubungan seksualitas tersebut tidak hanya alat Badan koordinasi keluarga berencana
kelamin yang berperan akan tetapi melibatkan (BKKBN) mengaku prihatin dengan kondisi
peran psikologis dan emosi. Hal ini merupakan moral remaja Indonesia. Menurut hasil survey
suatu yang wajar dan alamiah sebagai bentuk yang diterima lembaga tersebut, 63% persen
dorongan fisilogis dan sebagai wujud dari upaya remaja di Indonesia pada usia antara SMP dan
mempertahankan kelangsungan untuk SMA sudah melakukan hubungan seksual di
mendapatkan keturunan (Manuaba, 1998, luar nikah. Ironisnya, 21 persen diantaranya
sumiati, 2009) dilaporkan melakukan aborsi. Menurut Direktur
Seks bebas merupakan hubungan antara Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi
dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda BKKBN berdasarkan penelitian 2005-2006 di
dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan,
ikatan nikah (Ghifari, 2003). Seks bebas dapat Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar,
diartikan sebagai pola perilaku seks yang bebas ditemukan sekitar 47% hingga 54 % remaja
tanpa batasan, baik dalam tingkah laku seksnya mengaku melakukan hubungan seks sebelum
maupun dengan siapa hubungan seksual itu nikah. "Perilaku seks bebas remaja saat ini
dilakukan (Nanggala, 2006). sudah cukup parah. Peranan agama dan
Perilaku seksual yang tidak sehat di keluarga sangat penting mengantisipasi
kalangan remaja khususnya remaja yang belum perilaku remaja tersebut,"(Hafily, 2009)
nikah cenderung meningkat. Hasil penelitian Program pembangunan Nasional
menunjukkan usia remaja ketika pertama kali (Propenas) tahun 2000-2004, berdasrkan
mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2000
antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak kesehatan reprduksi remaja merupakan salah
adalah antara usia 17-18 tahun (fuad & radiono satu program pemerintah di dalam sector
2003). Perilaku seksual pada remaja dapat pembangunan sosial budaya. Tujuan program
diwujudkan dalam tingkah laku yang adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, perilaku remaja dalam kesehatan reprduksi.
sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau Lima target utama kebijakan kesehatan
melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat reproduksi remaja yang dimulai pada tahun
gerak tubuh, etiket, berpakaian dan 2001 adalah sebagai berikut : mengurangi
perbendaharaan kata. (Sarwono, 2003) penduduk yang menikah muda, meningkatnya
Hasil dari sebuah penelitian 93,7% anak pemahaman mengenai kesehatan reproduksi
Indonesia pernah melakukan ciuman, petting, remaja, mengurangi angka kehamilan remaja,
dan oral seks. 62,7% remaja usia SMP pernah mengurangi angka kehamilan sebelum
melakukan hubungan intim, 21,2% siswa SMA menikah, meningkatnya pengetahuan remaja
pernah melakukan aborsi. Dampak era mengenai penyakit menular seksual.
globalisasi juga dirasakan oleh remaja di Dari data yang di dapat di SMPI Terpadu
Indonesia. Perilaku seks bebas semakin marak Siding Puri desa Poreh kecamatan Lenteng

24
kabupaten Sumenep, pada tahun 2010 sebanyak HASIL PENELITIAN
2 orang anak yang berhenti sekolah akibat
pernah melakukan hubungan intim dan terjadi Karakteristik responden
hamil di luar nikah dan 1 orang anak yang
berhenti sekolah akibat hamili seorang wanita. Tabel 1 Distribusi frekuensi pengetahuan
Pada tahun 2011 hanya 1orang anak yang remaja tentang dampak seks
berhenti sekolah akibat pernah melakukan bebasberdasarkan pendidikan di SMPI
hubungan intim dan terjadi hamil di luar nikah Terpadu Siding Puri Desa Poreh
dan pada tahun 2012 telah terjadi pula 2 orang Kecamatan Lenteng Kabupaten
anak yang berhenti sekolah akibat pernah Sumenep, pada bulan januari-juni 2013.
melakukan hubungan intim dan terjadi hamil di
luar nikah. Maka masalah dalam penelitian ini No Pendidikan Jumlah Prosentase
adalah kurangnya pengetahuan mengenai sex (%)
education, sehingga menjadi salah satu factor 1. Kelas VII 13 38,2
yang mempengaruhi seorang untuk melakukan 2. Kelas VIII 12 35,3
seks bebas. 3. kelas IX 9 26,5
Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan
penelitian di SMPI Terpadu Siding Puri desa Jumlah 34 100
Poreh kecamatan Lenteng kabupaten Sumenep,
Sumber : data primer 2013
guna untuk member gambaran pengetahuan
para remaja tentang dampak seks bebas,
sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan Dari Tabel 1 di atas dapat dijelaskan
pengetahuan kepada remaja khusus dalam bahwa 34 remaja sebagian besar tingkat
meminimalkan adanya aspek psikososial pendidikannya rendah sebanyak 38,2% (13
remaja. orang) dan sebagian kecil tingkat
pendidikannya tinggi yaitu 26,5% (9 orang).
METODE PENELITIAN
Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan
Jenis penelitian ini adalah observasional remaja tentang dampak seks bebas
yakni dengan hanya mengamati penelitian ini berdasarkan umur di SMPI Terpadu
dikelompokkan dalam penelitian cross Siding Puri Desa Poreh Kecamatan
sectional yakni pengamatan hanya dilakukan Lenteng Kabupaten Sumenep, pada
pada suatu saat saja, pada saat pengumpulan bulan januari-juni 2013.
data dilakukan berdasarkan analisis data
(Nursalam, 2008 : 83). Penelitian ini merupakan No Umur Jumlah Prosentase
penelitian deskriptif. (Tahun) (%)
Populasi pada penelitian ini adalah siswa dari 1. 13 12 35,3
kelas VII -IX di SMPI Terpadu Siding Puri Desa 2. 14 11 32,3
Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep
yang berjumlah 154 orang. 3. 15 9 26,5
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 4. >15 2 5,9
responden dengan teknik sampling rondom Jumlah 34 100
sampling Sumber : data primer 2013
Variabel dalam penelitian ini yaitu
pendidikan, umur dan sumber informasi. Dari tabel 2 di atas dapat dijelaskan
Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari bahwa 34 remaja bahwa sebagian besar berumur
sampai September 2013. 13 tahun sebanyak 35,3% (12 orang) dan
Data yang sudah dikumpulkan dilakukan sebagian kecil berumur >15 tahun sebanyak
scoring kemudian data dihitung presentasi dan 5,9% (2 orang).
tabulasi silang

25
Tabel 3 Distribusi frekuensi pengetahuan Tabel 5 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan
remaja tentang dampak seks bebas Dengan Pendidikan Remaja tentang
berdasarkan sumber informasi di dampak seks bebas di SMPI Terpadu
SMPI Terpadu Siding Puri Desa Poreh Siding Puri Desa Poreh Kecamatan
Kecamatan Lenteng Kabupaten Lenteng Kabupaten Sumenep, pada
Sumenep, pada bulan januari-juni bulan januari-juni 2013.
2013. Pengetahuan
Jumla
No Pendidikan Baik Cukup Kurang %
h (N)
No Sumber Jumlah Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Kelas VII 0 0 2 15,38 11 84,7 13 100
informasi Prosentase 2 Kelas VIII 1 8,4 6 50,0 5 41,6 12 100
(%) 3 Kelas IX 3 33,3 3 33,3 3 33,4 9 100

1. Televisi 16 47,1 Jumlah 4 11,8 11 32,3 19 55,9 34 100

2. Radio 8 23,5
3. Majalah 10 29,4 Dari tabel 5 menunjukkan bahwa dari 13
Jumlah 34 100 remaja yang tingkat pendidikannya rendah
Sumber : data primer 2013 (Kelas VII) sebagian besar berpengetahuan
kurang yaitu 84,7% (11 orang), dari 12 remaja
Berdasarkan data tabel 3 menunjukkan yang tingkat pendidikannya (Kelas VIII)
bahwa dari 34 remaja sebagian besar sebagian besar berpengetahuan cukup sebanyak
mendapatkan informasi dari televisi sebanyak 50,0% (6 orang), dari 9 remaja yang tingkat
47,1% (16 orang) dan sebagian kecil pendidikannya (Kelas IX) sebagian besar
mendapatkan informasi dari radio sebanyak berpengetahuan baik sebanyak 33,4% (3 orang)
23,5% (8 orang). Dapat di simpulkan bahwa sebagian
besar remaja berpengetahuan kurang tentang
Tabel 4. D i s t r i b u s i F r e k u e n s i Ti n g k a t dampak seks bebas sebanyak 84,7% (11 orang)
Pengetahuan Remaja Terhadap yaitu pada remaja yang tingkat pendidikannya
Dampak Seks Bebas rendah (Kelas VII). Jadi terdapat
kecenderungan bahwa semakin rendah
No Pengetahuan Jumlah Prosentase
pendidikan seseorang maka semakin kurang
(%)
1. Baik 4 11,7
pula pengetahuanya, begitu pula sebaliknya.
2. Cukup 11 32,3
3 Kurang 19 55,9 Tabel 6 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan
Jumlah 34 Dengan Umur Remaja tentang
Sumber : data primer 2013 dampak seks bebas di SMPI Terpadu
Siding Puri Desa Poreh Kecamatan
Dari tabel 4 di atas dapat dijelaskan Lenteng Kabupaten Sumenep, pada
bahwa dari 34 remaja sebagian besar bulan januari-juni 2013
berpengetahuan kurang tentang dampak seks Pengetahuan Juml
bebas sebanyak 55,9% (19 orang) dan sebagian No Umur Baik Cukup Kurang ah %
kecil berpengetahuan baik sebanyak 11,7% (4 Jmlh (%) Jmlh (%) Jmlh (%) (N)
1 13 0 0 1 8,4 11 91,6 12 100
orang) 2 14 0 0 7 63,6 4 36,4 11 100
3 15 2 22,2 3 33,3 4 44,5 9 100
4 > 15 2 100 0 0 0 0 2 100
Jumlah 1111111,38
4 11 32,3 14 55,9 34 100
Sumber : data primer 2013

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa dari 12


remaja yang berumur 13 tahun sebagian besar
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 91,6%
(11 orang), dari 11 remaja yang berumur 14
tahun sebagian besar berpengetahuan kurang
sebanyak 36,4% (4 orang), dari 9 remaja yang
berumur 15 tahun sebagian besar

26
berpengetahuan cukup sebanyak 33,3% (3 PEMBAHASAN
orang) dan dari 2 remaja yang berumur >15
tahun sebagian besar berpengetahuan baik 1. Karateristik tingkat pengetahuan para remaja
sebanyak 100% (2 orang). tentang dampak seks bebas berdasarkan
Dapat disimpulkan bahwa sebagian pendidikan di SMPI Terpadu Siding Puri
besar remaja berpengetahuan kurang tentang Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten
dampak seks bebas pada umur 13 tahun Sumenep.
sebanyak 91,6% (11 orang) yaitu pada remaja Dari tabel 6.5 di atas dapat disimpulkan
yang berpendidikan (Kelas VII). Jadi semakin bahwa sebagian besar remaja berpengetahuan
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan kurang tentang dampak seks bebas masing-
seorang akan lebih matang dalam berfikir dan masing sebanyak 84,7% (11 orang) yaitu
lebih baik pengetahuannya begitu juga pada remaja yang tingkat pendidikannya
sebaliknya. (Kelas VII).
Menurut Notoatmodjo (2003), yang
Tabel 7 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan menyatakan bahwa semakin tinggi
Dengan Sumber Informasi Remaja pendidikan seseorang maka diharapkan
Tentang dampak seks bebas di SMPI seseorang akan semakin mudah atau terbuka
Terpadu Siding Puri Desa Poreh dalam menyerap, memilih dan beradaptasi
Kecamatan Lenteng Kabupaten dengan segala informasi dan sesuatu yang
Sumenep, pada bulan januari-juni baru.
2013. Menurut Nursalam (2008) makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin mudah
Pengetahuan Juml
Baik Cukup Kurang menerima informasi sehingga makin banyak
No
Sumber
%
pula pengetahuan yang dimiliki, sehingga
informasi
Jmh (%) Jml (%) Jml (%) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang
1 Televisi 3 18,8 5 31,2 8 50,0 16 100 semakin tinggi pula pengetahuanya,
2 Radio 1 12,5 2 25,0 5 62,5 8 100
3 Majalah 0 0 4 40,0 6 60,0 10 100 sebaliknya pendidikan yang kurang akan
Jumlah 4 1111,38 11 32,3 1 55,9 34 100 menghambat perkembangan sikap tentang
Sumber : data primer 2013
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
Berdasarkan data tabel 6.7 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa dari 16 remaja yang remaja rendah. Remaja yang tingkat
mendapatkan sumber informasi dari televisi pendidikannya rendah kurang memahami
sebagian besar berpengetahuan kurang hal-hal yang berkaitan dengan dampak seks
sebanyak 50,0% (8 orang), dari 8 remaja yang bebas. Sehingga dilapangan menunjukkan
mendapatkan sumber informasi dari radio bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang
sebagian besar berpengetahuan kurang dampak seks bebas banyak yang
sebanyak 62,5% (5 orang) dan dari 10 remaja berpengetahuan kurang.
yang mendapatkan sumber informasi dari Remaja tidak mengerti dan tidak
majalah sebagian besar berpengetahuan kurang menyadari dampak seks bebas tersebut
sebanyak 60,0% ( 6 orang). sehingga mereka tidak berpikir panjang untuk
Dapat disimpulkan bahwa sebagian melakukan hubungan intim. Hal ini
besar remaja putri yang berpengetahuan kurang dikarenakan tingkat pendidikan rendah,
tentang dampak seks bebas sebanyak 50,0% (8 linkungan, pergaulan bebas sehingga tingkat
orang) yaitu pada remaja yang mendapatkan pengetahuan remaja kurang, padahal
sumber informasi dari televisi. Jadi seseorang informasi tentang dampak seks bebas bisa
yang mendapatkan banyak informasi didapat dari berbagai media maupun
cenderung memiliki pengetahuan yang lebih pelayanan kesehatan. Dengan meningkatkan
baik. pengetahuan pada remaja akan menimbulkan
kesadaran dan akhirnya akan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

27
2. Karateristik tingkat pengetahuan para remaja Berbagai informasi dapat diperoleh
tentang dampak seks bebas berdasarkan umur melelui media massa (majalah dan surat
di SMPI Terpadu Siding Puri Desa Poreh kabar), media elektronik (televisi dan radio,
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep. internet), lingkungan (pergaulan, adat
Dari tabel 6.6 menunjukkan bahwa dari istiadat), dan lain sebagainya. Dalam
12 remaja yang berumur 13 tahun sebagian pemberitaan surat kabar maupun radio atau
besar berpengetahuan kurang yaitu sebanyak media komunikasi lainnya, berita yang
91,6% (11 orang). seharusnya faktual disampaikan secara
Menurut Nursalam (2001) yang objektif cenderung di pengaruhi oleh sikap
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu sikap dan pengetahuan konsumennya.
seperti umur, pendidikan dan pengalaman (Wawan dan Dewi,2010).
mendapat informasi. Kenyataan hasil lapangan menunjukkan
Menurut Notoatmodjo (2002) usia sebagian besar remaja yang mendapatkan
adalah umur individu yang terhitung mulai sumber informasi dari media elektronik atau
saat dilahirkan sampai berulang tahun. televisi mempunyai pengetahuan yang baik.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan Sesuai dengan teori, seseorang yang
dan kekuatan seorang akan lebih matang mendapatkan banyak informasi cenderung
dalam berfikir dan lebih baik memiliki pengetahuan yang lebih baik.
pengetahuannya. Dari segi kepercayaan Rendahnya informasi yang diperoleh
masyarakat seorang yang lebih dewasa akan remaja sangat mempengaruhi pengetahuan
lebih dipercaya dari orang yang belum cukup yang dimilki. Sebenarnya remaja bisa
tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat mendapatkan informasi dimana dan kapan
dari pengalaman dan kematangan jiwanya. saja tetapi terkadang mereka malas untuk
Berdasarkan hasil dilapangan mendapatkanya sehingga mereka memilih
menunjukkan bahwa pengetahuan remaja untuk mencari sesuatu yang bisa menghibur
kurang, hal ini disebabkan karena cara dan tidak ada manfaat yang bisa didapat bagi
berfikir seseorang belum cukup matang dirinya. Sumber informasi sangat diperlukan
dibandingkan dengan usia yang lebih guna memperoleh pengetahuan yang lebih
diatasnya. Hal ini membuat mereka menjadi banyak dan mendidik.
kurang berpengetahuan karena pengalaman Dari pembahasan di atas faktor yang
mereka belum cukup luas. sangat mempengaruhi terjadinya seks bebas
Umur seseorang sangat menentukan diSMPI Terpadu Siding Puri Desa Poreh
tingkat kematangan dalam berpikir. Semakin Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep
matang cara berpikir seseorang semakin adalah :
berhati-hati pula mereka berperilaku. Mereka 1. Orang Tua
bisa menentukan mana yang baik atau mana Orang tua yang tidak memperhatikan
yang tidak baik untuk dirinya begitu pula anaknya dikarenakan cenderung memikirkan
sebaliknya. Dengan bertambahnya umur pekerjaannya dan anak kurang mendapat
semakin dewasa pula bagaimana mereka perhatian sehingga anak cenderung bebas
menentukan kehidupanya di masa depan. dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Oleh
karena itu, perlunya perhatian orang tua.
3. Karateristik tingkat pengetahuan para remaja Apabila kita perhatikan, kesalahan orang tua
tentang dampak seks bebas berdasarkan adalah tidak memberi pendidikan tentang
sumber informasi di SMPI Terpadu Siding pergaulan bebas yang memadai dirumah, dan
Puri Desa Poreh Kecamatan Lenteng membiarkan anak-anak mereka mendapat
Kabupaten Sumenep. pemahaman pergaulan yang salah dari
Berdasarkan data tabel 6.7 di atas sumber yang salah.
menunjukkan bahwa dari 16 remaja yang 2. Lingkunga
mendapatkan sumber informasi dari televisi Lingkungan setempat manjadi salah satu
(Berita) sebagian besar berpengetahuan faktor yang mempengaruhi cara bergaul para
kurang sebanyak 50,0% (8 orang). remaja. Apabila kondisi keluarga sudah baik,

28
akan tetapi lingkungan sekitar tidak 2. Tingkat Pengetahuan Remaja yang berumur
mendukung atau tidak kondusif, maka anak 13 tahun tentang dampak seks bebas
tersebut juga dapat terjerumus ke dalam berdasarkan Umur di SMPI Terpadu Siding
pergaulan bebas. Apalagi remaja zaman Puri Desa Poreh Kecamatan Lenteng
sekarang lebih menyukai bergaul dengan Kabupaten Sumenep sebagian besar
teman yang ada dilingkungan sekitar dari berpengetahuan kurang sebanyak 91,6% (11
pada keluarga. Apabila kita ingat orang).
perkembangan cara pikir, pola pikir, anak 3. Tingkat Pengetahuan Remaja tentang
zaman sekarang tidak lagi didominasi oleh dampak seks bebas berdasarkan sumber
pendidikan keluarga namun lebih banyak informasi dari televisi di SMPI Terpadu
pendidikan dari lingkungan. Siding Puri Desa Poreh Kecamatan Lenteng
3. Ekonomi Rendah Kabupaten Sumenep sebagian besar
Keadaan ekonomi keluarga yang rendah berpengetahuan kurang sebanyak 50,0 % (8
akan membuat seorang anak tidak orang).
mengenyam pendidikan dengan baik. Dan
kebanyakan anak akan putus sekolah DAFTAR PUSTAKA
sehingga anak tersebut akan bergaul dengan
para remaja yang senasib. Mereka akan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
membentuk suatu kelompok yang Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
beranggotakan anak yang putus sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Keadaan ekonomi juga dapat menjadi faktor Bobak, Irene, et.al. 2004. Alih Bahasa : Maria A.
yang cukup mendominasi, maka adanya Wijayarini. Buku Ajar Keperawatan
penyuluhan atau pengetahuan tentang bahaya Maternitas. Jakarta : EGC.
pergaulan bebas bisa didapat dari berbagai Ghifari, Al Abu. 2009 . Gelombang Kejahatan
sumber informasi seperti di televisi, radio, Seks Remaja Modern. Bandung :
majalah. Bahkan secara umum, kelompok Mujahid Press.
remaja yang paling banyak mendapat Gunarsa, Dra. Singgih. D, dan Prof. Dr. Singgih.
dorongan bergaul secara bebas dari media 2007. Psikologi Remaja. Yogyakarta : PT.
cenderung melakukan pergaulan yang tidak BPK Gunung Agung Mulia.
baik, apalagi usia 14 hingga 16 tahun. Nanggala. 2006 . Pendidikan Jasmani, Olah
4. Kurangnya Kesadaran Raga dan Kesehatan. Edisi I Cetakan I.
Perlunya ditanamkan tentang Edisi II. Jakarta : Penerbit Salemba
pendidikan pergaulan adalah agar para anak Medika.
dapat berpikir lebih baik agar pola pikir anak Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan
lebih maju. Dan agar remaja dapat
Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.
menempatkan dirinya sebagai remaja yang
baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama __________________. 2005. Metodologi
dan norma yang berlaku didalam masyarakat Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
serta dituntut peran orang tua agar memberi Cipta.
pendidikan agama dan memberi pendidikan _____________. 2010. Ilmu Kesehatan
atau pengetahuan tentang seks (pergaulan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
bebas). Nugraha, dr. Boyke Nugraha. 2008. Problema
Seks & Cinta Remaja. Jakarta : Bumi
KESIMPULAN Aksara

1. Tingkat pengetahuan remaja yang tingkat Nursalam. 2006. Pendekatan Praktek


pendidikanya rendah (kelas VII) tentang Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :
dampak seks bebas berdasarkan pendidikan Sagung Seto.
di SMPI Terpadu Siding Puri Desa Poreh ___________, 2008. Konsep dan Penerapan
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep Metodologi Penelitian Ilmu
sebagian besar berpengetahuan kurang Keperawatan. Jakarta : Salemba
sebanyak 84,7% (11 orang) Medika.

29
Proverawati, Atikah & Misaroh, Siti. 2009.
Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rasyid, Moh. 2007. Pendidikan Seks.
Semarang : Syair Media
R. Septianauli, R. D Rusnawati. 2006. Laporan
Hasil Penelitian Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
HIV / AIDS Dengan Pendidikan Seks di
SMA Labschool.
Jakarta. FIK. UI.
Soetjoningsih. 2007. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Sarwono, W. S. 2003. Psikologi Remaja.
Jakarta : Grafindo Persada.
Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Remja dan
Konseling. Jakarta : Cetakan Pertama.
Widyastutik, dkk. 2009. Remaja dan
Permasalahannya. Bandung :
ALFABETA.
Winaris, Imam Wahyu. 2010. 100 Tanya
Jawab Kesehatan untuk Remaja.
Jogjakarta : Diva Press.
Yani W, dkk. 2009. Pernikahan Usia Muda.
Jakarta : Fitramaya.
Yuniati. 2007. Pengaruh Pendidikan Seks
Terhadap Sikap Mengenai Seks Pra
Nikah Pada Remaja. Jakarta : CV agung.
Yusuf. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung
Seto.
Arief. 2009. Seks Pranikah-freeseks-seks-
bebas. http://ebdosoma.
blogspot.com/2009/02/seks-
pranikah.free-seks-seks-bebas.html
(Situasi 17 Februari 2013)
Bakiak. 2008. Sex Education.
http://roomindonesia.net
(Situasi 03 Maret 2013)
Bambang. 2009. Fenomena Seks Bebas di
K a l a n g a n R e m a j a . h t t p : / / w w w.
bambangoke.com/2009/03/fenomena-
seks-bebas-di-kalangan-remaja-html
(Situasi 03 Maret 2013)

30
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT
DALAM MERAWAT PASIEN YANG MENGALAMI PENINGKATAN SUHU TUBUH

( di puskesmas menur surabaya )

Yohanes Hara Leyn

ABSTRACT

The quality of nursing services can be judged from the satisfaction of patients treated at the
health center. The need for the skills of nurses in providing nursing care to patients who mengaalami
increased body temperature, but in reality, not all the nurses on duty at the health center menur surabata
have good skills in caring for patients. This can occur because the knowledge of each different nurse or
nurse during training can be less serious in conducting the training that is provided by health centers to
nurse. In this study aims to determine the relationship of knowledge and skills of nurses in treating
patients who experienced an increase in body temperature.
The study design using observational study design with cross sectional approach. Selection of
the sample by simple random sampling and the number of samples as many as 18 nurses. Independent
variables in this study were nurses on duty in health centers menur Surabaya based knowledge and
skills. And collected by using questionnaires and observation sheets. Then analyzed by using
SPSS.version 16 with a significant level ά = 0.05
It is known that from the 18 nurses, most nurses have a good knowledge of as many as 38.9%
(7) and a small percentage of people have the knowledge and skills of nurses less respectively of 22.2%
(4) After doing the test statistic Spearman correlations , s rang level of knowledge of nurses about how
to care for patients who experienced an increase in body temperature menur health centers in Surabaya
then can the value of p = 0.004 <0.05 (sig).

Keywords: knowledge, skills


ABSTRAK

Kualitas pelayanan keperawatan dapat dinilai dari kepuasan pasien yang dirawat di
Puskesmas. Untuk itu di perlukan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dengan pasien yang mengaalami peningkatan suhu tubuh, namun pada kenyataannya tidak semua
perawat yang bertugas di puskesmas menur surabata memiliki keterampilan yang baik Dalam
merawat pasien. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan masing-masing perawat berbeda-beda atau
dapat pada saat pelatihan perawat kurang serius dalammelakukan pelatihan yang di berikan oleh
puskesmas terhadap perawat. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan keterampilan perawat dalam merawat pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh.
Desain penelitian mengunakan rancangan penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional. Pemilihan sampel dengan cara simple random sampling dan jumlah sampel sebanyak 18
perawat. Variable independen dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di puskesmas menur
Surabaya berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Dan di kumpulkan dengan mengunakan
kuesioner dan lembar observasi. Selanjutnya dianalisis dengan mengunakan SPSS.version 16 dengan
tingkat signifikan ά=0,05
Diketahui bahwa dari 18 perawat, sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik yaitu
sebanyak 38,9%(7) orang dan sebagian kecil perawat memiliki pengetahuan dan keterampilan kurang
masing-masing sebanyak 22,2%(4) orang Setelah di lakukan uji statistic correlations spearman,s
rang Tingkat pengetahuan perawat tentang cara merawat pasien yang mengalami peningkatan suhu
tubuh di puskesmas menur Surabaya maka di dapat nilai p= 0,004<0,05 (sig).

Kata Kunci : pengetahuan,keterampilan

31
PENDAHULUAN kesadaran diri untuk mengobserfasi,
memberikan perhatian, memaham respondan
Perawat profesional antara lain harus reaksi klien saat berinteraksi, pendekatan antara
mampu bertanggung jawab dan bertanggung perawat dengan klien sebagai pendekatan
gugat, dapat mengambil keputusan secara komunikasi tarapeutik sehingga klien merasa
mandiri, melakukan kolaborasi dengan disiplin selalu di temani oleh perewat. Perawat
ilmu lain, mempunyai otonomi dalam profesional antara lain harus mampu
pekerjaannya, advokasi, serta memfasilitasi bertanggung jawab dan bertanggung gugat,
kepentingan pasien (Lukman, 2008). dapat mengambil keputusan secara mandiri,
Pelayanan keperawatan kesehatan di lakukan di melakukan kolaborasi dengan disiplin ilmu lain,
puskesmas menur Surabaya dengan cara mempunyai otonomi dalam pekerjaannya,
bekerja sama dengan klien dalam waktu yang advokasi, serta memfasilitasi kepentingan
panjang dan bersifat berkelanjutan serta pasien (Lukman, 2008). keterampilan kerja
melakukan kerja sama lintas program dan lintas menyebabkan perawat mempunyai waktu yang
sector, asuhan keperawatan diberikan secara terbatas untuk belajar, dan hasil apa yang
langsung mengkaji dan intervensi klien dan dipelajarinya adalah pengetahuan yang dapat
lingkungannya termasuk lingkungan social, diaplikasikan secara nyata pada pelayanan
ekonomi dan fisik mempunyai tujuan utama kesehatan yang baik.
dalam peningkatan kesehatan, peleyanan Dari data yang di dapat di puskesmas
keperawatan juga harus memperhatikan prnsip menur surabaya menunjukkan bahwa tingkat
keadilan dimana tindakan yang dilakukan pengetahuan tentang proses keperawatan dalam
disesuaikan dengan kemampuan atau kapisitas. melakukan keterampilan dengan pasien yang
Mememiliki kelebihan yaitu perawat dengan yang mengalami peningkatan suhu tubuh
latar belakang pendidikan yang memadai, yang kemampuan melakukan proses keperawatan
memepunyai perkembangan dan konsep dengan benar dan tepat pada pasien serta proses
adaptasi dalam kehidupan dan respon terhadap pendokumentasian di dapatkan hasil dari
konfiik, dengan penerapan model ini dapat 38,9% perawat bekerja dengan baik, sedangkan
menamba wawasan profisonal perawat dalam 22,2% perawat belum dapat bekerja dengan
melakukan keterampilan perwat. baik , dari lapangan ada yag tahu dan ada yang
kurang tahu.
Keterampialn kerja menyebabkan
perawat mempunyai waktu yang terbatas untuk Kenyataan yang ada saat ini
belajar, dan hasil apa yang dipelajarinya adalah menunjukkan bahwa perilaku tenaga
pengetahuan yang dapat diaplikasikan secara keperawatan masih sangat tergantung pada
nyata pada pelayanan kesehatan yang medis, mereka belum secara profesional
baik,sementara hasil penelitian yang dilakukan menetapkan asuhan keperawatan secara
Departemen Kesehatan di jawa timur mandiri. Perawat dalam melaksanakan asuhan
menunjukkan 78,8 % perawat melaksanakan keperawatan belum sesuai dengan standar
tugas petugas kebersihan dan 63,3 % perawat asuhan keperawatan yang meliputi, Standar
melakukan tugas administrasi. Lebih dari 90 % pengkajian, standar diagnosa, standar
perawat melakukan tugas non keperawatan, perencanaan, standar pelaksanaan dan standar
seperti menetapkan diagnosis penyakit dan evaluasi (Afrida, 2007).
membuat resep obat. Hanya 50 % perawat Professional menjadi perbincangan
yang melaksanakan asuhan keperawatan sesuai yang hangat pada tahun ini baik dari jajaran
fungsinya (Syaifoel, 2007). pelayanan kesehatan sendiri, hal tersebut terjadi
Dalam penerapan model ini perawat sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat
dan klien terus mnerus berhubungan, mengerti terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau
peran masing-masing dan factor-factor disekitar pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak
masalah meningkat sampai keduanya bersama- terpisahkan dari standar, karena mutu diukur
sama untuk mencari pemecahan masalahnya, berdasarkan standar pelayanan, tingkat
dalam hal ini perawat harus mempunyai pengetahuan pelaku pelayanan. Melalui

32
profesionalisme klinis perawat, diharapkan dan pelatihan yang sudah memadai atau proses
dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya asuhan keperawatan yang sesuai dengan apa
secara nyata dalam meningkatkan mutu yang diharapkan.
kesehatan secara umum pada organisasi Survey awal pada tangal 19 febueri
tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara 2013 masyarakat yang berobat di puskesmas
pada kualitas hidup dan kesejahteraan menur surabaya kebanyakan dengan pasien
masyarakat (Achmad S Ruky, 2007). yang menalami peningkatan suhu tubuh. Hal
Pada dasarnya profesionalisme inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti
menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi- apakah ada hubungannya dengan pengetahuan
fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar, bila dan keterampilan perawat dalam merawat
disimak lebih lanjut apa yang terjadi dalam pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh
sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu di puskesmas menur Surabaya.
proses mengolah menjadi Kemampuan, tingkat
pengetahuan, keahlian, latar belakang keluarga,
pengalaman sangat berpengaruh besar terhadap METODE PENELITIAN
keberhasilan suatu pekerjaan ( Nasrul, 2006 ).
Tenaga perawat yang merupakan, mempunyai Desain penelitian yang digunakan
kedudukan penting dalam menghasilkan adalah analitik abservasional dengan
kualitas pelayanan kesehatan, karena pelayanan menggunakan jenis pendekatan Cross Sectional
yang diberikannya berdasarkan pendekatan Populasi dalam penelitian ini adalah
langsung ke pasien merupakan pelayanan yang Perawat yang bertugas di puskesmas menur
unik dilaksanakan selama 24 jam dan Surabaya dengan kreteriaperawat yang tamatan
berkesinambungan merupakan kelebihan S1,D III dan SPK sebanyak 21 orang pada bulan
tersendiri dibanding pelayanan lainnya maret 2013. Sampel adalah bagian dari
(Hasibuan, 2007). Tuntutan dan kebutuhan keseluruhan objek yang akan diteliti sebanyak
asuhan keperawatan yang berkualitas di masa 18 responden
depan merupakan tantangan yang harus Teknik sampling yang digunakan dalam
dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani penelitian ini adalah simple random sampling.
secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh Lokasi yang digunakan untuk penelitian
dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang ini adalah di puskesmas menur Surabaya dan
berat mengingat bahwa keperawatan di waktu ini dimulai pada bulan Desember 2012
Indonesia masih dalam tahap awal proses sampai Juni 2013.
professional. Dalam penelitian ini sebagai variable
Kualitas pelayanan keperawatan dinilai bebas adalah pengetahuan tentang cara merawat
dari kepuasan pasien yang sedang atau pernah pasien dengan peningkatan suhu tubuh. Dan
dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega variable tergantung adalah keterampilan
atau senang karena harapan tentang sesuatu perawat dalam merawat pasien dengan
kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan peningkatan suhu tubuh.
Tehnik Analisis Data menggunakan
keperawatan yang bila diuraikan berarti
Editing, Coding, Skoring dan Tabulating
kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan,
pelayanan, keramahan dan perhatian.
Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai
yang relative tergantung dari masing-masing
individu (Wijono, 2006).
Hal ini dikarenakan bahwa banyaknya
perawat melaksanakan asuhan keperawatan
pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh
di puskesmas menur surabaya memiliki perawat
yang pendidikannya baik dan memiliki
keterampilan baik, motivasi kerja, beban kerja

33
HASIL PENELITIAN Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa dari
18 perawat sebagian besar perawat bekerja lebih
Tabel 1 Distribusi Umur perawat yang bertugas dari 3 tahun yaitu sebanyak 83,3% (15)
di puskesmas menur Surabaya Bulan perawat, perawat yang bekerja kurang dari 3
Juni 2013 tahun sebanyak 16,7 (30) orang perawat.

No Umur Frekuensi Persentase (%) Tabel 4 Distribusi berdasarkan pendidikan


1 26Tahun 4 22,2 perawat yang bertugas di puskesmas
2 27 Tahun 4 22,2 menur Surabaya Bulan Juni 2013
3 28 Tahun 5 27,8
4 29 tahun 1 5,6
No pendidikan Frekuensi Persentase (%)
5 30 Tahun 4 22,2
1 D3 17 94,4
2 SPK 1 5,6
Total 18 100%
Total 18 100%
Dari Tabel 1 di atas diketahui bahwa
dari 18 perawat sebagian besar berumur 26 Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa dari
tahun yaitu sebanyak 22,2% (4) perawat, 18 perawat sebagian besar perawat dengan
perawat yang berumur 27 tahun sebanyak 22,2 pendidikan akhir D3 yaitu sebanyak 94,4% (17)
(4) perawat, dan 28 tahun 27,8 (5) perawat, dan perawat perawat dengan pendidikan terahir
perawat berumur 29 tahun yaitu sebanyak 5,6% SPK sebanyak 5,6 (1) orang perawat
(1) perawat dan perawat yang berumur 30 tahun
22,2 (4) perawat. Tabel 5 Distribusi Tingkat pengetahuan perawat
dalam merawat dengan pasien yang
Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin perawat yang mengalami peningkatan suhu tubuh di
bertugas di puskesmas menur Surabaya puskesmas menur Surabaya Bulan Juni
Bulan Juni 2013 2013.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) No pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Kurang 4 22,2
1 Laki-laki 4 22,2
2 cukup 7 38’9

2 Perempuan 14 77,8 3 baik 7 38,9

Total 18 100%
Total 18 100%

Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa dari


Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa dari 18 perawat, sebagian besar perawat memiliki
18 perawat sebagian besar perawat berjenis pengetahuan baik yaitu sebanyak 38,9%(7)
kelamin perempuan yaitu sebanyak 77,8% (14) orang, dan perawat yang memiliki pengetahuan
perawat dan perawat yang berjenis kelamin laki- cukup sebanyak 38,9 (7) orangperawat, dan
laki sebanyak 22,2% (4) perawat. sebagian kecil perawat memiliki pengetahuan
dan kurang masing-masing sebanyak 22,2%(4)
Tabel 3 Distribusi lama kerja perawat yang orang.
bertugas di puskesmas menur Surabaya
Bulan Juni 2013.

No Lama kerja Frekuensi Persentase


(%)
1 Kurang dar 3 tahun 3 16,7
2 Lebih dari 3 tahun 15 83,3

Total 18 100%

34
Tabel 6 Distribusi Tingkat keterampilan Surabaya maka di dapat nilai p= 0,004<0,05
perawat dalam merawat pasien yang (sig) sehingga dapat disimpulkan jadi dengan
mengalami peningkatan suhu tubuh di demikian dapat dikatakan bahwa, ada hubungan
puskesmas menur Surabaya Bulan Juni antara hubungan pengetahuan dan keterampilan
2013. perawat.

No Keterampilan Frekuensi Persentase (%) PEMBAHASAN


1 Kurang terampil 3 16,7
2 terampil 15 83,3 1. Tingkat pengetahuan.
Berdasarkan tabel 5 di atas diketahui
Total 18 100% bahwa dari 18 perawat, sebagian besar
perawat memiliki pengetahuan baik yaitu
Dari tabel 6 di atas diketahui bahwa dari sebesar 38,9% (7) orang, dan perawat yang
18 perawat, sebagian besar perawat memiliki memiliki pengetahuan cukup sebesar 38,9
keterampilan dengan baik yaitu sebanyak (7) orang perawat, dan sebagian kecil
83,3%(15) orang perawat,dan sebagian kecil perawat memiliki pengetahuan dan kurang
perawat memiliki pengetahuan dan masing-masing sebesar 22,2% (4) orang.
keterampilan kurang masing-masing sebanyak Pengetahuan adalah merupakan hasil
16,7%(4) orang. dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu.
Tabel 7 Tabel silang tingkat menganalisis Penginderaan terjadi melalui panca indera
tingkat hubungan pengetahuan dengan manusia, yakni indera penglihatan,
keterampilan perawat dengan merawat pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
pasien yang mengalami peningkatan Sebagaian besar pengetahuan manusia
suhu tubuh di puskesmas menur diperoleh melalui mata dan telinga
Surabaya Bulan Juni 2013. (Notoatmodjo, 2007).
Hal ini dilakukan dengan cara
Variabe Frekuensi jumlah %
pengetahuan ketermpilan mengulang kembali pengalaman yang
terampil Kurang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
terampil yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
N % N % dengan cara yang digunakan tersebut orang
.kurang 1 25,0 3 75,0 4 100 dapat memecahkan masalah yang dihadapi
cukup 7 100 0 0 7 100 maka untuk memecahkan masalah lain yang
sama orang dapat menggunakan pula cara
Baik 7 100 0 0 7 100
tersebut.
Total 15 3 18 Berdasarkan hasil dilapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar
perawat memiliki pengetahuan yang baik,
Berdasarkan Tabel 7 di atas diketahui hal ini disebabkan karena perawat mendapat
bahwa dari 18 perawat memiliki pengetahuan pengetahuan yang baik pada saat melakukan
baik dan keterampilan baik yaitu sebesar 100 % tindakan atau dari pengalaman yang di dapat
(7) perawat, dan perawat yang memiliki di tempat kerja, Hal ini dilakukan karena
pengetahun cukup dan terampil sebagian besar perawat mendapatkan ilmu yang diperoleh
yaitu sebanyak 1000% (7) perawat, dan perawat saat kuliah, rata- rata perawat yang bekerja di
yang memiliki pengetahun dan keterampiln puskesmas menur surabaya dengan tamatan
kurang sebagian besar yaitu sebanyak 75,0 (3) D3 keperawatan.
orang perawat kurang terampil.
Setelah di lakukan uji statistic korelsi 2. Tingkat Keterampilan
sperman rank Tingkat pengetahuan perawat Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa
tentang cara merawat pasien yang mengalami dari 18 perawat, sebagian besar perawat
peningkatan suhu tubuh di puskesmas menur memiliki keterampilan dengan baik yaitu

35
sebanyak 83,3% (15) orang dan sebagian terhadap sehat dan sakit yang merupakan
kecil perawat memiliki pengetahuan dan suatu fenomena perhatian perawat.
keterampilan kurang masing-masing Hasil penelitian juga menunjukan nilai
sebanyak 16,7% (4) orang. p= 0,004<0,05 yang berarti dapat
keterampilan adalah kerja dari disimpulkan jadi dengan demikian dapat
karyawan menetap dalam perusahaan negara dikatakan bahwa, ada hubungan antara
maupun swasta dengan diimbangi dengan hubungan pengetahuan dan keterampilan
fasilitas – fasilitas yang diterima oleh perawat di puskesmas menur surabaya.
karyawan sehingga karyawan mau bekerja Hasil penelitian dilapangan
sebaik mungkin dan tetap loyal pada menunjukkan bahwa tindakan pengetahuan
perusahaan, hendaknya perusahaan dan keterampilan baik sebagian besar
memberikan imbalan yang sesuai kepada perawat memiliki pengetahuan dan
karyawannya. Semua itu tergantung pada keterampilan yang baik, dan pihak
situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta puskesmas mengarahkan perawat khususnya
tujuan yang ingin dicapai( Fauzi, 2005 ). perawat yang bertugas di puskesmas menur
Hasil penelitian ini sesuai dengan data surabaya untuk melakukan tindakan dan
yang di dapat dari tempat penelitian tentang keterampilan dengan baik dan sesui dengan
praktek keperawatan dengan tindakan kepuasan pasien.
pemberian asuhan keperawatan hasil
dilapangan menunjukkan bahwa sebagian KESIMPULAN
besar perawat memiliki keterampilan yang
baik hal ini disebabkan karena perawat 1. Distribusi Tingkat pengetahuan perawat
mengerti dengan tindakan dan asuhan bahwa dari 18 perawat, sebagian besar
keperawatan yang di dapat di Puskesmas perawat memiliki pengetahuan baik yaitu
atau pelatihan yang deberikan puskesmas sebanyak 38,9%(7) orang, dan perawat yang
pada setiap perawat yang bertugas di memiliki pengetahuan cukup sebanyak 38,9
puskesmas menur surabaya. Sehingga (7) orangperawat, dan sebagian kecil perawat
perawat dapat bekerja secara mandiri memiliki pengetahuan dan kurang masing-
maupun kolaborasi yang disesuaikan dengan masing sebanyak 22,2%(4) orang.
lingkup wewenang dan tanggung jawab 2. Tingkat Keterampilan perawat diketahui
perawat. bahwa dari 18 perawat, sebagian besar
perawat memiliki keterampilan dengan baik
3. Hubungan tingkat pengetahuan dengan yaitu sebanyak 83,3%(15) orang dan
keterampilan. sebagian kecil perawat memiliki
Berdasarkan 7 di atas menunjukan pengetahuan dan keterampilan kurang
bahwa dari 18 perawat memiliki masing-masing sebanyak 16,7%(4) orang.
pengetahuan baik dan keterampilan baik 3. Berdasarkan Tabel 6.3.3 di atas menunjukan
yaitu sebesar 100 % (7) perawat,dan perawat bahwa dari 18 perawat memiliki
yang memiliki pengetahun cukup dan pengetahuan baik dan keterampilan baik
terampil sebagian besar yaitu sebanyak yaitu sebesar 100 % (7) perawat,dan perawat
1000% (7) perawat. dan perawat yang yang memiliki pengetahun cukup dan
memiliki pengetahun kurang dan terampil terampil sebagian besar yaitu sebanyak
sebagian besar yaitu sebanyak 25,0% (1) 1000% (7) perawat. dan perawat yang
orang, dan 75,0 (3) orang perawat kurang memiliki pengetahun kurang dan terampil
terampil. sebagian besar yaitu sebanyak 25,0% (1)
Keperawatan adalah diagnosis dan orang, dan 75,0 (3) orang perawat kurang
penanganan respon manusia terhadap terampil.
masalah kesehatan aktual maupun potensial
(ANA, 2000). Dalam dunia keperawatan
modern respon manusia yang didefinisikan
sebagai pengalaman dan respon orang

36
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekiji. (2003). Pendidikan dan
prilaku Kesehatan. Jakarta: salemba
Alimul H, A. Aziz (2007), Riset Keperawatan medika
Dan Tehnik Penelitian Ilmiah, Jakarta, Syaiful, (2007), Nilai-Nilai Profesionalisme
Salemba Medika Dalam Praktek Keperawatan, Jakarta,
Christina Ibrahim, (1997), Introduksi dan Makalah Seminar Loka Karya Praktek
Ilus tr as i Pelaks anaan Pros es Keperawatan Profesionalisme, FIK,
Keperawatan, Bandung, Depkes, Universitas Indonesia.
Pajajaran. Sastrohadiwiryo, Siswanto, (2003),
DR. Achmad S. Ruky, (2007), "Sistem M a n a j e m e n Te n a g a K e r j a
Manajemen Kinerja" , Jakarta, PT Indonesia,Jakarta, Bumi Aksara.
Gramedia. Sugiono, (2000), Metode Penelitian
Depkes. R.I., 1997 “Buku Praktikum Administrasi, Bandung, CV Alfabeta.
Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis,
Dirjen Bin. Kes. Mas, Jakarta Sudijono, Anas, (2006), Pengantar Statistik
Hasibuan, (2007), Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Manusia, Jakarta, Bumi Aksara. Persada.
Heriyanto, Bambang, (2012), Metode STIKES ABI Program pendidikan S1
Penelitian kuantitatif, Surabaya, Keperawatan D3 Keperawatan 2012-2013
Putramedia Nusantara Pedoman Tata Cara Penulisan Serta
Handoko, ( 1992), profesionalisme tenaga Ujian Skripsi/ Karya Tulis Ilmiah.
kerja, jakarta, Bumi aksara. Surabata.
Indirawati (2006), Manajemen Administrasi
Sunaryo, (2004), Psikologi Untuk
Rumah Sakit, Jakarta, Universitas
Keperawatan. Jakarta, EGC.
Indonesia.
Jacqueline M.Katz and Eleanor Green (1997), Wartonah, T, (2005), proses keperawatan
"Managing Quality, A Guide to dasar, Jakarta, EGC .
System Wide Performance Management in Wjs, poerwardaminta, (2007), panduan tenaga
Health Care", Mosby Year Book. kerja loka karya keperawatan, Bandung,
Lukman, (2008), Manajemen dan padjadjaran makalah seminar.
Keperawatan, Edisi Ketiga, Jakarta,
Penerbit Binarupa. World Health Organization, (2000), "Design
Marilyn E. Doenges, (2000), Rencana Asuhan and Implementation of Health Information
Keperawatan, edisi ketiga, jakarta, System", Genewa.
penerbit buku kedokteran EGC. Wijono. Djoko, (2006), Manajemen Mutu
Nasrul Efendy, (2006), Keperawatan Pelayanan Kesehatan, Surabaya, Vol. 1.
Kesehatan Masyarakat, Jakarta, penerbit Airlangga University Press
buku kedokteran EGC.
Nursalam & Pariani (2006), pendekatan
praktik metodelogi keperawatan, Jakarta,
Medika dan Andi, Yogyakarta.
Nursalam, (2007), Konsep & Penerapan
Metodologi Ilmu Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta, Edisi Pertama :
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S, (2007), Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta, PT.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S, (2005), Metodologi
Penelitian Kesehatan. JakartA, PT.
Rineka Cipta.

37

Anda mungkin juga menyukai