Anda di halaman 1dari 6

Artikel Pengertian Linguistik & Objek Kajian Linguistik

Oleh: Aprianti Mega Resky

(Email: megareskyaprianti@gmail.com)

Bagian 1

Pengantar

Istilah linguistik sering dinyatakan dengan berbagai istilah atau nama. Ada dinyatakan
dengan linguistik, pengantar linguistik, lingustik umum, atau pengetahuan linguistik umum.
Namun, dengan istilah yang berbeda itu subtansi kajiannya sama yakni bahasa. Linguistik
adalah ilmu tentang bahasa, ilmu yang mengkaji, menelaah atau mempelajari bahasa secara
umum, yang mencakup bahasa daerah, bahasa Indonesia, atau bahasa asing. Oleh karena itu,
linguistik disebut juga linguistik umum (general linguistic). Bahasa sebagai objek kajian
linguistik adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa yang
dimaksudkan ini memiliki ciri atau sifat sebagai berikut: bahasa adalah sistem, bahasa itu
berwujud lambang, bahasa itu bunyi, bahasa itu bermakna, bahasa itu arbitrer, bahasa itu
konvensional, bahasa itu produktif, bahasa unik di samping universal, bahasa itu dinamis, dan
bahasa itu manusiawi serta bervariasi.

Tujuan Artikel

Pada hakikatnya Ilmu Bahasa atau Linguistik identik dengan Pengajaran Bahasa. Memang
harus diakui bahwa antara keduanya terdapat jalinan yang sangat erat. Linguistik umum
sangat penting karena mempunyai Manfaat yang besar, berbeda-beda tergantung si pemakai.
Jika si pemakai adalah pengajar guru bahasa atau yang bersangkutan dengan bahasa, maka
manfaat teoritis linguistik sangat berguna bagi mereka. Dengan mempelajari linguistik,
mereka(pengajar bahasa) akan memahami sifat-sifat dan ciri-ciri bahasa pada umumnya atau
khusus bahasa yang dipelajari. Selain itu, linguistik juga bermanfaat secara praktis untuk
mengatasi masalah-masalah tertentu, misalnya untuk mengetahui kebudayaan suatu
masyarakat, filolog membutuhkan ilmu linguistik untuk memahami teks-teks tertulis
masyarakat tersebut. Karena dari teks-teks tertulis itulah yang paling mencerminkan alam
pikir suatu masyarakat.

Demikian manfaat-manfaat Linguistik yang membuat linguistik berperan penting. Artikel ini
diharapkan mampu menambah wawasan mengenai ilmu bidang linguistik.
Bagian 2

Uraian Mengenai Linguistik

Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin lingua yang berarti
bahasa Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut linguis. Ilmu linguistik sering juga
disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya
mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji
seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia,
yang dalam peristilahan Prancis disebut langage.

Begitulah bahasa-bahasa di dunia ini meskipun banyak sekali perbedaannya, tetapi ada pula
persamaannya. Ada ciri-cirinya yang universal. Hal seperti itulah yang diteliti oleh linguistik.
Maka karena itulah linguistik sering dikatakan bersifat umum; dan karena itu pula nama ilmu
ini, linguistik, biasa juga disebut linguistik umum.

Pada dasarnya, linguistik terdiri atas dua bidang besar, yaitu:

1. Mikrolinguistik, yaitu bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalam dengan kata
lain mempelajari struktur bahasa itu sendiri

2. Makrolinguistik, yaitu bidang linguistik yang mempelajari bahasa dlam hubungannya


dengan faktor-faktor di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan bidang
terapan.

Objek Kajian Linguistik

Objek linguistik adalah bahasa. Akan tetapi pengertian istilah “bahasa” itu belum jelas.
Karena itu, marilah kita teliti berbagai arti yang dimiliki istilah “bahasa” itu.

Pertama, istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan seperti
“bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa
arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik.

Kedua, ada pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan dalam
ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”, “semestaan bahasa”,
dan lain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita sebaiknya membedakan langage,
langue, dan parole.
Hanya dalam pengertian kedua inilah bahasa itu menjadi objek ilmu linguistic.Di samping
itu, kita juga membedakan bahasa tutur dan bahasa tulis.Bahasa tulis dapat disebut “turunan”
dari bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu linguistik, sedangkan bahasa
tulis merupakan objek sekunder linguistik. Bahasa tulis, atau “ortografi”, pada umumnya
tidak merupakan representasi langsung dari bahasa tutur, dan justru di sinilah ada banyak
masalah yang pantas diteliti oleh ahli linguistic.Yang penting disini ialah bahwa setiap bahasa
pada dasarnya berbentuk bahasa tutur.Hanya secara sekunder sajalah bahasa berbentuk tulis.

Akhirnya perlu kita bertanya bagaimana langage, langue dan parole dibedakan sebagai objek
linguistik.Parole merupakan objek konkret untuk ahli linguistik, bagaikan bahan “mentah”
yang biasa disebut “data” (atau “teks”).Langue adalah objek yang sedikit lebih abstrak, dan
yang paling abstrak adalah langage.

Perlu diperhatikan bahwa menguasai suatu bahasa (dalam arti dapat memakai secara lancar)
tidak sama dengan menerangkan kaidah-kaidahnya. Tambahan pula, belajar suatu bahasa
tidak ama dengan belajar tentang bahasa tersebut. Misalnya, anda menguasai bahasa
Indonesia, tetapi tanpa keahlian khusus anda tidak dapat menerangkan tata bahasa Indonesia.
Dengan perkataan lain, apa yang anda kuasai (yaitu bahasa Indonesia sebagai langue)
memang merupakan objek penelitian linguistik terhadap bahasa Indonesia, tetapi cara
menguasai bahasa tersebut bukanlah objek linguistic. Kalau begitu, apakah fungsi
penguasaan suatu bahasa dalam penelitian linguistik?Jawabannya adalah penguasaan
merupakan titik tolak dari penelitian, dan kita tahu secara intuitif apakah suatu contoh dari
parole benar atau tidak benar. Misalnya, bila ada orang berkata kucing itu mengejar besar
tikus, serta-merta kita tahu bahwa kalimat itu tidak benar, bukan karena orang itu tidak
menguasai bahasa Indonesia, melainkan karena alasan lain, seperti salah ucap, atau karena
orangnya lelah, atau ia kurang memperhatikan apa yang dikatakannya.

Dengan perkataan lain, parole adalah objek linguistic konkret. Karena kita lancer dalam
bahasa yang bersangkutan (atau orang lain yang membantu kita), kita dapat membedakan
yang tepat dan yang tidak tepat, dan dari itulah dapat kita tarik kesimpulan menyangkut
langue yang bersangkutan. Akhirnya, dengan membandingkan bahasa-bahasa yang agak
banyak, kita dapat menyimpulkan hal-hal tertentu tentng langage.[5]

Bagian 3

Uraian Permasalahan
Problematika Bahasa Indonesia dalam Tataran Penerapan EYD. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat kaidah atau aturan tentang penulisan huruf
menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata atau kalimat dalam bahasa
Indonesia. Selan itu, EYD berkatian pula dengan penggunaan tada baca pada satuan-satuan
huruf tersebut (Setyawati, 2010:140). Lebih lanjut, Setyawati menjelaskan bahwa kesalahan
berbahasa pada tataran penerapan EYD meliputi:

(a) kesalahan penulisan huruf kapital,

(b) kesalahan penulisan huruf miring,

(c) kesalahan penulisan kata,

(d) kesalahan memenggal kata,

(e) kesalahan penulisan lambang bilangan,

(f) kesalahan penulisan unsur serapan, dan

(g) kesalahan penulisan tanda baca.

Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa Ragam Tulisan Berdasarkan penjelasan di


atas, pada penelitian ini dapat diidentifikasi beberapa faktor penyebab kesalahan khususnya
ragam tulisan pada berbagai tataran linguistik. Faktor-faktor yang dimaksud sebagai berikut.

1) Minimnya Pengetahuan Masyarakat tentang tata bahasa Indonesia yang Sesuai


dengan EYD Kesalahan berbahasa ragam terjadi karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2) Asumsi yang Keliru terhadap Bahasa Indonesia Selain karena minimnya teori
ketatabahasaan, faktor penyebab kesalahan berbahasa Indonesia ragam tulisan adalah
asumsi yang keliru terhadap bahasa Indonesia. Asumsi yang keliru ini menyebabkan
sikap bahasa yang negatif pada pengguna bahasa Indonesia. Sikap negatif ini ditandai
dengan lebih memilih menggunakan kosakata dan struktur bahasa asing daripada
bahasa Indonesia.

Bagian 4

Solusi

Kesalahan penulisan ejaan dapat ditemukan ketika guru menulis Karya Tulis untuk
melaporkan hasil penelitiannya. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan
yang perlu dimiliki oleh setiap guru, baik untuk melanjutkan studi mereka ke lembaga
pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk melaporkan hasil penelitian di kelas mereka.
Melalui analisis kesalahan penggunaan ejaan diharapkan diperoleh pengetahuan yang jelas
mengenai proses belajar bahasa. Adapun jalan keluar untuk problematika tersebut ada sebagai
berikut:

Cara membuat kalimat yang benar dan efektif yaitu sebagai berikut:

 Gunakan pemilihan kata (diksi) yang tepat


 Pastikan memiliki unsur utama yaitu subjek dan predikat
 Gunakan kaidah penulisan yang sesuai Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan (EYD)
 Penekanan terhadap pokok kalimat yang disampaikan
 Gunakan bentuk bahasa yang konsisten
 Sifatnya koheren dan kalimatnya paralel
 tidak menggunakan kata-kata yang mubadzir

Contoh Kalimat yang Benar dan efektif

Agar lebih paham tentang cara menulis kalimat, berikut adalah contoh kalimat yang benar
dan efektif sebagai bahan pembelajaran:

• Sekolah membagikan buku gratis kepada para siswa

• Erika menyiram bunga di taman belakang rumah

• Dilla membaca novel karya Leila S. Chudori di kamar

• Kepala Sekolah menyampaikan pidato saat upacara bendera

• Rani menulis surat untuk neneknya di kampung

Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada pemborosan kata pada kalimat-kalimat
tersebut. Selain itu, terdapat unsur pokok seperti subjek dan predikat pada setiap kalimatnya.
Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa kalimat di atas termasuk contoh kalimat efektif.

Bagian 5

Penutup dan kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa linguistik adalah ilmu bahasa, mengkaji,
menelaah, menganalisis secara umum baik Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia, ataupun
Bahasa Asing. Oleh karena itu, linguistik disebut linguistik umum (general linguistik).
Kemudian bahasa sebagai objek linguistik adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh kelompok sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi
diri.

Bahasa itu sendiri mempunyai ciri-ciri yaitu: bahasa adalah sistem bunyi, bahasa berwujud
lambang, bahasa itu adalah sistem, bahasa itu bermakna, bahasa itu arbitrer, bahasa itu
konvensional, bahasa itu unik disamping universal, bahasa itu produktif, bahasa itu dinamis,
bahasa itu manusiawi serta bervariasi.

Referensi

http://sibungsu94.blogspot.com/2013/05/apa-itu-linguistik_28.html#sthash.7HsunWFB.dpuf

https://lenterakecil.com

https://doi.org/10.32502/jbs.v2i1.925

Anda mungkin juga menyukai