Anda di halaman 1dari 3

6.

2 Model Risiko Audit


a. Proses Penilaian Risiko
Sebelum risiko dapat dinilai, auditor harus melakukan sejumlah prosedur untuk
mendapatkan pemahaman mengenai accounting dan internal control systems.
 Tugas- Tugas Penilaaian :
1. Mengidentifikasi risiko dengan meningkatkan pemahaman terhadap entitas dan
lingkungannya, termasuk cara kontrol yang relevan terkait dengan risiko.
2. Menghubungkan risiko yang teridentifikasi dengan apa yang mungkin salah
dalam asersi manajemen tentang kelengkapan, keberadaan, valuasi,
kemunculan, dan pengukuran transaksi atau asersi mengenai hak, kewajiban,
presentasi, dan pengungkapan.
3. Menentukan seberapa besar risiko tersebut menyebabkan material misstatement
(kesalahan ungkap material) dari laporan keuangan.
4. Mempertimbangkan kemungkinan terjadinya risiko tersebut dapat
mempengaruhi laporan keuangan.
b. Risiko Bisnis, Risiko Audit dan komponennya
 Risiko Audit = Risiko bahwa auditor memberikan opini audit yang tidak tepat ketika
laporan-laporan keungan memiliki salah saji material. Risiko audit memiliki tiga
komponen, yaitu :
1. Risiko bawaan (inherent risk) = kerentaan dari saldo akun atau kelompok
transaksi terhadap kemungkinan salah saji yang bersifat material
2. Risiko Pengendalian (control risk) = risiko salah saji yang dapat terjadi pada
saldo akun atau kelompok transaksi yang bersifat material
3. Risiko deteksi (detection risk) = risiko bahwa prosedur substantive auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji.
c. Risiko-risiko yang Penting
Risiko-risiko yang penting (signifikan risk) adalah risiko audit yang membutuhkan
pertimbangan audit khusus, yang secara umum terkait dengan judgemental matters dan
transaksi tidak rutin yang signifikan.
 Pertimbangan Audit Khusus
Sebagai bagian dari penilaian risiko, auditor mungkin saja menentukan beberapa
risiko terdeteksi yang termasuk risiko signifikan dan membutuhkan pertimbangan
audit secara khusus.
 Definisi Risiko-risiko yang penting
Risiko-risiko yang penting muncul pada sebagian besar audit, tetapi
penentuannya merupakan permasalahan yang membutuhkan kearifan professional
auditor.

6.3 Materialitas
Materialitas pelaksanaan (Performance materiality) berarti jumlah atau jumlah-jumlah yang
ditetapkan oleh auditor kurang dari angka materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan .Materialitas merupakan tingkat ketidakakuratan atau ketidaktepatan yang dianggap
masih dapat diterima mengingat tujuan dari laporan keuangan.
a. Tingkat Materialitas, Materialitas perencaan (planning materiality) merupakan konsep yang
digunakan untuk merancang audit, sehingga auditor dapat memperoleh asurans yang memadai
bahwa setiap kesalahan dari ukuran atau sifat dasar yang relevan (material) akan dapat
diidentifikasi.
b. Ukuran Komponen, penggunaan materialitas yang paling umum terkait dengan ukuran
komponen (size of the item) yang dipertimbangkan. Komponen dengan nilai besar yang
dihilangkan dari laporan keungan umumnya bersifat material.
c. Sifat Dasar Komponen, merupakan karakteristik kualitatif. Auditor tidak dapat mengukur
keputusan materialitas dalam seluruh kasus, komponen-komponen tertentu yang mungkin
memiliki sinifikasi meskipun nilainya.
d. Situs-situs dari Kejadian, materialitas dari kesalahan bergantung pada situasi-situasi dari
keterjadiannya (circumstancesof its occurrence). Terdapat 2 tipe dari situasi-situasi yang
relevan, yakni :
 Para pengguna dari informasi akuntanasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi
 Konteks dari informasi akuntansi yang mana komponen atau kesalahan terjadi.
e. Reabilitas, ketepatan dan jumlah bukti, menurut ISA 320, auditor harus mempertimbangkan
materialis dan keterkaitannya dengan risiko audit ketika melakukan audit. Apakah artinya ?
dalam pengembalian sampel secara startistik, terdapat hubungan tetap di antara :
 Relibilitas asersi berdasarkan pegambilan sampel
 Ketepatan dari laporan ini (dalam pengauditan ini ditentukan oleh materialitas)
 Jumlah bukti yang seharusnya dikumpulkan untuk membuat asersi ini.
f. Area untuk menentukan materialitas, kesesuian dasar laporan keuangan untuk menghitung
materialitas akan bervariasi berdasarkan sifat dasar dari bisnis klien. Misal, jika posisi
perusahaan berada di dekat titik impasnya, maka laba bersih untuk tahun berjalan akan jauh
lebih baik kecil untuk digunakan sebagai dasar laporan keungan. Pada kasus ini, ,auditor
sering kali akan memilih menggunakan rata-rata nilai laba bersih pada tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai