Anda di halaman 1dari 15

PENGOLAHAN PATI JAGUNG

PRAKTIKUM 2
(Praktikum Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Jagung)

Dosen Pengampu :

Titis Linangsari, S.T.P., M.Si

Oleh

Firda Adelia

2002301004

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam usaha pembangunan industri yang maju serta pertanian yang
tangguh, agroindustri diharapkan dapat mempercepat terbentuknya struktur
ekonomi yang seimbangDidalam pengolahan tersebut meliputi proses
transformasi dan pengawetan (yang meliputi perubahan fisik dan kimiawi),
penyimpanan, pengemasan hingga proses distribusi (Irfan, 2010)
Jagung sebagai sumber bahan pangan telah dimanfaatkan untuk makanan
pokok (beras jagung) di daerah tertentu, makanan penyela (jagung rebus dan
bakar), makanan kecil (berondong, tortilla), tepung, kue, roti dan bubur.
Kegunaan lain adalah untuk makanan ternak dan bahan baku industri pati,
glukosa, sirup, dekstrin, alkohol dan minyak. Pemanfaatan teknologi
pengolahan jagung berpeluang meningkatkan nilai komoditas jagung tidak
hanya sebagai sumber pakan tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk
pangan yang bernilai ekonomi.(Maflahah, 2010)
Pati jagung potensial mensubstitusi terigu maupun tapioka dari 20-100%.
Jika pati jagung menggantikan 10% saja, maka diperlukan 0,3-1,0 juta ton pati
jagung per tahun. Pascapanen jagung selama ini masih dkerjakan secara
tradisional. Dengan teknologi yang ada (existing technology), maka diperlukan
investasi teknologi baik untuk pengolahan jagung di sektor hulu maupun hilir.
Untuk pengembangan industri pati jagung, dibutuhkan investasi mencapai Rp
80-160 miliar. Pati jagung memiliki prospek pengembangan menjadi produk-
produk olahan bagi industri-industri yang menghasilkan tepung maizena,
dekstrin dan gula jagung (Balitbang, 2015).
.Berdasarkan hal tersebut, mensintesis bahwa perlu dilakukan penelitian
tentang pembuatan pati jagung agar produk yang dihasilkan berkualitas sesuai
dengan standar mutu yang berlaku..
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menjelaskan dan
membuat olahan produk pangan berbasis jagung yaitu Pati Jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Jagung
2.1.1. Pengertian jagung
Jagung (Zea mays) merupakan bahan pokok yang cukup penting bagi
kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat
kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.
Kebutuhan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan
pada makin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.
Tanaman jagung dalam bahasa ilmiah disebut Zea mays L. adalah salah
satu tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan (Graminaceae) yang
sudah populer di seluruh dunia. Klasifikasi tanaman jagung menurut
Pursengloves (2015) yaitu sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Subkelas:
Commelinidae, Subkingdom: Traceobionta, Ordo: Cyperales, Superdivisio:
Spermatophyta, Famili: Poaceae, Divisio: Magnoliophyta, Genus: Zea L.,
Kelas: Liliopsida, Spesies: Zea mays L.
Menurut Furqaanida (2004) beberapa kendala pemanfaatan limbah
pertanian sebagai pakan adalah pada umumnya memiliki kualitas rendah
dengan kandungan serat yang tinggi dan protein yang rendah sehingga bila
digunakan sebagai pakan basal dibutuhkan penambahan bahan pakan yang
memiliki kualitas yang baik (konsentrat) untuk memenuhi dan meningkatkan
produktivitas ternak.
2.1.2. Jenis-Jenis Jagung
Jagung adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat paling
penting di dunia, selain gandum dan padi. Berikut ini 7 jenis jagung
berdasarkan penampilan dan tekstur biji jagung.
1. Jagung manis
Jagung yang rasanya segar dan manis ketika dikonsumsi ini ternyata
merupakan jagung yang dipanen dalam kondisi tidak benar-benar matang,
di mana konversi gula menjadi pati belum sempat terjadi.
2. Jagung berondong
Memiliki karakteristik kulit luar yang keras, membungkus sejumlah
kecil pati lunak. Biji jagung akan meletus kalau dipanaskan karena
mengembangnya uap air dalam biji. Volume pengembangannya bervariasi
(tergantung pada varietasnya), dapat mencapai 15—30 kali dari besar
