Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PUSKESMAS SUKODONO
Jalan Soekarno Hatta No. 24  0334 – 882552
Lumajang - 67352

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUKODONO


NOMOR: 445/894/427.55.17/2017

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

KEPALA PUSKESMAS SUKODONO

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan


pelayanan publik sesuai dengan asas penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, setiap penyelenggara pelayanan
publik wajib menetapkan kebijakan pelayanan;
b. bahwa pelayanan farmasi di Puskesmas Sukodono harus
mengutamakan hak dan kewajiban pasien;
c. bahwa pelayanan farmasi di Puskesmas Sukodono harus
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
d. bahwa untuk memberikan acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan dimaksud huruf a, b, dan c maka perlu
ditetapkan kebijakan pelayanan farmasi dengan Surat
Keputusan Kepala Puskesmas Sukodono Lumajang.

Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran;
2. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI
Nomor 63 / KEP/ M.PAN / 2003, tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 828 Menkes /
SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten / Kota.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUKODONO


TENTANG STANDAR DAN KEBIJAKAN PELAYANAN
FARMASI.

Kesatu : Menetapkan Kebijakan pelayanan farmasi pada Puskesmas


Sukodono sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Kedua : Kebijakan pelayanan farmasi pada Puskesmas Sukodono


meliputi ruang lingkup pelayanan farmasi dan perbekalan
farmasi.

Ketiga : Kebijakan pelayanan sebagaimana terlampir dalam Lampiran


Keputusan ini wajib dilaksanakan oleh pengelola dalam
penyelenggaraan pelayanan.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan / perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lumajang
Pada tanggal : 17 April 2017

KEPALA PUSKESMAS SUKODONO,

ZAHROTUL ILMIYAH
NIP : 19720217 200212 2 003
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUKODONO
NOMOR : 445/894/427.55.17/2017
TANGGAL : 17 April 2017

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

MANAJEMEN DAN ORGANISASI


1. Pelayanan Farmasi meliputi :
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi/Gudang Farmasi
b. Pelayanan Ruang Farmasi
2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan.
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pendistribusian
f. Pengendalian
g. Administrasi
3. Pelayanan Ruang Farmasi meliputi :
a. Penerimaan resep
b. Pengkajian & pelayanan Resep
c. Pelayanan Informasi Obat
d. Monitoring Efek Samping Obat
e. Evaluasi Penggunaan Obat
4. Pelayanan obat di rawat jalan dilakukan sesuai dengan waktu pelayanan
puskesmas
5. Pelayanan obat selama 24 jam diperuntukkan bagi pasien rawat inap, pasien
PONED dan pasien di Unit Gawat Darurat
6. Pelayanan obat selama 24 jam di puskesmas dilaksanakan oleh paramedis yang
sudah mendapatkan surat delegasi wewenang
7. Pelayanan farmasi dilaksanakan oleh Unit Farmasi dengan sistem satu pintu.
8. Unit Farmasi bertanggung jawab terhadap semua perbekalan farmasi yang beredar
di Puskesmas.
9. Unit Farmasi dipimpin oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
10. Perbekalan farmasi meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP).
11. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, vaksin dan reagen.
12. Alat kesehatan adalah instrumen atau implan yang tidak mengandung obat, yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
13. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan sekali pakai (single use).

PERENCANAAN
1. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi disusun oleh Unit Farmasi disusun
menggunakan metode konsumsi dan atau epidemiologi.
2. Perencanaan disusun untuk kebutuhan periode tertentu dengan memperhatikan
stok optimum dan stok pengaman (buffer).
3. Hasil perencanaan perhitungan kebutuhan obat diserahkan ke Gudang Farmasi
Kabupaten lumajang melalui format LPLPO
4. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten dan pengadaan internal Puskesmas.
5. Gudang Farmasi Puskesmas dapat melakukan pengadaan obat sesuai dengan
FORNAS.

PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN


1. Penerimaan perbekalan farmasi dari PFK dilakukan oleh petugas Unit Farmasi.
2. Penerimaan barang memperhatikan kesesuaian perbekalan farmasi yang
diterima dengan pesanan, dalam hal jenis dan jumlah serta kondisi perbekalan
farmasi dan masa kadaluarsa.
3. Penerimaan obat/alkes dari PFK dengan kadaluarsa paling lambat satu tahun
hanya untuk obat-obat yang digolongkan “cito“ dan/atau segera pakai.
4. Perbekalan farmasi disimpan sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk
menjamin stabilitas dan keamanannya serta memudahkan dalam pencariannya.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi disesuaikan dengan status barang atau
sumber pembiayaan, disusun secara alfabetis, disesuaikan dengan bentuk dan
stabilitas sediaan, dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
6. Suhu penyimpanan (ruang dan lemari pendingin) dipantau dan dicatat di lembar
pemantauan suhu secara rutin tiap shift di setiap tempat penyimpanan.
7. Penyimpanan harus menjamin keamanan dari kehilangan dan pencurian.
8. Perbekalan farmasi emergency disimpan di ruang pelayanan dalam tempat
tertentu sehingga mudah dijangkau oleh petugas.
9. Penyimpanan perbekalan emergency harus disertai dengan daftar nama dan
jumlah perbekalan farmasi yang tersedia.
10. Perbekalan farmasi emergency hanya digunakan untuk kasus darurat, dilarang
dipinjam.
11. Perbekalan farmasi emergency dipastikan selalu tersedia dan harus segera
diganti melalui peresepan jika digunakan.
12. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan kunci ganda,
selalu terkunci dimana anak kunci hanya disimpan oleh petugas yang ditunjuk
13. Obat yang memiliki kemiripan rupa dan bunyi (LASA) tidak disimpan
berdekatan/bersebelahan dan diberi label ‘LASA’ pada setiap kotak penyim-
panan dan kemasan terkecilnya.
14. Pelabelan obat dengan nama dagang pada kotak penyimpanan harus disertai
keterangan nama generiknya yang ditulis dalam tanda kurung.
15. Obat yang dikeluarkan dari wadah aslinya diberi label minimal memuat nama
obat, dosis/kekuatan dan tanggal kadaluarsa.

PERBEKALAN FARMASI YANG DIBAWA PASIEN


1. Selama perawatan di Puskesmas, pasien tidak diperbolehkan menggunakan
perbekalan farmasi yang dibawa dari luar kecuali atas persetujuan Dokter.
2. Jika pasien tetap berkeinginan menggunakan perbekalan farmasi dari luar
Puskesmas tanpa persetujuan dokter, maka harus menandatangani pernyataan
akan menanggung semua akibat yang mungkin timbul.

PERESEPAN DAN PERMINTAAN PERBEKALAN FARMASI


1. Obat/alkes hanya dapat diberikan atas permintaan Dokter atau petugas yang
terdaftar.
2. Penulisan resep harus memenuhi kelengkapan resep sebagai berikut :
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir / umur
c. Alamat
d. Nomor rekam medik
e. Tanggal penulisan resep
f. Nama ruang/ruang asal resep
g. Berat badan pasien (untuk pasien anak)
h. Tanda R/ pada setiap sediaan
i. Nama obat
j. Dosis atau kekuatan obat
k. Jumlah sediaan
l. Aturan pakai (frekuensi & rute pemberian) :
i. Aturan jika perlu atau pro re nata (p.r.n), harus dituliskan sesuai
indikasi (seperti jika nyeri) dan dosis maksimal dalam sehari.
ii. Aturan pakai in manus medicine (i.m.m),hanya untuk obat yang
pemberiannya hanya sekali seperti di Ruangan Gawat Darurat
3. Resep golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diberikan oleh tenaga
medis (dokter, dokter gigi)
4. Tulisan harus jelas dan mudah dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang
lazim.
5. Jika resep/intruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka
Apoter/AsistenApoteker yang menerima resep/instruksi pengobatan tersebut
harus menghubungi dokter atau petugas penulis resep.
6. Unit Farmasi berwenang melakukan substitusi generik, yakni mengganti sediaan
nama dagang tertentu dengan sediaan generik atau nama dagang lain yang
tersedia dalam formularium.
7. Dalam kondisi tertentu jika diperlukan substitusi terapeutik, yaitu penggantian
obat yang sama kelas terapinya, harus dengan persetujuan dokter penulis
resep. Persetujuan dokter dapat dilakukan secara lisan atau melalui telepon.
Apoteker menuliskan obat pengganti, tanggal dan jam komunikasi, serta nama
dokter pada lembar resep.
8. Lembar resep disimpan di Unit Farmasi sekurang-kurangnya selama waktu 3
(tiga) tahun.
9. Lembar resep tidak boleh diperlihatkan kecuali kepada yang berhak, yaitu :
dokter yang menulis atau merawatnya; pasien atau keluarga pasien yang
bersangkutan; paramedis yang merawat pasien; Apoteker dan staf Unit Farmasi,
aparat pemerintah serta pegawai yang ditugaskan untuk memeriksa
(keruangsian, kehakiman, kesehatan) dan petugas asuransi untuk kepentingan
klaim pembayaran.
10. Lembar resep yang telah disimpan lebih dari 3 (tiga) tahun dapat dimusnahkan
sesuai ketentuan yang berlaku.

DISTRIBUSI ATAU PENYALURAN PERBEKALAN FARMASI


1. Distribusi perbekalan farmasi dilakukan terpusat oleh Unit Farmasi
2. Distribusi perbekalan farmasi dibedakan untuk pasien rawat jalan, rawat inap
dan gawat darurat.
3. Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap diselenggarakan dengan
sistem kombinasi yakni sistem persediaan lengkap di ruangan (floorstock) dan
sistem unit dosis (Unit dose dispensing/UDD)
4. Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan gawat darurat
diselenggarakan dengan sistem resep perorangan (Individual prescribing).
5. Distribusi perbekalan farmasi untuk emergency disediakan oleh unit farmasi
6. Jika obat yang diperlukan tidak tersedia (kosong), petugas farmasi akan
memberitahukan kepada dokter penulis resep dan menyarankan obat
substitusinya (jika ada).
7. Obat pasien rawat inap dapat dikembalikan kepada Unit Farmasi jika pasien
alergi atau meninggal dunia atau hal lain atas persetujuan dokter.

PENYIAPAN ATAU DISPENSING PERBEKALAN FARMASI


1. Penyiapan atau dispensing perbekalan farmasi dilakukan oleh Unit Farmasi
mulai dari tahap verifikasi melalui proses telaah resep, menyiapkan / meracik
obat, memberikan label / etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi
obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
2. Setiap resep/instruksi pengobatan harus dilakukan pengkajian resep oleh
Apoteker / Asisten Apoteker dan segera dilakukan konfirmasi kepada penulis
resep jika terdapat resep yang tidak lengkap, tidak terbaca dan tidak jelas.
3. Dalam hal konfirmasi dengan penulis resep tidak dapat dilakukan oleh karena
suatu sebab, Unit Farmasi menunda pelayanan perbekalan farmasi tersebut
sampai dengan konfirmasi dapat dilakukan.
4. Pengkajian resep minimal oleh Asisten Apoteker meliputi :
a. Kelengkapan secara administratif: identitas pasien (nama & No. RM/tanggal
lahir, tanggal resep, identitas penulis resep)
b. Kesesuaian secara farmasetis : nama obat, dosis, frekuensi dan rute
pemberian
c. Kesesuaian secara klinik : informasi alergi, interaksi obat, kontraindikasi, dan
duplikasi terapi
5. Dalam hal Apoteker atau Asisten Apoteker tidak berada di tempat, pengkajian
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan lain yang ditunjuk.
6. Kajian tidak perlu dilakukan pada keadaan emergency.
7. Penyiapan obat/alkes bagi pasien rawat inap menggunakan sistem UDD yang
disiapkan untuk kebutuhan satu hari.
8. Penyiapan obat pasien rawat inap harus memperhatikan daftar rekonsiliasi obat.
9. Penyiapan obat dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai peraturan dan
standar praktik kefarmasian.
10. Penyiapan obat dilengkapi etiket memuat identitas pasien, nama obat,
dosis/kekuatan, waktu pemberian dan instruksi khusus jika diperlukan. Khusus
rawat inap menggunakan etiket dengan warna berbeda sesuai waktu
pemberian.
11. Obat yang dikeluarkan dari kemasan aslinya harus diberi label yang memuat
identitas pasien, nama obat, dosis/kekuatan, nama & jumlah pelarut (jika ada),
tanggal penyiapan dan tanggal kadaluarsa.
12. Obat yang tidak berlabel, identitas tidak jelas atau meragukan tidak boleh
digunakan dan harus diserahkan kepada Unit Farmasi

PEMBERIAN OBAT
1. Pemberian obat atau alat kesehatan kepada pasien dilakukan oleh tenaga
farmasi (Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian), atau petugas lain sesuai
dengan delegasi.
2. Petugas paramedik yang mendapatkan delegasi wewenang dalam pemberian
obat harus mendapatkan pelatihan sesuai dengan standar kompetensi
3. Petugas harus melakukan telaah obat setiap kali akan memberikan obat kepada
pasien, diverifikasi dengan prinsip 7B yakni Benar pasien, Benar obat, Benar
indikasi, Benar dosis, Benar cara pemberian, Benar waktu, dan Benar
dokumentasi.

REKONSILIASI OBAT
1. Obat yang dibawa pasien dari luar puskesmas saat pertama kali datang harus
disetujui penggunaannya oleh dokter puskesmas
2. Catat nama obat dan jumlah obat tersebut pada rekam medis pasien

EDUKASI DAN INFORMASI OBAT


1. Pasien berhak memperoleh informasi dan edukasi tentang pengobatan yang
diterimanya melalui proses konseling obat.
2. Konseling obat dilakukan oleh Apoteker / Asisten Apoteker Unit Farmasi untuk
pasien rawat jalan meliputi penyakit hipertensi, DM (diabetes mellitus), TB
(tubercolosis) serta kusta dan semua pasien rawat inap, baik secara aktif
berdasarkan asesmen kebutuhan edukasi obat oleh Apoteker / Asisten
Apoteker, maupun secara pasif berdasarkan kebutuhan edukasi obat oleh
dokter atau permintaan pasien / keluarga.
3. Apoteker Unit Farmasi menyelenggarakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) bagi
pasien dan/atau keluarganya, tenaga kesehatan Puskesmas dan masyarakat.
4. Informasi yang diberikan harus terkini dan berdasarkan sumber informasi yang
terpercaya.

PEMANTAUAN PENGOBATAN DAN EFEK YANG TIDAK DIHARAPKAN


1. Pemantauan pengobatan dilakukan secara terintegrasi oleh seluruh tenaga
kesehatan yang terlibat (Dokter, Apoteker dan Perawat) guna mengevaluasi
efek pengobatan terhadap gejala / penyakit pasien, efek samping dan kejadian
yang tidak diharapkan (KTD) lainnya.
2. Monitoring efek samping obat di Puskesmas dilaksanakan untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan
3. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah obat baru/
obat yang baru masuk formularium puskesmas atau obat yang terbukti dalam
literatur menimbulkan efek samping serius.
4. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat dikoordinasikan oleh Penang-
gung Jawab UKP
5. Petugas pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah
Dokter, Perawat dan Apoteker penanggung jawab
6. Laporan Efek samping obat dibuat oleh unit farmasi untuk dievaluasi
7. Unit farmasi melaporkan hasil evaluasi pemantauan efek samping obat kepada
Penanggung Jawab UKP dan menginformasikannya pada saat lokakarya mini
puskesmas.
8. Hasil evaluasi laporan efek samping obat dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengeluarkan obat dari formularium.
9. Setiap kejadian yang diduga efek samping obat harus dicatat dalam rekam
medik pasien dan dilaporkan segera kepada dokter untuk ditangani.
10. Setiap efek samping obat yang bersifat berat, fatal dan meninggalkan gejala
sisa seperti :
a. Syok anafilaksis,
b. Erythema exfoliata minor,
c. Steven-Johnson Syndrome,
d. Gangguan pada central nervous system (CNS),
e. Perdarahan lambung, atau
f. Reaksi berat lainnya,
dokter untuk dilakukan evaluasi, selambat-lambatnya 2x24 jam sejak kejadian
ditemukan dan telah ditangani.

KESALAHAN OBAT (MEDICATION ERROR)


1. Kesalahan obat (medication error) adalah kesalahan yang terjadi pada tahap
penulisan resep, penyiapan/peracikan dan pemberian obat baik yang
menimbulkan efek merugikan ataupun tidak.
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau atasan
langsungnya, secara tertulis menggunakan Formulir Laporan Insiden
Keselamatan Pasien ke Tim Mutu Puskesmas
3. Kesalahan obat harus dilaporkan selambat-lambatnya 2x24 jam setelah
ditemukan insiden. Laporan bersifat RAHASIA, tidak boleh di fotokopi, dan tidak
boleh disimpan di rekam medik dan unit pelayanan.
4. Jenis kesalahan obat yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : terjadinya insiden yang belum terpapar ke
pasien
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC) : insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak menimbulkan cedera.
c. Kejadian yang Tidak Diharapkan (KTD) : suatu kejadian insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien
5. Tim Mutu Puskesmas bertanggung jawab untuk menindaklanjuti laporan
kesalahan obat.

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)


1. Unit Farmasi melakukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara terstruktur
dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
2. EPO dilakukan terutama atas penggunaan obat yang diduga banyak digunakan
secara tidak rasional.

PENGENDALIAN PERBEKALAN FARMASI


1. Seluruh aspek pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di seluruh unit
Puskesmas dipantau secara berkala.
2. Evaluasi persediaan perbekalan farmasi di Unit Farmasi dan unit perawatan
dilakukan melalui stok opname setiap 3 (tiga) bulan sekali yakni setiap akhir
bulan Maret, Juni, September dan Januari.
3. Penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilaporkan sesuai
ketentuan yang berlaku.
4. Obat emergency dipantau setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh petugas Unit Farmasi
untuk memastikan jika ada yang rusak/kadaluarsa.
5. Perbekalan farmasi yang rusak/kadaluarsa/tidak digunakan harus dikembalikan
ke Unit Farmasi untuk diproses sesuai ketentuan.
6. Obat yang mendekati kadaluarsa (sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum Expired
Date) wajib dilaporkan kepada Kepala Unit Farmasi. Dalam hal masih terdapat
perbekalan farmasi yang mendekati masa kadaluarsa satu bulan sebelumnya,
segera ditarik dan disimpan di gudang obat puskesmas, diusahakan untuk
ditukar atau dikembalikan ke IPFK.
7. Kepala Unit Farmasi memberikan informasi terkait perbekalan farmasi yang
mendekati kadaluarsa kepada unit pelayanan agar segera digunakan dalam
pelayanan.
8. Setiap kegiatan pelayanan farmasi harus menjamin keselamatan baik petugas,
pasien maupun lingkungan sekitar.

KEPALA PUSKESMAS SUKODONO,

ZAHROTUL ILMIYAH

Anda mungkin juga menyukai