Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN POST KURETASE DENGAN INDIKASI

BLIGHTED OVUM (B.O) DIRUANG FATIMAH AZ-ZAHRA


RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS
Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Tentang Keperawatan Maternitas

Di Susun Oleh:
Nama : Eka Nihayatur Rohmah
NIM : 82021040033
Prodi : Profesi Ners

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam
untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus gunanya untuk
mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misanya perforasi (Sofian, 2013).
Blighted Ovum adalah kehamilan dimana embrio tidak berkembang normal
semestinya dan menyebabkan kehamilan kosong dan hanya ada air ketuban saja.
(Mochtar R. 2014)
B. INDIKASI KURATSE
a. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu atau dengn berat janin kurang dari 500 gr, dengan
masih ada sisa jaringan tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum. Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar. Tindakan kuretase harus dilaksanakan dengan hati-hati
sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.
b. Abortus Septic
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun
atau awam). Abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis) Ciri : perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut serta nyeri tekan, tampak
lelah, panas tinggi, menggigil, tekanan darah turun dan leukositosis. Tindakan
kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah
antibiotika adekuat diberikan. Pada saat tindakan uterus dilindungi dengan
uterotonika.
c. Blighted ovum (janin tidak ditemukan, yang berkembang hanya plasenta). Dalam
kasus ini Curetase harus dilakukan oleh karena plasenta yang tumbuh akan
berkembang menjadi suatu keganasan, seperti chorio Ca, penyakit trophoblas ganas
pada kehamilan.
d. Sisa Plasenta (pasca persalinan)
e. Sisa Selaput Ketuban (Sofian, 2013)
C. ETIOLOGI
Penyebab dari brighted ovum sendiri adalah
1. Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas
seltelur yang tidak bagus).
2. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan
terjadinya blighted ovum.
3. Faktor usia semakain tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang
terjadinya blighted ovum.
4. Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan
imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol pada ibu
hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan kosong.
(Hanifa W. 2016)
D. MANIFESTASI KLINIS
Bebetapa tanda dan gejala dari tindakan kuretase:
1. Perdarahan hebat yang terkadang disertai dengan adanya gumpalan besar.
2. Rasa nyeri atau sakit pada perut bagian bawah
3. Terjadinya perubahan cairan vagina seperti keputihan dan berbau
4. Mengalami demam dengan suhu yang tinggi
5. Mengalami menstruasi yang tidak normal sebulan setelah kuret
Tanda-tandaa dari brighted ovum yaitu:
1. Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
2. Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif  
3. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-
7 minggu. Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda
kelainan.
4. Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif
5. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-
7 minggu.  
6. Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
7. Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali
Sedangkan blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala yang
mungkin termasuk:
1. Periode menstruasi terlambat
2. Kram perut
3. Minor vagina atau bercak perdarahan
4. Tes kehamilan positif pada saat gejala
5. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan
Hampir sama dengan kehamilan normal
(Hanifa W. 2016)
E. PATHOFISIOLOGI
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma.
Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau
terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi
ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan
mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah
terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi
tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang
lazim dialami ibu hamil pada umumnya. Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan
siap dibuahi bertemu sperma.  
Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk
atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil
konsepsi ini akantetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi
tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan
bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil
konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan
lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya hal ini disebabkan Plasenta
menghasilkan hormone HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan
memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa
sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan
munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes
kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium
pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang
sering disebut juga sebagai hormon kehamilan (Sarwono, 2012)
F. PATHWAY

Intoleransi
Aktivitas

Sumber: ( Manuaba, 2010 & Sarwono 2012)


G. PENCEGAHAN
Cara mencegah brighted ovum:
1. Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun
harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
2. Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa
calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
3. Melakukan pemeriksaan kromosom
4. Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan
merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
5. Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang
terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan
H. PENATALAKSANAAN
Jika telah di diagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah
mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk
memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena
infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya
antibody maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil
sungguhan. Lebih penting adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan
konseling dan meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik
untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan dan dapat mencoba lagi. Tidak perlu
menunggu sangat lama. Umumnya sel telur blighted ovum adalah kejadian acak dan
kemungkinan pengulangan cukup kurang.
I. PERAWATAN SETELAH KURETASE
Perawatan usai Curetase pada umumnya sama dengan operasi- operasi lain. Harus
menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat,
tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-
benar hilang, dan meminum obat secara teratur.Obat yang diberikan biasanya adalah
antibiotik dan penghilang rasa sakit.Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus
berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter.Mungkin
perlu dilakukan tindakan Curetase yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang
tertinggal.Jika keluhan tak muncul, biasanya Curetase berjalan dengan baik dan pasien
tinggal menunggu kesembuhannya. Hal-hal yang perlu juga dilakukan:
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan
terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum
2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi
keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
5. Konseling pasca tindakan
6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi
(Hidayati, 2014)
J. EFEK SAMPING TINDAKAN KURETASE
1. Rahim berlubang Curetase memungkinkan terjadinya lubang pada rahim, atau di
dunia kedokteran disebut perforasi uterus.Hal itu bisa terjadi karena pada saat hamil,
dinding rahim sangat lunak, sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat
pengerokan sisa-sisa jaringan. Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila
Curetase dilakukam pada ibu yang hamil anggur.Sebab, ada tahapan yang harus
dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase.Pada hamil anggur, perut ibu
biasanya cukup besar.Usia tiga bulan saja biasanya sudah seperti enam bulan. Karena
itu, sebelum Curetase dilakukan, dokter akanmengevakuasi posisi kehamilan
menggunakan vacuum lebih dulu, baru mengerok menggunakan sendok tajam untuk
mengeluarkan sisa-sisa jaringan.
2. Infeksi Tindakan Curetase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya
perlukaan.Tapi, dengan pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat sembuh.
3. Sindrom Asherman Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan
dinding dalam rahim.Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk
lagi.Akibatnya, pasien tidak mengalami haid.Ini memang bisa terjadi, karena selaput
lendir rahim terkikis habis saat tindakan Curetase.Tapi hal itu masih bisa diatasi
dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid kembali.
4. Keluar vlek
Vlek-vlek darah bisa saja keluar setelah tindakan Curetase dilakukan, sampai satu
minggu kemudian.Keluarnya vlek-vlek darah itu sangat wajar.Tapi, bagaimanapun
harus tetap dikonsultasikan pada dokter, agar bisa diwaspadai.Sebab, bisa saja
keluarnya vlek tersebut karena adanya gangguan pada fungsi pembekuan darah.
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Demografi
a. Identitas klien meliputi : nama, uumr, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat,
status perkawinan
b. Data umum kesehatan meliputi: tinggi badab, berat badan, masalah kesehatan
khusus, obat-obatan.
c. Perdarahan, haid terakhir dan pola siklus haid
2. Pemeriksaan fisik umum
3. Keadaan umum, TTV, jika keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi
segera.
4. Pemeriksaan genikologi Ada tidaknya tanda akut abdomen jika memungkinkan, cari
sumber perdarahan, apakan dari dinding vagina atau dari jaringan servik.
5. Jika diperlukan ambil darah untuk pemeriksaan penunjang
6. Pemeriksaan vaginal touche: bimanual tentukan besat dan letak uterus, tantukan juga
apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan kedalam ostium dengan mudah atau
tidak.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Luka Post Kuretase
(Domain 12. Kenyamanan, Kelas 1. Kenyamanan fisik, Kode: 000132)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
(Domain 4. Aktivitas/istirahat, kelas 4. Respons kardiovaskular/pulmonal, kode:
00092)
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
(Domain 9. Koping/Toleransi, Kelas 2. Respon Koping, Kode: 00146)
4. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
(Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 1. Infeksi, Kode: 00004)
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri Akut b/d Luka Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
Post Kuretase tindakan asuhan nyeri secara
keperawatan selama 2x24 komprehensif termasuk
jam diharapkan nyeri lokasi, karakteristik,
dapat berkurang dengan, durasi, frekuensi,
kriteria hasil: kualitas dan faktor
1. Mampu mengontrol presipitasi
nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi
nyeri, mampu nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan dan
nonfarmakologi untuk monitor TTV klien
mengurangi nyeri, 3. Pilih dan lakukan
mencari bantuan) penanganan nyeri
2. Melaporkan bahwa (farmakologi, non
nyeri berkurang farmakologi dan inter
dengan menggunakan personal)
manajemen nyeri 4. Ajarkan tentang teknik
3. Mampu mengenali non farmakologi
nyeri (skala, 5. Berikan analgetik untuk
intensitas, frekuensi mengurangi nyeri
dan tanda nyeri)
4. Tanda vital dalam   
rentang normal
2. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
berhubungan dengan tindakan asuhan 2. Ajarkan pasien atau
kelemahan keperawatan selama 2x24 keluarga tentang Teknik
jam diharapkan intoleransi ambulasi
aktivitas dapat diatasi 3. Bantu pasien melakukan
dengan kriteria hasil: mobilisasi dini ditempat
a. Klien meningkat dalam tidur
aktivitas fisik 4. Latih pasien dalam
b. TTV normal pemenuhan kebutuhan
c. Klien mampu ADL secara mandiri
melakukan aktivitas sesuai kebutuhan
sehari-hari secara 5. Kolaborasi tentang
mandiri rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan
dengan perubahan tindakan asuhan yang menyenangkan
status kesehatan keperawatan selama 2x24 2. Pahami perspektif
jam diharapkan ansietas pasien terhadap stress
dapat diatasi dengan 3. Temani pasien untuk
kriteria hasil: memberikan kemanan
a. Klien menunjukkan 4. Berikan informasi
kecemasan berkurang adekuat mengenai
b. Secara verbal klien diagnosis, tindakan dan
mengatakan cemas prognosis
dapat teratasi pada 5. Dorong keluarga untuk
level yang dapat menemani pasien
ditangani oleh pasien 6. Bantu pasien mengenali
sendiri situasi yang
menimbulkan
kecemasan
7. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
4. Risiko terjadi infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan lingkungan
berhubungan dengan tindakan asuhan setelah dipakai klien
tindakan kuretase keperawatan selama 2x24 lain
jam diharapkan tidak 2. Batasi pengunjung bila
terjadi infeksi dengan perlu
kriteria hasil: 3. Gunakan sabun
a. Tidak didapatkan antimikroba untuk cuci
tanda terjadinya tangan
infeksi 4. Cuci tangan setiap
b. Tidak didapatkan sebelum dan sesudah
fatigue kronis tindakan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho    use. 2011. Rencana Perawatan


Maternal/Bayi Edisi 4. Jakarta : EGC
Hidayati, Ratna. (2014). Asuhan Keperawatan pada kehamilan fisiologis dan patologis.
Jakarta. Salemba Medika
Manuaba, IBG (2010). Konsep obstetri dan ginekologi sosial Indonesia. Jakarta Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Nurarif, Huda Amin & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Mediaction: Jogjakarta
Sarwono, Prawiroharjo. (2012). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, cetakan 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai