Anda di halaman 1dari 4

“Program Yatim Penggerak Pelita Intan Muda sebagai Inovasi

Program Sosial dalam Upaya Pemberdayaan Anak Yatim


di Kabupaten Garut”

Oleh: Diki Hadiana


Mahasiswa Pendidikan Biologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Program “Yatim Penggerak” merupakan salah satu inovasi program sosial yang
diinisiasi oleh Pelita Intan Muda dalam upaya pemberdayaan anak yatim dan duafa,
khususnya di Kabupaten Garut. Pelita Intan Muda merupakan organisasi kepemudaan yang
dibentuk pada tanggal 20 Desember 2020 oleh sekelompok mahasiswa yang memiliki
kepedulian yang sama terhadap kondisi sosial kemasyarakatan, khususnya di Kabupaten
Garut. Para mahasiswa ini terdiri dari berbagai perguruan tinggi maupun universitas yang
tinggal ataupun berdomisili di Kabupaten Garut.
Sekilas, latar belakang terbentuknya Pelita Intan Muda ini berawal dari kegiatan
pengabdian relawan Gerakan Mengajar Desa Kabupaten Garut. Para pengurus Pelita Intan
Muda saat ini sebelumnya merupakan relawan Gerakan Mengajar Desa. Setelah selesai
melaksanakan program pengabdian tersebut selama 7 hari, kami merasa program pengabdian
yang dilaksanakan haruslah berkelanjutan, tidak hanya sebatas formalitas. Waktu satu
minggu tidak akan cukup untuk dapat memberikan dampak yang nyata dan dapat dirasakan
oleh masyarakat secara langsung dan berkelanjutan.
Maka, setelah selesai menjadi relawan Gerakan Mengajar Desa, kami berdiskusi
untuk membentuk sebuah wadah aktualisasi yang dapat memberikan kontribusi dan dampak
yang berkelanjutan bagi masyarakat, khususnya di Kabupaten Garut. Nama Pelita Intan Muda
sendiri secara filosofis diambil karena memiliki kekuatan identitas yang mewakili arah juang
dan gerakan organisasi kepemudaan yang dirintis ini. Pelita Intan Muda terdiri dari tiga kata
yang memiliki makna. Pelita diartikan sebagai sebuah jalan terang ataupun harapan. Intan
merupakan julukan kabupaten Garut sebagai Kota Intan, tempat kelahiran kami sekaligus
tempat kami berjuang. Kemudian, Muda diartikan sebagai seorang ataupun sekelompok
orang yang memiliki jiwa dan raga yang muda. Maka, sederhananya Pelita Intan Muda ini
merupakan sekelompok pemuda yang mempunyai mimpi dan harapan untuk dapat
berkontribusi, menebar kemanfaatan serta menjadi jalan penerang ditengah redupnya
kesejahteraan masyarakat dan berbagai persoalan lainnya dalam bidang sosial, pendidikan
dan ekonomi, khususnya di Kabupaten Garut.
Program Yatim Penggerak yang diinisiasi oleh Pelita Intan Muda ini merupakan salah
satu proram dari departemen Sosial dan Ekonomi Pelita Intan Muda yang bertujuan untuk
memberikan dampak yang nyata dan berkelanjutan dengan berbagai program pemberdayaan
(empowering). Pentingnya pemberdayaan belum sepenuhnya dihayati dan dilaksanakan oleh
para pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan, baik dari kalangan pemerintah,
swasta, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan masyarakat. Bahkan dikalangan
masyarakat sendiri masih gamang menghadapi praktik partisipasi dalam melaksanakan setiap
tahapan pembangunan di lingkungannya. Di sisi lain, hampir semua program pemerintah
mensyaratkan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaannya, dimana masyarakat
ditempatkan pada posisi strategis yang menentukan keberhasilan program pembangunan.
Namun, dalam praktiknya pemberdayaan masyarakat sering disalahgunakan, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, program Yatim Penggerak ini tidak hanya
sebatas program santunan anak yatim yang sifatnya temporal, yang hanya menyelesaikan
permasalahan sosial dan ekonomi pada saat menerima bantuan saja. Tidak ada tindaklanjut
bagaimana agar anak yatim dan duafa ini dapat mengembangkan dan memaksimalkan potensi
dirinya sehingga mampu berdaya secara mandiri hingga dapat memberdayakan orang lain
disekitarnya.
Melalui program Yatim Penggerak ini, anak yatim dan duafa yang ada baik di panti
asuhan, pesantren, lembaga sosial dan kemanusiaan ataupun dilingkungan sekitar akan
mendapatkan perhatian yang lebih. Mereka tidak hanya mendapatkan santunan, akan tetapi
juga mendapatkan program pemberdayaan yang nantinya akan memberikan manfaat secara
berkelanjutan bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya. Program Yatim
Penggerak merupakan program batuan yang diberikan kepada anak yatim dan duafa baik
yang ada di panti asuhan, pesantren, lembaga sosial dan kemanusiaan ataupun dilingkungan
sekitar, khususnya di Kabupaten Garut. Bentuk bantuannya tidak hanya bantuan materi
seperti santunan anak yatim dan duafa yang sifatnya jangka pendek, akan tetapi juga
diberikan bantuan yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Seperti bantuan untuk
dapat menempuh pendidikan yang tinggi dan berbagai program pemberdayaan yang menggali
potensi anak yatim dan duafa untuk berkembang dan tumbuh secara mandiri. Sehingga
nantinya anak yatim dan duafa ini dapat berdaya hingga dapat menggerakan ataupun
memberdayakan orang lain yang ada disekitarnya.
Tujuan dari program Yatim Penggerak ini yaitu mampu memberikan dampak yang
nyata dan berkelanjutan bagi penerima manfaat, khususnya anak yatim dan duafa dengan
berbagai program pemberdayaan. Program pemberdayaan anak yatim dan duafa yang
menjadi sasaran program ini yaitu diantaranya bantuan untuk dapat menempuh pendidikan
yang layak serta berbagai pelatihan-pelatihan sesuai minat penerima manfaat yang akan
menunjang potensi yang dimilikinya. Salah satu contoh program pemberdayaan anak yatim
dan duafa yaitu pemanfaatan lahan sempit di pesantren sebagai media cocok tanam
hidroponik yang nantinya akan memberikan manfaat jika dikelola dengan baik. Tidak hanya
berdampak pada bidang sosial juga akan mampu mendorong kemandirian anak yatim dan
duafa yang ada di pesantren tersebut dalam bidang ekonomi. Serta masih banyak program
pemberdayaan yang akan mampu memberikan dampak jangka panjang jika dilakukan analisis
potensi sebelum memberikan bantuan.
Dalam kerangka ini, upaya untuk memberdayakan anak yatim dan duafa dapat dikaji
dari 3 (tiga) aspek; Pertama, enabling yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan
potensi anak yatim dan duafa dapat berkembang. Asumsinya adalah pemahaman bahwa
setiap orang, setiap dari mereka mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak
ada orang atau dari mereka tanpa daya. Pemberdayaan pada program Yatim Penggerak
adalah upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki anak yatim dan duafa serta upaya untuk
mengembangkannya. Kedua, empowering yaitu memperkuat potensi yang dimiliki anak
yatim dan duafa melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input
dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat mereka semakin berdaya.
Upaya yang paling pokok dalam empowerment ini adalah meningkatkan taraf pendidikan dan
derajat kesehatan serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi termasuk
pembangunan sarana dan prasarana dasar yang dapat dijangkau anak yatim dan duafa yang
keberdayannya sangat kurang. Ketiga, protecting yaitu melindungi dan membela anak yatim
dan duafa untuk meningkatkan partisipasinya dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut diri dan orang lain yang ada disekitarnya.
Pemberdayaan pada program Yatim Penggerak memang sebuah proses. Namun, dari
proses tersebut dapat dilihat dengan indikator-indikator yang menyertai proses pemberdayaan
program tersebut menuju sebuah keberhasilan. Untuk mengetahui pencapaian tujuan
pemberdayaan program Yatim Penggerak secara operasional, maka perlu diketahui berbagai
indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan penerima manfaat berdaya atau tidak.
Dengan cara ini kita dapat melihat ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan,
segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan.
Proses pemberdayaan program Yatim Penggerak terdiri dari beberapa tahap,
diantaranya:
1. Tahap persiapan (engagement)
Tahap persiapan dalam kegiatan pengembangan masyarakat terdiri dua hal, yaitu
persiapan relawan dan persiapan lapangan. Persiapan relawan diperlukan untuk
menyamakan persepsi antar anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai pendekatan
apa yang akan dipilih dalam mengembangkan program Yatim Penggerak. Sementara,
persiapan lapangan dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang akan
dijadikan sasaran, baik dilakukan secara formal maupun informal. Jika sudah ditemukan
daerah yang ingin dikembangkan, relawan akan mencoba menerobos jalur formal untuk
mendapat perizinan dari pihak terkait. Di samping itu, relawan juga harus menjalin
kontak dengan tokoh-tokoh informal agar hubungan dengan masyarakat dapat terjalin
dengan baik.

2. Tahap pengkajian (assessment)


Proses pengkajian yang dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau kebutuhan
yang diekspresikan dan sumber daya yang dimiliki sasaran penerima manfaat. Merka
dilibatkan secara aktif agar permasalahan yang keluar adalah dari pandangan mereka
sendiri, dan petugas memfasilitasi mereka untuk menyusun prioritas dari permasalahan
yang mereka sampaikan.
3. Tahap perencanaan alternatif kegiatan (planning)
Pada tahap ini relawan secara partisipatif mencoba melibatkan anak yatim dan duafa
untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi, bagaimana cara mengatasinya serta
memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan.

4. Tahap formulasi rencana aksi (action plan formulation)


Pada tahap ini relawan membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan
menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna mengadaptasi
permasalahan yang ada. Pada tahap ini diharapkan relawan dan penerima manfaat sudah
dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek tentang apa yang akan
dicapai dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

5. Tahap implementasi kegiatan (implementation)


Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam
proses pengembangan anak yatim dan duafa, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerjasama
antara pelaku perubahan dan penerima manfaat.

6. Tahap evaluasi (evaluation)


Evaluasi sebagai proses pengawasan dari penerima manfaat dan relawan terhadap
program Yatim Penggerak yang sedang berjalan. Pada tahap ini sebaiknya melibatkan
mereka untuk melakukan pengawasan secara internal agar dalam jangka panjang
diharapkan membentuk suatu sistem dalam lembaga kemanusiaan, pesantren atau bahkan
anak yatim dan duafa yang ada dilingkungan sekitar yang lebih mandiri dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan
balik bagi perbaikan kegiatan.

7. Tahap terminasi (termination)


Tahap ini merupakan tahap ‘perpisahan’ hubungan secara formal dengan sasaran
penerima manfaat. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena anak yatim dan duafa
sudah dianggap mandiri, tetapi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah
melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai
dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan program tersebut.

Harapannya, inovasi program Yatim Penggerak ini mampu memberikan dampak


nyata dan berkelanjutan bagi para penerima manfaat, khususnya anak yatim dan duafa yang
ada di panti asuhan, pesantren, lembaga sosial dan kemanusiaan atau bahkan dilingkungan
sekitar, khususnya di kabupaten Garut. Sehingga anak yatim dan duafa ini mendapatkan
perhatian yang lebih untuk dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan
berbagai tunjangan program pemberdayaan. Maka, sejalan dengan visi Pelita Intan Muda
yaitu membawa perubahan untuk kabupaten Garut dalam sektor pendidikan, sosial dan
ekonomi. Salah satu langkah awal yaitu dengan merealisasikan program Yatim Penggerak.

Anda mungkin juga menyukai