Sebagai suatu konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam
karyanya The Structure of Scientific Revolution (1962).Konsep paradigma yang diperkenalkan Kuhn
kemudian dipo pulerkan oleh Robert Friedrichs melalui bukunya Sociology of Sociology (1970). Karya
Friedrichs ini diikuti selanjutnya oleh Lodahl dan Cordon (1972), Phillips (1973), Effrat (1972) serta
Friedrichs sendiri (1972 a) dan (1972 b).
Tujuan utama Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution itu adalah untuk menantang
asumsi yang berlaku umum di ka langan ilmuwan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan. Kalangan
ilmuwan pada umumnya berpendirian bahwa perkembangan atau kema juan ilmu pengetahuan itu terjadi
secara kumulatif. Model perkembangan ilmu pengetahuan menurut Kuhn adala sebagai berikut
Tetapi sayangnya ia tidak merumuskan dengan jelas tentang apa yang dimaksudkannya dengan para digma
itu. Malahan istilah paradigma dipergunakan tak kurang dari dua puluh satu cara yang berbeda. Masterman
mencoba meredusir kedua puluh-satu konsep paradigma Kuhn yang berbeda-beda itu menjadi tiga tipe.
Masing-masing adalah paradigma metafisik (metapbisical para digm), paradigma yang bersifat sosiologis
(Sociological paradigm) dan paradigma konstruk (construct paradigm).
Persoalan
1. Karena dari semula pandangan filsafat yang mendasari pemikiran ilmuwan tentang apa yang
semestinya menjadi substansi dari cabang ilmu yang dipelajarinya itu berbeda.
2. Konsekuensi logis dari pandangan filsafat yang berbeda itu maka teori-teori yang dibangun dan
dikem bangkan oleh masing-masing komunitas ilmuwan itu berbeda.
3. Faktor inilah yang menjadi awal sebab arena pergulatan pemikiran dikalangan ahli sosiologi yang
kemudian melahirkan beberapa golongan komunitas yang saling bersaing untuk mendapatkan
dominasi dari paradigma yang dianut masing-masing.
BAB 2
Paradigma fakta sosial ini di ambil dari kedua karya Durkheim yang meletakkan landasan paradigma fakta
sosial melalui karyanya The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Fakta sosial inilah
yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta sosial dinyatakan oleh Emile Durkheim
sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari
seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk
memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut
Durkheim terdiri atas dua macam:
I. Dalam bentuk material: Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap. dan diobservasi. Fakta
sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non-material: Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal). Fakta ini bersifat inter
subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contao egoisme, altruisme, dan opini.
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut paradigma ini adalah
fakta-fakta sosial. Menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial:
Di dalam paradigma fakta sosial setidaknya ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma
fakta sosial ini. yaitu:
1. Teori Fungsionalisme-Struktural
2. Teori Konflik
BAB 3
Paradigma ini merupakan salah satu aspek yang sangat khusus dari karya weber, yakni dalam analisisnya
tentang tindakan sosial. Menurut Weber paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan
sosial antara hubungan sosial. Kedua hal itulah yang menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti
tesisnya adalah "tindakan yang penuh arti" dari individu. Yang dimaksudkannya adalah sepanjang
tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif hagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang
lain.
Ada tiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini, yaitu:
3. Fenomenologi (Phenomenology).
Dari ketiga teori diatas mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya, manusia adalah
merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya, menurut ketiga teori ini adalah merupakan hasil
tindakan kreatif manusia. Dan hal inilah yang menjadi sasaran perhatian paradigma definisi sosial. Penganut
paradigma definisi sosial ini cenderung memergunakan metode obervasi dalam penelitian mereka.
Alasannya adalah untuk memahami realitas.
BAB 4
Merupakan suatu pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial sudah di kenal sejak lama, khusus nya dalam
psikologi. Sosiologi merupakan karya dari B. F. Skinner, yang sekaligus pemula exemplar paradigma ini.
Karyanya meliputi spektrum yang sangat luas. Ia juga pelopor dari orang - orang yang mencoba
menerapkan prinsip behaviorisme secara praktis.
2. Teori Excbange
Tokoh utamanya adalah George Homan. Dibangun dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigma
fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan:
BAB 5
(Suatu Penelitian)
Konklusi paling umum ialah bahwa dalam waktu dekat akan terjadi perdamaian paradigma sosiologi.
Jembatan paradigma.
Menurut Ritzer semua teoritisi besar sosiologi mampu menjadi jembatan paradigma. Yang termasuk
sebagai jembatan paradigma dalam sosiologi ialah: Durkheim, Weber, Marx dan Parsons.
Dalam rangka memperdamaikan pertentangan antar 2 paradigma tersebut, Peter Blau berusaha
memperluas teori pertukaran nya ke tingkat analisis fakta sosial. Namun teori itu tak dapat di terima
oleh penganut paradigma.
Disamping adanya upaya memperdamaikan pertentanga paradigma ada pula upaya serupa di bidang
metodologi.
BAB 6
paradigma ialah pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu
pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari, pertanyaan apa yang mestinya
di jawab, bagaimana semestinya pertanyaan-pertanyaan itu di ajukan dan aturan-aturan apa yang harus di
ikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh.
Dengan menggunakan definisi ini Ritzer menyatakan bahwa sosiologi didominasi oleh tiga paradigma,
yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial.