Anda di halaman 1dari 34

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH TENTANG SERELIA DAN PENGOLAHANNYA

NAMA : MALIQUL MULQI


RITONGA

KELAS : VIII-8

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 MEDAN

MTSN 1 MEDAN

2022

PADI

1
1. BUDIDAYA TANAMAN PADI
 Pembibitan

Ada beberapa tahapan untuk menanam padi maupun budidaya padi, langkah-langkanh


tersebut perlu kita lakukan untuk mendapat hasil yang maksimal. Sebelum  ditanam, tanaman
padi harus disemaikan lebih dahulu. Pesemaian itu harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik,
maksudnya agar diperoleh bibit yang baik, sehingga pertumbuhannya akan baik pula. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian sebagai berikut:
A.    Memilih Tempat Pesemaian
Tempat untuk membuat pesemaian merupakan syarat yang harus diperhatikan agar
diperoleh bibit yang baik.
 Tananya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan gembur.
 Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan, sehingga sinar
matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
 Dekat dengan sumber air terutama untuk pesemaian basah, sebab pesemaian banyak
membutuhkan air. Sedanggkan pesemaian kering dimaksudkan mudah mendapatkan air untuk
menyirami apabila persemaian itu mengalami kekeringan.
 Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan pesemaian
tidak berkumpul menjadi satu tempat tetapi dibuat memencar. Hal itu untuk menghemat biaya
atau tenaga pengangkutannya.

2
B.    Penaburan Biji
Untuk memilih biji-biji yang bernas dan tidak, biji harus direndam dalam air. Biji-biji
yang bernas akan tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-biji
yang terapaung bisa dibuang. Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas, biji juga agar
cepat berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian bijhi diambil dari rendaman lalu
di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung. Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.
Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat
pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang.
Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan
lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak
merata.raan
C.    Pemeliharaan Pesemaian
         Pengairan
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24 jam, baru
dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-kelompok
sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu
dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhaan.
Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air dimasukan dalam
selokan antara bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan
benih akan tumbuh tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar,
penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak
ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka
penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.
         Pengobatan
Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu disemprot dengan
Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.

2. Pengolahan Tanah

3
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan
penanaman. Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara
tradisional dan cara modern.
         Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawa dengan alat-alat
sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh nusia atau dibantu
ooleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.
         Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu pengolahaan tanah sawa yang dilaukan
dengan mesin. Dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.
1.      Pembersihan
Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau
rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan
dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman.
2.      Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenagi air terlebih dahulu agar tanah menjjadi lunak
dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan
perbaikan pematang-pematang yang bocor.
3.      Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan
dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan
pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan
organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan tanah.

4
Selesai pembajakan sawah digenagi air lagi selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan
sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-bongkahan tanah.
4.      Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanyya untuk
membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berrulang-ulang sehingga
sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.
Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama 7-10 hari, selang
beberapa hari diadakan pembajakan yyang kedua. Tujusnnya yaitu: meratakan tanah, meratakan
pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.

3.      PENANAMAN

A.      Pemilihan Bibit
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit
yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-
7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan
memudahkan pencabutan.
Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah
badan kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:
      Umurnya tidak lebih dari 40 hari
      Tingginya kurang lebih dari 40 hari
      Tingginya kurang lebih 25 cm
      Berdaun 5-7 helai
      Batangnya besar dan kuat
      Bebas dari hama dan penyakit
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan
pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam. 
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dank e kiri dengan jjarak 20 x
20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan
memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan
secara merata.

5
Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap
lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus
jangan sampai miring.
Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang
ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. 
Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh
aliran air. Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu
dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

4.      PEMELIHARAAN
A.    Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Masalah pengairan
bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu factor penting yang harus mendapat perhatian
penuh demi mendapat hasil panen yang akan datang.
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah air yang berasal dari
sungai, sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna
untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk
pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran.
Memasukan air kedalam sawah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal dari saluran
sekunder. Air dimasukan ke petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan menghentikan
lebih dahulu air pada saluran sekunder.
Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat
pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh dibuat lurus.
Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna
bagi pertumbuhan tanaman. Apabila lubang pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat luru,
maka air akan terus mengalir tanpa adanya pengendapan.
Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air hendaknya diatur dengan cara
sebagai berikut:

6
 Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.
 Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20 cm.
 Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air dapat
ditambah hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
 Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat masak
bersama-sama.
B.    Penyiangan dan Penyulaman
Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada yang mati harus segera diganti (disulam).
Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabila penggantian bibit baru jangan sampai
lewat 10 hhari sesudah tanam.
Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan agar rumput-rumput liar
yang tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak dan mengambil zat-zat makanan
yang dibutuhkan ttanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali yang pertama setelah padi
berumur 3 minggu dan yang kedua setelah padi berumur 6 minggu.
C.       Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan yang


dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah. Untuk tanaman padi, pupuk yang digunakan antara
lain:
1.    Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanaman dapat digunakan
pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos. Banyyaknya kira-kira
10 ton / ha.

7
2.    Pupuk buatan diberikan sesudah tanam, misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun
manfaat pupuk tersebut sebagai berikut:
       ZA/Urea : menyuburkan tanah, mempercepat tumbuhnya anakan, mempercepat tumbuhnya
tanaman, dan menambah besarnya gabah.
       DS/TS : mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang pembungaan dan pembentukan
buah, mempercepat panen.
       ZK : memberikan ketahanan tanaman terhadap hama / penyakit, dan mempercepat pembuatan
zat pati.
5.      PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
A.      Hama putih (Nymphula depunctalis).
 Gejala
menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat
menggulung daun padi.
 Pengendalian
      pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan
tabung daun
      menggunakan BVR atau Pestona.
B.       Padi Thrips (Thrips oryzae)
 Gejala
daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada
tanaman dewasa gabah tidak berisi.
 Pengendalian
BVR atau Pestona.
C.       Wereng
 Penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung
putih (Sogatella furcifera)
 Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.
 Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar,
tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
 Pengendalian

8
      bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64,
Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba,
kepinding dan kumbang lebah
      penyemprotan BVR.
3. PENANGANAN LEPAS PANEN TANAMAN PADI
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi
dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pe-ngumpulan padi dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan
hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas.
Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan
kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.
a. Perontokan
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan
dan pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan
perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami
perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher.
1) Perontokan padi dengan cara digebot

Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani.
Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:

9
a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat
dipindah-pindah.
b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak
renggang 1 – 2 cm.
c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik
lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak perontok ± 5 kali dan
hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di bawah meja rak perontok.
b) Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.
2) Perontokan padi dengan pedal thresher
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan
meng-gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah
mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil,
kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.

Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar
2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :

a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.


b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah
yang menempel pada jerami sampai rontok.
d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari operator).
3) Perontokan padi dengan power thresher
Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak
enjin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas
kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar
3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :
a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe
“throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.

10
b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau
mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung
padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan
untuk merontok padi
d) Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu
pemasuk-kan.
e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh
gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
f) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami
akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke
ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu
pengeluaran kotoran ringan.
i) Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang
berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran
padi bernas.
b. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu
sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama.
Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat mencapai
2,13 %. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi
pengering buatan.
1) Pengeringan Padi dengan Cara Penjemuran
Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar
matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pe-
ngumpulan gabah dan meng-hasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus
dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang
dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari
semen/beton. Berikut ini cara penjemuran gabah basah.

11
a) Cara penjemuran dengan lantai jemur
Dari berbagai alas pen-jemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas penjemuran
terbaik. Permuka-an lantai dapat dibuat rata atau bergelombang. Lantai jemur rata
pembuatannya lebih mudah dan murah, namun tidak dapat mengalirkan air hujan secara cepat
bahkan adakalanya menyebabkan genangan air yang dapat merusakkan gabah. Lantai jemur
bergelombang lebih di-anjurkan, karena dapat meng-alirkan sisa air hujan dengan cepat. Berikut
ini cara penjemuran dengan lantai jemur :

o Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7 cm untuk musim kemarau dan 1
cm – 5 cm untuk musim penghujan.
o Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam sehari dengan menggunakan
garuk dari kayu.
o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00 dan tempering
time jam 11.00 – jam 14.00.
o Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu.
b) Cara penjemuran dengan alas terpal/plastik
Alas terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa keuntungan
pengguna-an alas terpal/plastik adalah :

o Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir penjemuran.


o Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran hujan turun secara
tiba-tiba.
o Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan.
o Berikut cara penjemuran dengan alas terpal/plastik :
o Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 – 7 cm untuk musim
kemarau atau 1 – 5 cm untuk musim peng-hujan.
o Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 – 2 jam sekali atau 4 – 6 kali dalam
sehari. Pembalikan di-anjurkan tanpa mengguna-kan garuk karena dapat
mengakibatkan alas sobek.
o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00, dan
tempering time jam 11.00 – jam 14.00.

12
o Lakukan pengumpulan de-ngan cara langsung di-gulung.
2) PengeringanPadi dengan Pengering Buatan
Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran
dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi
atas 3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan
kontinyu (Continuous-Flow Dryer).

a) Flat Bed Dryer


Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

o Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.


o Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari kotak
pegering oleh blower yang digerakkan motor peng-gerak.
o Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui sekat
yang berlubang.
o Udara panas akan me-nurunkan kadar air padi.
o
b) Continuous Flow Dryer
Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut
o Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan diaduk posisinya
oleh screw conveyor.
o Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi dengan screw
conveyor dischange.
o Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak pengering. Udara
pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
o Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah
“Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya
kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

1. Penyimpanan

13
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam
keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/
beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga,
binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras.

a. Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah


Sistem curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap
aman dari gangguan hama maupun cuaca Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat
dilakukan dengan menggunakan silo. Silo merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan
kapasitas yang sangat besar. Bentuk dan bagian komponen silo adalah sebagai berikut :
Penyimpanan gabah/beras de-ngan silo dilakukan dengan cara sebagai berkut :

1) Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan menggunakan elevator, dan
dicurahkan ke dalam silo.
2) Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang dihasilkan oleh kompor
pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo.
3) Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas dan aerasi.

b. Penyimpanan Gabah dengan Kemasan/Wadah


Penyimpanan gabah dengan kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan karung. Beberapa
aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah dengan karung adalah :
1) Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam pengangkutan dan atau
penyim-panan.
2) Karung tidak boleh meng-akibatkan kerusakan atau pen-cemaran oleh bahan kemasan dan
tidak membawa OPT.
3) Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan melindungi fisik dan tahan terhadap
goncangan serta dapat mempertahankan ke-seragaman. Karung harus diberi label berupa tulisan
yang dapat menjelaskan tentang produk yang dikemas.
2. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan
gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan pe-
nyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :

14
a. Motor penggerak
b. Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet yang berputar
berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 roll karet dapat diatur
tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua roll
karet sama bervariasi 300 – 500 mm dan lebar 120 – 500 mm.
c. Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu :
 separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1, 2, 3 atau 4 lapis/dek.
 separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring, rak disusun dengan jarak
5 cm.
 Separatortype saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar berjumlah 6 – 15 ayakan.
d. Penyosoh
 tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe jet parlour.
 udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung.
 Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang berputar. Jarak renggang
dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur dengan sekrup.
 Unit pembawa/conveyor.

e. Proses penggilingan gabah dila-kukan dengan cara sebagai berikut:
1) Hidupkan mesin
2) Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas kemudian masuk
diantara kedua rol karet.
3) Atur renggang rol.
4) Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah, tergantung perbedaaan
kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas terpecah menjadi 2 dan utuh. Beras pecah kulit yang
dihasilkan tidak banyak yang retak sehingga bila disosoh akan memperoleh persentase beras
kepala yang relatif tinggi.

3. PEMBUATAN TEPUNG BERAS


Tepung Beras digiling dari endosperm dari kernel padi, dapat dibeli di toko-toko khusus,
tepung beras merupakan tepung berprotein rendah, sehingga membuat tepung tersebut menjadi

15
tepung umum dalam penggunaan pembuatan cake yang dipanggang. Tepung beras digunakan
dalam membuat kue tertentu dan cookies, terutama etnis Timur Tengah dan produk Asian.
Tepung beras bisa digunakan untuk membuat berbagai macam makanan, tepung beras dibuat
dengan cara menggiling beras putih sampai tingkat kehalusan tertentu. Biasanya tepung beras
digunakan dalam pembuatan kue tradisional, yang kebanyakan merupakan kue basah, seperti
nagasari, lapis, dan sebagainya. Akan tetapi saat ini tepung beras sering digunakan untuk
membuat cake atau kue kering bahkan sebagai adonan campuran makanan gorengan. Kue kering
dan makanan gorengan yang dihasilkan tepung beras teksturnya lebih renyah, sedangkan cake
tepung beras teksturnya lebih padat jika dibandingkan dengan cake dari tepung terigu. Hali ini
disebabkan karena kandungan lemak dan protein tepung beras lebih rendah dibandingkan tepung
terigu
Berikut adalah penjabaran bagaimana proses pembuatan tepung beras.
1. Beras diayak atau ditampi untuk menghilangkan kotoran seperti kerikil, sekam, dan gabah.
2. Beras yang sudah bersih, kemudian digiling sampai halus dengan menggunakan penggiling
sammer mill yang berpenyaring 80 mesh. Beras dapat dicuci terlebih dahulu sampai bersih,
kemudian direndam di dalam air yang mengandung natrium bisulfit, 1 ppm (1 g natrium bisulfit
di dalam 1 m 3 air ) selama 6 jam. Setelah itu beras ditiriskan dan dikeringkan sehingga
dihasilkan beras lembab. Selanjutnya beras lembab ini digiling sampai halus. Beras lembab ini
lebih mudah dihaluskan sehingga penggilingannya lebih cepat dan hemat energi. Setelah
digiling, tepung beras perlu dijemur atau dikeringkan sampai kadar air dibawah 14%.

JAGUNG

16
1. BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

A. Benih
1. Selalu mempergunakan benih segar yang berkualitas dengan tingkat berkecambahnya 85 %.
2. Gunakan varietas benih yang telah mengalami perbaikan clan diakui oleh Pemerintah, belilah
benih dari perusahaan benih.
3. Benih harus dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.
4. Jumlah benih yang dianjurkan untuk setiap ha adalah 25 kg.
5. Hindari terjadinya kecambah yang jelek, serangan serangga, penyakit, burung dan hewan
pengerat.
Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya
tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih ± 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam,
sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
B. Pengolahan lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak
dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak.
Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat
saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran
ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah
dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, ± 1 bulan

17
sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan
pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
C. Jarak Tanam
1. Jarak antar bedengan 75 -80 cm
2. Jarak antar tanaman pada bedengan 20 -25 cm
3. Kerapatan yang dianjurkan 53.333 tanaman / ha.
D. PELAKSANAAN PENANAMAN
1. Persiapan Lahan
a. Pemberian pupuk alami dan kompos pada lahan
b. Buat bedengan rendah dengan jarak antar bedeng 75 cm
2. Waktu tanam dan kedalaman tanam
a. Waktu tanam pada saat musim hujan tiba
b. Masukan 1 benih pada tiap lubang
c. Kedalaman tanam tergantung pada jenis tanah, kelembapan dan suhu. Pada kondisi
penanaman yang baik kedalaman ideal adalah 5 cm. Agar dapat berkecambah dengan baik,
setelah benih ditaburkan, benih ditekan -tekan dengan kaki. Benih dapat masuk lebih dalam pada
tanah berpasir dari pada tanah berlempung
d. Tentukan lubang untuk pupuk dasar dengan menggunakan cangkir pupuk setelah benih
ditaburkan. Pada kondisi suhu udara 24 -34 °C dan tanah berkelembaban ideal, maka benih
jagung akan dapat berkecambah 4 -5 hari setelah ditaburkan.
F. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur
seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung
muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa
jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang

18
berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan
kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh
tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi
riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai,
ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak
tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam
semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100
cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1
tanaman/lubang).
G. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam
tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan,
karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah
dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda
dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka
dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi
batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.

19
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab,
tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang
diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.

2. PASCAPANEN TANAMAN JAGUNG

1. Ciri dan Umur Panen


Umur panen ± 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen
sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika
matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah
matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam
tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (± 7-8 hari) hingga kadar air ± 9% -11 % atau dengan
mesin pengering.
Pemipilan

20
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol,
biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama
selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
Pengolahan Tepung Maizena

SORGUM

SORGUM

21
A. Teknik Budidaya Sorgum
Pengolahan Benih
Aktivitas pengolahan benih sorgum dimulai dari panen sampai benih siap untuk
digunakan atau untuk disimpan dalam waktu yang agak lama. Pengolahan benih diperlukan
untuk tetap menjaga kemurnian benih sorgum dari campuran material atau biji dari tanaman
lainnya. Selain itu untuk menjaga agar kadar air benih dalam batas aman untuk disimpan
sehingga memperlambat laju deteriorasi (kemunduran) benih.
Adapun secara umum tahap-tahap dalam pengolahan benih adalah:

a.         Perontokan biji dari malai.


Perontokan dapat menggunakan trasher atau dengan cara di letakkan dalam karung plastik dan
dipukul-pukul. Tahap ini sangat berisiko akan terjadinya  kontaminasi dari biji sorgum jenis lain
atau material lainnya jika alat perontok atau tempat untuk merontokkan biji sorgum kurang
bersih. Hal yang perlu diperhatikan adalah untuk selalu membersihkan dengan baik alat perontok
setiap kali selesai merontokkan suatu kultivar biji sorgum tertentu.
b.        Pengeringan dan pembersihan.
Pengeringan dilakukan dengan menjemur biji sorgum di bawah sinar matahari dan dibersihkan
dengan cara ditampih untuk memisahkan sekam dan kotoran lainnya. Hal yang perlu
diperhatikan kontaminasi dari bahan material lainnya seperti kerikil dan lainnya selama
penjemuran.
c.         Sortasi dan grading.
Tahap ini untuk menjamin kualitas benih sorgum yang seragam baik dari segi fisik dan dari segi
genetik benih. Untuk itu diperlukan beberapa pengujian benih seperti uji rutin benih dan uji
khusus benih. Pengujian benih dimaksudkan untuk mengetahui kualitas benih yang
mencakup kemurnian fisik, kapasitas berkecambah, dan kadar air benih. Informasi hasil

22
pengujian dapat dijadikan acuan untuk menentukan kebutuhan benih, dan pertimbangan apakah
perlu penyimpanan atau tidak.
Uji rutin benih:
1.      Uji kemurnian benih: diambil sampel secara acak dan dihitung persentase kontaminan yang ada
dalam benih. Uji kemurnian meliputi: a) uji kemurnian fisik benih yang dapat terdiri dari benih
murni (pure seed), benih varietas lain (other crop seed), biji gulma (weed seed) dan kotoran
(inert matter); b) uji kemurnian genetik yang kurang dianjurkan dalam uji kemurnian benih.
2.      Uji daya kecambah benih yang merupakan uji viabilitas langsung dengan mengukur
kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan
yang optimum dan dihitung dengan rumus:
{ Jumlah kecambah normal / jumlah biji yang diuji } x 100%
3.      Uji kadar air benih dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kadar air benih. Kadar
air benih harus sekitar 12% – 14% untuk menjaga tidak cepatnya deteriorasi benih dan
memperpanjang daya simpan benih.
4.      Uji khusus:
Uji vigor benih yang dapat menggunakan uji kecepatan berkecambah (indeks vigor) dan uji
kesehatan benih

d.        Perlakuan benih untuk melindungi dan mencegah benih dari serangan pathogen.

Persiapan Tanam
Meskipun budidaya sorgum secara umum sangat mudah dan sorgum lebih mudah tumbuh
dibanding tanaman lainnya, tetapi untuk mengoptimalkan hasil dan secara usaha tani bisa lebih
menguntungkan, maka diperlukan teknologi budidaya/ Pengeloaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu (PTT) yang tepat. Pada prinsipnya sorgum dapat tumbuh pada semua jenis tanah,
bahkan di tanah yang kurang subur atau minim pasokan air, tanaman sorgum masih dapat
tumbuh. Semua tanah yang sesuai untuk pertanaman jagung, juga dapat digunakan untuk
pertanamanan sorgum. Hal yang perlu perhatian dalam persiapan adalah menentukan waktu
tanam. Prinsipnya sorgum untuk diambil bijinya, sebaiknya waktu panen bukan pada musim
penghujan. Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan tanam adalahi:
1.      Ketinggian tempat optimum untuk pertanaman sorgum kurang lebih 0 – 500 dpl. Semakin tinggi
tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari tanaman sorgum.
Temperatur 25oC – 27oC adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan untuk
pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC – 30oC;

23
2.      Hindari pemakaian tanah yang masam dengan kandungan Al, Fe maupun Mg yang tinggi,
seperti tanah podzolik merah kuning, karena sorgum tidak tahan tanah masam. pH optimum
tanah untuk pertumbuhannya sekitar 6.0 – 7.5.
3.      Memperhatikan tekstur tanah. Untuk lahan beririgasi dengan kelembaban tinggi biasanya tekstur
tanahnya sedang sampai berat dan perlu dilakukan pencangkulan pada baris-baris yang akan
disgunakan sebagai lubang tanam. Tetapi untuk tanah yang berstektur sedang sampai ringan,
pengolahan lahan dapat dilakukan seminimum mungkin tanpa mengurangi hasil. Secara umum
hasil akan meningkat sekitar 20% – 30% bila dilakukan pengolahan tanah sempurna untuk tanah
yang berstektur sedang sampai berat.
Penanaman
Pengairan.
Sorgum tanaman yang tahan kering, sehingga pengairan bukan masalah yang utama
dalam pertanaman sorgum. Kebutuhan akan air yang paling banyak hanya diperlukan pada awal-
awal pertumbuhan (1 – 2 minggu setelah tanam). Adapun periode kritis tanaman sorgum adalah
pada masa perkecambahan, berbunga dan waktu pengisian biji. Pada kondisi ketersediaan air
sangat terbatas pada waktu tanam, guludan atau larikan-larikan untuk lubang tanam sebaiknya
disiram terlebih dahulu sebelum tanam sampai cukup basah (20 – 50 cm). Kondisi kelembaban
tanah di jaga terus sampai perkecambahan. Penyiraman dapat dilakukan selang 2 – 3 hari sekali
bila sama sekali tidak turun hujan pada awal pertumbuhan. Air dalam tanah sampai kedalaman
kurang lebih 2.5 cm, maksimum dapat memenuhi kebutuhan air selama 3 – 4 hari bagi tanaman
sorgum pada periode pembentukan biji.
Pengolahan tanah dan penanaman
Bisa dilakukan minimum tillage dengan mongolah tanah pada barisan tanam saja.
Pengolahan tanah sebaiknya 1 – 2 minggu sebelum tanam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jarak tanam adalah: i) jenis/varietas
sorgum yang akan ditanam; ii) ketersediaan air dan kesuburan lahan; iii) tujuan pemanfaatan dari
tanaman sorgum; iv) pola tanam.
Dari dua hasil penelitian jarak tanam pada sorgum, peningkatan populasi tanaman per ha
telah dapat meningkatkan hasil biji sorgum. Secara umum lubang tanam sorgum dibuat pada
jarak 70 cm x 20 cm dengan dua tanaman per lubang tanam atau 70 cm x 10 cm dengan satu
tanaman per lubang tanam. Hasil biji sorgum telah meningkat 1.5 kali pada jarak tanam 70cm x
10cm. Untuk lahan beririgasi baik jarak tanam dapat dibuat sekitar 50 cm x 30 cm. Untuk tanah
yang kurang subur dan tidak beririgasi, sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar (75

24
cm x 25 cm) atau populasi tanaman dikurangi per ha. Populasi optimum untuk jarak antar baris
tanam 70 cm dengan 1 – 2 tanaman/ lubang sekitar 142.857 – 285.714 tanaman/ ha.
1.      Kebutuhan biji per Ha  secara umum ditentukan oleh komponen: (i) luas lahan yang akan
ditanami, (ii) jarak tanam, (iii) jumlah biji per lubang tanam, (iii) persen daya kecambah benih,
(iV) persen benih yang tumbuh, dan (v) bobot benih per 1000 biji (gram). Untuk tanah dengan
kondisi air kurang, sebaiknya ditanam lebih banyak biji per lubang tanamnya, untuk menghindari
biji yang tidak tumbuh karena lingkungan yang tidak optimal. Umumnya perbedaan persentase
perkecambahan di laboratorium dan lapangan biasanya berkisar sekitar 30% – 50% pada kondisi
viabilitas benih sangat baik. Untuk jarak tanam 70cm x 20cm dengan ukuran biji sedang,
membutuhkan biji sekitar  ± 5 – 7 kg/Ha.
2.      Biji ditanam dengan cara ditugal dengan 3 – 4 biji per lubang tanamnya. Setelah tanaman
berumur 3 minggu bisa dilakukan penjarangan dengan menyisakan 2 – 3  tanaman per lubang
tanamnya.
Pemupukan.
Meskipun sorgum dapat tumbuh pada lahan kurang subur, namun tanaman sorgum sangat
tanggap terhadap pemberian pupuk kandang dan pupuk nitrogen. Respon terbesar kedua adalah
pada pemumupukan fosfor dan yang ketiga adalah pada pemupukan kalium. Dosis pemupukan
tergantung dari tingkat kesuburan lahan, namun demikian secara umum dosis yang dapat dipakai
untuk lahan irigasi adalah 100 – 180 kg Nitrogen, 45 – 70  kg P2O5 dan K2O. Pemerintah
menganjurkan penggunaan 200 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl. Pupuk urea diberikan dua
kali yaitu 1/3 pada waktu tanam bersamaan dengan SP-36 dan KCl, sisanya 2/3 pupuk Urea
diberikan setelah tanaman berumur satu bulan. Pupuk diberikan dengan cara dibuat larikan
sejauh ± 7-15 cm sebelah kanan dan kiri dari lubang tanam. Urea dan SP-36 dimasukkan dalam
satu lubang, sedangkan KCl pada lubang yang lainnya. Penambahan pupuk kandang sebanyak 5
ton/ha telah meningkatkan hasil biji sorgum.
Penyiangan dan Pembumbunan. 
Penyiangan hanya perlu dilakukan pada awal pertanaman saja dan setelah tanaman cukup
besar, penyiangan bisa tidak dilakukan.
Pengendalian Hama dan Penyakit.
Dilakukan terutama pada hama dan penyakit penting pada sorgum. Hama penting yang
kemungkinan dapat menyerang pada pertanaman sorgum dan pengendaliannya adalah :

25
1.      Valanga sp. (belalang) yang menggerek daun,  dan hama Aphid yang menyerang daun bendera
saat pembentukan malai. Adapun pengendalian hama-hama ini dilakukan dengan penyemprotan
insektisida Curacron dengan konsentrasi 2 ml.L-1.
2.      Hama lainnya adalah burung yang menyerang malai yang sudah terbentuk biji. Serangan hama
ini berpengaruh besar terhadap pengurangan hasil tanaman sorgum. Pengendalian hama burung
dilakukan dengan cara menutup barisan tanaman dengan kain saring yang dilekatkan pada
bambu atau dengan cara tradisional membuat oran-orangan.
Penyakit penting pada sorgum dengan pengendaliannya adalah :
1.      Bercak daun Cereospom yang disebabkan oleh jamur Cercospora sorghidengan gejala berupa
bercak-bercak pada daun-daun tua yang meluas ke atas kemudian memanjang terbatasi oleh
tulangtulang;
2.      Penyakit hawar daun disebabkan oleh jamur dengan gejala penyakit yaitu terdapat bercak-bercak
jorong yang memanjang, membentuk bercak kering yang cukup besar, jika menyerang biji akan
terlihat kering dan berwarna merah kehitam-hitaman.
3.      Antraknos yang disebabkan oleh jamur C falcatum dengan gejala berupa bercak-bercak kecil
berwarna kehitaman dengan bintik kuning pada tepi daun. Infeksi penyakit ini juga menjalar
pada malai yang menyebabkan biji-biji sorghum menjadi busuk, berwarna hitam dan
berkecambah sebelum waktunya.
C. Pascapanen
Pengeringan.
Biasanya pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar
air biji mencapai 10% – 12%. Kriteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji biasanya dengan
cara menggigit bijinya. Bila bersuara berarti biji tersebut telah kering.
Perontokan.
Perontokan secara tradisionil dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan di atas
lantai atau karung goni. Pemukulan dilakukan terus menerus hingga biji lepas.  Setelah itu
dilakukan penampian untuk memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu, atau
kotoran lainnya. Kadar air tidak boleh lebih dari 10% – 12% untuk mencegah pertumbuhan
jamur.
Penyimpanan.
Biji yang telah bersih dan kering dapat disimpan dalam kaleng yang kemudian ditutup
rapat sehingga kedap udara. Bila biji disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang),
maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak

26
mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan
suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari bahan
besi, karena sangat peka terhadap perubahan suhu. Permasalahan utama penyimpanan biji di
gudang adalah serangan hama kutu (hama gudang).  Hama ini dapat dicegah dengan fumigasi.
Kendala dan Solusi Pengembangan Sorgum
Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan industri yang terus
meningkat, serta untuk meningkatkan pendapatan petani di daerah beriklim kering,
pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih.
Di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan atau mendapat genangan banjir,
tanaman sorgum masih dapat diusahakan. Oleh karena itu, terdapat peluang yang cukup besar
untuk meningkatkan produksi sorgum melalui perluasan areal tanam. Pengembangan sorgum
juga berperan dalam meningkatkan ekspor nonmigas, mengingat pemanfaatan sorgum di luar
negeri cukup beragam. Menurut Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil Tanaman
Pangan, volume ekspor sorgum Indonesia ke Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Malaysia
mencapai 1.092,40 ton atau senilai US$ 116.211. Demikian juga di Thailand, pada tahun 1979
ekspor sorgum dapat menyumbang devisa 371 juta Bath (Rp 26 miliar) dari volume ekspor
170.000 ton ke Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia, daTimur Tengah. Dengan demikian
terdapat peluang untuk meningkatkan ekspor sorgum ke luar negeri.
Tantangan dalam pengembangan sorgum adalah harga sorgum di tingkat petani yang
rendah terutama pada saat panen serta kesulitan dalam pengupasan biji. Nilai sorgum yang
rendah dapat diatasi apabila sorgum dapat diangkat menjadi salah satu komoditas strategis dalam
pengembangan sistem agribisnis dan agroindustri. Sementara itu kesulitan pengupasan biji
sorgum diatasi dengan pengadaan mesin penyosoh beras tipe “Satake Polisher Rice Machine”.
Penyosohan dengan alat ini dapat menghasilkan beras sorgum yang bersih dan tidak pahit.
Masalah penggunaan sorgum sebagai bahan pakan adalah kandungan tanin yang cukup
tinggi. Namun masalah ini dapat diatasi dengan menyosoh beras sorgum dengan mesin penyosoh
beras yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu.
Demikian juga jerami sorgum cukup potensial sebagai pakan ternak, namun kandungan
serat, lignin dan silika yang tinggi serta kadar nitrogen yang rendah merupakan kendala
pemanfaatan jerami sorgum untuk pakan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
kualitas jerami sorgum melalui suplemen urea atau amoniasi urea.
Tantangan pengembangan sorgum meliputi aspek teknologi budi daya dan pascapanen
serta jaminan pasar dan permintaan. Walaupun teknologi budi daya sorgum spesifik lokasi belum

27
tersedia, teknologi budi daya sorgum hampir sama dengan jagung, sehingga tantangan yang
paling mendasar adalah penyediaan teknologi pascapanen baik primer maupun sekunder serta
jaminan pasar dan permintaan.
Secara umum, masalah utama dalam pengembangan sorgum adalah sebagai berikut :
1.      Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relative rendah
2.      dibandingkan komoditas serealia lain.
3.      Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga masih sulit dilakukan.
4.      Pangsa pasar sorgum belum kondusif, baik di tingkat regional maupun nasional.
5.      Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif.
6.      Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan.
7.      Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang.

3. PEMBUATAN TEPUNG SORGUM

GANDUM

GANDUM

28
A.

Budidaya Gandum
Syarat Tumbuh
Gandum dapat tumbuh dengan subur pada keadaan iklim dan tanah tertentu. Tanaman
gandum dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25° C pada ketinggian 800 mdpl. Suhu
dingin diperlukan pada awal penanaman dan awal pertumbuhan tamanan gandum.
Kelembaban rata-rata tanaman gandum adalah 80-90% dengan curah hujan antara 600-
825 mm/tahun (curah hujan sedang) dan intensitas penyinaran 9-12 jam/hari. Jenis tanah
yang baik untuk budidaya tanaman gandum adalah tanah andosol kelabu, latosol, dan
aluvial dengan suhu tanah 15-28° C dan pH rata rata berkisar 6-7. Gandum lebih cocok
ditanami di tanah yang terairi, tanah subur dengan tekstur sedang hingga kasar. Tanah silt
dan clay loams akan menghasilkan panen yang besar, namun gandum juga berkembang biak
di sandy loams dan clay soil. Tanah dengan kadar pasir yang tinggi tidak cocok untuk
gandum (Wiyono, 1980). Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum
adalah hara yang diperlukan cukup, tidak ada zat toksik, kelembaban mendekati
kapasitas lapang, aerasi tanah baik, dan tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi
akar gandum untuk menyusuri tanah. Tanaman gandum memerlukan proses vernelisasi
(vernelization) yaitu suatu perlakuan dengan suhu rendah untuk merangsang tanaman
agar dapat berbunga dan menghasilkan biji. Daerah yang bersuhu rendah yang
berpotensi untuk pertanaman gandum biasanya terdapat di dataran tinggi pada elevasi lebih
dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Bahan Tanam

29
Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini sangat penting
disamping untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga tahan terhadap hama dan
penyakit yang menyerang. Kebutuhan benih per hektar 100 kg atau sama dengan 1
kg/100 m² dengan sistem larikan. Jika ditanam dengan sistem tugal kebutuhan benih
bisa kurang dari 100 kg/ha. Bibit yang digunakan harus bibit bersertifikat dan diberi
perlakuan dengan fungisida sebelum ditanam untuk mencegah serangan cendawan dan
penyakit yang menyerang bibit (Wiyono, 1980).
Cara Pengolahan Tanah
Tanah dicangkul sedalam 25-30 cm. Setelah tanah dicangkul, dibiarkan/diangin-
anginkan selama 7 hari. Penggemburan tanah dilakukan agar bongkahan tanah
menjadi butiran yang lebih halus. Kemudian tanah diangin-anginkan selama 7 hari agar
terhindari dari unsur beracun yang mungkin terkandung di tanah. Pembuatan Bedengan
Tanah yang telah diolah atau digemburkan dibuat bedengan selebar 200 cm. Panjang
bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan. Di antara bedengan dibuat selokan selebar 50
cm dan sedalam 25 cm. Tanah dari galian selokan diambil dan ditaburkan di atas bedengan
sehingga menambah tinggi bedengan. Permukaan bedengan dihaluskan dan diratakan.
Pada setiap bedengan akan terdapat ± 8 barisan tanaman dengan jarak antar baris 25 cm.
Penanaman Penanaman dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin penanaman.
Secara manual penanaman dapat dilakukan dengan cara ditugal, dengan dua sampai tiga
benih per lubang. Varietas yang ada dan pernah dikembangkan di Indonesia baru
beberapa varietas di antaranya Nias, Timor, Selayar dan Dewata namun dari ke-
4 varietas tersebut yang banyak di tanam oleh petani varietas Selayar dan
Dewata.
8. Perlakuan pascapanen
Butir gandum yang digiling di pabrik harus memenuhipengujian mutu gandum yang meliputi
beberapakarateristik.
• Pengujian-pengujian :
• Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
(1) uji berat merupakan pengukuran berat per unitvolume butir gandum. Hasil uji berat yang
rendahmenyebabkan kualitas butir dan tepung yang rendah,syarat minimum adalah 73 kg
per hektoliter.

30
(2) Uji kotoran, yaitu pemisahan butir-butir gandum daribenda-benda asing, biji gandum
yang berkerut danyang pecah (broken wheatng pecah (broken wheat). Benda tersebut
terbawasewaktu proses panen, perontokkan danpenyimpanan. Syarat maksimum adalah
0,1-0,5 %
(3) Uji kadar air butir gandum syarat maksimum 12,5%, baik untuk gandum keras maupun
gandum lunak.Gandum yang disimpan pada kadar air yang tinggi akancepat
berkecambah dan mudah terserang jamur,menyebabkan naiknya kadar maltose dalam
bijigandum, yang menjadikan rendahnya tepung.Kadar maltose yang terlalu tinggi (lebih
dari satupersen) akan menyebabkan sifat gluten yanglembek.
Sebaliknya kadar air yang terlalu rendah memberikankerusakan fisik butir gandum yang
tinggi padawaktu digiling sehingga mengurangi berat.
(4) Uji kemurnian butir dari campuran tanaman lainminimal 99,6 %.
(5) Uji (bobot) dari 1000 butir. Dikehendaki bobot 1000butir sekitar 28-40 gram.
(6) Uji keseragaman ukuran dan bentuk biji gandum.
(7) Uji kadar serat dan kadar abu. Persyaratannya adalahserat 2-2,7 %, dan abu 1,4-2 %.
(8) Uji Rendemen tepung sekira 85 %.
(9) Uji kadar protein butir gandum syaratnya adalah 6-20 %.
(10) Menghasilkan tepung dengan daya isap terhadap air52-60 %, merupakan karateristik
yang sangatpenting bagi para konsumen tepung terigu.
• Penyakit dan hama gudang yang menyerang padaumumnya adalah cendawan dan insekta.
• Serangan cendawan selama pertumbuhan di lapangan(Alternaria, Fusarium dan
Helminthosporium) yangberasal atau terbawa biji, tidak akan terbawa digudang penyimpanan
yang suhu udaranya sangatrendah.
• Faktor suhu udara, kelembaban dan lamanyapenyimpanan sangat menentukan serangan
cendawandi gudang.
• Kadar air gandum 13 % (maksimal) menentukanberapa lama gandum tahan disimpan
dengan aman,karena semakin lama gandum disimpan kadar airnyaakan bertambah.
• Pada suhu 5 – 10 °C pertumbuhan cendawan sangatlambat, sedangkan pada suhu 26,7 -
32,2 °Cpertumbuhannya sangat cepat.

31
• Gandum yang disimpan hanya beberapa minggusebelum digiling dapat disimpan pada
kadar air yangagak tinggi (lebih dari 13 %), dengan suhupenyimpanan yang agak tinggi pula
daripada suhupenyimpanan untuk berbulan-bulan lamanya.
• Serangan hama gudang pada umumnya menentukantingkat kualitas dan nilai gizi gandum
yang disimpan.

3. Pembuatan Tepung Gandum/Terigu


Tahap Persiapan:

1. Proses Pembersihan (Cleaning)


Pada proses ini biji gandum dibersihkan dari kotoran seperti debu, biji-biji lain (jagung,
kedelai), kulit gandum, batang gandum, batu-batuan, kerikil dan logam melalui ayakan besar dan
magnet.
2. Proses Pelembapan (Dampening)
Pada proses ini campuran gandum ditambahkan dengan air agar biji gandum mempungai
kadar air yang diinginkan. Proses ini tergantung pada kandungan air pada biji gandum,
kepadatan dan kekerasan biji gandum tersebut.
1. Proses Pengodisian (Conditioning)
Pada proses ini biji gandum direndam selama waktu tertentu agar air benar-benar meresap
dan mendapatkan kadar air yang diinginkan. Hal ini bertujuan agar kulit gandum menjadi liat
sehingga tidak hancur pada saat digiling dan melunakkan endosperm agar mudah terelpas dari
kulitnya.
Tahap Penggilingan:
Ada 2 metode penggilingan yaitu:
* Metode STONE MILLING yang merupakan metode primitif namun sangat praktis.
Butiran gandum yang dipecah  dan dihancurkan dengan batu yang bercelah sehingga
menghasilkan tepung kasar yang disebut wholemeals. Tepung ini kemudian disaring sehingga
diperoleh gandum yang halus dan lembut.
* Metode ROLLER MILLING yang sekarang digunakan oleh negara-negara penghasil
gandum.

32
Prinsip penggilingan adalah melepaskan endosperm dari aleurone (kulit).
4. Proses Penghancuran (Breaking)
Pada proses ini endosperm dihancurkan menjadi partikel-partikel kecil yang seragam dalam
bentuk bubuk kasar.
5. Proses Pengecilan (Reduction)
Pada proses ini endosperm yang telah menjadi partikel yang seragam diperkecil lagi menjadi
bentuk bubuk menyerupai tepung terigu kemudian diayak untuk dipisahkan dari bran dan pollar.
Dalam proses ini menghasilkan produk dedak, pollar, pellet dan tepung industri dengan tujuan
menghasilkan tepung terigu yang berkualitas baik. Dari 100 kg gandum 72% sari dikenal sebagai
100% tepung yang dapat menjadi tepung terigu, sisanya 28% terdiri dari bran dan pollar beserta
pellet. Dalam industri penggilingan di Amerika digunakan beberapa istilah untuk penyebutan
tepung seperti First patent merupakan pemisahan 70% dari pengutipan 72% yang digunakan
untuk tepung kue dan cake dari gandum lunak. Short patent pemisahan 80% dari pengutipan
72% yang digunakan untuk roti istimewa. Medium patent pemisahan 90% dari pengutipan 72%
yang digunakan untuk roti mewah, dan Long patent pemisahan 95% dari pengutipan 72% yang
digunakan untuk roti pada umumnya dari gandum keras. Tepung hasil produksi dianalisis
dilaboratorium kendali mutu untuk dianalisi kandunga-kandunga dalam tepung terigu yang
meliputi moisture, protein, ash, wet gluten, farinograph, ekstensograph, alveograph, amylograph
dan analisi mikrobiologi.
6. Proses Pemutihan (Bleaching) 
sebagaian perusahaan tepung terigu tidak memalui proses iniProses ini dimaksud untuk
menghilangkan warna asli dari gandum baik berupa warna kuning atau krem yang dikarenakan
adanya pigmen nabati yang disebut carotemoid. pemutihan dapat dilakukan secara kimia atau
dengan enzimisasi.
7. Proses Pencampuran ( Blending)
Pada proses ini dilakukan agar kualitas tepung terigu tetap terjaga. seusai standar produk
perusahan masing-masing. kelompok tepung yang berbeda dapat dicampur dan ditambahkan zat
aditif untuk memperoleh tepung terigu dengan mutu tertentu, seperti tepung serbaguna atau all
purpose flour atau tepung dengan kadar protein sedang, dengan mencampurkan tepung terigu
protein rendah dengan tepung terigu protein tinggi.  

33
8. Proses Pendinginan (Cooling)
Pada proses ini setelah memalui proses penggilingan yang begitu panjang memalui mesin
kondisi tepung terigu menjadi hangat yang berakibat jika dikemas akan memperpendek masa
hidup tepung terigu itu sendiri (cepat rusak). hal ini juga bertujuan agar mendapatkan tepung
terigu yang matang agar memungkinkan adonan menjadi lebih awet, lebih kering dan lebih
mudah diolah dengan mesin, sehingga mutu adonan menjadi lebih baik. Untuk mendapatkan
pembentukan gluten yang sempurna, umur tepung minimal 7 hari setelah digiling pada saat
proses pembuatan tepung terigu.
9. Proses Pengemasan (Packing)
Pada proses ini tepung terigu yang telah siap, dibungkus sesuai ukuran kemasan yang telah di
sterilkan agar terlindung dari hama diluar kemasan dan dapat bertahan sesuai umur yang telah
diperhitungkan.

34

Anda mungkin juga menyukai