semula. Varietas ini ditujukan untuk konsumsi manusia, namun tingkat
panennya lebih sedikit daripada jagung jenis lainnya.
3. Jagung tepung (floury corn)
Salah satu varietas jagung tertua ini memiliki biji yang lembut dan
mengandung pati lunak. Jagung tepung ini mudah untuk digiling dan
digunakan sebagai bahan membuat makanan-makanan yang dipanggang
serta makanan lainnya. Pada umumnya tipe jagung floury ini berumur
panjang dan khususnya ditanam di dataran tinggi Amerika Selatan (Peru dan
Bolivia).
4. Jagung gigi kuda (dent corn)
Dinamakan jagung gigi kuda karena ceruk yang ada di tengah-tengah
bijinya ketika dalam keadaan kering membuat penampakannya seperti gigi
kuda. Jagung jenis ini rasanya hambar dan bertepung banyak sehingga lebih
sering digunakan untuk makanan ternak, membuat sirup jagung alami, atau
produk industrial seperti ethanol untuk bahan bakar, minuman atau cairan
sanitasi.
Untuk mengubah jagung menjadi ethanol diperlukan proses
fermentasi dan distilasi. Jagung jenis ini merupakan bahan mentah yang
paling efisien, dapat diperbarukan dan aman bagi lingkungan.
5. Jagung mutiara (flint corn)
Jenis jagung yang paling banyak ditanam oleh petani di Jawa ini
memiliki bentuk bulat, licin, mengkilap, dan keras karena bagian pati yang
keras terdapat di bagian atas dari biji. Tipe biji ini disukai oleh petani karena
tahan hama gudang.
6. Jagung pod (pod corn)
Sering disebut sebagai jagung indian, jagung pod lebih bersifat hiasan
daripada jagung-jagung lainnya karena bijinya yang memanjang dan
warnanya yang bervariasi.
7. Jagung ketan (waxy corn)
Jagung jenis ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau
untuk pengental makanan. Endosperma pada tipe jagung waxy seluruhnya
terdiri atas amylopectine, sedangkan jagung biasa mengandung kurang lebih
70 persen amylopectine dan 30 persen amylose.
2.2. Pati Jagung
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik, yang
banyak terdapat pada tumbuhan terutama pada biji-bijian, umbi-umbian.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom
karbonnya, serta lurus atau bercabang (Jane, 1995). Pati dalam jaringan
mempunyai bentuk butir yang berbeda-beda. Umumnya butir pati terdiri dari
lapisan-lapisan yang mengelilingi suatu titik yang disebut hillus. Hillus dapat
terletak ditengah atau dapat pula dipinggir. Biji jagung mengandung pati 54,1%
- 71,7%, karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati,
sedangkan komponen lainnya adalah pentose, dekstrin, sukrosa, dan gula
pereduksi (Fahn, 1992).
Granul pati utuh tidak larut dalam air dingin. Granul pati dapat menyerap
air dan mengembang, tetapi dapat kembali seperti semula. Apabila granul pati
ditambahkan air panas atau dingin yang kemudian dipanaskan, maka pati dapat
mengalami gelatinasi. Granula pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan
dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak terlarut
disebut amilopektin (Winarno, 2002). Amilosa merupakan bagian polimer
dengan ikatan α-(1,4) dari unit glukosa, yang membentuk rantai lurus, yang
umumnya dikatakan sebagai linier dari pati. Struktur ini mendasari terjadinya
interaksi iodamilosa membentuk warna biru (Pudjihastuti, 2010). Amilopektin
sama seperti amilosa, yaitu terdiri dari rantai pendek α-(1,4)-6 D-glukosa
dalam jumlah yang besar. Perbedaannya ada pada tingkat percabangan yang
tinggi dengan ikatan α-(1,6)-D-glukosa dan bobot molekul yang besar Bila
amilosa direaksikan dengan larutan iod akan membentuk warna biru tua,
sedangkan amilopektin akan membentuk warna merah (Taggart, 2004).
Sifat pati jagung seperti halnya pati lainnya dimana dalam bentuk
alaminya memiliki kestabilan tekstur yang baik dalam sistem pangan, tetapi
memiliki ketahanan yang rendah terhadap proses pengadukan dan proses yang
melibatkan panas. Selain itu memiliki keterbatasan untuk mengalami
retrogradasi dan tidak dapat membentuk gel yang kaku kecuali pada
konsentrasi yang tinggi (Singh et al., 2007).
Pati jagung berbeda dengan tepung jagung yang kandungan kimianya
masih lengkap. Pada tepung jagung komposisinya masih lengkap sedangkan
pada pati jagung sudah dipisahkan serta sebagian hilang pada proses pencucian
(Richana dan Suarni, 2007).
2.3. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang
dihasilkan dari ekstraksi tanaman. Rendemen menggunakan satuan persen
16(%). Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai
minyak nabati yang dihasilkan semakin banyak. (Fahmi, 2016)
2.4. Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah cara mengukur, menilai atau menguji mutu
komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu mata,
hidung, mulut, dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran
subjektif karena didasarkan pada respon subjektif manusia sebagai alat ukur
(Soekarto, 1990).
Dalam penilaian bahan pangan, faktor yang menentukan diterima atau
tidak suatu produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam
tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan
klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan
menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan
dalam menilai sifat indrawi suatu produk adalah :
a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan
bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta
bentuk bahan.
b. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi.
Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan
sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan
jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus.
c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator
terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang
menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.
d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat dengan
mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah,
rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah
2.4.1. Panelis
Rahayu (1998) menjelaskan bahwa untuk melaksanakan penilaian
organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian suatu mutu atau analis sifat-
sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrument atau alat.
Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu
komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel
disebut panelis.
2.4.2. Syarat pengujian organoleptik
Untuk mendukung pelaksanaan uji organoleptik, maka perlu memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Lokasi Laboratorium harus tenang dan bebas polusi
b. Ruang pengujian terbagi 2 : bilik pencicip dan dapur
c. Dinding dicat warna netral
d. Wastafel dilengkapi lap dan sabun
e. Tissue polos non parfum
f. Panelis tidak sedang lapar (www.coolnetters.com, 2009)
BAB III
METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1 Maret 2022 pukul
13.00 - Selesai WITA bertempat di laboratorium Pangan, Teknologi Industri
Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pisau, nampan,
blender, oven, neraca analitik, saringan/ayakan, loyang, sendok, kain saring,
dan baskom.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah jagung manis 1 kg,
jagung biasa 1 kg, dan jagung manis + jagung biasa 1 kg.
3.3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur yang dikerjakan pada praktikum ini ialah sebagai
berikut:
1. Seluruh alat dan bahan disiapkan
2. Jagung dikupas dan dibersihkan dari kulit jagung dan rambut jagung,
kemudian dilakukan pemipilan jagung
3. Jagung dihaluskan dengan blender, sambil ditambhakan air seceukupnya
4. Jagung yang sudah diblender, kemudian disaring dengan menggunakan
kain saring hingga patinya terpisah dengan sisa kulit dan ampas jagung
5. Dilakukan pengendapan selama 2-3 jam sampai pati dan air terpisah
6. Air dibuang, dan pati jagung dikeringkan hingga kering dengan bantuan
sinar matahari atau oven
7. Pati yang sudah kering, dihaluskan dengan belender atau mesin
penggiling tepung
8. Dilakukan penyayakan tepung
9. Dilakukan penghitungan rendemen serta uji organoleptic terhadap warna,
tekstur, dan aroma.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Penimbangan Pati Jagung
Hasil Penimbangan
No Sampel Rendemen (%)
Tepung (gr)
1 Pati jagung manis 31 3,1
2 Pati jagung biasa 54,1 54,1
3 Pati campuran jagung manis
47,5 4,75
dan jagung biasa

Tabel 2. Hasil Pengujian Organoleptik Pati Jagung


No Sampel Warna Tekstur Aroma
1 Pati jagung manis 5 2 1
2 Pati jagung biasa 3 2 2
3 Pati campuran jagung manis
3 2 4
dan jagung biasa

Keterangan :
Skala Warna Tekstur Aroma
1 Kuning Sangat halus Sangat kuat
2 Agak kuning Halus Kuat
3 Putih kekuningan Cukup halus Cukup kuat
4 Agak putih Agak halus Agak kuat
5 Putih Tidak halus Tidak kuat
4.2. Pembahasan
Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan secara langsung pada 1 Maret
2022 pukul 13.00 - Selesai WITA bertempat di laboratorium Pangan, pada
praktikum kali ini memberikan gambaran membuat produk berbasis jagung
yaitu pati jagung. Adapun hal yang diamati pada praktikum kali ini ialah,
persiapan bahan dengan berbagai perlakuan, rendeman yang dihasilkan dan uji
organoleptic produk jadi.
Pada praktikumn ini, kami melakukan persiapan bahan untuk pembuatan
pati jagung dengan cara mensortasi jagung agar terhindar dari singkong yang
jelek/rusak. Lalu jagung di kupas kulitnya agar bagian yang tidak berguna tidak
menggangu proses kedepannya dan di cuci, untuk memisahkan kotoran yang
menempel pada jagung karena apabila jagung tidak dicuci dengan bersih, maka
pada saat penjemuran jagung akan berubah menjadi coklat akibat kotoran yang
masih menempel pada permukaan jagung pun tepung menjadi berwarna coklat.
Kemudian dilakukan pengecilan dengan menambahkan sejumlah air dan
berbagai perlakuan guna memecah dinding sel agar butir pati dapat keluar,
Setiap kelompok dalam 1 kelas diberikan perlakuan yang berbeda pada jagung
saat akan diambil patinya, yaitu jagung manis 100%, jagung biasa 100%,
campuran 100%.
Setelah persiapan bahan dilakukan pengendapan sari pati yang sudah
diambil sampai terbentuk 2 lapisan, pada baggian bawah dilakukan penjemuran
atau pengeringan dengan menggunakan sinar matahari atau dengan
menggunakan oven pada suhu 68°C sampai diperoleh kadar air di bawah 14 %.
atau kadar air maksimal adalah 17 % (SNI), penghilangan kadar air di dalam
pati, agar pada saat pati jagung diolah dalam keadaan kering sempurna dan
tidak ada lagi tepung jagung yang menggumpal akibat masih terdapat
kandungan air di dalamnya. Pati jagung dihaluskan menggunakan blender
sampai (sekurang kurangnya 80 mesh) karena pati yang didapat setelah
pengeringan pati jagung kasar kemudian dilakukan penghitungan rendemen
dan uji organoleptik Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini ialah
sebagai berikut
4.2.1 Lama pengeringan
Perbedaan komposisi jagung, secara nyata berpengaruh terhadap lama
pengeringan. Semakin banyak jagung manisnya, maka akan dibutuhkan
pengeringan dengan waktu yang lebih lama. Semakin singkatnya pengeringan
dengan semakin banyak jagung biasa berkaitan dengan semakin banyaknya
kandungan air didalamnya.
4.2.2 Rendemen
Penghitungan kadar rendemen dilakukan dengan membandingkan berat
akhir dengan berat jagung, awal sebelum dilakukan pengupasan dikalikan
100%. Hasil analisis tepung jagung, dari 3 perlakuan menghasilkan rendemen
berbeda-beda yaitu berkisar antara 3,1% - 5,41%. Rendemen tepung paling
tinggi yaitu tepung dengan komposisi jagung biasa 100% yaitu 5,41%,
sedangkan tepung jagung, dengan komposisi jagung manis 100% memiliki
rendemen paling rendah yaitu 3,1%. Hal ini dikarenakan saat pengeluaran pati,
pati yang terdapat pada P3 tidak optimal dan juga kain saring yang mesh nya
sangat kecil dibadingkan dengan perlakuan yang lain. Yulifianti et al. (2012)
menyatakan rendemen tepung komposisi jagung manis dapat ditingkatkan
menjadi 33% (3000 g jagung segar untuk menghasilkan 1000 g).
Perbedaan komposisi jagung, secara nyata berpengaruh terhadap
rendemen yang dihasilkan. Semakin banyak jagung biasa, maka akan semakin
besar rendemen yang diperoleh.
4.3.3 Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakuka dengan kriteria yang diuji adalah warna,
tekstur dan aroma dengan skala penilain 1-5 untuk setiap kelompok. Warna
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan produk pangan
(Holinesti, 2009). Berdasarkan data Tabel 2 diperoleh informasi bahwa
penilaian panelis tertinggi terhadap tepung jagung terdapat pada perlakuan P1.
Warna putih pada pati jagung disebabkanoleh berkurangnya reaksi Maillard.
Semakin banyak penggunaan jagung manis, maka warna yang dihasilkan
semakin putih. Apabila protein pada tepung-tepungan bereaksi dengan gula
pereduksi akan menyebabkan terjadinya reaksi browning atau kekuningan
membentuk senyawa mellanoidin (Noviyanti, 2016). Semakin dominannya
warna kuning ini diduga berkaitan dengan semakin tingginya pembentukan
gugus O-kuinon. Hal lain yang menambah pengaruh terhadap warna, karena
warna bahan bakunya (jagung manis) memiliki warna yang lebih pucat;
Aroma ditimbulkan oleh rangsangan kimia senyawa volatil yang tercium
oleh saraf-saraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika bahan
pangan dicium dan masuk kemulut (Winarno, 2004). Berdasarkan data Tabel
2 diperoleh informasi bahwa tingkat kesukaan panelis ialah P1. Aroma pati
jagung dengan komposisi jagung manis memiliki aroma khas, Hal ini sesuai
dengan pendapat Arief (2011), terjadi perubahan glukosa menjadi aroma.
Adapun pengaruh lainnya karena kadar air yang ada didalam jagung manis
tersisa dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga untuk aroma tidak menguap
terlalu banyak
Tekstur makanan sangat ditentukan oleh kandungan air, lemak, protein
dan karbohidrat (Fellow, 2012). Berdasarkan data Tabel 2 diperoleh informasi
bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur sama, artinya tekstur tidak
mengalami pengaruh yang nyata.. Hal ini dikarenakan tekstur jagung manis
tetap dalam keadaan mudah hancur sehingga saat penggilingan akan
terkecilkan secara menyeluruh, maka dari itu tepung jagung manis betekstur
halus
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembuatan pati jagung memiliki 5 proses utama yaitu persiapan
bahan baku, pemerasan, pengendapan, pengeringan, dan analisis produk
seperti kadar rendemen serta uji organoleptiknya.
2. Perbedaan perlakuan komposisi sangat berpengaruh nyata terhadap
rendemen dan sifat organoleptiknya. Hal ini sebagian besar berdasarkan
kadar air yang terkandung didalam komposisi terkait, semakin banyak kadar
air (jagung manis) maka semakin menurun pengaruhnya seperti rendeman
dan warna yang akan semakin rendah karena banyak yang menguap, namun
untuk tekstur dan aroma tetap semakin tinggi.
3. Pada praktikum ini metode yang terbaik terdapat pada tepung jagung manis,
karena walaupun hasil rendeman menunjukkan angkat terendah sebab
massa tersisa cukup sedikit namun hasil uji organoleptic memberikan
penilaian yang terbaik.
5.2. Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah diharapkan praktikan lebih dahulu
memperhatikan penuntun praktikum yang disampaikan dosen pengampu,
berhati-hati pada saat melakukan praktikum, dikarenakan apabila terdapat
kesalahan di proses awal maka akan mempengaruhi proses akhir, serta selalu
menjaga kebersihan laboratorium agar nyaman pada saat melakukan praktikum
agar lebih mudah dalam proses penyelesaian tugas yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, Asri Eka. 2017. Pengaruh Subtitusi Jagung (Zea mays L.) Terfermentasi
Terhadap karakteristik Organoleptik dan nlai Gizi cake Tulban. Jurnal Sains
dan Teknologi Pangan (JSTP) Vol. 2 , No. 3, Universitas halu Oleo.
Maflahah, Irfan. 2010. Analisis pembuatan Pati jagung (Maizena) Berbasis Neraca
Massa. Embryo Vol. 7, No. 1. Universitas Trunojoyo.
Noviyanti. 2016. Analisis Penilaian Organoleptik Cake Brownies Substitusi
Tepung Wikau Maombo. J. Sains dan Teknologi Pangan 1(1): 58-66, Th. 2016
ISSN 2527-6271.
Rasyid, Nur Pratiwi. 2018. Pemanfaatan Pati Jagung Termodifikasi teknik
Microwave pada Mie Jagung. Jurnal Teknologi Pertanian Volume 9, Nomor
2. Gorontalo
Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.
Suarni, S., Firmansyah, I. U., & Aqil, M. (2013). Keragaman mutu pati beberapa
varietas jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 32(1), 50–56.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai