Anda di halaman 1dari 62

Laporan Pemantauan Mandiri

Kelompok Masyarakat Sipil


Terhadap Pelaksanaan
Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi
Tahun 2019
Transparency International Indonesia (TII) merupakan salah satu bagian dari Transparency
International, sebuah jaringan global NGO antikorupsi yang mempromosikan transparansi
dan akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis, dan masyarakat
sipil. Bersama lebih dari 90 cabang lainnya, TII berjuang membangun dunia yang bersih
dari praktik dan dampak korupsi di seluruh dunia.

Penulis:
Wawan Suyatmiko, Alvin Nicola, Nur Fajrin

Segala upaya telah dilakukan untuk memverifikasi keakuratan informasi yang terkandung
dalam laporan ini. Semua informasi diyakini benar pada Oktober 2019-Maret 2020. Namun
demikian, Transparency International Indonesia tidak dapat menerima tanggung jawab
atas konsekuensi penggunaannya untuk tujuan lain atau dalam konteks lain.

Transparency International Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Australian


Indonesia Partnership for Justice (AIPJ) 2 dan United Nations Development Program (UNDP) atas
kerja sama dan dukungan dalam melakukan pemantauan ini. Publikasi ini mencerminkan
pandangan penulis. Pihak AIPJ2 dan UNDP tidak dapat dimintai pertanggungjawaban
atas pandangan yang diungkapkan atau untuk setiap penggunaan atas informasi yang
terkandung di dalam laporan ini.

Dicetak di atas kertas daur ulang 100%

© 2020 Transparency International Indonesia. Seluruh hak cipta dilindungi.


www.ti.or.id

ii Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
Laporan Pemantauan Mandiri
Kelompok Masyarakat Sipil
Terhadap Pelaksanaan
Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi
Tahun 2019

Didukung oleh:

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv


KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... vi
RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Cakupan Pemantauan ............................................................................... 2
C. Konteks Kebijakan ..................................................................................... 6
1. Strategi Nasional Antikorupsi ............................................................. 6
2. Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK)........................... 9
BAB II. METODE PEMANTAUAN ......................................................................... 13
A. Pendekatan Pemantauan .......................................................................... 13
B. Dimensi Pemantauan ................................................................................ 16
1. Kelembagaan ...................................................................................... 17
2. Sumber Daya Manusia dan Anggaran ................................................ 18
3. Akuntabilitas ....................................................................................... 18
4. Mitigasi Risiko Korupsi ........................................................................ 18
5. Pelibatan Masyarakat.......................................................................... 19
BAB III. TEMUAN DAN ANALISIS ........................................................................ 21
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................... 37
A. Kesimpulan ................................................................................................ 37
B. Saran dan Masukan ................................................................................... 38
C. Rekomendasi Kebijakan ............................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 41
LAMPIRAN
A. Daftar Informan ......................................................................................... 44
B. Daftar Peninjau .......................................................................................... 51
PENGHARGAAN .................................................................................................. 52

iv Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
KATA
PENGANTAR

T
ransparency International (TI) Indonesia bersama mitra masyarakat sipil di daerah
dengan dukungan Australia – Indonesia Partnership for Justice (AIPJ)2 dan United
Nations Development Program (UNDP) melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK). Secara umum, Stranas PK terdiri dari
3 Fokus utama, 11 aksi dan 27 sub-aksi kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian,
Lembaga dan Pemerintah Daerah. Pemantauan ini hanya memilih 4 sub-aksi saja, yakni
Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ), Percepatan Online Single Submission (OSS),
Implementasi Kebijakan Satu Peta dan Percepatan Sistem Merit dalam birokrasi
pemerintah. Pemantauan ini hanya berfokus di sembilan wilayah yakni Kota Banda Aceh,
Kota Gorontalo, Kota, Pontianak, Kota Yogyakarta, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi
Kalimantan Timur, Provinsi Riau, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Sulawesi Utara.
Secara umum, ada dua temuan penting dan mendasar yang harus menjadi evaluasi
bagi pemerintah, terutama Tim Nasional Stranas PK yang meliputi KPK, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
Kantor Staf Presiden, dan Kementerian Bappenas. Pertama, Stranas PK cenderung
menghindari persoalan-persoalan sulit yang sebetulnya berdampak besar pada korupsi di
Indonesia. Salah satunya adalah korupsi politik. Padahal ada banyak studi dan rekomendasi
yang bisa dilakukan oleh pemerintah, khususnya Kementerian Dalam Negeri untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas partai politik bersamaan dengan kebijakan
untuk meningkatkan bantuan keuangan partai politik. Kemendagri memiliki kewenangan
untuk meminta Partai Politik membuka dan mempertanggungjawabkan keuangannya
kepada publik dengan insentif kenaikan bantuan keuangan. Jika ini dilakukan, akan
berkontribusi besar dalam pencegahan korupsi di Indonesia.
Kedua, kebijakan Stranas PK terlihat bagi publik sebagai soal teknis dan birokratis.
Presentasi kebijakan ini ke publik cenderung hanya dalam bentuk dokumen-dokumen
pembangunan seperti output dan indikator yang sulit dipahami oleh publik. Karena publik
sulit mencernanya, apalagi melihat langsung keterkaitan dan dampak bagi kehidupan
masyarakat sehari-hari, maka Stranas PK gagal mengundang partisipasi publik. Stranas PK
hanya berhenti pada dokumen dan kegiatan pemerintah. Padahal berbagai kebijakan,
seperti, pengadaan barang dan jasa, atau OSS berdampak nyata pada masyarakat sehari-
hari.
Berangkat dari temuan pemantauan ini, maka pemerintah perlu melakukan langkah-
langkah untuk meningkatkan partisipasi publik, misalnya dengan menyederhanakan
pesan yang hendak disampaikan dan menunjukkan kemajuan rill dari kebijakan Stranas
PK. Selain itu, pemerintah perlu masuk ke sektor-sektor strategis seperti pendanaan partai
politik. Melalui pintu masuk pencegahan, Stranas PK mestinya akan mendapatkan
sambutan dan dukungan besar dari seluruh pihak.

Danang Widoyoko,
Sekretaris Jenderal
Transparency International Indonesia

v
DAFTAR SINGKATAN

Amdal Analisis Dampak Lingkungan

Anjab dan ABK Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja

APIP Aparat Pengawas Internal Pemerintah

ASN Aparatur Sipil Negara

BIG Badan Informasi Geospasial

BKD Badan Kepegawaian Daerah

BKN Badan Kepegawaian Negara

BO Beneficial Owner/Pemilik Manfaat dari Korporasi

BPN Badan Pertanahan Nasional

DPM-PTSP Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

HO Hinder Ordonantie/Surat Ijin Gangguan

IGT Informasi Geospasial Tematik

IMB Izin Mendirikan Bangunan

JPT Jabatan Pimpinan Tinggi

K/L/D Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah

KASN Komisi Aparatur Sipil Negara

KemenpanRB Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi

KPK Komisi Pemberantasan Korupsi

KSP Kantor Staf Presiden

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MAS Manajemen Anti Suap

NACS National Anti-Corruption Strategies/Strategi Nasional Antikorupsi

NIK Nomor Induk Kependudukan

NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria

OSS Online Single-Submission

vi Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

PBJ Pengadaan Barang dan/ Jasa

Pemda Pemerintah Daerah

Permen Peraturan Menteri

Perpres Peraturan Presiden

PP Peraturan Pemerintah

RDTR Rencana Detail Tata Ruang

RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah

Setnas PK Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi

Sicantik (Aplikasi) Cerdas Layanan Perizinan Terpadu untuk Publik

Sijapti Sistem Informasi Jabatan Pimpinan Tinggi

SITU Surat Izin Tempat Usaha

SKDU Surat Keterangan Domisili Usaha

SLF Sertifikat Laik Fungsi

SPBE Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

SPDP Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyelidikan

SPPT-TI Sistem Penanganan Perkara Pidana Terpadu berbasis Teknologi


Informasi

Stranas PK Strategi Nasional Pencegahan Korupsi

Stranas PPK Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

TII Transparency International Indonesia

Timnas PK Tim Nasional Pencegahan Korupsi

UKPBJ Unit Kerja Pengadaan Barang dan/ Jasa

UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah

UNCAC United Nations Convention against Corruption/Konvensi PBB An-


tikorupsi

UNDP United Nations Development Program

ZI Zona Integritas

vii
Korupsi. Stranas PK merupakan kebijakan
yang dikembangkan oleh Pemerintah

RINGKASAN Indonesia dalam mengarusutamakan


strategi dan mengakselerasi reformasi

EKSEKUTIF
dalam memerangi korupsi. Kebijakan ini
melibatkan berbagai sektor dan berbagai
institusi pemerintah melalui 3 fokus,
yakni perizinan dan tata niaga, keuangan
negara, serta penegakan hukum dan
reformasi birokrasi. Dengan demikian,
hasil pemantauan ini dapat dikembangkan
dalam memperkuat aksi-aksi pencegahan
korupsi di masa depan.

L
Hasil pemantauan ini menegaskan
aporan pemantauan pelaksanaan bahwa sebuah kebijakan antikorupsi
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi nasional yang efektif sudah sepatutnya
(Stranas PK) ini disusun oleh tim peneliti melampaui kerja-kerja admininistratif.
dari Transparency International Indonesia Sayangnya, rencana-rencana aksi yang
(TII) bersama kelompok masyarakat tertuang di dalam kerangka Stranas
sipil di daerah dengan dukungan penuh PK selama tahun 2019, masih banyak
dari Australia–Indonesia Partnership for bertumpu pada target-target administratif
Justice (AIPJ)2, United Nations Development guna mematuhi capaian dokumen. Selain
Program (UNDP) dan Sekretariat Nasional berdampak pada rumitnya pengukuran dan
Pencegahan Korupsi (Setnas PK). Tim peninjauan dampak, target-target tersebut
peneliti bersama mitra daerah melakukan tidak secara langsung berkontribusi pada
pemantauan di sembilan wilayah. Dimulai akar masalah korupsi di Indonesia yaitu
dari tanggal 01 Oktober 2019 sampai korupsi politik.
dengan 29 Februari 2020. Tim peneliti menyimpulkan bahwa
Studi ini fokus meninjau 4 dari 27 kapasitas dari unit-unit pelaksana yang
sub-aksi Stranas PK, yang meliputi dipantau secara umum kurang memadai.
pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang Kesimpulan ini didapatkan dengan
dan/Jasa (UKPBJ), Percepatan Online Single- menggunakan instrumen pemantauan
Submission (OSS), Implementasi Kebijakan yang disusun dari komponen UNCAC
Satu Peta dan Percepatan Sistem Merit pasal 5 serta The Kuala Lumpur Statement.
dalam rentang waktu bulan Juli hingga Tim peneliti menggunakan 5 dimensi
Desember 2019. Keempat sub-aksi tersebut (Kelembagaan, Sumber Daya Manusia dan
dipantau karena menjadi perhatian publik, Anggaran, Akuntabilitas, Mitigasi Risiko
dijalankan oleh Kementerian/Lembaga/ Korupsi, dan Pelibatan Masyarakat) serta
Pemerintah Daerah, serta berkontribusi 25 indikator didalamnya untuk meninjau
langsung pada tingkat korupsi. kinerja dan kapasitas masing-masing unit
Temuan-temuan ini diharapkan kerja. Dari 5 dimensi yang dipantau, tim
dapat memperkuat pelaksanaan Stranas peneliti mendorong berbagai kelompok
PK serta mendorong partisipasi dari kepentingan terutama Timnas PK untuk
kelompok masyarakat sipil sesuai memperkuat dimensi Akuntabilitas, Mitigasi
mandat Perpres No. 54 Tahun 2018 Risiko Korupsi, dan Pelibatan Masyarakat
tentang Strategi Nasional Pencegahan dari masing-masing unit pelaksana.

viii Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
CORRUPTION INDEX

BAB I
PENDAHULUAN

Pelaksanaan Stranas PK yang telah


berjalan sepanjang tahun 2019 perlu
A. Latar Belakang dipantau perkembangannya untuk
Kondisi bebas korupsi merupakan sya- menjaga kualitas pelaksanaan dengan
rat penting dalam mendukung tercapainya menguraikan masalah-masalah konkret
agenda pembangunan berkelanjutan yang ditemukan selama pelaksanaan.
2030. Korupsi menghambat kesejahteraan Hasil laporan yang disiapkan oleh
masyarakat dengan menjadikan program Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi
pembangunan tidak tepat sasaran dan (Setnas PK) bulan Juli 2019 telah
menciptakan kesenjangan. Situasi ini memetakan kebutuhan penguatan
direspon Pemerintah melalui Peraturan tersebut. Beberapa sub-aksi perlu
Presiden No. 54 Tahun 2018 tentang diperhatikan lebih serius, seperti
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi pembentukan unit kerja pengadaan
(Stranas PK). Perpres ini merupakan barang dan jasa (UKPBJ), implementasi
penjabaran komitmen pencegahan kebijakan satu peta (one map policy),
korupsi Pemerintah yang dituangkan percepatan Online Single Submission
dalam 3 fokus, 11 aksi, dan 27 sub-aksi. (OSS), serta percepatan pelaksanaan

1
Sistem Merit.1 dilakukan sebagai wujud nyata partisipasi
Hasil tersebut selaras dengan laporan dari kelompok masyarakat sipil untuk
pemantauan mandiri yang disusun oleh memantau pelaksanaan Stranas PK sesuai
Transparency International (TI) Indonesia mandat Perpres No. 54 Tahun 2018.
pada Maret-April 2019. Pemantauan
tersebut menemukan risiko korupsi yang B. Cakupan Pemantauan
terdapat di dalam 3 fokus area Stranas Pemantauan dilakukan dengan
PK—yakni perizinan dan tata niaga, meninjau target-target yang tertuang di
keuangan negara, serta penegakan dalam rencana aksi Stranas PK.
hukum dan reformasi birokrasi—dianggap Pemantauan ini hanya mencakup
masih sangat tinggi.2 Pemantauan pelaksanaan 4 dari 27 sub-aksi Stranas
tersebut juga menemukan pelaksanaan PK, yakni pembentukan UKPBJ,
awal Stranas PK belum diikuti pelibatan pelaksanaan OSS, implementasi kebijakan
masyarakat yang optimal terutama dalam satu peta dan percepatan Sistem Merit.
mengakses informasi seputar aksi Keempat sub-aksi tersebut dipantau
pencegahan korupsi. karena menjadi perhatian publik,
Mempertimbangkan pentingnya untuk dijalankan oleh Kementerian/Lembaga/
mengakselerasi pelaksanaan Stranas PK Pemerintah Daerah, serta berkontribusi
agar lebih optimal, TI Indonesia bersama langsung pada korupsi.
kelompok masyarakat sipil di daerah Keempat sub-aksi Stranas PK tersebut
didukung Australia-Indonesia Partnership dipilih karena lokasi/locus pemantauan
for Justice (AIPJ)2, United Nations yang dilakukan oleh masyarakat sipil
Development Program (UNDP) dan berada pada level daerah, baik level
Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi provinsi dan juga level kabupaten/kota.
(Setnas PK) melakukan pemantauan Selain itu, Sembilan wilayah yang dipantau
pelaksanaan Stranas PK di 9 wilayah, yakni merupakan daerah Komisi Advokasi
Kota Banda Aceh, Kota Gorontalo, Kota Daerah inisiatif dari KPK. Di setiap kota
Pontianak, Kota Yogyakarta, Provinsi Nusa yang disurvei merupakan daerah
Tenggara Timur meliputi Kota: Kupang, dampingan Korsupgah KPK sehingga tim
Provinsi Kalimantan Timur meliputi; Kota peneliti bisa mengelaborasi dari
Balikapapan dan Samarinda, Provinsi implementasi Stranas PK dengan capaian-
Riau, Meliputi Kota Pekanbaru, Kabupaten capaian yang dilakukan oleh keduanya.
Siak, Kabupaten Palalawan, dan Secara sosial, sembilan wilayah
Kabupaten Kampar, Provinsi Jawa Timur tersebut dipilih atas latar belakang karena
meliputi Kota Surabaya, Kota Probolinggo, maraknya kasus korupsi yang terjadi.
Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Diantara kasus korupsi tersebut banyak di
dan Kabupaten Bojonegoro, serta Provinsi dominasi oleh pengadaan barang dan
Sulawesi Utara meliputi; Kota Manado, jasa dan proses perizinan. Di Kota Banda
Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Aceh misalnya, kasus dugaan malpraktik
Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten pada proses tender proyek di lingkungan
Bolaang Mongondow. Kegiatan ini Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA)
Banda Aceh menjadi contoh kasus yang
perlu di waspadai untuk perbaikan di titik
1 Dapat diakses di: https://stranaspk.kpk.go.id/id/
publikasi/laporan-stranas-pencegahan-korupsi- rawan dalam pengadan barang dana jasa.
semester-i-2019 Kemudian ada kasus suap proyek saluran
2 Dapat diakses di: https://ti.or.id/pemerintah-harus- air hujan (SAH) di Kota Yogyakarta. Kasus
melibatkan-masyarakat-sipil-dalam-pencegahan-
korupsi/ ini telah menjerat dua jaksa dan seorang

2 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
kontraktor. Kasus ini dijadikan KPK dijadikan proyeksi bagi Pemerintah Pusat
sebagai terapi kejut dan pintu masuk sebagai daerah tapak untuk pembangunan
pemberantasan korupsi di Kota mega-proyek ibukota baru dan pusat
Yogyakarta. Di Kota Gorontalo sedikitnya pemerintahan, pengganti DKI Jakarta.
ada 10 kasus korupsi yang kini diambilalih Salah satu wilayah yakni Kabupaten
oleh KPK. Sementara di Kota Pontianak Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur
pemberian izin terhadap pengusaha yang merupakan daerah yang dipilih untuk
melakukan pembakaran hutan demi pembangunan ibukota negara baru
keuntungan pribadi menjadi perhatian sehingga pembangunan akan berlangsung
khusus bagi pemerintah Kota Pontianak sangat cepat. Bersama dengan Provinsi
untuk memperbaiki perizinan di kota Riau secara khusus dipilih karena
Pontianak. merupakan provinsi yang memiliki
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mandat untuk menjalankan sub-aksi
dipilih karena karakteristik masyarakat kebijakan satu peta, di mana masih sangat
pesisir dan kondisi sosio-ekonomi marak terjadi praktik pembalakan liar dan
masyarakat yang cukup dekat dengan kebakaran hutan yang tiap tahun terjadi
garis kemiskinan struktural sehingga di kedua wilayah tersebut.
mendorong menguatnya arus mobilitas Dengan mempertimbangkan aspek-
sosial. Masalah pergeseran sosial juga aspek di atas, menurut tim peneliti (dan
terjadi di salah satu daerah masyarakat Setnas PK – pen), pemilihan empat sub-
pesisir lainnya, yakni Provinsi Sulawesi aksi merupakan pilihan yang paling
Utara, di mana merupakan kawasan yang rasional dan dapat
memiliki tantangan interseksi kultural dipertanggungjawabkan, baik secara
yang beragam. Sementara Provinsi Jawa metodologi maupun waktu/tempus.
Timur juga dipilih karena tingkat Metodologi yang digunakan oleh tim
ketimpangan yang lebih rendah dibanding peneliti meliputi:
rerata nasional di mana tidak berbanding 1. Wawancara dalam bentuk diskusi
lurus dengan pertumbuhan ekonomi. terfokus dengan susunan pertanyaan
Provinsi ini juga dipilih karena ingin yang terarah;
meninjau kondisi di masyarakat urban 2. Wawancara mendalam sebagai bentuk
dan agraris sekaligus. tambahan informasi jika dirasakan ada
Sementara itu, Provinsi Kalimantan temuan/hal lain yang perlu digali lebih
Timur dipilih karena dihuni oleh kelompok dalam;
etnis yang beragam dan wilayah yang 3. Penelitian meja untuk mengumpulkan
dikelilingi pusat-pusat transportasi dan data primer dan sekunder.
konektivitas. Ditambah juga provinsi ini

3
Tabel 1. Cakupan Empat Sub-Aksi Stranas PK Terpilih

Sub-Aksi Stranas PK Informan Keterangan

A. Pembentukan UKPBJ
1. Regulasi UKPBJ
Pembentukan UKBPJ Struktural sesuai amanat
2. Integrasi LPSE dan Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang
ULP Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan
Peraturan LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang
3. Jabatan fungsional dan
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
Pokja tetap
4. Model kematangan Tingkat kematangan UKPBJ:
organisasi UKPBJ 1. Unggul
2. Strategis
3. Proaktif
4. Esensi
5. Inisiasi
1. Unit Kerja Pengadaan
Barang/Jasa (UKPBJ) Dilihat dari 9 indikator, yakni manajemen
2. Kelompok masyarakat pengadaan, manajemen penyedia, manajemen
sipil kinerja, manajemen risiko, pengorganisasian,
tugas dan fungsi, perencanaan SDM,
pengembangan SDM, dan sistem informasi.

Lihat:
http://siukpbj.lkpp.go.id/index_maturity

5. e-Katalog dan Modernisasi dan reformasi PBJ Pemerintah sesuai


konsolidasi pengadaan amanat Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
dan Peraturan LKPP No. 7 Tahun 2018 tentang
Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
B. Implementasi Kebijakan Satu Peta
1. Proses dan Upaya perwujudan peta tematik sesuai amanat
ketersediaan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 yang
pemetaan berfungsi sebagai: 
1. Acuan perbaikan data IGT masing-masing
sektor 
2. Acuan perencanaan pemanfaatan ruang skala
luas yang terintegrasi dalam dokumen Rencana
Tata Ruang

4 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
2. Rekapitulasi izin lokasi, Lembaga OSS, dalam praktiknya, akan
IUP, HGU berdasarkan menerbitkan izin usaha berdasarkan komitmen.
data spasial dan Salah satu izin yang memerlukan komitmen dari
dokumen pelaku usaha adalah izin lokasi.
Namun demikian, berdasarkan Pasal 33 ayat (1) PP
24/2018, komitmen tersebut tidak akan dibebankan
kepada pelaku usaha apabila tanah lokasi usaha
dan/atau kegiatan terletak di lokasi yang telah
sesuai peruntukannya menurut Rencana Detil
Tata Ruang (“RDTR”) dan/atau rencana umum tata
ruang kawasan perkotaan.

Lebih lanjut, pada pasal 44 ayat (1) PP 24/2018


mengamanatkan bahwa Pemda yang belum
memiliki RDTR, wajib menetapkan RDTR dalam
jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Pemerintah 24/2018 diundangkan (21
Juni 2018) untuk kawasan industri atau kawasan
usaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, percepatan
penetapan RDTR sangat diperlukan.
3. Pembentukan tim Tugas tim Percepatan Kebijakan Satu Peta:
teknis a. Melakukan koordinasi strategis yang dibutuhkan
untuk percepatan pelaksanaan KSP; 
b. Membuat dan menetapkan kebijalan dalam
1. Dinas Perkebunan/ rangka penyelesaian permasalahan dan hambatan
Dinas Kehutanan percepatan pelaksanaan KSP; 
2. Kelompok masyarakat c. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
sipil percepatan pelaksanaan KSP pada umumnya dan
rencana aksi percepatan pelaksanaan KSP pada
khususnya; dan 
d. Memberikan arahan kepada Tim Pelaksana agar
sesuai dengan tujuan percepatan pelaksanaan KSP
yang telah ditetapkan.
4. Kompilasi IGT Kompilasi merupakan kegiatan mengumpulkan
Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang dimiliki
oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
IGT yang dikompilasi ini adalah 85 peta tematik
sesuai dengan rencana aksi Perpres No. 9/2016. 
IGT Percepatan Kebijakan Satu Peta
dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu
IGT Status, IGT Perencanaan Ruang, dan IGT
Potensi dengan total 85 peta tematik. Perlu
digali bagaimana koordinasi dengan BIG (Badan
Informasi Geospasial) dalam kompilasi IGT.
5. Keterkaitan dengan Melalui Rencana Desain Tata Ruang (RDTR),
PTSP/OSS investor dapat mengetahui dan memiliki kepastian
bahwa lokasi yang akan dipilihnya telah sesuai
dengan rencana pengembangan yang tertuang di
Perda RDTR termasuk ketentuan perizinannya.
Peta yang akurat akan memberikan kepastian
investasi dan meningkatkan kualitas
pembangunan

5
C. Pelaksanaan Online Single-Submission (OSS)
1. Integrasi aplikasi Integrasi dengan Aplikasi Cerdas Layanan
perizinan dengan OSS Perizinan Terpadu untuk Publik (Sicantik) yang
dimiliki Kemenkominfo sebagai sistem pusat
sesuai mandat Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
1. Dinas Penanaman Terintegrasi Secara Elektronik
2. Aplikasi yang Modal dan Pelayanan Identifikasi aplikasi yang digunakan, beserta
digunakan (SICANTIK/ Terpadu Satu Pintu tantangannya di lapangan
lainnya) (DPM-PTSP)
2. Kelompok masyarakat
3. Mekanisme Kepatuhan pemohon izin untuk menyampaikan
sipil
pengendalian kepatuhan Surat Pernyataan Pemenuhan Komitmen, yang
pemohon izin mencakup: IMB, Izin Lokasi, AMDAL, dan Sertifikat
Laik Fungsi. Serta dihapuskannya HO dan SKDU.
4. Pengalaman Identifikasi praktik baik dan hambatan dalam
penggunaan OSS mengakses dan menggunakan OSS

D. Percepatan Sistem Merit


1. Implementasi Sistem Penggunaan Sistem Informasi Jabatan Pimpinan
Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (Sijapti) sesuai mandat Peraturan Ketua
Tinggi berbasis teknologi KASN No. 7 Tahun 2016
informasi
Lihat juga: Pemetaan Penerapan Sistem Merit
(https://www.kasn.go.id/details/item/360-
1. Badan Kepegawaian pemetaan-penerapan-sistem-merit-dalam-
Daerah manajemen-aparatur-sipil-negara-asn-2018
2. Talent pool dan talent 2. Kelompok masyarakat
management sipil

3. Kompetensi dan Memiliki roadmap/peta jalan penguatan


kinerja ASN berdasarkan manajemen sumber daya manusia ASN
Anjab-ABK (analisis
jabatan-analisis beban
kerja)

C. Konteks Kebijakan negara-negara di dunia telah menghadapi


1. Strategi Nasional Antikorupsi tantangan dan risiko korupsi dengan
Upaya untuk membangun strategi dan menciptakan berbagai strategi. Sayangnya,
kebijakan antikorupsi merupakan cara korupsi merayap masuk dan
komponen yang inheren bagi pemerintahan mereproduksi dirinya, tentu sangat
yang demokratis. Selama dua dekade bervariasi dan bergantung pada
terakhir, sumber daya nasional, regional serangkaian faktor-faktor historis, politik,
dan internasional yang besar telah ekonomi, sosial dan budaya. Kondisi ini
diinvestasikan dalam rangka reformasi berimplikasi langsung pada bervariasinya
administrasi menuju pemerintah yang paradigma dan strategi yang dipilih oleh
lebih transparan dan akuntabel dengan pemerintah dalam menangani korupsi.
kemampuan untuk mencegah dan Efektivitas strategi antikorupsi di sebuah
menghukum praktik korupsi. negara akan sangat bergantung pada
Pengalaman menunjukkan bahwa kemauan politik pemimpin tertinggi dan

6 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
koordinasi dengan upaya-upaya antikorupsi tersebut. Dengan demikian, salah satu
lain yang sedang dan telah berjalan. Strategi kewajiban paling penting dari Negara-
antikorupsi juga sangat mungkin gagal jika negara Pihak berdasarkan Konvensi
tidak didasarkan pada kekhasan dan berdasarkan Mekanisme untuk Peninjauan
karakteristik negara itu sendiri. Selain itu, Implementasi Konvensi yang ditetapkan
strategi antikorupsi harus mencakup berdasarkan pasal 63 adalah memastikan
sistem pemantauan dan evaluasi yang kuat, bahwa kebijakan antikorupsi dapat berjalan
serta menyediakan ruang partisipasi efektif, terkoordinasi dan dinilai secara
organisasi masyarakat sipil dan pemangku berkala.
kepentingan eksternal lainnya. Bagi banyak negara, mencapai tujuan
Sesuai dengan mandat Konvensi pasal 5 UNCAC dapat diartikan mencakup
Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan penyusunan, publikasi, dan implementasi
Korupsi (UNCAC), Negara-negara Pihak strategi antikorupsi nasional, atau dengan
harus melakukan langkah-langkah efektif kata lain membangun cetak biru kebijakan
untuk mencegah korupsi (bab II, pasal 7 antikorupsi yang realistis, komprehensif
hingga 14), mengkriminalisasi tindakan dan terpadu untuk mengurangi korupsi di
korupsi dan memastikan penegakan negara-negara terkait.
hukum yang efektif (bab III, pasal 15 hingga Strategi formal dan tertulis sebenarnya
42), bekerja sama dengan Negara-negara sama sekali tidak diperlukan untuk
Pihak lain dalam menegakkan undang- mematuhi ketentuan dalam pasal 5 dan 6.
undang antikorupsi (bab IV, pasal 43 hingga Negara pihak dapat mempertahankan
50) dan saling membantu dalam kebijakan antikorupsi yang efektif dan
pengembalian aset yang diperoleh melalui terkoordinasi tanpa mengumumkan
korupsi (bab V, pasal 51 hingga 59). dokumen strategi tersebut. Tetapi,
Selain mendorong tindakan efektif di sebagaimana disebutkan dalam the Kuala
masing-masing bidang spesifik ini, pasal 5 Lumpur Statement on Anti-Corruption
memberlakukan persyaratan yang lebih Strategies (2013),3 menerbitkan strategi
umum bahwa masing-masing Negara Pihak nasional antikorupsi dapat menjadi cara
didorong untuk: (a) mengembangkan dan yang efektif bagi Negara-negara Pihak
menerapkan atau memelihara kebijakan untuk memastikan mereka memenuhi
antikorupsi yang terkoordinasi dan efektif; kewajiban terhadap pasal 5.
(b) menetapkan dan mempromosikan Dalam the Kuala Lumpur Statement, yang
praktik-praktik efektif yang ditujukan untuk dicatat oleh Konferensi Negara-Negara
pencegahan korupsi; dan (c) secara berkala Pihak dalam resolusi 5/4 berjudul “Tindak
mengevaluasi instrumen hukum dan Lanjut Deklarasi Marrakech tentang
tindakan administratif yang relevan dengan Pencegahan Korupsi4”, juga diakui bahwa
maksud untuk menentukan kecukupan strategi antikorupsi dapat memberikan
mereka untuk mencegah dan memberantas kerangka kerja kebijakan yang
korupsi. komprehensif tentang tindakan yang akan
Melengkapi pendekatan diatas, diambil oleh Negara dalam memerangi dan
berdasarkan pasal 6, masing-masing mencegah korupsi.
Negara Pihak diharuskan untuk memastikan Strategi ini juga dapat menjadi alat yang
keberadaan suatu badan yang sesuai untuk berguna untuk memobilisasi dan
mencegah korupsi dengan menerapkan
kebijakan sebagaimana dimaksud dalam 3 Dapat diakses di: https://transparency.am/en/
statements/view/314
Pasal 5 dan, jika perlu, mengawasi dan
4 Dapat diaksesi di: https://www.unodc.org/
mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan documents/treaties/UNCAC/COSP/session4/
V1186630e.pdf

7
mengoordinasikan upaya serta sumber negara-negara di Asia Pasifik yang telah
daya Pemerintah dan pemangku mengeluarkan strategi antikorupsi nasional
kepentingan lainnya, untuk pengembangan tunggal atau serangkaian dokumen yang
dan implementasi kebijakan serta untuk membentuk kerangka kerja antikorupsi
memastikan pemantauan pelaksanaan yang komprehensif dan terkoordinasi
kebijakan tersebut. Dalam laporan Anti- seperti yang dihimbau dalam pernyataan
Corruption Strategies: Understanding Kuala Lumpur.
What Works, What Doesn’t and Why? Sebagian besar negara menyusun
Lessons Learned from the Asia-Pacific strategi selama 2007-2010 yaitu setelah
Region (2014),5 UNDP telah mengidentifikasi berlakunya UNCAC. Hanya dua negara,

Tabel 2. Strategi Nasional Antikorupsi di Asia Pasifik

Negara Ratifikasi UNCAC Strategi Nasional Antikorupsi


Strategy and Policy for Anti-Corruption and
Afghanistan 25 Agustus 2008
Administrative Reform 2008 (the Azimi Report)
Australia 7 Desember 2005 National Anti-Corruption Plan, September 2011
Ditandatangani pada 15
National Integrity & Anti-corruption Strategy
Bhutan September 2005, namun
2013–2018
belum diratifikasi
India 9 Mei 2011 National Anti-Corruption Strategy 2010
Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi, 2011–2025 (Stranas
19 September 2006
Indonesia PPK)
20 Juli 2018
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, 2018-
2022 (Stranas PK)
Government Transformation Plan-National Key
Malaysia 24 September 2008
Result Areas (NKRA)–Fighting Corruption, 2009
Eliminating Corruption, under National
Maldives 22 Maret 2007
Framework for Development 2009–2013
National Program for Combating Corruption
Mongolia 11 Januari 2006
(2002–2010); drafting new strategy.
Strategy and Action Plan against Corruption,
Nepal 31 Maret 2011
2010
Pakistan 31 Agustus 2007 National Anti-Corruption Strategy, 2002
Good Governance and Anti-Corruption Cluster
Philippines 8 November 2006
(GGAC) plan for 2012–16
Papua New Guinea 16 Juli 2007 National Anti-Corruption Strategy 2010–2030
Thailand 1 Maret 2011 National Anti-corruption Strategy 2007

5 Dapat diakses di: https://www.unodc.org/documents/


corruption/Publications/2015/National_Anti-
Corruption_Strategies_-_A_Practical_Guide_for_
Development_and_Implementation_E.pdf

8 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
Mongolia dan Pakistan, yang telah melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun
menyusun strategi antikorupsi sebelum 2006 tentang Pengesahan United Nations
tahun 2002. Setelah menyelesaikan siklus Convention Against Corruption tahun 2003.
pertama, beberapa negara seperti Bhutan, Wujud komitmen tersebut kemudian
Mongolia, Thailand, dan Indonesia berada dituangkan dalam Peraturan Presiden
dalam siklus kedua untuk memperbarui Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi
strategi antikorupsi nasionalnya. Di Pasifik, Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
strategi antikorupsi nasional masih jarang Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025
ditemukan, terkecuali Papua Nugini. dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014
Meskipun negara-negara lain tidak memiliki (Stranas PPK).
strategi antikorupsi nasional, beberapa Komitmen tersebut kemudian diikuti
negara di Asia-Pasifik seperti Australia, Cina dengan langkah untuk mengevaluasi dan
dan Bangladesh memiliki rencana aksi memperbaiki program-program
antikorupsi nasional. pencegahan korupsi yang sudah dijalankan.
Pasal ini juga secara implisit Hasil evaluasi Setnas PK menunjukan
mencerminkan bahwa langkah-langkah bahwa Stranas PPK 2012-2025 dinilai tidak
antikorupsi Negara-negara Pihak harus fokus dan tidak mendorong sinergisitas
dimasukkan dalam kebijakan yang dalam upaya konsolidasi yang efektif atas
terkoordinasi alih-alih dilakukan secara berbagai program pencegahan korupsi
terpisah (ad hoc manner). Pasal ini secara yang diinisiasi oleh Kementerian, Lembaga,
khusus juga menggarisbawahi bahwa Pemerintah Daerah (K/L/D), dan pemangku
pendekatan antikorupsi tidak dapat kepentingan lainnya, khususnya Komisi
dibatasi hanya pada solusi teknokratis, Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
namun perlu mengakui sifat politis inheren organisasi masyarakat sipil.
dari kerja antikorupsi. Hasil Kertas Kerja Strategi Nasional
Pasal 5 terutama memperkuat semangat Pencegahan Korupsi (2018)6 yang dirilis
Konvensi dalam mencegah dan oleh Transparency International Indonesia
memberantas korupsi, terutama untuk untuk merespon diterbitkannya Perpres
mempromosikan integritas dan No. 54 Tahun 2018, telah mengidentifikasi
akuntabilitas serta melaksanakan dua permasalahan utama dari Stranas PPK,
manajemen publik yang tepat. Oleh karena yakni:
itu, tantangan kebijakan antikorupsi 1. Pelibatan masyarakat sipil di daerah
nasional bukan hanya terletak pada belum optimal. Pemerintah daerah
membangun jembatan antara bidang masih menganggap peran serta
pencegahan korupsi dan penegakan masyarakat sipil sebagai sebuah
hukum saja, tetapi juga menghubungkan formalitas belaka dan oleh karenanya
komponen tersebut secara memadai cenderung hanya melibatkan secara
dengan kebijakan dan reformasi lain yang terbatas organisasi- organasi sosial yang
bertujuan memperkuat sistem tata kelola sesungguhnya tidak relevan dan tidak
negara. kompeten.
2. Sosialisasi kepada publik sangat
2. Strategi Nasional Pencegahan minim. Masyarakat sipil dan pihak-
Korupsi (Stranas PK) pihak yang terkait terhadap keberadaan
Komitmen Pemerintah Indonesia dalam Stranas PPK dan program aksinya di
pencegahan korupsi ditandai dengan daerah masih sangat kurang. Ketiadaan
diratifikasinya Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Melawan Korupsi (UNCAC) 6 Dapat diakses dari: https://ti.or.id/wp-content/
uploads/2018/10/kertas_kerja_stranasPK_-TII.pdf

9
informasi ini menjadi faktor penting Kementerian/Lembaga (K/L) dan 542
juga yang mengakibatkan rendahnya Pemerintah Daerah (Pemda) pada tanggal
tingkat partisipasi masyarakat dalam 13 Maret 2019 untuk melaksanakan 11 aksi
perumusan, pelaksanaan, pemantauan dan 27 sub-aksi Pencegahan Korupsi 2019-
dan evaluasi Stranas PPK dan RAD PPK. 2020. Perpes Stranas PK 2018 memiliki tiga
fokus sektor pencegahan, yakni: (1)
Sehingga, di dalam kertas kerja tersebut, Perizinan dan Tata Niaga; (2) Keuangan
Transparency International Indonesia Negara; (3) Penegakan Hukum dan
merekomendasikan kepada Timnas PK Reformasi Birokrasi.
untuk memperkuat dua aspek berikut, Tim Nasional Pencegahan Korupsi
yakni: (Timnas PK) kemudian dibentuk untuk
1. Sosialisasi tentang keberadaan Stranas mengawal Stranas PK. Timnas PK terdiri
PK ini di tingkat daerah, khususnya dari Ketua KPK, Mendagri, MenBappenas,
kepada para pemangku kepentingan MenPANRB, dan Kepala Kantor Staf
yang terkait dengan program prioritas Presiden. Guna mendukung kelancaran
Stranas PK (pemerintah daerah, tugas, Timnas PK dibantu oleh Sekretariat
organisasi masyarakat sipil, kalangan Nasional Pencegahan Korupsi, yang
dunia usaha, para anggota DPRD). berkedudukan di KPK, dengan komposisi: 1
2. Perlunya segera dikembangkan model orang Koordinator Harian, 15 orang Tenaga
keterlibatan para pemangku Ahli, dan 28 orang Tim Teknis yang mewakili
kepentingan di dalam pengelolaan 5 anggota Timnas PK, serta 4 orang tenaga
Stranas PK dan program-program administrasi.
aksinya di pusat maupun di daerah. Jika Berbeda dengan Perpres Stranas PPK
diperlukan, terdapat kebijakan Timnas sebelumnya, Perpres Stranas PK
PK yang sifatnya lebih ‘mandatory’ menampakkan upaya sinergitas antar
kepada pemerintah daerah untuk lembaga negara. Dibentuknya Tim Nasional
menerapkan model keterlibatan para Pencegahan Korupsi yang beranggotakan
pemangku kepentingan di daerah agar Komisi Pemberantasan Korupsi,
pengelolaan Stranas PK lebih inklusif Kementerian Bappenas, Kementerian
dan memiliki legitimasi politik yang lebih Dalam Negeri, Kementerian PAN RB dan
kuat. Kantor Staf Presiden. Timnas PK diharapkan
mampu mempercepat pencegahan korupsi
Atas dasar evaluasi-evaluasi ini, Perpres di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
55/2012 direvisi menjadi Perpres 54/2018 Daerah. Harapannya, dengan masuknya
tentang Strategi Nasional Pencegahan KPK ke dalam Tim Nasional kali ini, akan
Korupsi (Stranas PK). Stranas PK terbangun keterpaduan langkah
berkomitmen untuk menjawab kelemahan pencegahan antara pemerintah dan KPK
strategi sebelumnya seperti minimnya dan sekaligus juga mampu memberikan
sinergi dan kolaborasi program pencegahan dorongan politik yang lebih kuat bagi
korupsi, kurang fokus, dan tidak lembaga-lembaga pemerintah untuk
berdampak. Sehingga dalam melaksanakan menjalankan program-program
mandat Perpres 54/2018 Stranas PK pencegahan korupsi.
membentuk sekretariat bersama yang Dalam implementasinya, Perpres
mengawal aksi pencegahan korupsi agar Stranas PK 2018 juga diturunkan melalui
lebih fokus, terukur dan berdampak. Rencana Aksi Nasional namun belum
Menindaklanjuti hal tersebut, Presiden diturunkan menjadi Rencana Aksi Daerah
telah memberi mandat kepada 51 Pencegahan Korupsi (RAN dan RAD PK)

10 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
sesuai mandat dalam Peraturan tersebut. dan UKPBJ yang belum mendapat arahan
Sehingga Strategi Nasional yang sudah dan pemantauan maksimal dari
dirancang tersebut kurang dapat dijalankan KemenPANRB sebagai regulator bidang
oleh pemerintah daerah secara kelembagaan dan SDM aparatur.
menyeluruh. Sementara untuk Pengawasan Keuangan
Stranas PK memiliki tiga fokus sektor Desa masih terdapat perbedaan pandangan
yang diterjemahkan dalam 11 aksi dan 27 antara Kemendes dan Kemendagri terkait
sub-aksi sebagai berikut: platform pengelolaan keuangan desa dan

Tabel 3. Fokus Strategi Nasional Pencegahan Korupsi

(C) Reformasi Birokrasi dan


(A) Perizinan dan Tata Niaga (B) Keuangan Negara
Penegakan Hukum
1) Penghapusan Surat
9) Perencanaan dan
Keterangan Domisili Usaha 18) National Data Repository;
Penganggaran;
(SKDU);
2) Online Single Submission
10) Pembentukan UKPBJ; 19) Percepatan sistem merit;
(OSS);
3) Implementasi One Map 20) Pembangunan Zona
11) Implementasi e-katalog;
Policy Integritas (ZI);
21) Penguatan Aparat
4) Penetapan Kawasan Hutan 12) Sistem Informasi Kinerja
Pengawasan Intern
(PKH); Penyedia (SIKAP);
Pemerintah (APIP);
5) Penguatan dan
pemanfaatan basis data 13) Konsolidasi pengadaan; 22) Right Sizing;
Benefecial Ownership (BO);
23); Percepatan Sistem
6) Utilisasi Nomor Induk
14) Sentralisasi pengadaan; Pemerintahan Berbasis
Kependudukan (NIK);
Elektronik (SPBE);
7) Indonesia National Single 24) Pengawasan keuangan
15) Reformasi Pajak;
Window (INSW); desa;
8) Manajemen anti suap 16) Konfirmasi Status Wajib 25) Sistem Peradilan Pidana
(MAS); Pajak; Terpadu (SPPT-TI);
26) Surat Pemberitahuan
17) Base Erotion and Profit
Dimulainya Penyidikan Online
Shifting;
(SPDP); dan
27) Pedoman Penuntutan.

Laporan Setnas PK per Oktober 20197 pengawasan keuangan desa.


menggambarkan bahwa sebagian besar Begitu juga dengan sub-aksi Penetapan
pelaksanaan sub-aksi telah sesuai sasaran, Kawasan Hutan di mana Bappenas dan
namun masih terdapat sejumlah kendala KLHK masih berbeda pandangan pada
dalam pelaksanaannya, seperti: SPBE, APIP, konsep pengelolaan kawasan hutan. Untuk
sub-aksi Perencanaan dan Penganggaran
masih berjalan lambat yang antara lain
7 Dapat diakses di: https://stranaspk.kpk.go.id/id/
publikasi/laporan-stranas-pencegahan-korupsi- disebabkan oleh beragamnya dan belum
semester-i-2019

11
terintegrasinya aplikasi yang saat ini kepada pemerintah daerah dan masyarakat
digunakan oleh K/L/D. untuk mencapai hasil yang diharapkan
Sementara masukan kelompok pada setiap sasaran Stranas PK. Selanjutnya
masyarakat sipil, berdasarkan hasil KPK dan Timnas PK juga perlu untuk
pemantauan yang dilakukan Transparency mendorong entitas pemerintah daerah
International Indonesia pada April 2019 di agar terbuka pada setiap proses
empat wilayah (Makassar, Malang, penyusunan kebijakan yang melibatkan
Semarang, dan Pekanbaru),8 ditemukan masyarakat sipil secara transparan,
bahwa risiko korupsi yang tinggi di sektor akuntabel dan partisipatif.
perizinan dan tata niaga, keuangan negara Keseluruhan aksi dan sub-aksi di atas
serta penegakan hukum dan reformasi bertujuan untuk perbaikan tata kelola
birokrasi perlu diantisipasi dengan pemerintahan, pembenahan proses
pelibatan masyarakat sipil yang lebih pelayanan publik, transparansi dan
optimal dalam implementasi kebijakan akuntabilitas pengelolaan keuangan
yang berkaitan dengan pencegahan negara, termasuk penyelamatan
korupsi. Selain itu, Pemerintah diharapkan keuangan/aset negara. Selain itu, Stranas
mengajak seluruh elemen masyarakat sipil PK diharapkan dapat mengurangi beban
dalam mendukung program pencegahan administrasi, tumpang tindih, dan ego
korupsi sehingga dampak kebijakan sektoral instansi pemerintah dalam
antikorupsi bisa dirasakan oleh seluruh pelaksanaan aksi-aksi pencegahan korupsi.
lapisan masyarakat. Strategi yang komprehensif di Stranas PK
Dari hasil temuan tersebut, Transparency tentu membutuhkan dukungan berbagai
International Indonesia juga pihak, sehingga penting bagi kelompok
merekomendasikan agar KPK bersama masyarakat sipil untuk dilibatkan menjadi
anggota Timnas PK perlu melakukan pemangku kepentingan utama dalam
sosialiasi dan diseminasi tentang seluruh proses politik kebijakan ini.
keberadaan Stranas PK yang lebih masif

8 Dapat diakses dari: https://ti.or.id/pemerintah-harus-


melibatkan-masyarakat-sipil-dalam-pencegahan-
korupsi/

12 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
BAB II
METODE
PEMANTAUAN

A. Pendekatan Pemantauan
Tim peneliti menggunakan pendekatan pemantauan dan
evaluasi dari Methods Lab (2016).9 Dalam panduan tersebut,
pemantauan mengacu pada pengumpulan dan analisis data yang
sedang berlangsung tentang sumber informasi, kegiatan, dan hasil
kegiatan. Sedangkan evaluasi mengacu pada proses menimbang
data untuk membuat penilaian tentang manfaat dan nilai kegiatan
yang telah berjalan, yang dapat terjadi secara informal, melalui
refleksi dan diskusi antara mitra dan pemangku kepentingan; dan
secara formal, melalui ulasan dan studi yang ditargetkan.
Secara khusus, perbedaan aspek pemantauan dan evaluasi
dapat dilihat sebagai berikut:

9 Dapat diakses di: Pasanen, T., and Shaxson, L. (2016) ‘How to design a monitoring
and evaluation framework for a policy research project’. A Methods Lab publication.
London: Overseas Development Institute.

13
Tabel 4. Perbedaan Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan Evaluasi

Pemantauan adalah proses yang Evaluasi dilakukan pada titik-titik tertentu


berkelanjutan. Kegiatan ini dimulai dan dalam siklus kegiatan dan setelah
berakhir dengan siklus kegiatan. penyelesaian kegiatan.

Pemantauan melacak intervensi kegiatan, Evaluasi melakukan penilaian mendalam


dan segala hal lain yang terjadi di dalam terhadap kegiatan yang dilacak dengan
suatu kegiatan dalam hal sumber daya memantau dan mengukur seberapa baik
manusia, anggaran, bahan, kegiatan dan kinerjanya dan perubahan apa yang terjadi.
hasil, dan mengumpulkan informasi yang Dengan kata lain, evaluasi menganalisis
berkaitan dengan elemen-elemen ini. keberhasilan terhadap tujuan untuk
menentukan dampak, keberlanjutan,
efektivitas dan efisiensi kegiatan.

Pemantauan memberikan informasi tentang Evaluasi memberikan informasi dan


status kegiatan saat ini dan membantu rekomendasi untuk perencanaan
menentukan tindakan perbaikan yang jangka panjang dan pengalaman untuk
diperlukan. pertumbuhan dan kesuksesan kegiatan dan
organisasi.

Dalam proses penilaian Stranas PK ini, kendala konkret yang ditemukan para
tim peneliti fokus pada aspek pemantauan pelaksana sub-aksi.
saja, dan tidak melakukan penilaian sampai Dalam konteks yang lebih besar, proses
pada tingkat evaluasi. Fokus ini dipilih pemantauan dan evaluasi dapat mengguna-
karena mempertimbangkan dua hal utama, kan banyak metode. Penilaian ini secara
yakni Stranas PK berada dalam fase proses khusus menggunakan dua metode peman-
yang masih sedang berlangsung dan tauan, yakni pembandingan (benchmarking)
kebijakan ini baru berjalan dalam rentang dan evaluasi proses yang mengacu pada
satu tahun sehingga sangat kompleks jika panduan Planning, Monitoring, and Evalua-
ingin mengukur hingga tingkat dampak. tion: Methods and Tools for Poverty and
Berfokus pada proses yang sedang berjalan Inequality Reduction Programs dari World
dalam hal ini juga akan sangat bermanfaat Bank.10
dalam mengidentifikasi praktik baik dan

10 Dapat diakses di: Mackay, K., 2007, How to Build M&E


Systems to Support Better Government, World Bank,
Washington, DC

14 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
Tabel 5. Metode Pemantauan

RASIONAL METODE DESKRIPSI INDIKATOR

Apa standar Metode ini digunakan 1. UNCAC pasal 5


yang dapat untuk program yang fokus 2. The Kuala
digunakan untuk pada indikator-indikator. Lumpur
meningkatkan Biasanya digunakan oleh Statement
kualitas pembuat kebijakan untuk
Pembandingan
strategi? mengidentifikasi perbandingan
(Benchmarking)
kinerja antara program dan
target. Benchmarking biasanya
mengadopsi standar-standar
internasional dalam penentuan
target.
Sudahkah Metode ini dilakukan guna Target sub-aksi
mekanisme memastikan apakah proses- Stranas PK
operasional proses yang sudah dijalankan (UKPBJ, OSS,
mendukung (program implementation) Kebijakan Satu
Evaluasi
pencapaian sudah sesuai dengan apa yang Peta dan Sistem
proses
tujuan program? diharapkan, serta apakah Merit)
proses-proses tersebut telah
menghasilkan perubahan atau
output tertentu.

a. Pembandingan (Benchmarking) kedua instrumen tersebut, berimpilikasi


Pendekatan ini digunakan sebagai alat pada digunakannya berbagai nilai, prinsip
pemantauan yang melampaui praktik dan standar ke dalam panduan pertanyaan.
perbandingan yang sederhana. Dalam hal
ini kerap ditemuan di dalam indikator- b. Evaluasi Proses
indikator kinerja antara berbagai negara, Pendekatan evaluasi proses mengacu
kementerian, atau daerah. Guna pada sebuah proses yang digunakan untuk
menjadikan informasi tersebut berharga menganalisis dua komponen evaluasi yang
bagi para pengambilan keputusan, menyeluruh, yakni (i) perbandingan
dibutuhkan analisis mendalam tentang rancangan awal dari suatu program dengan
alasan yang mendasari perbedaan kinerja. realitas implementasi, dan (ii) penilaian
Pembandingan atau benchmarking tentang sejauh mana dukungan terhadap
sendiri merupakan istilah yang digunakan pencapaian tujuan program dilakukan.
oleh hampir semua lembaga publik dan Evaluasi proses secara khusus bertujuan
swasta dalam menunjukkan sejumlah untuk menilai bagaimana dan sejauh mana
kegiatan yang melibatkan perbandingan aspek operasional dari sebuah program—
antara pengalaman yang berbeda. Panduan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
ini mengacu pada penggunaan tolok ukur rancangan program sebelumnya—apakah
instrumen-instrumen antikorupsi interna- mendukung atau tidak mendukung
sional sebagai alat pemantauan dalam pencapaian tujuan dari sebuah suatu
siklus kebijakan, yakni Konvensi PBB tentang program atau kebijakan. Metode ini kerap
Antikorupsi (UNCAC) dan The Kuala Lumpur dimaknai sebagai evaluasi yang berupaya
Statement tentang Strategi Antikorupsi. memberikan gambaran keseluruhan
Mengacunya proses penilaian ini kepada terhadap kinerja program. Hasil dari

15
metode ini dapat memberikan informasi komponen di dalam instrumen UNCAC dan
berharga tentang implementasi di berbagai the Kuala Lumpur Statement, tim peneliti
lokasi yang berbeda dan mengidentifikasi Transparency International Indonesia
praktik terbaik. membangun sebuah instrumen yang dapat
Pendekatan ini kemudian juga dapat digunakan sebagai panduan pemantauan
melihat tantangan dalam rancangan asli Stranas PK bagi kelompok masyarakat sipil.
program. Metode ini sangat mungkin Instrumen ini meliputi 5 dimensi dengan
mendorong perbaikan program yang lebih total 25 indikator yang dapat dilihat di
besar guna memastikan dampak yang lebih dalam tabel dibawah ini.
jangka panjang dapat tercapai. Melalui Kelima dimensi tersebut kemudian
pendokumentasian dan penilaian secara dinilai berdasarkan 4 kategori, yaitu (a)
ketat terhadap komponen operasional dari tidak memadai, (b) kurang memadai, (c)
suatu program, proses evaluasi dapat memadai, dan (d) sangat memadai dengan
menjadi sebuah pelengkap penting, seperti rincian sebagai berikut:
misalnya bagi evaluasi dampak yang lebih a. Kategori (a) mengindikasikan bahwa
fokus pada pengukuran hasil spesifik dan indikator terkait tidak pernah dilakukan
tidak terlalu bergantung pada bagaimana dan/ tidak didukung oleh sebuah
sebuah tujuan tercapai atau tidak tercapai. perangkat regulasi dari target sub-aksi
Stranas PK terkait. Kategori ini akan
B. Dimensi Pemantauan diberi warna merah;
Pentingnya pemantauan strategi b. Kategori (b) mengindikasikan bahwa
nasional antikorupsi digarisbawahi dalam indikator terkait sudah pernah dilakukan
UNCAC terutama di pasal 5 dan the Kuala dan/ tidak didukung oleh sebuah
Lumpur Statement tentang strategi perangkat regulasi dari target sub-aksi
antikorupsi. Di dalam kedua instrumen Stranas PK terkait, namun belum
tersebut, terdapat berbagai cara dan teknik dijalankan secara maksimal. Kategori ini
untuk memantau intervensi kebijakan akan diberi warna kuning;
antikorupsi dan proses mengevaluasinya. c. Kategori (c) mengindikasikan bahwa
Dalam memantau strategi antikorupsi indikator terkait sudah dijalankan sesuai
nasional, pendekatan terbaik biasanya dengan standar-standar dari sebuah
akan menggabungkan dua jenis regulasi yang mendukung pencapaian
pemantauan dan evaluasi: satu yang target sub-aksi Stranas PK terkait.
menilai pelaksanaan dan yang kedua Kategori ini akan diberi warna hijau;
meninjau dampak. d. Kategori (d) mengindikasikan bahwa
Pemantauan ini secara khusus indikator terkait sudah dijalankan
mendedikasikan pada proses pelaksanaan melampaui standar-standar dari sebuah
Stranas PK saja, dan belum berfokus pada regulasi yang mendukung pencapaian
peninjauan dampak. Alasan utamanya target sub-aksi Stranas PK terkait serta
terletak pada bahwa rentang waktu aktif menjalankan program-program
pelaksanaan Stranas PK masih berusia antikorupsi lain yang dapat saling
pendek, serta target-target yang ditetapkan memperkuat pencapaian sub-aksi
dalam satu tahun memang berfokus pada Stranas PK. Kategori ini akan diberi
kegiatan (output) saja. warna biru.
Dengan memanfaatkan komponen-

16 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
Tabel 6. Instrumen Pemantauan Stranas PK bagi Kelompok Masyarakat Sipil

Dimensi Indikator
Independensi Komitmen Kewenangan Dukungan Dukungan
politik Pemerintah Sekretariat
Kelembagaan Pusat Nasional
Pencegahan
Korupsi
Sumber Daya Proporsi dan Gaji dan Seleksi Perlindungan Pelatihan dan
Manusia dan stabilitas insentif pegawai pegawai pendidikan
Anggaran anggaran pegawai pegawai

Kepatuhan Inklusivitas Mekanisme Mekanisme Mekanisme


pelaporan proses kontrol evaluasi penanganan
Akuntabilitas
target perencanaan internal dan hukum
Stranas PK eksternal
Kebijakan Responsivitas Pengetahuan Kode etik dan Peningkatan
antikorupsi terhadap tentang sanksi hukum kapasitas
Mitigasi Risiko permintaan Strategi antikorupsi
Korupsi informasi Nasional pegawai
publik dan Pencegahan
pengaduan Korupsi
Partisipasi Partisipasi Partisipasi Pengetahuan Pengetahuan
kelompok kelompok kelompok dan kapasitas dan kapasitas
masyarakat masyarakat masyarakat kelompok kelompok
sipil dalam sipil dalam sipil dalam masyarakat masyarakat
perumusan pelaksanaan pengawasan sipil dalam sipil dalam
rencana Aksi rencana Aksi dan pelaporan memantau mengembangkan
Pelibatan Pencegahan Pencegahan realisasi proses mekanisme
Masyarakat Korupsi Korupsi rencana Aksi perumusan, pemantauan
Daerah Daerah Pencegahan pelaksanaan terhadap kualitas
Korupsi dan evaluasi partisipasi
Daerah rencana Aksi masyarakat
Pencegahan dalam Aksi
Korupsi Pencegahan
Daerah Korupsi Daerah

1. Kelembagaan yang diamanatkan di dalam Stranas PK.


Implementasi Stranas PK tentu Dukungan politik ini dapat dilihat dalam
membutuhkan dukungan politik penuh 3 aspek utama, yakni independensi,
dari pemimpin politik, dari mulai komitmen politik, serta kewenangan. Aspek
Pemerintah Pusat hingga Pemerintah independensi berfokus pada pengelolaan
Daerah. Tanpa adanya komitmen politik unit yang dilakukan secara mandiri, dimana
tersebut, unit-unit pelaksana di dalam Unit masing-masing unit dapat mengoperasikan
Kerja Pengadaan Barang dan/Jasa (UKPBJ), sumber daya manusia, kekuatan finansial,
Dinas Penanaman Modal-Pelayanan dan metode kerja secara mandiri
Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP), maupun sebagaimana tertuang di dalam regulasi
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) akan masing-masing unit. Aspek komitmen
sangat sulit berjalan sebagaimana aksi politik mencakup adanya dukungan

17
regulasi, anggaran, serta kebutuhan ini berfokus pada kapasitas fungsional—
pendukung lainnya dari kepala kapasitas yang diperlukan untuk
pemerintahan setempat, yang diikuti manajemen—dan kapasitas teknis—
dengan kewenangan yang jelas dan terukur. kapasitas yang terkait dengan bidang
Indikator kelembagaan lain juga dapat keahlian yang diperlukan untuk
tercermin dari tingkat dukungan menjalankan fungsinya. Sehingga faktor
Pemerintah Pusat dan Sekretariat Nasional kunci yang menentukan efektivitas dari
Pencegahan Korupsi (Setnas PK) sebagai sebuah strategi nasional antikorupsi
pengelola aksi Stranas PK. Dalam hal ini, terletak pada rekrutmen pegawai di unit-
tim peneliti meninjau tingkat komunikasi, unit pelaksana yang harus dilakukan
koordinasi, serta kolaborasi di antara unit- dengan pendekatan merit berdasarkan
unit pelaksana dengan para pembuat kompetensi.
kebijakan.
3. Akuntabilitas
2. Sumber Daya Manusia dan Pengelolaan unit-unit pelaksana yang
Anggaran menjalankan strategi nasional antikorupsi
Sesuai mandat UNCAC dan Kuala tetap perlu menjalankan kewajibannya
Lumpur Statement, keberadaan strategi dalam pelaporan berkala dan disaat
nasional antikorupsi perlu diikuti dengan bersamaan terus berkomitmen
dukungan komitmen politik yang salah membangun mekanisme-mekanisme
satunya tercermin melalui dukungan kontrol. Dimensi ketiga ini secara khusus
terhadap anggaran yang memadai sehingga ingin meninjau perihal pengembangan
unit-unit pelaksana dapat menjalankan manajemen kualitas dan kepatuhan di
fungsinya secara efektif. dalam unit-unit pelaksana.
Dalam hal ini, anggaran yang Peninjauan standar akuntabilitas di
dialokasikan oleh Negara dapat dijadikan dalam UKPBJ, DPM-PTSP, Dinas
salah satu indikator utama dukungan Perkebunan/Dinas Kehutanan dan BKD
politik pemerintah. Indikator spesifik dalam dapat dilakukan melalui mekanisme kontrol
dimensi ini meliputi pola konsistensi internal dan pengawasan eksternal,
pendanaan dari pemerintah dan dukungan mekanisme evaluasi serta mekanisme
politik yang berkelanjutan baik dalam penanganan hukum. Unit-unit pelaksana
dukungan finansial kelembagaan maupun ini harus dikelola oleh pegawai yang
gaji serta insentif bagi pegawainya. berintegritas dan kompeten.
Sama pentingnya dengan alokasi Dimensi akuntabilitas fokus meninjau
anggaran, kapasitas pegawai di masing- upaya dari masing-masing unit pelaksana
masing unit pelaksana merupakan aspek di dalam mengembangkan, melaksanakan,
penting yang dapat menentukan kualitas serta mengevaluasi proses kerja. Kelima
dari hasil strategi nasional antikorupsi. indikator di dalam dimensi ini menjadi
Selain kapasitas, perlindungan hukum dasar bagi peninjauan antikorupsi secara
terhadap pegawai di unit pelaksana perlu jangka panjang.
mendapatkan perhatian yang lebih serius.
Unit-unit yang menjalankan strategi ini 4. Mitigasi Risiko Korupsi
tidak luput dari risiko hukum, sehingga Dimensi ini berdedikasi penuh untuk
perlu ditinjau mekanisme apa yang tepat meninjau dukungan terhadap perangkat-
untuk memberikan diskresi atau upaya perangkat antikorupsi di dalam unit-unit
pencegahan tertentu. pelaksana. Hal ini penting mengingat kerja-
Penilaian kapasitas pegawai dalam hal kerja unit pelaksana seperti perizinan,

18 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
pengadaan, proses pemetaan lahan dan Berdasarkan pengalaman implementasi
seleksi jabatan tinggi sangat rentan terlibat Stranas PPK, ditemukan bahwa penting
ataupun dilibatkan di dalam skema untuk mencari model partisipasi politik
hubungan koruptif. masyarakat sipil di semua tahapan
Dimensi ini akan berfokus pada tingkat pengelolaan dari Stranas PK. Pada
progresivitas dan proaktivitas dari masing- prinsipnya, model partisipasi masyarakat
masing unit pelaksana untuk mencegah sipil yang dikembangkan harus tetap
terjadinya korupsi. Mekanisme-mekanisme mampu melibatkan seluruh elemen
pencegahan ini dapat berupa banyak masyarakat sipil dengan berbagai
bentuk, mulai dari membuat kebijakan keragaman isu dan pendekatan yang
antikorupsi internal, mengoptimalkan dimiliki.
mekanisme pengaduan publik dan Keragaman isu dan pendekatan dalam
whistleblowing system, memperkuat pemberantasan korupsi ini akan
penegakan sanksi dan kode etik, serta memperkaya strategi yang telah ada. Selain
peningkatan kapasitas antikorupsi pegawai. itu, strategi ini harus tetap menjaga dan
Aspek krusial yang perlu ditinjau juga menghormati independensi kelompok
adalah sejauh mana masing-masing unit masyarakat sipil. Dalam hal ini, relasi yang
pelaksana mengetahui dan memahami setara antara Timnas PK dan kelompok
Stranas PK itu sendiri. Dalam hal ini, tim masyarakat sipil perlu dijaga agar
peneliti perlu meninjau tingkat literasi— memastikan optimalnya masukan-
mulai dari pimpinan unit hingga staf— masukan yang nyata dan konstruktif dari
terhadap kebijakan Stranas PK dan langkah- masyarakat sebagai bagian dari pemangku
langkah yang sudah ditempuh untuk kepentingan pemberantasan korupsi.
menumbuhkan pengetahuan dan kapasitas Model kemitraan dalam berbasis isu
terkait implementasi Stranas PK. atau sektor strategis dalam bentuk forum-
forum komunikasi yang setara akan
5. Pelibatan Masyarakat memberikan dampak yang lebih baik.
Sebagai bagian dari laporan alternatif Model-model ini juga telah dipakai dalam
dari kelompok masyarakat sipil, penilaian model kemitraan di dalam komitmen-
utama dari proses pemantauan ini adalah komitmen seperti Open Government
mengenai partisipasi publik. Instrumen Indonesia (OGI), Extractice Industries
UNCAC dan the Kuala Lumpur Statement Transparency Initiative (EITI) dan Sustainable
menegaskan dalam setiap catatannya Development Goals (SDGs). Pembentukan
bahwa masyarakat memiliki peran kunci kelompok kerja dari beragam sektor akan
yang menentukan kualitas pelaksanaan memperluas kontribusi berbagai elemen
strategi nasional antikorupsi. yang akan memberikan masukan untuk
Peran masyarakat tersebut harus terus pencapaian target dan indikator
ditingkatkan, baik dari perencanaan, keberhasilan. Bahkan, untuk skala yang
pelaksanaan, hingga proses evaluasi. Disisi lebih masif, model partisipasi masyarakat
lain, pemantauan ini juga berupaya melihat di dalam Musrenbang, tentu dengan
sudah sejauh mana organisasi masyarakat beberapa penyempurnaan mekanisme dan
sipil terlibat di seluruh proses Stranas PK prasyaratnya, dapat dijadikan sebagai
dengan melihat tingkat pengetahuan dan model forum deliberatif yang bisa
kapasitas organisasi masyarakat sipil dalam dimanfaatkan untuk konteks Stranas PK.
merespon, mengorganisasi, serta Di samping itu, dalam konteks yang
memantau pelaksanaan Stranas PK di lebih luas, upaya pemberantasan korupsi
masing-masing daerah. akan lebih efektif bila mendapatkan

19
dukungan politik yang luas dari masyarakat. menjadi kerja teknokratis dan memiliki
Demikian juga dengan Stranas PK dan akuntabilitas publik yang lemah.
program aksinya. Dengan minimnya Dengan mempertimbangkan hal
kepedulian masyarakat dan rendahnya tersebut, dimensi ini berupaya meninjau
rasa “memiliki” agenda-agenda Stranas PK apakah program aksi Stranas PK telah
dan program-programya, maka kecil mendukung sejumlah kegiatan untuk
kemungkinan aksi pencegahan korupsi memastikan meluasnya dukungan publik
akan berjalan efektif dan memberikan tersebut. Sebagai konsekuensinya, kerja-
dampak bagi masyarakat. kerja Timnas PK bukan semata
Pengalaman TI Indonesia menunjukkan melaksanakan tiga program prioritas
bahwa program-program pemberantasan Stranas PK, tetapi sekaligus juga
korupsi yang minim perhatian publik dan memperluas dukungan publik terhadap
terpisah dari keresahan publik, tidak akan agenda-agenda pemberantasan korupsi
dapat berjalan efektif. Program dalam kerangka yang lebih luas.
pemberantasan kosupsi hanya akan

20 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
BAB III
TEMUAN DAN
ANALISIS

D
alam siklus pemantauan di tahun tim peneliti didasarkan pada berbagai
pertama ini, tim peneliti dari temuan kualitatif dari wawancara men-
Transparency International Indone- dalam, diskusi kelompok terfokus, serta
sia berfokus meninjau efektivitas dan tinjauan-tinjauan literatur.
tantangan yang ditemui oleh unit-unit Dari hasil pemantauan keempat sub-
pelaksana di masing-masing sub-aksi, yakni aksi yang dilakukan di 9 wilayah (dapat
Unit Kerja Pengadaan Barang dan/ Jasa dilihat di lampiran daftar informan), tim
(UKPBJ), Dinas Penanaman Modal Pela- peneliti menemukan bahwa secara umum
yanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP), kapasitas dari keempat unit pelaksana
Dinas Perkebunan/Kehutanan, serta Badan dalam menjalankan Stranas PK bervariasi
Kepegawaian Daerah. pada kategori memadai dan kurang
Dalam rangka mengidentifikasi kom- memadai. Tim peneliti menyadari bahwa
ponen-komponen tersebut, tim peneliti untuk mengurai berbagai tantangan yang
merumuskan 5 dimensi yang memiliki 25 ditemukan oleh unit-unit pelaksana,
indikator yang diasumsikan dapat mem- dibutuhkan kerja-kerja kolektif dari
pengaruhi kinerja dari unit-unit pelaksana berbagai pemangku kepentingan.
tersebut. Indikator-indikator tersebut me- Secara umum, tim peneliti menemukan
ngacu pada instrumen-instrumen anti- lima temuan yang sepatutnya juga
korupsi internasional, seperti UNCAC pasal diperhatikan secara seksama oleh berbagai
5 dan the Kuala Lumpur Statement. Penilaian pihak, yaitu meliputi:

21
1. Perubahan regulasi di tingkat nasional dengan kelompok masyarakat sipil di
sangat berdampak pada efektitvitas daerah. Kecenderungan ini dapat dilihat
kerja pemerintah daerah dalam dari rendahnya pengetahuan dan
melaksanakan mandat Stranas PK. rendahnya partisipasi kelompok
Strategi nasional antikorupsi bukan masyarakat sipil terhadap Stranas PK.
hanya merupakan dokumen teknokratis 3. Perbedaan kapasitas dan modalitas
saja, sehingga implementasinya sangat yang besar diantara Pemerintah
bergantung pada komitmen politik. Provinsi, Pemerintah Kota, dan
Pemantauan ini menemukan bahwa Pemerintah Kabupaten. Pemantauan
komitmen politik baik dalam mendukung menemukan bahwa terdapat jurang
UKBPJ, DPM-PTSP, serta Badan kemampuan yang cukup besar antar
Kepegawaian Daerah sangat bervariasi Pemerintah Daerah. Jurang kemampuan
namun kurang memadai. Berdasarkan ini disebabkan oleh minimnya
kasus-kasus yang dianalisis selama komunikasi diantara Pemerintah Daerah
pemantauan, dapat disimpulkan bahwa terkait pelaksanaan Stranas PK, kuatnya
tingkat kemauan politik yang tinggi budaya kompetisi antar Pemerintah
sangat sulit dipertahankan sepanjang Daerah, serta diikuti kurangnya inisiatif
siklus implementasi. Regulasi-regulasi Timnas PK dalam menjembatani
nasional yang dinamis perubahannya, kebuntuan sosial ini. Pemantauan juga
justru kontraproduktif bagi Pemerintah menyimpulkan bahwa Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan Daerah secara umum fokus pada
kebijakannya. Dalam hal implementasi, capaian target administratif Stranas PK
koordinasi, dan pemantauan, aksi-aksi semata, tanpa secara jangka panjang
pencegahan korupsi dalam kerangka memperkuat budaya integritas dan
Stranas PK, ditemukan kurang kapasitas antikorupsi di masing-masing
mendapatkan dukungan politik dan unit.
operasional yang memadai. 4. Kemampuan unit-unit pelaksana
2. Minimnya pendampingan aksi daerah kurang mencukupi. Mayoritas
pencegahan korupsi daerah dari unit pelaksana dari lembaga-lembaga
Timnas PK. Hasil pemantauan terkait sangat kekurangan personil,
menemukan bahwa selain Timnas PK kapasitas teknis, dan sumber daya yang
minim melaksanakan sosialisasi seputar diperlukan untuk menjalankan tugas.
Stranas PK, pelaksanaan tiga sub-aksi Selain masalah sumber daya manusia,
pencegahan korupsi di daerah dukungan anggaran dan infrastruktur di
terhambat karena tidak diikuti dengan masing-masing unit juga kurang
koordinasi dan komunikasi yang efektif memadai. Beban berat pada lembaga
antara Timnas PK, Pemerintah Daerah tidak sejalan dengan tugas yang sangat
dan Pemerintah Pusat. Dukungan dan sulit, terlebih memiliki risiko-risiko
pendampingan banyak dilakukan oleh hukum yang tidak kecil. Unit-unit ini juga
pemerintah pusat seperti LKPP, BPK dan secara umum belum patuh pada aturan-
Korsupgah KPK. Timnas PK kurang aturan kelembagaan yang baru,
menjembatani hambatan-hambatan sehingga menghambat reformasi di
regulasi yang berdampak pada operasi tubuh mereka sendiri.
bisnis masing-masing unit. Selain itu, 5. Minimnya keterlibatan kelompok
pemantauan juga menemukan bahwa masyarakat sipil. Komponen krusial
Timnas PK masih perlu membangun dan yang ditemukan selama proses
menjalin model komunikasi yang efektif pemantauan adalah kurangnya

22 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
informasi dan komunikasi dengan memadai. Hal ini dapat dilihat karena
kelompok masyarakat sipil, seperti LSM mayoritas pemerintah daerah sudah
lokal, akademisi, media, dan publik membentuk unit kerja pengadaan barang
secara umum. Masyarakat sipil tidak dan/ jasa (UKPBJ) yang memiliki
dilibatkan dalam proses pembahasan, independensi operasional dan kewenangan
perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi yang cukup kuat sesuai mandat Peraturan
aksi pencegahan korupsi daerah. Disisi Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang
lain, tentu tingkat pengetahuan dan Pengadaan Barang dan/ Jasa serta berbagai
kapasitas kelompok masyarakat sipil aturan pendukung dari Lembaga Kebijakan
terhadap Stranas PK bervariasi. Namun Pengadaan Barang dan/ Jasa Pemerintah
pemantauan menemukan bahwa (LKPP). Selain itu mayoritas UKPBJ sudah
berbagai kelompok masyarakat tersebut didukung oleh aturan-aturan pendukung
cenderung memiliki tingkat seperti SOP dan kode etik. Berbagai
keterpaparan yang rendah terhadap kemajuan tersebut sudah dilaporkan
kebijakan nasional antikorupsi ini. secara rutin melalui portal pelaporan
Sehingg dalam hal ini, masyarakat juga Stranas PK, yaitu jaga.id/monitoring.
memiliki tugas untuk memperkuat UKPBJ terutama di wilayah dengan
pengetahuan dan kapasitasnya seputar kategori memadai, telah memiliki
Stranas PK, serta memperluas jaring mekanisme kontrol dan mekanisme
pendukung antikorupsi dalam evaluasi baik secara internal maupun
melakukan pemantauan pelaksanaan eksternal. UKBPJ di Provinsi Nusa Tenggara
Stranas PK di tingkat pusat dan terutama Timur misalnya, sudah sampai pada
di daerah. kategori center of excellence dimana
menujukkan bahwa secara kelembagaan
Secara lebih terperinci beberapa temuan sudah memenuhi 9 kriteria unit pengadaan
akan dijabarkan dalam catatan di bawah termasuk mekanisme evaluasi internal
ini: yang sudah terbangun. Di Provinsi Jawa
1. Pembentukan Pengadaan Barang Timur, secara ketat sudah diberlakukan
dan/ Jasa (Unit: UKPBJ) mekanisme evaluasi dengan bekerjasama
Hasil pemantauan sub-aksi percepatan dengan tim dari Inspektorat Pemerintah
pembentukan UKPBJ di sembilan wilayah Daerah serta tim dari Korsupgah KPK.
menunjukkan berada dalam kategori Pada dimensi sumber daya manusia
kurang memadai sebagaimana yang dan Pelibatan Masyarakat termasuk dalam
ditunjukkan melalui tabel 7 dibawah ini. kategori kurang memadai. Di Sembilan
Dari sembilan wilayah, Kota Banda Aceh, wilayah yang dipantau, ditemukan bahwa
Kota Pontianak, Provinsi Nusa Tenggara tidak adanya anggaran khusus terhadap
Timur, Provinsi Kalimantan Timur, dan tunjangan jabatan bagi personil UKPBJ.
Provinsi Sulawesi Utara dikategorikan Selain itu, minimnya ketertarikan atau
dalam kelompok kurang memadai, minat pegawai pada posisi UKPBJ membuat
sementara untuk Kota Gorontalo, Kota kurangnya SDM dari kebutuhan SDM dari
Yogyakarta, Provinsi Riau dan Provinsi Jawa yang diharapkan. Sebagai contoh di Kota
Timur dikategorikan dalam kelompok Yogyakarta dan di Kota Banda Aceh, hanya
memadai. 50% personel yang mengisi dari personel
Sebagaimana dapat diliat di dalam tabel, yang dibutuhkan posisi UKPBJ. Sementara
dimensi Kelembagaan, dimensi itu, dalam pelibatan masyarakat sipil
Akuntabilitas, dan dimensi Mitigasi Risiko pelaksanaan aksi-aksi Stranas PK belum
Korupsi sudah berada di dalam kategori secara maksimal melibatkan masyarakat

23
Hasil pemantauan di sub aksi UKPBJ di dapat dinikmati kelompok elit saja,
Sembilan wilayah, mendapatkan empat termasuk orang-orang dengan
temuan utama yang meliputi: pendidikan tinggi.
1. Mayoritas pengelola belum berstatus 3. Risiko hukum besar, sementara
pegawai fungsional. Banyak dari insentif kecil. Hasil pemantauan
pengelola dan/ anggota Pokja belum menemukan bahwa banyak keengganan
diangkat menjadi pokja permanen dan para pegawai untuk menjadi anggota
masih berstatus paruh waktu. Kondisi Pokja tetap atau mengikuti sertifikasi
ini berimplikasi pada independensi LKPP untuk menjadi tenaga ahli
pengelola, serta mempengaruhi pengadaan, dikarenakan risiko hukum
efektivitas kinerja unit secara yang besar. Para pengelola mengakui
keseluruhan. Seperti yang ditemukan di bahwa kerja pokja terganggu karena
lingkungan Provinsi Nusa Tenggara banyaknya intervensi dari pihak-pihak
Timur, situasi jumlah pengelola yang eksternal. Ruang untuk sanggah
terbatas sudah direspon dengan memang dibuka, beberapa dapat
mengusulkan untuk dibentuk pokja diselesaikan melalui forum klarifikasi,
permanen, namun sayangnya usulan sementara lainnya harus masuk ke
yang sudah didasarkan pada proses penegakan hukum. Dampaknya
pertimbangan Analisis Jabatan dan dapat dilihat Provinsi Kalimantan Timur
Analisis Beban Kerja tidak selalu misalnya, tenaga pendukung saja
diakomodir, sementara jumlah bahkan belum terpenuhi, dalam hal ini
pengadaan setiap tahunnya semakin seperti Kasubag yang tidak memiliki
meningkat. Beberapa Pemda merespon staf. Di beberapa daerah, seperti
situasi ini dengan mengangkat pegawai Provinsi Sulawesi Utara, beberapa gaji
kontrak melalui skema Pegawai dan insentif di UKBPJ masih bersumber
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja dari masing-masing OPD atau dalam
(P3K) atau melakukan alih jabatan. kata lain, belum tersentralisasi. Disisi
2. Minimnya Dukungan dan asistensi lain, ditemukan bahwa fungsi
dari Timnas PK. Meskipun Tim UKPBJ di pengawasan dan pendampingan dari
daerah telah mendapatkan dukungan Inspektorat dan APIP masih belum
dari pemerintah pusat berupa optimal.
pendampingan baik teknis maupun 4. Konsolidasi pengadaan belum
substansi, namun dukungan tersebut berjalan maksimal. Pengetahuan dan
bukan dari Timnas PK. Dukungan dan perspektif tentang sentralisasi
pendampingan tersebut dilakukan oleh pengadaan ditemukan cukup
Lembaga pemerintahan yang bergerak mempengaruhi minimnya dukungan
khusus dalam pengadaan barang dan politik dari pemimpin daerah. Kondisi ini
jasa seperti Lembaga Kebijakan salah satunya disebabkan oleh
Pengadaan Pemerintah (LKPP), maupun kurangnya koordinasi antara pihak
dari Korsupgah KPK. Secara khusus dari Pemerintah Daerah dan LKPP, serta
TImnas PK, belum memberikan minimnya kesadaran para Kepala Dinas
dukungan dan pendampingan kepada tentang pentingnya melaksanakan
UKPBJ, maupun masyarakat sipil di konsolidasi pengadaan. Selain itu, fungsi
daerah. Hal tersebut yang menyebabkan koordinasi di tingkat provinsi, dengan
kurang membuminya stranas PK di kabupaten/kota belum berjalan
kalangan OPD dan masyarakat sipil. maksimal dalam konteks konsolidasi
Pengetahuan terkait Stranas PK hanya pengadaan belum berjalan optimal.

25
Upaya-upaya mengkampanyekan memahami bahwa UKPBJ hanya
manfaat langsung dari konsolidasi beroperasi pada saat proses pengadaan
pengadaan perlu dimaksimalkan. berlangsung saja. Namun guna
mencegah transaksi korupsi dilakukan
Disisi lain, mendorong mitigasi risiko pada fase pra-pengadaan, UKPBJ dapat
yang lebih komprehensif tentu sangat mulai berpartisipasi dan memberikan
penting karena praktik korupsi di sektor masukan dalam forum KUA-PPAS.
pengadaan barang dan jasa terus Inisiatif serupa sudah dilakukan UKBPJ
berkembang. Tim peneliti mencatat di Kota Surabaya, dengan ikut
setidaknya terdapat enam praktik baik memberikan pertimbangan berdasarkan
yang sudah dilakukan beberapa Pemerintah catatan pengadaan dan rekam jejak
Daerah dalam merespon maraknya korupsi perusahaan.
di sektor pengadaan barang dan/ jasa, 3. UKPBJ didorong untuk membuat
yaitu: rencana tindak pengendalian risiko.
1. Mengaktifkan daftar hitam Dalam mencegah terjadinya korupsi di
perusahaan. Di wilayah-wilayah yang pengadaan barang dan jasa, di beberapa
dipantau, perusahaan-perusahaan yang wilayah yang dipantau saat ini sedang di
memiliki sejarah kinerja yang buruk dorong untuk menjalankan rencana
sudah didaftarkan di dalam daftar hitam tindak pengendalian risiko dengan cara
perusahaan. Sebagai contoh, masih dilakukannya pemeriksaan atas
ditemukan informasi bahwa praktik kepatuhan UKPBJ. Selain itu, UKPBJ juga
memecah belah paket pengadaan di tuntut untuk memberikan
langsung masih terus berjalan terutama pengawasan di titik-titik rawan korupsi
di pengadaan-pengadaan konstruksi baik dari perencanaan sampai dengan
dan jalan umum, dimana agar tidak pelaksana pengadaan. Titik-titik rawan
melewati batas paket penunjukan yang dimaksud adalah dimana ada
langsung, alokasi paket didistribusikan paket yang dinilai besar, dibagian
kepada banyak penyedia dimana perencanaan tim pokja lebih teliti untuk
mayoritas tidak memiliki sertifikasi yang mengevaluasi syarat-syarat dokumen
dapat dibuktikan. Banyak dari calon lelang. Dalam pelaksanaan juga lebih
penyedia dalam modus ini juga masih hati-hati, dari proses pengumuman
berada di dalam daftar hitam yang lelang sampai proses sanggah, ketika
dibuat oleh pengelola bersama tim klarifikasi calon pemenang, untuk
Inspektorat. Dua strategi yang dapat memberikan penilaian yang obyektif,
ditempuh adalah dengan mendorong tim UKPBJ menerapkan tidak boleh
aktivasi daftar hitam perusahaan, bertemu secara langsung antara pokja
seperti yang dilakukan di Provinsi Nusa dan penyedia. Selain itu, untuk
Tenggara Timur dan menggunakan menerapkan transparansi anggaran, tim
Aplikasi Sistem Informasi Kinerja UKPBJ mempublikasikan anggaran
Penyedia (SIKaP)  dari LKPP11 sebagai melalui media koran anggaran dan
referensi daftar kinerja penyedia. website.
2. UKPBJ terlibat sejak pembahasan 4. Menolak paket pengadaan berisiko
Pokok Pikiran (Pokir) serta Kebijakan tinggi pada fase perancangan RAPBD-
Umum APBD dan Prioritas dan Plafon Perubahan. Salah satu siklus pengadaan
Anggaran Sementara (KUA-PPAS). publik yang paling rawan intervensi
Dalam proses pemantauan, tim peneliti adalah ketika pembahasan rancangan
anggaran daerah perubahan. Pada
11 Dapat diakses di: sikap.lkpp.go.id

26 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
situasi tersebut, tim peneliti menemukan ini dilakukan dengan meninjau proses
bahwa kerap kali banyak “pesanan pengadaan dan peserta pengadaan.
pengadaan” datang dari berbagai pihak. Kegiatan ini dapat sangat bermanfaat
Padahal pengadaan di dalam kondisi untuk memberikan gambaran secara
tersebut, hanya dapat dilakukan jika lebih rinci tentang intervensi yang
memang benar-benar mendesak untuk penting dilakukan terhadap skema
dilakukan. Selain itu, pesanan tersebut pengadaan strategis dan besar.
biasanya datang dari para aktor politik
yang memiliki hubungan dengan 2. Pelaksanaan Online Single-
penyedia, seperti di sektor kontruksi. Submission (Unit: DPM-PTSP)
Padahal waktu pengerjaan akan sangat Hasil pemantauan proses pelaksanaan
pendek dimana hanya berkisar 3-4 OSS di Sembilan wilayah menunjukkan
bulan. Informasi yang ditemukan oleh berada dalam kategori memadai
tim peneliti, UKPBJ sebenarnya sebagaimana ditunjukkan melalui tabel 8
dihadapkan pada dua pilihan, yakni dibawah ini. Dari Sembilan wilayah, yang
menolak atau menerima, namun dipantau Kota Banda Aceh, Kota Yogyakarta,
biasanya akan mengikuti intervensi Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Riau
tersebut. Di beberapa wilayah seperti dan Provinsi jawa Timur dalam kategori
Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi memadai. Sementara kota Pontianak, Kota
Riau, secara tegas menolak pengadaan Gorontalo, Provinsi Nusa Tenggara Timur,
paket konstruksi pada saat merancang dan Provinsi Sulawesi Utara dalam kategori
APBD-Perubahan. kurang memadai.
5. UKPBJ terlibat menjadi Tim Anggaran Sejak dimulai pada tahun 2017,
Pemerintah Daerah (TAPD). TAPD penerapan sistem perizinan satu pintu
merupakan Tim Anggaran Pemerintah melalui sistem OSS semakin masif
Daerah, Tim yang dibentuk dengan digunakan berbagai Pemerintah Daerah.
keputusan kepala daerah dan dipimpin Jika dilihat secara dimensi Kelembagaan,
oleh sekretaris daerah ini mempunyai Sumber Daya Manusia dan Anggaran serta
tugas menyiapkan serta melaksanakan Mitigasi Risiko Korupsi, memang hampir
kebijakan kepala daerah dalam rangka semua wilayah pemantauan dapat
penyusunan APBD yang anggotanya dikatakan sudah cukup baik. Namun belum
terdiri dari pejabat perencana daerah, adanya penyempurnaan dari standar
PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
Daerah) dan pejabat lainnya sesuai (NSPK) membuat proses perizinan antar
dengan kebutuhan. Keikutsertaan UKPBJ daerah tidak memiliki standar yang sama.
di dalam TAPD dapat mengawasi Selain itu, masyarakat pemohon izin
sekaligus memberikan pandangan merasa sosialisasi mengenai OSS sendiri
dalam penetapan pagu anggaran daerah masih kurang masif, terutama kepada
dalam sektor pengadaan pemerintah, masyarakat dari sektor UMKM.
seperti yang mulai dilakukan di Provinsi Dalam proses perizinan menggunakan
Riau. OSS ini, sayangnya belum diikuti dengan
6. Menjalankan Audit Kejujuran (Probity mekanisme akuntabilitas dan pelibatan
Audit). Sebagaimana yang dilakukan di masyarakat. Tim peneliti menemukan
Provinsi Sulawesi Utara, UKPBJ dapat bahwa DPM-PTSP belum progresif dalam
bekerja sama dengan Inspektorat untuk melakukan mekanisme evaluasi dan
melakukan audit terhadap proyek- perencanaan yang inklusif. Keterlibatan
proyek yang strategis dan besar. Audit masyarakat dalam proses perizinan publik

27
perizinan yang menyangkut cagar kebingungan diantara para pengelola di
budaya di daerah tertentu. Sehingga DPM-PTSP. Para pemohon izin juga
DPMPTSP di Kota Yogyakarta menjadi korban dari instabilitas ini,
menggunakan aplikasi yang sebelumnya terutama karena permohonan izin
sudah dijalankan, yaitu Jogja Smart hanya dibatasi 200 izin setiap harinya di
Service (JSS). Serupa di Kota Surabaya seluruh Indonesia. Selain itu, aplikasi-
yang terlebih dahulu mempunyai aplkasi pendukung seperti aplikasi
aplikasi Surabaya Single Window (SSW) SIPINTER, siCANTIK, atau siMANTRA
yang lebih mapan dan sudah diadopsi sangat banyak sehingga membingunkan
dalam SIMBG Kementerian PUPR. para pengelola maupun pemohon izin.
2. Sistem perizinan yang banyak pintu. Disisi lain infrastruktur di tingkat
Setelah diterapkannya OSS, proses Kabupaten dan Kota ditemukan masih
perizinan dapat dibillang menjadi kurang mendukung, sehingga mereka
lambat. Hal ini dikarenakan alur dari lebih banyak fokus pada pemenuhan
proses perizinan yang multi pihak. infrastruktur alih-alih menjalankan
Sebagai contoh ketika seorang proses perizinan secara profesional.
mengajukan permohonan perizinan, Koordinasi dengan Pemerintah Pusat
setelah diterima akan diteruskan ke dalam hal ini cukup birokratik,
Inpektorat, kemudian DPM-PTSP akan sementara dukungan dari Setnas PK
menunggu tindak lanjut permohonan belum membuahkan hasil. Selain itu
izin dari inspektorat. Hal ini yang ditemukan bahwa OSS versi 1.1 (terbaru)
menyebabkan proses perizinan menjadi tidak memiliki fitur pencarian history
lambat. Jika sebelumnya proses dari versi sebelumnya, sehingga rekap
perizinan langsung ditangani oleh DPM- data kembali dilakukan manual. Hingga
PTSP, maka saat ini fungsi DPM-PTSP kini, sistem OSS juga belum terhubung
hanya menjad jembatan bagi pemohon dengan data RDTR dan RTRW.
perizinan dan inspektorat. Dengan kata 4. Sulitnya memenuhi Surat
lain, penerapan OSS di kota Yogyakarta Keterangan Pemenuhan Komitmen.
masih belum optimal daripada proses Selain mengurus syarat-syarat formal,
perizinan pada sistem yang sudah para pemohon izin diwajibkan
dibangun sebelumnya. memenuhi dokumen diatas. Dokumen-
3. Aplikasi OSS tidak stabil. Sejak dokumen ini meliputi IMB, Izin Lokasi,
diluncurkan secara aktif tahun 2018, AMDAL, dan Sertifikat Laik Fungsi.
aplikasi OSS memang masih terus Penelusuran dari banyak informan
dikembangkan. Disamping mendorong memberikan informasi bahwa para
kemudahan berusaha, masalah- calon pengusaha merasa sulit
masalah teknis seperti instabilitas melengkapi dokumen ini karena tidak
jaringan dan dinamisnya perubahan jarang harus menyuap, serta kurang
sistem di OSS justru kontrproduktif efektif karena dinilai oleh pihak ketiga.
dengan semangat diatas. Sementara di Jika calon pengusaha tidak dapat
Kota Surabaya—yang sejak awal enggan memenuhi satu saja dari keempat
menggunakan aplikasi OSS—sudah dokumen tersebut, maka izin tidak
sejak tahun 2013 menggunakan aplikasi dapat diterbitkan. Beberapa daerah,
Surabaya Single Window (SSW) yang seperti Kota Surabaya, sudah
terbukti hingga kini lebih stabil dan menerbitkan diskresi melalui Peraturan
secara fitur lebih lengkap. Ketidakjelasan Walikota No. 14 Tahun 2018 agar syarat
dalam sistem ini memunculkan SLF dapat diurus setelah izin selesai. Tim

29
peneliti menemukan dalam beberapa ini terhitung sangat efektif, sehingga
aspek, aplikasi OSS memang dapat mempermudah akses warga di tingkat
mempercepat proses perizinan, namun Kecamatan. Selain itu, terdapat petugas
disaat yang bersamaan mengorbankan pendamping yang siap sedia untuk
para pengusaha dari kalangan non- membantu para calon pengurus izin,
privilese yang tidak mendapatkan yang biasanya adalah dari kalangan
keistimewaan literasi informasi seperti ekonomi menengah ke bawah dengan
para pengusaha UMKM serta pengusaha tingkat literasi yang rendah. Inisiatif ini
yang menggunakan rumah kontrak. dilakukan misalnya oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur, dimana
Selain temuan utama diatas, tim peneliti secara simultan berdampak pada
juga menemukan lima praktik baik yang naiknya tingkat investasi daerah,
sudah dilakukan pelaksana Aksi stranas PK terutama dari kalangan pengusaha
di daerah diantaranya: UMKM.
1. Akses disabilitas sudah di perhatikan. 4. Desk konsultasi calon pengusaha.
Di Kota Banda Aceh, dalam proses Pemerintah Kota Samarinda membuat
perizinan sudah mengakomodasi kaum inisiatif Samarinda Virtual for Business
difabel. Kemudahan kaum difabel (SVFB) untuk menjembatani calon
menjadi perhatian dalam proses pengusaha dan calon investor untuk
perizinan baik dari sisi pelayanan konsultasi. Program ini menjawab
maupun akses perizinan. Ketersediaan kebutuhan para calon pengusaha yang
in dapat di temukan di di Mall Pelayanan tidak tahu dan tidak ada waktu dalam
Publik (MPP) maupun di kantor walikota. mengurus proses perizinan, sekaligus
2. Komitmen yang kuat dan pemetaan menjawab ketakutan akan proses yang
titik-titik rawan korupsi. Di Kota rumit dan berbiaya mahal. Hal yang
Yogyakarta, dan Pontianak, pemetaan sama juga dilakukan di Kota Yogyakarta,
titik rawan korupsi dilakukan di kepala pemerintah daerah membuka forum
dinas, dibidang PTSP (pelayanan), bidang konsultasi dan pelatihan bagi calon
pengawasan, bidang data. Bidang data investor melalui kanal pengaduan.
menjadi rawan, karena penyalahgunaan Sementara di Kota Gorontalo DPMTSP
data. Dalam pengawasan investasi, PTSP menyediakan ruangan khusus untuk
berkoordinasi dengan LKPM membentuk pelayanan pengaduan dari masyarakat.
Pokja Pengawasan Penanaman Modal 5. Tim inspeksi izin. Di beberapa daerah
melakukan inspeksi. Selain itu prinsip pantauan seperti Provinsi Riau,
kehati-hatian dan ketelitian diterapkan Kalimantan Timur, dan Jawa Timur,
guna mencegah kesalahan adminstrasi dibentuk sebuah tim gabungan yang
yang berpotensi pada perilaku tindak secara berkala melakukan peninjauan
korupsi terhadap efektivitas izin. Tidak
3. Penjangkauan pengusaha UMKM di tersedianya dashboard data tentang izin
tingkat Kecamatan. Beberapa yang efektif dan tidak, membuat para
Pemerintah Daerah, salah satunya Kota Pemerintah Daerah membuat tim ini.
Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur Walaupun tidak melakukan inspeksi ke
memiliki inisiatif untuk menjangkau seluruh wilayah kerja, beberapa hasil
lebih banyak calon pengusaha, salah dari tim ini ditemukan sangat efektif
satu diantaranya melalui pembentukan dalam menemukan efektivitas dari izin
pusat pendaftaran perizinan di kantor yang diberikan.
Kecamatan (desentralisasi OSS). Inisiatif

30 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
3. Implementasi Kebijakan Satu Di dimensi kelembagaan, dua wilayah
Peta (Unit: Dinas Perkebunan/Dinas belum memiliki cukup dukungan politik
Kehutanan) dan dikategorikan masih rawan intervensi
Dalam aksi PK, sub aksi implementasi politik, baik terjadi proses pemetaan,
kebijakan satu peta diimplementasikan di 5 penerbitan izin lahan, hingga peninjauan
wilayah diantaranya Provinsi Kalimantan efektivitas fungsi lahan. Situasi ini didukung
Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi oleh kapasitas sumber daya manusia dan
Sulawesi Barat, Provinsi Riau dan Papua. anggaran yang belum mencukupi, dimana
Namun dalam pemantauan ini, tim peneliti masing-masing wilayah memiliki regulasi
hanya melakukan pemantauan di dua yang dinamis perubahannya.
provinsi diantaranya Provinsi Kalimantan Sementara di dimensi akuntabilitas dan
Timur dan Provinsi Riau. mitigasi risiko korupsi, kedua wilayah dirasa
Dua wilayah yang dipantau merupakan belum memiliki upaya-upaya yang efektif
daerah-daerah yang kaya akan sumber dalam menjaga unitnya dari potensi
daya alam. Dari berbagai data yang disadur korupsi. Pada dimensi partisipasi publik,
menemukan bahwa potensi sumber daya dukungan untuk menjalankan kebijakan
alam ini sayangnya masih dimanfaatkan satu peta tidak diikuti dengan membuka
oleh kelompok tertentu melalui praktik akses masyarakat terhadap publikasi peta
obral izin menjelang pemilihan umum yang jelas, reliabel, dan akurat.
disertai intimidasi. Penegakan hukum Di sub-aksi ini, tim peneliti menemukan
dalam hal ini dinilai belum berjalan 3 persoalan utama, yakni:
maksimal. Salah satu sebabnya adalah 1. Tumpang tindih aturan izin lahan.
minimnya pelibatan masyarakat sipil dalam Tim peneliti menemukan bahwa
pembahasan mengenai kebijakan satu peta persoalan utama yang menghambat
dan penentuan kawasan hutan. percepatan kebijakan satu peta adalah
Hasil pemantauan implementasi ketidakpastian aturan izin. Persoalan
kebijakan satu peta di dua wilayah izin lahan terhambat oleh adanya
menunjukkan berada dalam kategori diskrepansi izin karena Pemerintah Kota
kurang memadai sebagaimana yang dan Pemerintah Kabupaten tidak
ditunjukkan melalui tabel 9. Dari dua memiliki peta yang jelas. Permasalahan
wilayah yang melaksanakan sub-aksi regulasi lain terletak pada Peraturan
percepatan kebijakan satu peta, baik Menteri Pertanian 26 tahun 2007
Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi tentang Pedoman Pedoman Perizinan
Riau sama-sama dinilai kurang memadai Usaha Perkebunan. Regulasi ini
oleh tim peneliti. mengatur bahwa perluasan lahan harus

Tabel 9. Temuan Sub-Aksi Implementasi Kebijakan Satu Peta

Dimensi
Rerata Sumber Daya Mitigasi
Wilayah Kelemba- Akuntabili- Pelibatan
Skor Manusia & Risiko
gaan tas Masyarakat
Anggaran Korupsi
Provinsi
Kurang
Kalimantan
memadai
Timur
Kurang
Provinsi Riau
memadai

31
dilakukan dengan melalui akuisisi dan rezim OSS), hingga saat ini belum
perusahaan lain. Dalam praktiknya, dikonsolidasikan sehingga pusat
aturan ini menimbulkan permasalahan datanya tidak tersentralisir dengan baik.
baru dimana persaingan antar Disisi lain, pengarsipan dokumen-
perusahaan menjadi semakin tidak dokumen dari perusahaan sama
sehat dalam perizinan lahan. Selain itu, buruknya, sehingga ketika Dinas
Badan Pertanahan Nasional (BPN) juga Perkebunan/Kehutanan menagih
ditemukan tidak melakukan perannya dokumen izin lahan atau HGU misalnya,
dalam pengambilalihan lahan yang tidak perusahaan tidak dapat menunjukkan
beroperasi sebagaimana amanat UU dokumen tersebut. Kekacauan dokumen
Perkebunan. Peraturan Menteri ini mendudukan masyarakat, terutama
Pertanian nomor 45 tahun 2019 kelompok masyarakat adat, sebagai
menimbulkan potensi kekacauan pada korban utama karena akses publik
penataan peta karena tidak adanya menjadi terhambat. Situasi
kewenangan Pemerintah Provinsi dalam ketidakpastian ini dapat menjadi sumber
pemantauan. Selain itu kolaborasi dari kejahatan peta, sebuah istilah
dengan stakeholders dalam proses yang menunjukan basis pemetaan
berbagi informasi dan data belum dimanipulasi agar mendapatkan izin-
berjalan maksimal. Dalam permasalahan izin pengelolaan lahan yang sebenarnya
tumping tindih izin ini, sayangnya ditujukan bagi kepentingan publik.
ditemukan bahwa peran dari Stranas PK Bencana kebakaran panjang di Riau
dalam mendorong harmonisasi menjadi salah satu pelanggaran
peraturan masih belum cukup terlibat. terhadap kepatuhan ini.
2. Komunikasi berjalan kurang
harmonis dengan BIG, Dinas Sementara itu, jika ada praktik baik yang
Perkebunan dan Kehutanan, sangat dapat ditemukan di dalam sub-aksi ini,
bergantung pada data peta dari Badan praktik itu datang dari aksi kolektif
Informasi dan Geospasial (BIG). Namun kelompok masyarakat sipil yang terus
tim peneliti menemukan bahwa mendorong transparansi dan akuntabilitas
koordinasi antar keduanya belum sektor sumber daya alam. Di Provinsi
berjalan secara efektif, meskipun sudah Kalimantan Timur, berbagai LSM dari
sering diadakan program dan kegiatan berbagai latar belakang dan fokus isu,
bersama. Peranan BIG juga dianggap bergerak bersama dalam menyelamatkan
minim dalam digitalisasi dan sinkronisasi aset-aset sumber daya alam. Kelompok
data peta. Ketidaksinkronan antar dua masyarakat sipil juga rutin berkoordinasi
unit ini menyebabkan data perizinan dengan inisiatif Gerakan Nasional
lahan perkebunan atau perhutanan Penyelamatan Sumber Daya Alam
menjadi tumpang tindih dan tidak (GNPSDA) yang dbentuk Komisi
memiiliki standar pemetaan. Pemberantasan Korupsi. Di Provinsi Riau,
3. Akses publik terhadap dokumen peta akibat bencana asap berkepanjangan,
tidak transparan. Dalam pemantauan koalisi masyarakat sipil menggugat
ini, upaya-upaya membuka akses Pemerintah Pusat melalui citizen lawsuits
dokumen terkendala dengan kesulitan terkait kebakaran hutan Kalimantan 2015.
masing-masing unit sendiri dalam Hasilnya, Presiden dihukum Mahkamah
melakukan inventarisir data peta. Proses Agung (MA) untuk memperbaiki regulasi
sinkorinsasi izin pada rezim izin lahan terkait lingkungan agar kebakaran hutan
tiap periode (reformasi, pasca reformasi, tidak kembali terjadi.

32 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
4. Temuan Sub-Aksi Percepatan Sistem Provinsi Riau, dan Provinsi Sulawesi Utara
Merit (Unit: Badan Kepegawaian dalam kategori kurang memadai.
Daerah) Seperti dapat dilihat dari tabel dibawah
Hasil pemantauan proses percepatan ini, pada dimensi kelembagaan, Sumber
sisitem merit di Sembilan wilayah secara daya manusia dan anggaran, serta dimensi
umum menunjukkan berada dalam akuntabilitas termasuk dalam kategori
kategori memadai sebagaimana yang memadai. Mayoritas dari Sembilan wilayah
ditunjukkan melalui tabel 10 dibawah ini. tersebut telah melaksanakan percepatan
Dari Sembilan wilayah yang dipantau, Kota system merit dengan baik. Hanya di Kota
Banda Aceh, Kota Pontianak, Kota Yogyakarta dan Provinsi Kalimantar Timur
Gorontalo, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang kurang memadai. Hal ini dikarenakan
dan Provinsi Jawa Timur berada dalam kota Yogyakarta, baru tahap perencanaan
kategori memadai. Sementara di Kota dalam proses implementasi sistem merit.
Yogyakarta, Provinsi Kalimantan Timur, Sementara di Provinsi Kalimantan Timur,

Tabel 10. Temuan Sub Aksi Percepatan Merit Sistem

Dimensi
Rerata
Wilayah
Skor Sumber Daya Mitigasi
Kelemba- Akunta- Pelibatan
Manusia & Risiko
gaan bilitas Masyarakat
Anggaran Korupsi

Banda Aceh Memadai

Pontianak Memadai

Gorontalo Memadai

Kurang
Yogyakarta
Memadai

Provinsi Nusa
Memadai
Tenggara Timur

Provinsi
Kurang
Kalimantan
memadai
Timur

Kurang
Provinsi Riau
memadai

Provinsi Jawa
Memadai
Timur

Provinsi Kurang
Sulawesi Utara memadai

33
meskipun secara implementasi sudah favoritisme, dan stereotip negatif. Sistem
berjalan, namun keputusan-keputusan tersebut diharapkan dapat membuka
dalam JPT terkadang berbeda dengan hasil peluang yang sama bagi ASN laki-laki dan
akhir. perempuan di birokrasi.
Pada dimensi mitigasi risiko dan Pada sistem merit, peneliti menemukan
pelibatan masyarakat, masuk dalam beberapa temuan khusus diantaranya:
kategori kurang memadai. Dalam proses 1. Mitigasi risiko korupsi sudah
pelaksanaan aksi PK, pemerintah daerah dilakukan. Secara umum, di 9 wilayah
belum mendorong fungsi masyarakat sipil yang dipantau, sudah memiliki upaya
sebagai pihak terkait. Padahal sesuai untuk mencegah terjadinya praktik
dengan amanat Perpres No 54 tahun 2018, korupsi pada aksi sistem merit. Namun
masyarakat sipil sebagai pihak terkait wajib demikian, praktik nepotisme masih sulit
dilibatkan mulai dari proses perencanaan, dihindari dikalangan pegawai. Untuk itu
pelaksanaan hingga pemantauan aksi-aksi BKP-SDM di kota Pontianak
stranas PK. mengatasinya dengan cara melakukan
Sistem merit merupakan sebuah assessment berdasarkan kemampuan
pendekatan yang mengedepankan pegawai, menggunakan aplikasi untuk
kapasitas dan kualifikasi ASN untuk mengatasi kecurangan. Mitigasi risiko
menempati jabatan tertentu. Salah satu juga dilakukan dengan penandatanganan
komponen yang paling jelas adalah pakta integritas bagi pegawai yang baru
mengadakan seleksi jabatan terbuka. Tim saja di tugaskan.
peneliti menemukan bahwa seluruh 2. Rendahnya partisipasi perempuan
wilayah telah menerapkan seleksi Jabatan dan golongan disabilitas dalam
Pimpinan Tinggi (JPT). Regulasi penerapan jabatan publik. Sistem merit nyata
sistem merit mulai berlaku, ditambah masih mengabaikan persoalan nyata
dengan peta jalan kepegawaian. Hanya saja bagi ASN perempuan. Data Badan
sempat menjadi tertunda karena datang Kepegawaian Negara (BKN) 2011-2012
isu penghapusan eselon III dan IV. dan 2014-2016 yang diolah oleh lembaga
Aspek lain yang menjadi penghambat riset Cakra Wikara Indonesia
percepatan sistem merit salah satunya menunjukkan bahwa jumlah ASN
bersumber dari dinamika regulasi antara perempuan yang menduduki jabatan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, eselon jauh lebih sedikit dibandingkan
terutama dari Kemendagri dan PNS laki-laki dimana pada eselon (1-5)
KemenpanRB. Namun banyak hanya mencapai 22,38 persen pada
mendapatkan pendampingan melalui periode 2011-2012 dan hanya meningkat
program Sipintar dari Komisi Aparatur Sipil menjadi 23,48 persen pada periode
Negara (KASN). 2015-2016.12 Walaupun studi tersebut
Dalam konteks kesetaraan partisipasi dilakukan pada tingkat Kementerian,
laki-laki dan perempuan, Pemerintah telah hasil pemantauan juga menemukan
berupaya untuk mengatasi ketimpangan secara tidak langsung bahwa di tingkat
tersebut lewat sistem meritokrasi yang Pemerintah Daerah, memiliki
diregulasi Undang-Undang Nomor 5 Tahun kecenderungan yang sama. Tim peneliti
2014 mengenai Aparatur Sipil Negara (UU menilai bahwa situasi ini disebabkan
ASN). UU ini menerapkan sistem meritokrasi masih mengakar kuatnya paradigma
dalam perekrutan, pola karier, dan relasi
kerja dalam birokrasi, untuk mengikis
12 Dapat diakses di: https://cakrawikara.id/2019/02/
distorsi seperti senioritas, diskriminasi, ksixchange-8-menimbang-afirmasi-vs-sistem-merit-
di-birokrasi-34-kementerian/

34 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
patriarki yang cenderung menempatkan kepala pemerintahan.
perempuan di bawah kekuasaan laki- 3. Jual-beli jabatan masih berisiko
laki di kalangan ASN. Perempuan tinggi. Intervensi politik di dalam proses
diposisikan sebagai pihak yang tidak pemilihan jabatan publik merupakan
memiliki otonomi dan kemandirian di sesuatu yang perlu disikapi secara
semua bidang, termasuk dalam jabatan serius. Praktik jual beli jabatan di
publik. Kelindan antara tradisi-budaya birokrasi sebenarnya sudah diantisipasi
dan penafsiran agama di semua daerah melalui regulasi yang ada yakni UU No. 5
yang dipantau inilah yang tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
memungkinkan patriarkisme langgeng. Negara (ASN) dan PP No. 11 tahun 2017
Di beberapa Kabupaten di Sulawesi tentang Manajemen PNS. Aturan-aturan
Utara hingga Nusa Tenggara Timur, tersebut telah mengamanatkan bahwa
ketentuan adat yang tidak manajemen PNS harus berdasarkan
memperbolehkan perempuan sistem merit yang profesional, terbuka,
menduduki jabatan publik juga secar dan kompetitif, sehingga diharapkan
nyata melanggar prinsip meritokrasi. akan didapatkan aparatur yang
Hambatan stereotip gender lain juga berintegritas, profesional, dan melayani
termanifestasi dalam kepercayaan masyarakat. Pelaksanaan manajemen
masyarakat yang tidak percaya dengan PNS melalui sistem merit pun telah
pemimpin perempuan karena dianggap diawali melalui seleksi terbuka pada
terlalu emosional. Selain itu, institusi pengisian jabatan pimpinan tinggi
publik pada umumnya tidak benar- (Eselon I dan II) yang selalu diawasi oleh
benar memiliki komitmen penuh pada Komisi ASN dalam setiap rangkaian
pemberdayaan perempuan. Misalnya, prosesnya. Tim peneliti menemukan
dalam hal pengajuan calon Kepala Dinas transaksi jabatan masih dilakukan,
hingga Lurah kerapkali hanya dilakukan misalnya dari Kepala Daerah terpilih
demi memenuhi persyaratan kuota kepada anggota dari tim suksesnya atau
seleksi saja. Di seluruh wilayah yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada
dipantau, ditemukan kurang ada orang dengan garis saudara yang sama
langkah berarti yang menunjukkan atau satu keluarga. Kondisi ini tentu
komitmen panitia seleksi pada menciderai prinsip-prinsip dan nilai dari
pemberdayaan perempuan dalam sistem merit itu sendiri. Temuan
jabatan publik, bahkan walaupun Kepala menemukan bahwa penegakan aturan/
Daerahnya adalah seorang perempuan. regulasi yang ada kalah oleh kepentingan
Asumsi ini tentu berkaitan dengan politik yang lebih dominan menguasai
keterbatasan perempuan dalam kapital, birokrasi.
baik finansial maupun sosial. 4. Minimnya assessment center. Pusat
Dari sembilan wilayah yang di pantau, penilaian jabatan ini merupakan fasilitas
hanya kota Banda Aceh yang sudah pendukung utama di dalam proses
melibatkan golongan disabilitas dalam seleksi JPT. Hasil pemantauan
sistem merit. Hal ini dibuktikan dengan menunjukkan bahwa mayoritas
perekrutan golongan disabilitas dengan Pemerintah Daerah yang dikunjungi
derajat dua untuk mengisi jabatan belum memiliki pusat penilaian mandiri
rekam medik dan advis planning. ini. Situasi ini dapat berdampak besar
Sementara di kota Gorontalo, struktur pada validitas proses seleksi. Tak jarang,
adat dan budaya sangat mempengaruhi di Badan Kepegawaian Daerah tingkat
partisipasi perempuan untuk menjadi Kota atau Kabupaten, harus meminjam

35
penilai (asesor) dari Pemerintah Provinsi Utara yang dinobatkan sebagai salah
atau bahkan dari luar kota. Ketiadaan satu daerah dengan tingkat netralitas
tim penguji yang independen juga dapat ASN terburuk, telah mendorong
meningkatkan risiko transaksi jabatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
semakin besar. untuk menyusun pedoman tentang
Namun demikian di kota Yogyakarta konflik kepentingan bagi para jajarannya.
sudah menerapkan mekanisme Pedoman tersebut juga termasuk
asessment pegawai dan talent pool membahas etika dalam menggunakan
untuk mengetahui tingkat kompetensi media sosial di kalangan ASN yang saat
pegawai di OPD. Program talent pool ini ini merupakan sarana primer dalam
nantinya dapat menjadi database dukung-mendukung calon. Sehingga
kompetensi pegawai pemerintah Kota penting bagi Setnas PK (dan juga
Yogyakarta. Selain itu, untuk mengukur Korsupgah KPK) untuk terus menagih
kinerja baik ASN maupun tenaga implementasi sistem merit melalui
kontrak, di Kota Banda Aceh dilakukan penyusunan dokumen pedoman konflik
melalui aplikasi e-Disiplin. kepentingan dan kemudian menegakkan
etik secara serius di level daerah.
Selain temuan utama diatas, tim peneliti 4. Pelibatan Inspektorat dan PPK dalam
juga menemukan lima praktik baik yang seleksi JPT. Kedua organ ini memiliki
sudah dilakukan dalam percepatan sistem kecakapan terkait penelusuran rekam
merit diantaranya: jejak dari para kandidat. Pemerintah
1. Dilakukannya peningkatan kapasitas Provinsi Nusa Tenggara Timur telah
di level Kepala Desa (Lurah). Di Kota melaksanakan inisiatif untuk melibatkan
Gorontalo, sebagai upaya peningkatan Inspektorat dan PPK dalam peninjauan
kualitas sumber daya bagi aparatur kandidat. Hasil penelusuran tersebut
negara di level Desa. Pemkot Kota dirangkum dalam sebuah nota
Gorontalo melakukan pengingkatan rekomendasi yang kemudian dapat
kapasitas di level Kepala Desa (Lurah). menjadi pertimbangan bagi tim seleksi.
Peningkatan kapasitas ini meliputi 5. Uji publik. Dalam proses seleksi, Badan
Konten SDM, Pelayanan Publik, Kepegawaian Daerah (BKD) di masing-
Pemerintahan, dan Antikorupsi. masing wilayah telah membuka kanal
2. Sudah adanya mekanisme kontrol pengaduan masyarakat terkait rekam
internal dan eksternal bagi pelaksana jejak calon yang mengikuti JPT sebagai
aksi stranas PK. Mayoritas dari bahan pertimbangan Panitia Seleksi.
Sembilan wilayah yang dipantau, sudah Selain itu, BKD juga telah melibatkan
terdapat mekanisme kontrol eksternal tokoh-tokoh masyarakat untuk menjadi
maupun dari internal. Mekanisme anggota Pansel yang secara khusus
kontrol ini dilakukan melalui rapat melihat dari sisi integritas calon.
internal mingguan maupun rapat Keterbukaan yang sudah dilakukan oleh
bulanan yang mellibatkan kepala Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
daerah. Timur, sebagai contoh, dapat
3. Pedoman konflik kepentingan. meningkatkan pengawasan dari
Menanggapi isu ASN yang ikut dan aktif masyarakat terhadap para kandidat
terlibat dalam kampanye-kampanye sehingga proses seleksi dapat berjalan
calon pejabat menimbulkan lebih kompetitif dan menghindari risiko
kekhawatiran serius. Provinsi Sulawesi jual-beli jabatan.

36 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
BAB IV
PENUTUP

pelaksana sudah mulai menyesuaikan


dengan aturan terbaru. Namun
komitmen politik tentu bukan hanya
dilihat dari ada atau tidaknya regulasi,
A. Kesimpulan namun dari pelaksanaan regulasi
Temuan-temuan yang dihasilkan dari tersebut. Para pemimpin unit pelaksana
laporan ini menyimpulkan bahwa secara atau atasannya, belum banyak
umum kapasitas dari masing-masing unit berinisiatif mengeluarkan instruksi yang
pelaksana di empat sub-aksi Stranas PK diperlukan tentang bagaimana unit
berada dalam kategori kurang memadai. pelaksana seharusnya menerapkan
Pemantauan ini menemukan bahwa langkah-langkah antikorupsi atau
diperlukan upaya-upaya penguatan yang bagaimana unit mempersiapkan
komprehensif dari masing-masing kelima infrastruktur pendukung.
dimensi yang diukur terutama pada 2. Sumber Daya Manusia dan Anggaran
dimensi Akuntabilitas, Mitigasi Risiko Perkiraan biaya dan alokasi sumber
Korupsi dan Pelibatan Masyarakat. daya keuangan, manusia dan
kelembagaan untuk pendekatan
1. Kelembagaan antikorupsi merupakan tantangan
Pemantauan menemukan bahwa aspek besar. Banyak sumber daya telah
kelembagaan seperti kepatuhan diinvestasikan untuk melaksanakan aksi
regulasi sudah ditemukan cukup pencegahan korupsi daerah, namun
progresif. Di banyak daerah, unit-unit pemantauan menemukan situasi ini

37
tidak diikuti dukungan finansial dan B. Saran dan Masukan
teknis untuk fase implementasi. Dari berbagai temuan dan kesimpulan
Sementara disisi lain, banyak dari unit yang didapat tersebut, tim peneliti
pelaksana dibiarkan membiayai sendiri. merumuskan strategi-strategi umum agar
3. Akuntabilitas dilaksanakan oleh para pemangku
Peninjauan terhadap dimensi kepentingan yaitu:
akuntabilitas menemukan bahwa 1. Kepada Pemerintah Pusat, untuk
mekanisme ini masih dijalankan secara meninjau ulang, melakukan sinkronisasi,
parsial. Mayoritas wilayah yang dipantau dan penguatan koordinasi di dalam
kurang memaknai bahwa keterbukaan, penerbitan regulasi-regulasi pendukung
partisipasi yang inklusif, serta dari Stranas PK. Pemerintah Pusat perlu
mekanisme evaluasi yang simultan konsisten dan mengambil langkah
merupakan proses yang penting. serius dalam meninjau tumpang tindih
Akuntabilitas kurang lebih hanya dilihat aturan, baik seputar pengadaan publik,
sebagai kepatuhan memenuhi capaian- perizinan, kebijakan satu peta, dan
capaian target saja. sistem merit yang sangat berdampak
4. Mitigasi Risiko Korupsi bagi pelaksanaan aksi pencegahan
Peran dan tanggung jawab dalam korupsi di daerah. Pemerintah Pusat
menyiapkan infrastruktur dalam perlu melakukan upaya yang sinergis
menjalankan aksi pencegahan korupsi dalam pembuatan kebijakan, sehingga
daerah masih lemah. Di semua lima tidak menimbulkan kesimpangsiuran
wilayah pemantauan, ditemukan dalam penerapan kebijakan diantara
minimnya komimen dari masing-masing para pemangku kepentingan daerah di
unit pelaksana dalam membangun masa depan.
kultur antikorupsi melalu kebijakan, 2. Kepada Tim Nasional Pencegahan
kode perilaku dan sanksi, hingga Korupsi dan Sekretariat Nasional
peningkatan kapasitas untuk mencegah Pencegahan Korupsi, agar secara
terjadinya korupsi. serius menjalankan fungsi-fungsi
5. Partisipasi Kelompok Masyarakat koordinasi baik dengan Pemerintah
Sipil Pusat maupun Pemerintah Daerah
Hasi pemantauan menemukan bahwa dalam mengakselerasi aksi-aksi
komunikasi terkait Stranas PK sangat pencegahan korupsi. Sekretariat
lemah di hampir semua unit pelaksana Nasional Pencegahan Korupsi perlu
yang dipantau. Selain itu dokumen- merumuskan strategi pemantauan dan
dokumen tidak mudah diakses bagi evaluasi yang berbasis dampak,
masyarakat. Tujuan dan kemajuan membuka dokumen-dokumen aksi
strategi antikorupsi di daerah juga tidak pencegahan korupsi seluas-luasnya
dikomunikasikan secara proaktif kepada kepada masyarakat, dan merumuskan
publik sehingga gagal menciptakan model kolaborasi serta komunikasi yang
debat politik yang konstruktif dan efektif dengan kelompok-kelompok
berkelanjutan. Kelompok masyarakat masyarakat sipil di daerah terutama
sipil tidak dilibatkan dalam semua siklus dalam perumusan aksi-aksi pencegahan
aksi pencegahan korupsi daerah, mulai korupsi. Tim ini perlu memperkuat kerja
dari perencanaan, pelaksanaan hingga sama dengan unit Koordinasi dan
evaluasi. Supervisi Pencegahan (Korsupgah) dari
Komisi Pemberantasan Korupsi, dimana
Setnas PK sebagai perpanjangan tangan

38 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
dari Timnas PK, dapat menjadi pelopor sipil dapat secara progresif melibatkan
dalam memecahkan kebuntuan berbagai simpul-simpul sosial-budaya
(debottleknecking) yang dihadapi oleh masyarakat, seperti kelompok agama,
banyak pihak, terutama Pemerintah kelompok perempuan, kelompok anak
Daerah dan kelompok masyarakat sipil. muda, dan kelompok-kelompok
3. Kepada Pemerintah Daerah, agar strategis lainnya. Guna semakin
memastikan hadirnya komitmen politik memperbesar jaringan-jaringan
dan menjamin independensi dalam pendukung antikorupsi di daerah,
pelaksanaan aksi-aksi pencegahan kelompok masyarakat sipil perlu
korupsi yang dilakukan oleh unit-unit meningkatkan pengetahuan, kapasitas
pelaksana. Pemerintah Daerah perlu dan kerja advokasi seputar Stranas PK.
berkoordinasi secara serius, baik dengan
Pemerintah Pusat dan Sekretariat C. Rekomendasi Kebijakan
Nasional Pencegahan Korupsi dalam Laporan pemantauan ini menemukan
merumuskan regulasi-regulasi yang bahwa terdapat praktik-praktik baik yang
komprehensif dan tidak saling tumpang sudah mulai dilaksanakan oleh berbagai
tindih. Pemerintah-Pemerintah Daerah unit-unit pelaksana. Tim peneliti
perlu saling berinisiatif untuk bertukar merekomendasikan empat strategi:
pengalaman, praktik baik, serta solusi 1. Membenahi kapasitas unit-unit
terhadap tantangan dalam pelaksanaan pelaksana. Agenda penguatan
Stranas PK. Pemerintah Daerah juga kapasitas di unit-unit pelaksana tersebut
perlu membuka akses keterlibatan menurut tim peneliti harus menjadi
masyarakat yang seluas-luasnya dalam prioritas pembenahan di masa depan.
seluruh siklus kebijakan antikorupsi. Masing-masing unit yakni UKPBJ, DPM-
4. Kepada Kelompok Bisnis, untuk PTSP, Dinas Perkebunan/Kehutanan,
berpartisipasi dalam mendukung dan Badan Kepegawaian Daerah perlu
pelaksanaan Stranas PK di daerah diperkuat dari aspek kelembagaan,
dengan menjadi agen-agen antikorupsi sumber daya manusia dan anggaran,
yang proaktif. Jaringan-jaringan akuntabilitas, mitigasi risiko korupsi,
kelompok bisnis melalui Asosiasi, membuka ruang pelibatan masyarakat.
Konsorsium, serta UMKM perlu terlibat Sesuai dengan temuan pemantauan,
aktif dalam seluruh siklus perumusan fokus pembenahan harus diinvestasikan
aksi-aksi pencegahan korupsi. pada dimensi akuntabilitas, mitigasi
Kelompok-kelompok bisnis secara risiko korupsi, dan pelibatan masyarakat.
kolektif perlu mendeklarasikan 2. Memperkuat komitmen politik lokal.
komitmen antikorupsi dan memperkuat Selain penguatan kapasitas institusi,
mekanisme antikorupsi di lingkup keberhasilan dari strategi antikorupsi
internal masing-masing korporasi. nasional, seperti Stranas PK di Indonesia,
5. Kepada Kelompok Masyarakat Sipil, sangat bergantung pada komitmen
agar terlibat aktif dalam mendorong bersama dari berbagai pemangku
akuntabilitas dan transparansi terhadap kepentingan. Pengalaman dari berbagai
pelaksanaan Stranas PK di masing- negara mengajarkan bahwa sumber
masing daerah melalui berbagai utama dari gagalnya strategi ini datang
instrumen, mulai dari penelitian, dari situasi dimana aktor politik dan
pemantauan, hingga memperkuat aktor ekonomi justru terus
konsolidasi diantara sesama kelompok memanfaatkan kondisi negara yang
masyarakat sipil. Kelompok masyarakat korup. Tim peneliti mendorong para

39
Kepala Daerah menaruh keseriusan mengenai Stranas PK, potensi korupsi di
dalam pembenahan unit-unit pelaksana sektor pengadaan publik, serta
terkait dan memberikan komitmen yang meningkatkan integritas kelompok
besar melalui dukunga regulasi-regulasi bisnis. Sementara di DPM-PTSP, tim
pendukung. peneliti mendesak agar NSPK (Norma,
3. Memastikan inklusivitas dan Standar, Prosedur, dan Kriteria) dari
memperluas keterlibatan publik. Tim proses perizinan segera dapat
peneliti mendorong agar Timnas PK diterbitkan sehingga tidak terjadi
bersama Setnas PK memastikan ketidakpastian, mendorong peran yang
partisipasi yang layak dari berbagai lebih optimal dari Pokja Pengawasan
pihak terutama masyarakat pada saat Penanaman Modal bekerjasama dengan
merumuskan aksi pencegahan korupsi LKPM, memberikan pertimbangan
untuk tahun 2021-2022. Pemantauan ini khusus bahkan diskresi terhadap Surat
menemukan bahwa peran masyarakat Pemenuhan Komitmen terutama IMB
semakin krusial, dan melibatkan mereka sehingga pengusaha-pengusaha skala
sejak tahap awal merupakan kunci kecil dapat tetap memulai usahanya,
efektivitas dari kebijakan nasional serta secara teknis memunculkan fitur
antikorupsi. Berbagai dokumen- di aplikasi OSS dimana terdapat
dokumen pendukung selama fase dashboard bagi calon pengusaha
perumusan aksi, harus dapat diakses melakukan simulasi proses perizinan
masyarakat dengan mudah. Selain sebelum mendaftar. Bagi Dinas
dalam tahap perencanaan, partisipasi Perkebunan/Kehutanan, temuan-
dari masyarakat dalam memantau temuan ini mendorong agar membenahi
pelaksanaan Stranas PK juga sangat proses tumpang tindih izin dari berbagai
relevan karena pencegahan korupsi periode secara cepat, serta membangun
membutuhkan keterlibatan banyak model komunikasi yang lebih baik
pihak. Tim peneliti mendorong berbagai dengan BIG. Terakhir, bagi Badan
pihak untuk melibatkan masyarakat di Kepegawaian Daerah agar menaruh
dalam seluruh siklus kebijakan, terutama fokus utama pada pembangunan
dalam prsoes pengawasan dan evaluasi infrastruktur assessment center sehingga
aksi pencegahan korupsi. Kelompok dapat melaksanakan proses seleksi
masyarakat sipil di tingkat daerah perlu secara layak, memberikan peningkatan
menjadi aktor utama dalam kapasitas secara serius kepada calon-
mengakselerasi aksi-aksi pencegahan calon lurah, merespon cepat kekosongan
korupsi. jabatan melalui proses talent pool dan
4. Mempercepat pelaksanaan Stranas talent management, serta merumuskan
PK di 4 sub-aksi. Tim peneliti mekanisme-mekanisme yang
merekomendasikan bahwa di dalam dibutuhkan agar indepedensi dan
unit UKBPJ, peran asosiasi dan Komite keragaman dari panitia seleksi JPT tetap
Advokasi Daerah perlu lebih terjaga.
dioptimalkan dalam sosialisasi

40 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Pasanen, T., and Shaxson, L. (2016). How to design a monitoring and evaluation framework for
a policy research project. A Methods Lab publication. London: Overseas Development
Institute.
Mackay, K. (2007). How to Build M&E Systems to Support Better Government. World Bank,
Washington, DC
Higher Education Innovation Fund at the University of Oxford. (2014). A step by step guide to
Monitoring and Evaluation. https://www.geog.ox.ac.uk/research/technologies/projects/
mesc/guide-to-monitoring-and-evaluation-v1-march2014.pdf

Jurnal Artikel
Persson, Rothstein, Teorell. (2010). The Failure of Anti-Corruption Policies: A Theoretical
Mischaracterization of the Problem. https://www.qog.pol.gu.se/
digitalAssets/1350/1350163_2010_19_persson_rothstein_teorell.pdf
Victoria, Arthur. (2019). Anti-Corruption Strategies and Interventions. https://www.researchgate.
net/publication/336025521_Anti_Corruption_Strategies_and_Interventions
Waziri-Azi, Fatima. (2017). An Evaluation of the Nigerian Anti-Corruption Strategy. Vol. 5 No. 5,
2017
https://www.idpublications.org/wp-content/uploads/2017/09/Full-Paper-AN-EVALUATION-OF-
THE-NIGERIAN-NATIONAL-ANTI-CORRUPTION-STRATEGY.pdf
Prakoso & Setyaningati. (2018). Law Protection for Procurement Officers: Legal Protection
against the Procurement Instrument of Goods and Services. https://iopscience.iop.org/
article/10.1088/1755-1315/175/1/012128/pdf
Matei, Ani and Matei, Lucica (2010): Assessing the Anti-Corruption Strategies: Theoretical and
Empirical Models. Published in: Journal of Management and Strategy, Vol. 2, No. 1/2011 (15
March 2011): pp. 23-40. https://mpra.ub.uni-muenchen.de/30035/
U4 brief. (2008). Anti-corruption policy making in practice: Implications for implementing
UNCAC. https://www.u4.no/publications/anti-corruption-policy-making-in-practice-
implications-for-implementing-uncac/
U4 brief. (2007). Anti-corruption policy making in practice: What can be learned for implementing
Article 5 of UNCAC? https://www.u4.no/publications/anti-corruption-policy-making-in-
practice-what-can-be-learned-for-implementing-article-5-of-uncac
U4 brief. (2012). Theories of change in anti-corruption work: A tool for programme design and
evaluation. https://www.u4.no/publications/theories-of-change-in-anti-corruption-work-a-
tool-for-programme-design-and-evaluation/

Laporan
National Anti-Corruption Strategies: A Practical Guide for Development and Implementation
(UNODC, 2015) https://www.unodc.org/documents/corruption/Publications/2015/
National_Anti-Corruption_Strategies_-_A_Practical_Guide_for_Development_and_
Implementation_E.pdf

41
Hanna, R., Bishop, S., Nadel, S., Scheffler, G, Durlacher, K. (2011) The effectiveness of anti-
corruption policy: what has worked, what hasn’t, and what we don’t know–a systematic
review. Technical report. London: EPPI-Centre, Social Science Research Unit, Institute of
Education, University of London. https://assets.publishing.service.gov.uk/
media/57a08ab8e5274a27b2000719/Anti_corruption_2011Hanna.pdf
Norton Rose Fulbright. (2017). Research comparing 41 national anti-corruption strategies.
https://curbingcorruption.com/wp-content/uploads/2018/07/Pyman-et-al-2017-Research-
comparing-41-national-anti-corruption-strategies.pdf
UNDP. (2015). A Users’ Guide to Measuring Corruption and Anti-corruption. https://www.undp.
org/content/undp/en/home/librarypage/democratic-governance/anti-corruption/user-s-
guide---measuring-corruption-and-anticorruption.html
Eastern Partnership-Council of Europe. (2015). Designing and Implemeting Anti-Corruption
Policies. https://rm.coe.int/16806d8ad7
United Kingdom Anti-Corruption Strategy 2017-2022 (UK HM Government, 2017) https://www.
gov.uk/government/publications/uk-anti-corruption-strategy-2017-to-2022
Istanbul Anti-Corruption Plan: Methodology for the 4th monitoring round (OECD, 2017) http://
www.oecd.org/corruption/acn/OECD-ACN-4th-Round-Monitoring-Methodology-
Amendments-2017-ENG.pdf
Istanbul Anti-Corruption Plan: Manual for Monitoring Experts (OECD, 2014) http://www.oecd.
org/corruption/acn/IAP-Manual-Monitoring-Experts-EN.pdf
Istanbul Anti-Corruption Plan: How to Conduct Monitoring by Civil Society (OECD, 2014) http://
www.oecd.org/corruption/acn/ACN-Civil-Society-Monitoring-Practical-Guide-ENG.pdf
Laporan Stranas PK Semester I (Setnas PK, 2019) https://stranaspk.kpk.go.id/id/publikasi/
laporan-stranas-pencegahan-korupsi-semester-i-2019
Laporan Monitoring dan Evaluasi Stranas PK (TI Indonesia, 2019) https://ti.or.id/pemerintah-
harus-melibatkan-masyarakat-sipil-dalam-pencegahan-korupsi/
Kertas Kerja Stranas PK (TI Indonesia, 2018) https://ti.or.id/wp-content/uploads/2018/10/
kertas_kerja_stranasPK_-TII.pdf
Afirmasi vs Sistem Merit pada Birokrasi di Indonesia (Cakra Wikara Indonesia, 2019) https://
cakrawikara.id/wp-content/uploads/2019/02/Paparan-CWI_Diskusi-KSIxChange-22-
Februari-2019._edpptx.pdf

Instrumen Antikorupsi dan Regulasi Nasional


United Nations Convention Against Corruption. https://www.unodc.org/documents/brussels/
UN_Convention_Against_Corruption.pdf
The Kuala Lumpur Statement (TI Malaysia, 2017) https://transparency.am/en/statements/
view/314
Marrakech Declaration
https://www.unodc.org/documents/treaties/UNCAC/COSP/session4/V1186630e.pdf
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara https://jdih.bssn.go.id/
arsip-hukum/uu-nomor-5-tahun-2014-tentang-asn
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi https://
setkab.go.id/wp-content/uploads/2018/07/0440Perpres_Nomor_54_Tahun_2018.pdf
Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta
Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000 https://jdih.big.go.id/hukumjdih/8180
Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan/ Jasa Pemerintah
https://jdih.lkpp.go.id/regulation/1001/peraturan-presiden-nomor-16-tahun-2018

42 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
Peraturan Presiden No. 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha https://
peraturan.bpk.go.id/Home/Details/73180/perpres-no-91-tahun-2017
Peraturan Menteri Pertanian 26 tahun 2007 tentang Pedoman Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan-26-07.pdf
Peraturan Menteri Pertanian No. 45 tahun 2019 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik di Bidang Pertanian https://simrek.ditjenpkh.pertanian.go.
id/fileinfo/Regulasi-15-Permentan452019.pdf
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2018/pp24-2018bt.pdf

43
LAMPIRAN
A. Daftar Informan

No Kota Posisi/Jabatan Lembaga


1 Kota Yogyakarta Auditor Inspektorat Kota Yogyakarta
2 Staf Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan
Kawasan Permukiman (DPUPKP)
3 Kepala Sub Bagian Umum Dinas Penanaman Modal dan Perizinan
dan Kepegawaian DPMP Kota Yogyakarta
4 Kepala Asisten Perekonomian/Pimpinan UKPBJ
5 Kepala Bidang Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
Pengembangan Aparatur Pelatihan (BKPP)
6 Staf Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta
7 Direktur Ide dan Analitika Indonesia (IDEA)
Yogyakarta
8 Pegiat Perempuan Indonesaia Antikorupsi (PIA)
Yogyakarta
9 Staf Indonesia Court Monitoring (ICM) Yogyakarta
10 Staf Pusat Studi Antikorupsi (PUKATUGM)
Yogyakarta
11 Staf Institute for Research and Empowerment
(IRE) Yogyakarta
12 Jurnalis Kompas
13 Jurnalis Gatra
14 Jurnalis Harian Jogja
15 Kota Banda Aceh Pengelola Data Layanan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Banda Aceh
Pengadaan Barang dan
Jasa
16 Anggota BPC Gabungan Pelaksana Konstruksi
Nasional Indonesia (GAPENSI) Kota Banda
Aceh
17 Sekretaris Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BKPSDM)
18 Kepala Bidang Penanaman Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Modal Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
19 Irban Wilayah I Inspektorat Kota Banda Aceh
20 Kabag Organisasi Sekretariat Daerah Kota Banda Aceh
21 Pengusaha
22 Presidium Nasional Koalisi perempuan Indonesia
23 Staf Masyarakat Transparansi Aceh (MATA)
24 Staf Sekolah Antikorupsi Aceh (SAKA)
25 Staf Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh
26 Pegiat Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK) Aceh
27 Staf Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda
Aceh

44 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
No Kota Posisi/Jabatan Lembaga
28 Kota Gorontalo Kasubag Layanan Unit Kerja Pengadaan Barang dan/ Jasa
Pengadaan (UKPBJ)
29 Kabid. Pelayanan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan dan Non Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Perizinan
30 Kabid. Pengembangan, Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pengendalian dan Diklat Pelatihan (BKPP)
ASN
31 Pemilik Pengusaha Bengkel
32 Pemimpin Redaksi Gorontalo Post
33 Pelaku Usaha Rekanan
34 Direktur SAKSI Gorontalo
35 Pengajar Universitas Negeri Gorontalo
36 Konsultan Bisnis Lembaga Pengembangan Bisnis Gorontalo
Unggul
37 Pegiat Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK)
Gorontalo
38 Lurah Lurah Desa Dembe
39 Kota Pontianak Kasub. Pembinaan dan Unit Kerja Pengadaan Barang dan/ Jasa
Advokasi (UKPBJ)
40 Kabid Pelayanan Perizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
41 Kepala Badan Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BKPSDM)
42 Pelaku Jasa Konstruksi
43 Staf AJI Kota Pontianak
44 Staf Pokja Rumah Demokrasi
45 Direktur Lembaga Gemawan Pontianak
46 Staf Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK)
Pontianak
47 Aktivis GMNI
48 Aktivis LKBHMI
49 Jurnalis Pontianak Post
50 Pegiat BHACA Pontianak
51 Jurnalis Tribun Pontianak
52 Provinsi Nusa Kepala Unit Kerja Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tenggara Timur Pengadaan Barang dan/
Jasa
53 Kepala Badan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kepegawaian Daerah
54 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kota Kupang
Pengadaan Barang dan/
Jasa
55 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kota Kupang
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
56 Kepala Badan Pemerintah Kota Kupang
Kepegawaian Daerah

45
No Kota Posisi/Jabatan Lembaga
57 Staf Inspektorat Pemerintah Kota Kupang
58 Ketua dan Staf LSM Bengkel APPeK
59 Ketua dan Staf LBH APIK
60 Ketua dan Staf LSM CIS Timor
61 Dekan Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang
62 Dekan Fakultas Ilmu Universitas Nusa Cendana Kupang
Sosial dan Ilmu Politik
63 Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Nusa Cendana Kupang
64 Dekan Fakultas Hukum Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
65 Dekan Fakultas Ilmu Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
Sosial dan Ilmu Politik
66 Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
67 Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Kupang
68 Dekan Fakultas Ilmu Universitas Muhammadiyah Kupang
Sosial dan Ilmu Politik
69 Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Kupang
70 Dosen Fakultas Hukum/ Universitas Nusa Cendana Kupang
Ketua Pusat Antikorupsi
71 Dosen Fakultas Ilmu Universitas Katolitk Widya Mandira Kupang
Sosial dan Ilmu Politik
72 Ketua AJI Kupang
73 Jurnalis Harapan Pagi Pos Kupang
74 Jurnalis Timor Express NTT
75 Jurnalis Victory News Kupang
76 Jurnalis Fortuna Kupang
77 Provinsi Kepala Unit Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Kalimantan Pengadaan Barang dan/
Timur Jasa
78 Kepala Badan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Kepegawaian Daerah
79 Kepala Badan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Perencanaan
Pembangunan Daerah
80 Kepala Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
81 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kota Samarinda
Pengadaan Barang dan/
Jasa
82 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kota Samarinda
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
83 Ketua Pokja 30
84 Direktur Eksekutif Sentra Program Pemberdayaan dan
Kemitraan Lingkungan (STABIL)

46 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
No Kota Posisi/Jabatan Lembaga
85 Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) Kalimantan Timur
86 Ketua Jaringan Advokasi Tambang (JATAM)
Kalimantan Timur
87 Ketua Forum Masyarakat Anti Korupsi (Formak)
Kalimantan Timur
88 Ketua Forum Masyarakat untuk Transparansi
(Format) Kalimantan Timur
89 Ketua Forum Komunikasi Pembangunan Warga
Balikpapan (FKPWB)
90 Ketua The Nature Conservancancy Daerah
Kalimantan Timur
91 Ketua Naladwipa Institute Samarinda
92 Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Balikpapan
93 Dekan Fakultas Hukum Universitas Kutai
Kartanegara Tenggarong
94 Pengajar Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Samarinda
95 Pengajar Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus
1945 Samarinda
96 Pengajar Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
97 Redaktur Koran Kaltim
98 Redaktur Tribun Kaltim
99 Redaktur Kaltim Post
100 Redaktur Balikpapan Post
101 Redaktur Samarinda Post
102 Provinsi Riau Kepala Unit Kerja Pemerintah Provinsi Riau
Pengadaan Barang dan/
Jasa
103 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kota Pekanbaru
Pengadaan Barang dan/
Jasa
104 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Siak
Pengadaan Barang dan/
Jasa
105 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Pelalawan
Pengadaan Barang dan/
Jasa
106 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Kampar
Pengadaan Barang dan/
Jasa
107 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Provinsi Riau
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
108 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kota Pekanbaru
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu

47
No Kota Posisi/Jabatan Lembaga
109 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Siak
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
110 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Pelalawan
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
111 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Kampar
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
112 Kepala Dinas Perkebunan/ Pemerintah Provinsi Riau
Kehutanan
113 Kepala Dinas Perkebunan/ Pemerintah Kota Pekanbaru
Kehutanan
114 Kepala Dinas Perkebunan/ Pemerintah Kabupaten Siak
Kehutanan
115 Kepala Dinas Perkebunan/ Pemerintah Kabupaten Pelalawan
Kehutanan
116 Kepala Dinas Perkebunan/ Pemerintah Kabupaten Kampar
Kehutanan
117 Kepala Badan Pemerintah Provinsi Riau
Kepegawaian Daerah
118 Kepala Badan Pemerintah Kota Pekanbaru
Kepegawaian Daerah
119 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Siak
Kepegawaian Daerah
120 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Pelalawan
Kepegawaian Daerah
121 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Kampar
Kepegawaian Daerah
122 Pengajar Universitas Islam Riau
123 Ketua Senarai
124 Ketua Grasi
125 Ketua Lembaga Bantuan Hukum Pekanbaru
126 Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru
127 Ketua Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (FITRA) Riau
128 Ketua Suara Perempuan Anti Korupsi (SPAK) Riau
129 Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) Riau
130 Ketua Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau
(Jikalahari)

48 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
No Kota Posisi/Jabatan Lembaga
131 Provinsi Jawa Kepala Unit Kerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Timur Pengadaan Barang dan/
Jasa
132 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kota Surabaya
Pengadaan Barang dan/
Jasa
133 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kota Probolinggo
Pengadaan Barang dan/
Jasa
134 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Gresik
Pengadaan Barang dan/
Jasa
135 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Malang
Pengadaan Barang dan/
Jasa
136 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
137 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kota Surabaya
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
138 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kota Probolinggo
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
139 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Gresik
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
140 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Malang
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
141 Kepala Badan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Kepegawaian Daerah
142 Kepala Badan Pemerintah Kota Surabaya
Kepegawaian Daerah
143 Kepala Badan Pemerintah Kota Probolinggo
Kepegawaian Daerah
144 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Gresik
Kepegawaian Daerah
145 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Malang
Kepegawaian Daerah
146 Peneliti Center for Anti-Corruption and Criminal
Policy Fakultas Hukum Universitas
Airlangga
147 Ketua Pusat Studi Anti Korupsi dan Demokrasi
Universitas Muhammadiyah Surabaya
148 Direktur Lembaga Bantuan Hukum Surabaya
149 Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Jawa Timur
150 Ketua Badan Pekerja KontraS Surabaya

49
No Kota Posisi/Jabatan Lembaga
151 Ketua Suara Perempuan Anti Korupsi (SPAK)
Surabaya
152 Ketua IdFOS Bojonegoro
153 Direktur Bojonegoro Institute
154 Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya
155 Jurnalis/Koresponden Tempo Surabaya
156 Jurnalis/Koresponden Suarabanyuurip
157 Provinsi Sulawesi Kepala Unit Kerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Utara Pengadaan Barang dan/
Jasa
158 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kota Manado
Pengadaan Barang dan/
Jasa
159 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kota Tomohon
Pengadaan Barang dan/
Jasa
160 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Minahasa
Pengadaan Barang dan/
Jasa
161 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara
Pengadaan Barang dan/
Jasa
162 Kepala Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow
Pengadaan Barang dan/
Jasa
163 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
164 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kota Manado
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
165 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kota Tomohon
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
166 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Minahasa
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
167 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
168 Kepala Dinas Penanaman Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow
Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
169 Kepala Badan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
Kepegawaian Daerah

50 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019
No Kota Posisi/Jabatan Lembaga
170 Kepala Badan Pemerintah Kota Manado
Kepegawaian Daerah
171 Kepala Badan Pemerintah Kota Tomohon
Kepegawaian Daerah
172 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Minahasa
Kepegawaian Daerah
173 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara
Kepegawaian Daerah
174 Kepala Badan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow
Kepegawaian Daerah
175 Dekan Fakultas Matematika dan IPA Universitas
Sam Ratulangi
176 Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
177 Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sam Ratulangi
178 Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi
179 Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Manado
180 Pengajar Fakultas Hukum Universitas Negeri Manado
181 Pengajar Fakultas Ilmu Hukum Institut Agama Islam
Negeri Manado
182 Ketua Swara Parangpuan
183 Ketua Suara Nurani
184 Ketua Lembaga Bantuan Hukum Manado
185 Ketua Koalisi Perempuan Cabang Manado
186 Ketua Pegiat Pendidikan Budaya Antikorupsi
Sulawesi Utara
187 Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado
188 Redaktur Manado Post
189 Redaktur Tribun Manado
190 Redaktur Media Sulut
191 Redaktur Sulut Daily

B. Daftar Peninjau

No. Posisi/Jabatan Lembaga


1. Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia
2. Tenaga Ahli Monitoring dan Evaluasi Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi
3. Tim Democratic Governance United Nations Development Program in Indo-
nesia
4 Tim PILAR I Australia-Indonesia Partnership for Justice

51
PENGHARGAAN

Transparency International Indonesia memberikan penghargaan kepada para


pihak atas terselenggaranya proses penilaian pemantauan Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi yang telah dilaksanakan. Terima kasih atas kontribusi, peran,
sumbangan pemikiran serta keahlian kepada:
1. Herda Helmijaya, Koordinator Harian Sekretariat Nasional Pencegahan
Korupsi
2. Lira Redata, Tenaga Ahli Monev Sekretariat Nasional Pencegahan Korupsi
3. Syahril Sangaji, Tenaga Ahli Monev Sekretariat Nasional Pencegahan
Korupsi
4. Franciscus Manurung, Tenaga Ahli Sekretariat Nasional Pencegahan
Korupsi
5. Judhi Kristantini, Senior Manager di AIPJ-2
6. Ajeng Wirdha, Staff di AIPJ-2
7. Herni Nurbayanti, Manager Operational di UNDP
8. Yunety Tarigan, Staff Operational di UNDP
9. Mahmuddin Habibie, Peneliti daerah Kota Banda Aceh
10. Jupri SH MH, Peneliti daerah Kota Gorontalo
11. Sri Haryanti, Peneliti daerah Kota Pontianak
12. Ahmad Haedar, Peneliti daerah Kota Yogyakarta

52 Laporan Pemantauan Mandiri Kelompok Masyarakat Sipil Terhadap


Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai