Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“KEBUDAYAAN ISLAM”
Disusun oleh:
Putri Devita Juliana (2113020169)
Kandhia Winggar M (2113020182)
Sefrizal Nanda Saputra (2113020275)
Dosen Pengajar:
Samsul Hadi M.Pd.
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul Kebudayaan Islam dapat selesai dengan
tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bapak Samsul
Hdi M.Pd.pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
Kebudayaan Islam di era sekarang ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Samsul Hdi
M.Pd. selaku guru mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………3
1.2 RumusanMasalah................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebudayaan Islam..…………………………………...4
2.2 Konsep Kebudayaan Islam………………………………………..4
2.3 Prinsip-prinsip Kebudayaan Islam………………………………..5
2.4 Perbedaan Kebudayaan Islam Dan Non Islam…………………....5
2.5 Budaya Akademik Dan Etos Kerja………………………………..7
2.6 Konsep Kerja Dalam Islam………………………………………..7
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan......................................................................................8
3.2 Saran................................................................................................8
BAB IV
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami kebudayaan islam
3. Untuk mengetahui apa saja perbedaan kebudayaan islam islam dengan non islam
4. Untuk mengetahui budaya ilmiah dan budaya kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebudayaan Islam
Kebudayaan secara etimologi berasal dari bahasa sangsekerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Istilah culture sama artinya
dengan kebudayaan, berasal dari bahasa latin Colore yang diartikan sebagai segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. (Koentjaraninggrat, 1965: 77 – 75)
Konsep kebudayaan telah diperluas dan didinamisasi walaupun secara akademik orang sering
membedakan antara kebudayaan dan peradaban, tetapi pada dasarnya keduanya menyatu
dalam pengertian kebudayaan secara luas. Jika melihat struktur kebudayaan sebagai suatu
sistem, maka kebudayaan didukung oleh 4 subbab sistem, yaitu :
Kebudayaan islam lahir dari pengamatan umatnya terhadap pengalaman mereka. Prinsip
dasar yang membedakan antara kebudayaan islam dan kebudayaan lainnya terletak pada
sumber yang menjadi pijakkanya. Kebudayaan secara umum merupakan hasil manusia
semata, sementara kebudayaan islam merupakan hasil produk manusia yang prinsip dasarnya
ditentukan Allah dan Rasulnya dalam alquran dan sunnah. Prinsip tersebut yaitu :
Islam tidak hanya menyuruh kita membina hubungan baik dengan sesama muslim
saja, tapi juga dengan non muslim. Namun demikian dalam hal-hal tertentu ada pembatasan
hubungan dengan non muslim, terutama yang menyangkut aspek ritual keagamaan. Misalnya
kita tidak boleh mengikuti upacara-upacara keagamaan yang mereka adakan. Sekalipun kita
diundang, kita tidak boleh menyelenggarakan jenazah mereka secara islam, kita tidak boleh
mendoakannya untuk mendapatkan rahmat dan berkah dari Allah ( kecuali mendoakannya
supaya mendapat hidayah) dan lain sebagainya.
Sehingga dalam bertegur sapa misalnya, untuk non muslim kita tidak mengucapkan
salam islam, tapi menggantinya dengan ucapan-ucapan lain sesuai kebiasaan. Perbedaan
budaya yang muncul dalam masyarakat seperti masalah pakaian berasal dari suatu keyakinan.
Yang secara garis contoh luas adalah antara muslim dengan non muslim. Non Muslim yang
cenderung memakai pakaian yang terbuka, sedangkan kita sebagai umat Islam diwajibkan
untuk menutup aurat yang kadarnya telah ditentukan .
Dalam berhubungan dengan masyarakat non muslim, islam mengajarkan kepada kita
untuk toleransi , yaitu menghormati keyakinan umat lain tanpa berusaha memaksakan
keyakinan kita kepada mereka (Q.S Al-Baqoroh 2:256). Kalau berdialog dengan mereka, kita
berdialog dengan cara yang terbaik ( Q.S Al-Ankabut 29:46). Toleransi tidaklah berarti
mengikuti kebenaran agama mereka, tetapi mengakui keberadaan agama, budaya, kultur
mereka dalam realitas bermasyarakat. Toleransi juga bukan berarti kompromi atau bersifat
sinkritisme dalam keyakinan dan ibadah. Kita sama sekali tidak boleh mengikuti agama dan
ibadah mereka dengan alasan apapun. Sikap kita dalam hal ini sudah jelas dan tegas yaitu :
Artinya :” Untukmu agamamu, dan untukku agamaku “. (Q.S Al-Kafirun 109:6) Termasuk
menghormati Budaya agama lain adalah tidak memaksa non muslim untuk mengikuti
kebudayaan islam.
Dalam bingkai kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia ini, terdapat beberapa agama
yang diakui secara resmi oleh Negara. Semua pemeluk agama tersebut berhak untuk
menjalankan ritual budaya agamanya secara bebas dan terhormat. Demikian juga, seluruh
pemeluk agama diharuskan menghormati budaya agama yang lain, sehingga bisa terwujud
kehidupan yang harmonis, indah dan penuh pengertian.
Dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila, termaktub sila pertama yang berbunyi
Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya, seluruh warga Indonesia adalah orang-orang yang
beragama atau memeluk satu agama. Negara tidak mengakui adanya orang ateis hidup di
negara ini. Penganut faham komunis dan Marxisme yang anti-agama tidak diakui
keberadaannya di negara ini.
Mengingat bahwa tidak ada orang Indonesia yang tidak beragama, semuanya
memeluk agama tertentu, maka seharusnya masing-masing lebih konsen mengurusi
agamanya sendiri-sendiri. Artinya, tidak arif bila ada seorang pemeluk agama mengusik
kedamaian dan ketenteraman agama lain. Sepatutnya ia menyibukkan diri dengan ritual
ibadahnya sendiri-sendiri.
Kita sebagai kaum muslimin, memiliki kewajiban untuk berdakwah. Akan tetapi
makna dakwah tersebut bukannya mengajak pemeluk agama lain untuk memeluk agama
Islam. Karena dalam konteks Indonesia, hal tersebut sangat rawan memicu konflik. Demikian
pula sebaliknya, kaum non muslim juga dilarang keras untuk merecoki dan mengusik
kedamaian kaum muslimin. Mereka dilarang berdakwah untuk mengajak kaum muslimin
menjadi murtad. Sebaiknya dakwah kita lebih ditujukan untuk mencerdaskan dan
meningkatkan kualitas keagamaan kaum muslimin sendiri. Masih banyak lahan-lahan
dakwah di kalangan umat Islam yang masih belum tergarap.
Akan tetapi, lain lagi masalahnya bila ada orang non-muslim yang ingin mengetahui
risalah Islam. Sebagai seorang muslim, kita berkewajiban untuk menjabarkannya secara
tuntas. Kita harus mendakwah Islam secara maksimal. Dengan begitu, kita berhap risalah
Islam bisa masuk ke dalam kalbunya.
a. Budaya Akademik
Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan
akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di
lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Sebagian besar orang menyetujui bahwa budaya akademik adalah Budaya atau sikap hidup
yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat
akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis;
rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap
orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik
bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik,
sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan
akademik tersebut.
Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi
akan memperoleh nilai-nilai normative akademik. Bisa saja ia mampu berbicara tentang
norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa proses belajar dan
latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-
hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu
—baik disadari ataupun tidak.
b. Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa yunani yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi
juga dimiliki oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa indonesia
etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
sesuatu kelompok. Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna
yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau
berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu,
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan
kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah
SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara
mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara
mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah
yang banyak dan seumpamanya.
’Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan
apa yang diniatkannya …
‘ Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan
berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan
yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan
yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar …
’ Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan
itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat
Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu,
yaitu ‘mardatillah’ (keridhaan Allah)
itulah yang dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang
sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak
dari Allah. Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang dalam ibadah,
ridha dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan janji-janji Allah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di
berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari
agama islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap
potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau
keislaman.
4. Sebagian besar orang menyetujui bahwa budaya akademik adalah Budaya atau sikap
hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat
akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis;
rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik.
5. Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu.
3.2 Saran
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam dalam kehidupan
sehari-hari. Kita pun juga dapat membangun kebudayaan islam dengan landasan konsep yang
berada dalam islam itu sendiri.
DAFTAR PUSAKA
H.S, Nasrul, DKK. 2011. Pendidikan Agama Islam Bernuansa Soft Skill Untuk Perguruan
Tinggi.Padang: UNP Press.
http://omarblega.wordpress.com/2010/06/17/sejarah-masuknya-islam-di-di-indonesia/( di
unggah pada mei 2014)
Rahman, Abdul.DKK. 2014. Pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi.padang: UNP
Press.
http://jukurenshita.wordpress.com/2010/10/25/budaya-akademik-dan-etos-kerja-dalam-islam/
(diunggah pada mei 2014)