Anda di halaman 1dari 41

RINGKASAN

BACHTIAR ZULFAN ABDUL MAJID. Teknik Pembesaran Budidaya Ikan


Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Didesa Kandang Semangkon Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Dosen Pembimbing Faisol
Mas’ud, S.Si, M.Si.

Ikan lele dumbo (Clarias Gariepinus) merupakan salah satu komoditas


perikanan yang cukup populer dimasyarakat. Ikan lele dumbo memiliki kelebihan
diantaranya adalah pertumbuhan yang sangat cepat, memiliki kemampuan
adaptasi terhadap beberapa lingkungan, rasanya enak, dan kandungan gizinya
cukup tinggi. Maka tidak heran, apabila minat masyarakat untuk
membudidayakan ikan lele dumbo sangat besar. Tujuan dari Praktek Kerja
Lapangan ini adalah untuk mempelajari, memahami, dan melaksanakan secara
langsung bagaimana teknik pembesaran ikan lele dumbo (Clarias Gariepinus).
Selain itu, juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
dalam teknik pembesaran ikan lele dumbo.

Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Desa Kandang Semangkon


Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur pada tanggal 03 Agustus
sampai tangal 04 September. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja
Lapangan ini adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data meliputi data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara,
partisipan aktif dan studi pustaka.

Teknik pembesaran ikan lele dumbo meliputi persiapan kolam, seleksi


dan penebaran benih, pengamatan kualitas air, pemberian pakan, pengamatan
pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit. Persiapan kolam yang dilakukan
meliputi pengeringan, pengapuran, pemupukan dan pengairan. Pengeringan
dilakukan sekitar 3-7 hari. Pemupukan menggunakan pupuk kandang dengan
kotoran ayam dengan dosis 4kg/m2 dan mikromineral 36 dengan dosis 10gr/m2,
pemupukan biasanya dilakukan dengan cara menaruh kantung-kantung pupuk
disetiap pojok kolam. Pengisian air dilakukan dengan cara mengalirkan air hingga
ketinggian 30 cm, pengisian secara bertahap akan ditambah ketinggiannya
mengikuti pertumbuhan ikan.

Benih ikan lele dumbo yang dipelihara memiliki ukuran yang seragam,
memiliki kelengkapan organ, pergerakan lincah dan sehat. Sebelum ditebar,
dilakukan adaptasi terlebih dahulu terhadap kondisi lingkungan. Benih yang
ditebar berukuran 5-7 cm. Pakan yang diberikan adalah pakan alami dan pakan
buatan. Pakan alami yang diberikan untuk ikan lele yang berukan kecil berupa
pellet yang ukurannya kecil kemudian ditambahkan sedikit air panas supaya
pakan menjadi lebih halus. Pakan diberikan dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu
pagi dan sore. Pakan buatan yang diberikan yaitu berupa cepret (ikan kecil yang
sudah digiling). Pada saat PKL tidak ditemukan serangan penyakit pada ikan lele.

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

laporan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL). Penulis dapat menyelesaikan

laporan Praktek Kerja Lapangan yang judul “Teknik Pembesaran Ikan Lele

Dumbo (Clarias Gariepinus) Didesa Kandang Semangkon Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan.

Dalam menyelesaikan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari

beberapa pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

banyak kepada yang terhormat :

1. Ibu Ir. Endah Sih Prihatini, M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan

Sekaligus.

2. Bapak Faisol Mas’ud, S.Si, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas

Perikanan dan dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan laporan ini.

3. Bapak Fuquh Rahmat Shaleh, S.Pi, M.Si selaku Ketua Prodi

Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan izin dan restu serta

do’a.

5. Semua teman-teman dan semua pihak yang terkait dan ikut membantu

juga memberikan semangat, atas do’a serta pemikiran yang telah

penulis sebutkan.

2
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pemilik usaha budidaya ikan

lele dumbo yang telah membantu menyelesaikan laporan kegiatan kerja lapangan

(PKL) dengan baik sebagai salah satu bagian proses belajar mengajar.

Dalam menyusun proposal ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan dan maka dari itu sangat diharapkan saran dan masukan yang bersifat

membangun demi kesempurnaan proporsal ini.

Demikian laporan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) ini saya susun

semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Lamongan, 03 Agustus 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI
HAL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................2

1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................3

1.3 Kegunaan PKL.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5

2.1 Klasifikasi dan Morfologi.......................................................................6

2.2 Habitat dan Tingkah Laku.......................................................................7

2.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup..................................................8

2.4 Teknik pembesaran ikan lele Dumbo......................................................9

2.4.1 Persiapan Kolam............................................................................10

2.4.2 Penebaran Benih............................................................................11

2.4.3 Pemberian Pakan...........................................................................12

2.4.4 Pengamatan Kualitas air................................................................13

2.4.5 Pengamatan Pertumbuhan.............................................................14

2.4.6 Pengendalian Hama dan Penyakit.................................................15

4
2.4.7 Panen dan Pasca Panen.................................................................16

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN PKL….................................17

3.1. Waktu dan Tempat..................................................................................18

3.2. Metode Pelaksanaan PKL.......................................................................19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................20

4.1. Hasil.........................................................................................................21

4. 2. Pembahasan............................................................................................22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................23

5.1. Kesimpulan..............................................................................................24

5.2. Saran........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai sumber daya alam

yang sangat besar dan sektor perikanan merupakan sektor yang sangat penting,

yaitu sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi nasional dan

meningkatkan devisa bagi Negara (untung wahono,1999).

Luas seluruh wilayah indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km

persegi. Terdiri dari luas daratan1,9 juta km persegi dan 3,1 juta km persegi, luas

lautan (62% dari seluruh wilayah indonesia). Jumlah garis pantainya sekitar

81.000 km dengan kondisi alam dan iklim yang banyak tidak mengalami

perubahan sepanjang tahun, memungkinkan banyak jenis biota ekonomis penting

yang hidup diperairan laut dan tawar. Potensi sumber daya perikanan diperairan

indonesia diperkirakan 6,6 juta ton pertahun. Potensi total tersebut meliputi

sumber daya perikanan. Salah satunya yaitu jenis ikan lele. Komoditas perikanan

yang mempunyai prospek yang cukup cerah dan bernilai ekonomis tinggi baik

dipasar lokal maupun internasional (nanji,1993).

Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan sungai (ikan

yang hidup dimana saja tergantung lingkungannya) yang prospek cukup cerah dan

sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Dengan ciri khas tubuh

memanjang, licin dan tidak bersisik, mempunyai 4 sungut (barbell), bentuk kepala

menggepeng (depress), mempunyai patil dan duri keras yang dapat digunakan

6
untuk mempertahankan diri dan kadang-kadang dapat dipakai untuk berjalan

dipermukaan tanah/pematang. Diatas bagian rongga insang terdapat alat

pernafasan tambahan. Ikan lele merupakan ikan konsumsi dengan harga yang

sangat terjangkau bagi kalangan apa saja, disamping rasa dagingnya yang gurih

dan lezat. Menurut penelitian 15%-18% lemak ; 5%-10% vitamin ; 1,2% mineral

dan dagingnya mengandung kadar gizi yang cukup tinggi (weber dan

debeaufort,1965). Ikan lele dapat dibudidayakan baik dikolam tanah, kolam

terpal, kolam beton maupun kolam fiber. Keberhasilan budidaya didukung oleh

kegiatan pembenihan yang dapat menghasilkan telur dan kualitasnya juga baik,

guna meningkatkan produksi benih lele yang siap tebar.

Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele

dumbo (Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali

didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Ikan lele dumbo adalah salah satu

spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan.

Ikan ini memiliki laju pertumbuhan cepat, mampu beradaptasi terhadap

lingkungan yang kurang baik dan mudah dibudidayakan, selain itu digemari oleh

masyarakat luas karena memiliki citarasa yang enak, gurih, teksturnya empuk dan

memiliki gizi yang cukup tinggi (Agustina et al., 2010).

Permintaan ikan lele dumbo mengalami peningkatan setiap tahun seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk (Soeres, 2011), hal ini menyebabkan

produksi ikan lele juga mengalami peningkatan, sebagai ilustrasi secara nasional

produksi ikan lele pada tahun 2005 sebesar 69.386 ton, naik menjadi 91.735 ton

pada tahun 2007 dan terus meningkat menjadi 273.554 ton pada tahun 2010

7
(DPB, 2010). Dengan demikian, ikan lele dumbo mempunyai peluang bisnis

untuk di budidayakan.

Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian

banyak orang yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan (disuntik) karena

penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat.Pemijahan adalah proses

pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma.

Induk jantan yang siap kawin ditandai dengan alat kelamin berwarna merah,

sedangkan induk betina ditandai dengan sel telur berwarna kuning (jika matang

berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi akan menempel pada sarang dan

dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele yang disebut larva

(Agriminakultura, 2008).

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini antara lain :

1.    Mengetahui dan mengamati kegiatan perawatan ikan lele dumbo dengan

baik dan benar.

2.    Dapat membedakan antara teori dan kenyataan yang ada dilapangan.

3.    Menambah pengalaman dan pengetahuan bagimahasiswa/mahasiswi

tentang pelaksanaan perawatan larva ikan lele dumbo.

4.    Mendidik mahasiswa/mahasiswi agar mempunyai sifat kewirausahaan.

5. Agar Mahasiswa/mahasiswi dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar

atau dunia pekerjaan.

8
1.3 Kegunaan PKL

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini antara

lain :

1.    Meningkatkan ilmu pengetahuan yang lebih selain yang didapatkan

diruangan.

2.    Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan daya

pikir selaku mahasiswa.

3.    Digunakan sebagai pedoman dan informasi dasar dan teknik bagi instansi

lainnya.

4.    Mengetahui segala permasalahan yang terdapat dalam perawatan

ikan lele dumbo.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Lele (Clarias Gariepinus)

Klasifikasi ikan lele berdasarkan Anggoro S (2013) yaitu sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostarophysi

Subordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus.

Gambar 1. Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

Seperti lele pada umumnya, ikan Lele dumbo (Clarias Gariepinus) memiliki

kulit yang licin, berlendir, dan tidak memiliki sisik sama sekali. Jika terkena sinar

matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti mozaik hitam putih.

10
Mulut ikan lele dumbo relatif lebar, yaitu sekitar ¼ dari panjang tubuhnya. Tanda

spesifik lainnya dari lele dumbo adalah kumis disekitar mulut sebanyak 8 buah.

yang berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau mencari makan

(Khairuman dan Amri,2007).

Lele dumbo (Clarias Gariepinus) adalah ikan hasil kawin silang induk betina

Clarias fucus yang berasal dari Taiwan dengan induk jantan Clarias mussambicus

yang berasal dari Afrika (Bachtiar, 2006). Lele dumbo merupakan spesias baru

yang masuk di Indonesia dan pertama kali dikenalkan pada tahun 1984. Ikan lele

dumbo mempunyai pertumbuhanya cepat dan dapat mencapai ukuran besar dalam

waktu yang relatif pendek (Suyanto, 2007).

Badan ikan Lele dumbo berbentuk memanjang dengan kepala pipih bawah

(depresed). Ikan lele dumbo memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu, sirip

punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Selain itu, ikan lele dumbo juga memiliki

dua buah sirip yang berpasangan untuk alat bantu berenang, yaitu sirip dada dan

sirip perut. Ikan lele dumbo mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa

berupa patil terletak di depan sirip dada (Suyanto,2009).

Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2003), Ikan lele dumbo memiliki patil

tidak tajam dan giginya tumpul. Sungut ikan lele dumbo relatif panjang dan

tampak lebih kuat dari pada lele lokal. Kulit dadanya terletak bercak-bercak

kelabu seperti jamur kulit pada manusia (panu). Kepala dan punggungnya

berwarna gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan.

11
Morfologi

Menurut Najiyati (2007), ikan lele dumbo memiliki alat pernapasan tambahan

yang disebut arborescent organ terletak dibagian kepala. Alat pernapasan ini

berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh

kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh

empat pasang sungut, yaitu 1 pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksila

(berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Ingsangnya

berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang.

Morfologi tubuh lele dumbo memanjang,dengan kepala gepeng ataupipih,

batok kepala keras dan meruncing,dengan bagian mulut yang lebar sehingga dapat

menghisap makanan organisme dasar perairan dan makanan buatan, serta dengan

giginya yang tajam dapat menghabiskan bangkai dengan cara mencabik-cabik

(Suhartono,2002).

Lele dumbo mempunyai sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan

sirip dubur, lele dumbo juga mempunyai sirip berpasangan yaitu sirip perut dan

sirip dada.Sirip dada berbentuk bulat agak memanjang dan dilengkapi dengan

sepasang duri yang disebut patil (Khairuman,2005).

Patil lele dumbo tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun, terutama pada

lele yang masih muda. Pada sudut-sudut mulut lele dumbo dapat ditemukan 4

pasang sungut (misai) yang berfungsi sebagai alat peraba dan petunjuk

(Soetomo,2007).

12
2.2 Habitat dan Siklus Hidup Ikan Lele Dumbo

Habitat ikan lele dumbo adalah semua perairan air tawar. Menurut Najiyati

(2007), ikan lele dumbo termasuk ikan air tawar yang menyukai genangan air

yang tidak tenang. Di sungai-sungai, ikan ini lebih banyak dijumpai di tempat-

tempat yang aliran airnya tidak terlalu deras. Kondisi yang ideal bagi hidup ikan

lele dumbo adalah air yang mempunyai pH 6,9-9 dan bersuhu 24-260C. Suhu air

akan mempengaruhi laju pertumbuhan. Laju metabolisme ikan dan nafsu makan

ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Kandungan O 2 yang terlalu tinggi akan

menyebabkan tibulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya.

Sebaliknya penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba dapat mengakibatkan

kematian.

Ikan lele dumbo dapat di temukan pada hampir semua perairan tawar

misalnya danau, genangan air dan rawa, di sungai ikan ini lebih banyak dujumpai

pada tempat-tempat yang aliran airnya tidak terlalu deras. Habitatnya di sungai

dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.

Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat - tempat gelap

(Sitio K, 2017).

Ikan lele dumbo hidup dengan baik di dataran rendah sampai perbukitan yang

tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya

dibawah 20oC, pertumbuhannya sedikit lambat. Didaerah pegunungan dengan

ketinggian di atas 700 meter di atas permukaan air laut, pertumbuhan ikan dumbo

kurang begitu baik (Suyanto, 2009).

13
Ikan lele dumbo mampu bertahan hidup dilingkungan dengan kadar oksigen

yang rendah, namun untuk menunjang agar ikan lele dumbo dapat tumbuh secara

optimal diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup. Kadar

oksigen yang baik untuk menunjang pertumbuhan ikan lele dumbo secara

optimum adalah harus lebih dari 3 ppm. Tinggi rendahnya suhu pH dalam

perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan

perairan tersebut khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme (Arifin, 1991).

Ikan lele memiliki sifat nokturnal yaitu hewan yang lebih aktif beraktivitas

dan mencari makanan di malam hari, sehingga ikan lele menyukai tempat-tempat

yang terlindung atau gelap (Fitria AS, 2012).

2.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup

Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan di definisikan sebagai perubahan

ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu.

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur,

dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan

makanan, dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor

yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika

dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan

kuantitas. Ikan lele dumbo biasanya memiliki kecepatan tumbuh yang lebih besar

dibandingkan ikan lele lokal. Ikan lele dumbo mencapai kedewasaan setelah

ukuran 100 gram atau lebih.

14
Pertumbuhan dari fase awal hidup ikan mula-mula berjalan dengan lambat

untuk sementara tetapi kemudian pertumbuhan berjalan dengan cepat diikuti

dengan pertumbuhan yang lambat lagi pada umur tua. Pada ikan tua, pertumbuhan

berjalan lambat karena sebagian besar makanannya digunakan pemeliharaan

tubuh dan pergerakan (Effendi, 2002). Ikan lele dumbo pada umur 26 hari

memiliki panjang standart rata-rata 2-3 cm dengan bobot 0,004 gram dan umur 40

hari memiliki panjang standart rata-rata 3-5 cm dengan bobot 0,68 gram

(Sunarma, 2004).

Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu

tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi

organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut

(Effendi, 2002). Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang

diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara.

Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele dumbo yang perlu

diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, pemyakit, dan kualitas air.

Meskipun ikan lele dumbo bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat

tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan

kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kualitasnya disesuaikan

dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan

dengan kualitas air, sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan

terserang penyakit dan ikan akan mampu bertahan hidup (Yuniarti, 2006).

15
2.4 Teknik pembesaran Ikan Lele Dumbo

2.4.1 Persiapan kolam

Jenis tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan lele dumbo adalah tanah

berlepung pasir. Jenis tanah ini akan membentuk pematang yang kuat dan

kolamnya subur. Jenis tanah lempung berpasir dapat diketahui dengan cara

menggenggam. Bila tidak pecah dan tidak melekat ditangan maka tanah tersebut

sangat baik untuk lahan budidaya. Ikan lele dumbo bisa diusahakan dengan skala

besar atau skala kecil. Untuk skala kecil, ikan lele dumbo dapat dipelihara

dikolam seluas 20 m2 dengan kedalaman minimal 1 m. Sementara untuk skala

besar, ikan lele dumbo dapat dipelihara dikolam seluas 500-1000 m2 yang

kedalamannya lebih dalam daripada skala kecil (Prihartono dkk, 2007).

Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan dimaksutkan untuk

menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi

benih ikan lele dumbo. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran

ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat juga ditambah pupuk urea 15

gram/m2. TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan

selama 3 hari. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm

dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat

atau kehijauan yang kemudian mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh

sebagai makanan alami ikan lele dumbo. Secara bertahap ketinggian air ditambah,

sebelum benih ikan lele dumbo siap untuk ditebar (DJPB, 2010).

Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m 2 untuk

memberantas hama dan bibit penyakit. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan

16
sekali (bila baunya sudah mulai tidak enak) dengan mengganti semua air kotor

tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam. Kolam yang telah

terjangkit penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan

dosis 200 gram/m2 selama satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata

kedasar kolam, kemudian dibiarkan kering lanjut sampai tanah dasar kolam retak-

retak (Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi, 2000).

2.4.2 Penebaran Benih

Benih yang baru saja dianggkut dari jarak jauh tidak boleh langsung

ditebarkan kekolam, tetapi harus ditampung atau diadaptasikan dahulu kedalam

bak atau kolam khusus yang airnya bersih. Tujuannya agar benih tersebut sehat

dahulu dan kondisi badan lebih baik. Biasanya benih yang menempuh perjalanan

jauh sangat lelah dan mudah stres, ini disebabkan karena selama beberapa jam

benih berada dalam ruangan sempit dan dengan oksigen terbatas. Adapun cara

pengadapsian benih tersebut sebagai berikut, masukkan kantong plastik berisi

kedalam bak atau kolam. Selanjutnya kedalam kantong plastik ditambahkan air

sedikit demi sedikit agar lambat laun suhunya menjadi sama. Setelah itu barulah

benih didalam kantong plastik di tebarkan dalam kolam pembesaran (Prihartono

dkk, 2007)

Bila ada benih yang sakit atau luka, masukkan dalam bak tersendiri berisi

kalium permanganat (PK) 0,1 mg/1 selama 60-90 menit. Atau masukkan dalam

larutan garam 10 g/1 selama 10 menit. Setelah itu benih dipindahkan dalam bak

berisi air bersih sampai luka sembuh. Bila ingin memelihara ikan lele dumbo

17
dalam ukuran yang berbeda, kolam harus disekat. Penyekatan bisa menggunakan

kasa, plastik atau seng (Najiyati, 2007).

Benih ikan lele dumbo untuk pembesaran sebaiknya berukuran 3-5 cm.

Kepadatan dalam usaha budidaya ikan lele dumbo yang intensif, dalam suatu unit

area kolam diusahakan agar dapat dipelihara ikan sebanyak mungkin. Benih ikan

lele dumbo berukuran 5-8 cm dapat ditebarkan dikolam dengan kepadatan 250

ekor/m2 (Suyanto, 2009).

2.4.3 Pemberian pakan

Pakan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan. Oleh karena itu,

pakan yang diberikan harus memenuhi standar nutrisi (gizi) bagi ikan agar

kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhannya sangat cepat. Pakan yang baik

memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat,

vitamin, mineral. Pemberian pakan yang nilaim nutrisinya kurang baik dapat

menurunkan kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhannya lambat (kerdil),

bahkan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan kekurangan gizi

(malnutrition) (Cahyono, 2001).

Ikan lele dumbo termasuk dalam golongan pemakan segala omnivora,

tetapi cenderung pemakan daging karnivora. Selain bersifat karnivorus, ikan lele

juga makan sisa-sisa benda yang membusuk. Ikan lele dapat menyesuaikan diri

untuk memakan pakan buatan (Madinawati, 2011). Ikan lele memakan pakan

alami yaitu cacing sutra dan daphnia (Bambang I, 2014).

Ikan lele dumbo merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan.

Hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan

18
disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar (bongsor) dalam masa

yang singkat, pemberian pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk

meningkatkan laju pertumbuhannya. Harapannya, dalam waktu yang relatif

singkat lele sudah bisa dipanen dan dipasarkan sebagai ikan konsumsi (Arief M,

2015).

Pemberian pakan dimulai sejak hari kedua setelah benih ditebar.

Pemberian pakan sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari, yaitu pagi sekitar pukul

09.00, sore sekitar pukul 17.00-18.00, dan malam hari sekitar pukul 20.00-22.00.

Pakan ikan lele dumbo berupa pakan alami yang paling baik dari jenis

zooplankton dan pakan tambahan berupa pellet yang mengandung protein diatas

20% (Prihartono dkk, 2007).

2.4.4 Pengamatan kualitas Air

Menurut Gustav (1998) dalam Rukmana (2003) kualitas air memegang

peranan penting terutama dalam keadaan budidaya. Penurunan mutu air dapat

mengakibatkan kematian, pertumbuhan terhambat, timbulnya hama penyakit, dan

pengurangan rasio konversi pakan. Faktor yang berhubungan dengan air perlu

diperhatikan antara lain oksigen terlarut, suhu, pH, amoniak, dan lain-lain. Air

yang terbaik bagi perkembangan ikan lele dumbo berasal dari sumur pompa,

sungai, atau irigasi yang tidak tercemari zat-zat kimia. Sebaiknya hindari

menggunakan air PDAM karena menggandung kaporit (Bachtiar, 2006).

Kekurangan oksigen akan tampak jelas pada ikan saat pagi hari karena

sejumlah ikan akan berada diatas permukaan air untuk menghirup oksigen

langsung dari udara. Untuk mengetahui pH dapat menggunakan kertas lakmus dan

19
pHmeter. Sementara suhu air dapat diukur dengan termometer. Pemeriksaan

kualitas air sebaiknya dilakukan di laboratorium agar diperoleh hasil yang

memuaskan (Prihartono dkk, 2007). Kandungan amoniak dalam air sumber yang

baik tidak lebih dari 0,1 ppm. Air yang mengandung amoniak tinggi bersifat toksis

karena akan menghambat ekskresi pada ikan (Chen and Kau, 1993).

Kecerahan dapat diukur dengan menggunakan sechidisk (piring sechi)

yang dimasukan kedalam wadah, ukuran kecerahan dengan mengukur jarak antara

permukaan air dengan batas piringan yang tampak jelas dalam satuan cm. Oksigen

terlarut dapat diukur dengan menggunakan DO meter, pengukuran oksigen air

dilakukan dipermukaan air dan dasar wadah, pengukuran dilakukan dengan

frekuensi dua kali yaitu pada pagi dan sore hari. Parameter kualitas air

berdasarkan SNI 01-6484.5 (2002) dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kisaran optimum kualitas air pada pembesaran ikan lele dumbo dan alat
untuk pengukuran pH.

Parameter Satuan Kisaran optimum


Suhu 0
C 25-30
Nilai pH 6,5-8,5
Oksigen terlarut Mg/1 >4
Amoniak (NH3) Mg/1 <0,01
Kecerahan Cm -50

20
Gambar 2. Contoh pengukuran pH 26,4 untuk ikan lele

2.4.5 Pengamatan Pertumbuhan

Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk

kelangsungan pertumbuhannya. Bahan buangan metabolik akan juga mengganggu

pertumbuhan ikan, konsentrasi dan pengaruh dari faktor-faktor diatas terhadap ikan

dapat dipengaruhi oleh tingkat kepadatan ikan. Pada kondisi kepadatan ikan yang

tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan dikolam akan berkurang,

sedangkan metabolisme bahan buangan ikan akan tinggi. Jika faktor-faktor tersebut

dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan akan mungkin dilakukan tanpa

menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher, 1978).

Berat ikan lele dumbo dapat diperiksa setiap 1-2 minggu sekali. Caranya,

beberapa (4-5 ekor) ikan lele dumbo dijaring secara acak untuk ditimbang,

kemudian beratnya rata-rata. Rata-rata berat ikan ini dikalikan dengan jumlah ikan

lele dumbo yang ada dikolam, merupakan berat ikan lele dumbo secara

keseluruhan (Najiyati, 2007).

21
2.4.6 Pengendalian Hama dan Penyakit

Ikan lele dumbo termasuk jenis ikan yang tidak bersisik. Padahal pada

jenis ikan lain yang bersisik, sisik digunakan untuk melindungi kulit bagian

dalam. Oleh karena itu, ikan lele dumbo tidak memiliki pelindung tubuh dari

gangguan lingkungan. Akibatnya, bila terluka, dengan sangat mudah terjadi

pengeluaran lendir yang berlebihan dari tubuhnya. Lendir tersebut dapat dijadikan

media hidup bakteri. Menempelnya bakteri pada lendir menyebabkan penyakit

dapat masuk kedalam tubuh ikan lele dumbo. Terjadinya luka inilah yang

menjadikan ketahanan tubuh ikan lele dumbo menurun dan menyebabkan sakit

(Prihartono dkk, 2009).

Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencegah berkembangnya

patogen (penyebab penyakit) yang dapat menyerang ikan dapat dilakukan dalam

beberapa car. Pertama, sanitasi lingkungan perairan dan desinfektan benih dengan

kalium permanganat (PK). Kedua, pemberian pakan yang berkualitas baik dengan

jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan ikan. Ketiga, penebaran benih tidak

terlalu padat dan benih yang ditebarkan hanya yang sehat dan tidak terpapar luka

atau cacat. Keempat, vaksinasi benih ikan yang akan ditebar (Cahyono, 2001)

Gambar 3. Merupakan Inflolox-12

22
2.4.7 Panen dan Pasca Panen

Penentuan waktu panen yang tepat sangat penting karena petani harus

dapat menyesuaikan keinginan pasar (pembeli). Berdasarkan waktu dalam hari

(pagi,siang, dan sore), waktu panen yang baik dilakukan pada pagi hari atau sore

hari karena suhu udara masih rendah. Waktu panen pada saat udara rendah dapat

mempertahankan mutu ikan agar tetap segar dan mengurangi resiko kematian.

Pemanenan suhu rendah juga dapat menurunkan aktivitas metabolisme dan gerak

ikan (Cahyono, 2001).

Lecet atau luka pada tubuh ikan lele dumbo bisa disebabkan oleh

penggunaan peralatan yang sembarangan. Oleh karena itu, peralatan yang

digunakan harus dari bahan halus seperti waring dan kain. Cara panen yang baik

adalah dengan menyurutkan air kolam secara berlahan, yaitu dengan membuka

pintu pengeluaran air (Prihartono dkk, 2007).

BAB III

23
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan tentang Pembesaran Budidaya Ikan Lele

Dumbo (Clarias gariepinus) telah dilaksanakan selama 1 bulan. Dimulai pada

tanggal 15 Agustus 2020 sampai dengan 15 September 2020. Pelaksanaan PKL

bertempat di kolam pembesaran budidaya ikan lele milik Bapak Tuki di Desa

Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

3.2 Metode Pelaksanaan PKL

Pengumpulan data pada Praktik Kerja Lapang (PKL) dilakukan dengan dua

macam cara, yaitu pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer dapat

didapatkan dengan cara mencatat hasil observasi, wawancara, serta partisipasi

aktif, sedangkan data sekunder yaitu data atau informasi yang dikumpulkan dan

dilaporkan oleh seseorang untuk suatu tujuan tertentu maupun sebagai ilmiah.

3.2.1 Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik

pengambilan data yang berupa interview, observasi, partisipan aktif, maupun

memakai instrumen pengukuran khusus sesuai dengan tujuan (Saifudin, 1998).

A. Observasi

Observasi atau pengamatan secara langsung adalah pengambilan data dengan

menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standart lain untuk

keperluan tersebut (Nazir, 1988). Dalam Praktek Kerja Lapangan ini observasi

24
dilakukan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan pembesaran

ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yaitu meliputi persiapan kolam, seleksi dan

penebaran benih, pemberian pakan, pengamatan kualitas air, pengamatan

pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

Observasi yaitu studi yang dilakukan dengan sengaja atau rencana melalui

penglihatan atau pengamatan terhadap gejala – gejala spontan yang terjadi saat itu

(Indrawati dkk, 2007). Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung

suatu obyek yang diteliti dan pencatatan secara sistematis mengenai hasil

pengamatan. Dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) ini observasi yang dilakukan

adalah dengan cara mengamati, mencatat kegiatan apa yang dilakukan dan

mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dalam kegiatan budidaya ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) di Desa Kandang Semangkon.

B. Wawancara

Menurut Sugiyono (2016) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulaan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai hal – hal dari responden

yang leih mendalam. Dalam teknik wawancara ini, peneliti melalukan tanya jawab

kepada pemilik perusahaan/instansi secara tatap muka. Melalui wawancara ini,

peneliti akan mengetahui lebih dalam mengenai aktivitas proses budidaya ikan

lele dumbo (Clarias gariepinus)

25
C. Partisipasi Aktif

Partisipan aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan

secara langsung di lapangan (Nazir, 1988). Kegiatan yang dilakukan adalah

pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Partisipasi aktif dilakukan

dengan cara mengikuti kegiatan budidaya ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di

Desa Kandang Semangkon. Partisipasi aktif adalah keterlibatan secara langsung

dan aktif pada suatu kegiatan di lapangan. Kegiatan partisipasi aktif ini dapat

digunakan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai pembenihan ikan lele

(Clarias gariepinus).

3.2.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung dan

telah dikumpulkan serta dilaporkan oleh orang diluar dari penelitian itu sendiri

(Azwar, 1998). Data ini dapat diperoleh dari data dokumentasi, lembaga

penelitian, dinas perikanan, pustaka-pustaka, laporan-laporan pihak swasta,

masyarakat dan pihak lain yang berhubungan dengan usaha pembesaran ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus).

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Budidaya Ikan Lele

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan

secara komersial oleh masyarakat Indonesia, umumnya di Pulai Jawa. Ikan jenis

ini tidak pernah ditemukan di sungai, rawa, waduk, sawah, dan telaga. Ikan Lele

merupakan jenis ikan nocturnal, yaitu mencari makan di malam hari. Pada habitat

aslinya, ikan lele mencari pemijahan pada musim penghujan. (Muktiani, 2011).

Membudidayakan ikan lele sebenarnya banyak memilih keuntungan. Jadi, tak

heran jika kini budidaya lele digemari dan berkembang pesat di masyarakat.

a. Lele dapat dibudidayakan di lahan sempit sekalipun.

b. Budidaya lele dapat dilakukan di lahan yang memiliki sumber air yang

terbatas dengan padat tebar tinggi.

c. Teknologi budidaya lele relative mudah dikuasai oleh masyarakat.

d. Pemasaran relative mudah.

e. Modal usaha yang dibutuhkan relative rendah

Dalam membudidayakan ikan lele dapat kita lakukan di berbagai media

kolam, salah satunya adalah kolam tembok atau kolam beton. Tentunya dalam

membudidayakan ikan lele di kolam tembok tidak jauh berbeda dengan

menggunakan media-media lainya. Hanya saja mungkin ada sedikit perbedaan

dalam hal perawatan dan juga memiliki kelebihan dan kekurangan pada masing-

masing media yang kita gunakan.

27
4.2 Sistem Budidaya Tradisional

Kolam untuk memeliharanya dapat dipergunakan kolam yang dasar dan

tanggulnya tanah, yaitu kolam yang lazim untuk memelihara ikan. Konstruksi

yang khusus pun tidak di persyaratkan. Kedalaman air ± 1 meter, airnya tidak

perlu terlalu jernih, air dari saluranirigasi sawah di anggap memadai. Pencemaran

dari pestisida sawah maupun dari limbah industri harus dihindarkan. Aliran air

tidak perlu deras, bahkan pergantian air secara sebagian seminggu sekali saja

sudah cukup baik. Ikan lele memang secara alamiah dan naluriah biasa hidup di

air yang tergenang, serta banyak bahan organiknya. Pemberian pakan pada

budidaya secara tradisional tidak optimum, nutrisai pada pakan yang di berikan

tidak seimbang. Pakan yang di berikan hanyalah berupa limbah rumah tangga dan

limbah pertanian, seperti dedak, bungkil dan kelapa. Pembudidayaan semi

ekstensif tidak mengirakan waktu pemanenan (Rosmaniar 2011).

Biasanya biaya produksi yang diperlukan untuk budiya dengan sistem

ekstensif ini tidak tinggi, karena pembudidaya hanya memerlukan biaya awal

untuk membeli benih ikan (jika langsung dibudidayakan) atau hanya membeli

indukkan ikan yang langsung disebar dan dibiarkan memijah secara alami dengan

sendirinya (tanpa campur tangan manusia/perlakuan/teknologi tertentu).

Akan tetapi sistembudidaya ini memiliki banyak kelemahan, dimana hasil

panen sedikit (kurang optimal) dengan kemungkinan tingkat kematian yang

tinggi.

28
4.3 Sistem Budidaya Semi Intensif

Sistem budidaya ini merupakan sistem budidaya peralihan, antara budidaya

alami (esktensif) dan budidaya intensif (buatan/perlakuan khusus). Kolam yang

digunakan untuk budidaya ikan adalah kolam yang bagian dinding pematang

kolam terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah. Pola

pengelolaan usaha budidaya perairan semi-intensifmerupakan perbaikan dari pola

eksensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki.

Menurut Zeni (2011), pola pengelolaan usaha budidaya perairan semi intensif

merupakan perbaikan dari pola ekstensif plus sehingga sering disebut pola

ekstensif yang diperbaiki. Kegiatan pengelolaan wadah pemeliharaan semakin

banyak, dimulai dari pengelolaan tanah, pengapuran, dan pemupukan. Selama

pemeliharaan, biota budidaya juga diberikan pakan buatan dan tambahan secara

teratur, 1-2 kali/hari.

Kolam yangdigunakan adalah kolam bagian kolamnya (dinding pematang)

terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah. Budidaya semi

intensif dilakukan tidak hanya mengandalkan manipulasi lingkungan, tetapi

campur tangan manusia lebih banyak terlibat didalamnya untuk mencapai hasil

yang optimal melalui beberapa sentuhan teknologi budidaya (Khairuman dan

Amri, 2002).

29
4.4 Sistem Budidaya Instensif

Wadah budidaya untuk penerapan sistem budidaya intensif ialah kolam air

mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar,dan KJA.

Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya

perairan. Namun, bukan berarti penerapan budidaya intensif tanpa masalah.

Umumnya tambak-tambak yang mengalami kehancuran adalah tambak yang

dikelola secara intensif, sedangkan tambak yang dikelola secara ekstensif dan

semi-intensif masih dapat berproduksi. Tambak intensif menghasilkan limbah

yang “luar biasa” berasal dari pakan. Kebutuhan pakan buatan yang bisa mencapai

60% alokasi biaya oprasional tambak intensif adalah pemasok terbesar bahan

organik di tambak. Biasanyakolam yang digunakan untuk budidaya ikan sistem

intensif adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok

(Ghufron, 2010).

Intensifikasi budidaya ikan di tandai dengan peningkatan padat penebaran

yang diikuti dengan peningkatan pemakaian pakan buatan kaya protein. Industri

akuakultur dalam upaya memperoleh keuntungan menghadapi kendala harga

produk rendah sementara biaya input selalu meningkat, dan semakin terbatasnya

sumberdaya lingkungan, air, dan lahan. Budidaya perikanan sistem semi intensif

dapat dilakukan dikolam, di tambak, di sawah dan di jaring apung. Sitem

budidaya ini biasanya digunakan untuk pendedran. Dalam sistem ini sudah

dilakukan pemupukan dan pemberian pakan secara teratur (Rosmaniar, 2011).

Teknologi bioflok merupakan salah satu contah pengembangan dari sistem

budidaya intensif, pada teknologi ini ikan lele dapat dibudidayakan dengan padat

30
penebaran mencapai 1.000 ekor/m3 , teknologiini menjadi salah satu alternatif

pemecah masalah limbah budidaya intensif, teknologibioflokini paling

menguntungkan karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik dari

sisa-sisa makanandan kotoran, teknologi bioflok ini juga bisamenyediakan pakan

tambahanyangberprotein untuk ikan budidaya sehingga bisa menaikkan

pertumbuhan dan efisiensi pakan.

4.5 Cara Budidaya Ikan Lele

Dalam membudidayakan ikan lele dapat kita lakukan di berbagai media

kolam, salah satunya adalah kolam tembok atau kolam beton. Tentunya dalam

membudidayakan ikan lele di kolam tembok tidak jauh berbeda dengan

menggunakan media-media lainya.

Hanya saja mungkin ada sedikit perbedaan dalam hal perwatan dan juga

memiliki kelebihan dan kekurangan pada masing-masing media yang kita

gunakan. Dalam melakukan pembesaran ikan lele, ada beberapa tahapan yang bisa

dilakukan sebagai berikut :

4.5.1 Persiapan Media Kolam Tembok

Di sini media yang akan di gunakan adalah kolam tembok atau kolam yang

terbuat dari semen, pada dasarnya ukuran kolam dalam budidaya ikan lele tidak

memiliki ukuran khusus.

Untuk ukuran kolam tergantung pada jumlah bibit ikan yang akan di letak kan

dalam setiap kolam, Pada umumnya setiap 1000 ekor benih ikan dapat di tampung

dalam ukuran kolam tembok 4×4 meter. Seperti contoh pada gambar dibawah ini :

31
Gambar 4. Contoh pembesaran dari ikan lele dumbo

4.5.2 Pemilihan Bibit Ikan Lele

Pada tahap pemilihan bibit usahakan memilih bibit yang berkualitas, karena

nantinya ini cukup berpengaruh pada keberhasilan bisnis lele kita. Logikanya para

peternak lele jaman sekarang sudah pintar memilih jenis lele yang berkualitas,

mereka juga paham selera konsumen mereka yang hanya mengambil ikan lele

yang hanya kualitas bagus. Dan lagi lele kualitas bagus dikenal memiliki daya

tahan dan kondisi fisik yang lebih baik dari lele non kualitas. Budidaya ikan lele

jenis dumbo lebih menguntungkan karena lebih cepat besar dan ukuran tubuh

yang lebih berisi sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih bersaing.

Pastikan benih lele yang sudah kita beli dan siap ditebar benar-benar sehat,

gerakannya lincah gesit normal, tidak ada luka atau cacat pada tubuhnya, dan

tidak ada penyakit atau jamur. Untuk kelas bisnis dan budidaya hindari membeli

benih yang terlalu kecil karena selain kualitasnya sulit diidentifikasi, daya tahan

bibit lele yang terlalu kecil masih angin-anginan. Standardnya ambil bibitan lele

dengan ukuran 5-7 cm, dalam waktu 3 bulan dengan perawatan yang normal akan

didapatkan ikan lele ukuran konsumsi.

32
Gambar 5. Bibit dari ikan lele dumbo

4.5.3 Pemilihan dan Perawatan

Sebelum bibit dimasukan ke kolam yang sudah jadi sebaiknya kolam di isi

dengan air terlebih dahulu kemudian membuat air agar kaya akan plankton

(sejenis biota air yang bisa menjadi makanan bibit). Caranya dengan memberikan

pupuk kompos dari kotoran sapi kedalam air secukupnya kemudian biarkan

selama tiga hari sehingga plankton bisa hidup dan berkembang.

Agar cepat berkembang sebaiknya lele juga di suplay dengan makanan

berupa palet. Pemberian palet bisa dilakukan sebanyak 2 kali sehari. Namun akan

lebih baik diberikan lebih dari 2 kali dengan porsi yang lebih sedikit tentunya.

selain palet bisa juga di suplai dengan makanan alami seperti bekicot, kerang,

keoang emas, rayap dan lain-lain jika memang ada di sekitar kita. Makanan alami

ini selain menghemat pengeluaran juga sangat bermanfaat menunjang kebutuhan

gizi lele.

Pergantian air kolam juga diperlukan, meskipun lele termasuk jenis ikan

yang tahan terhadap kondisi berbagai jenis air. Akan tetapi dengan kondisi air

33
yang tidak di ganti dalam jangka waktu lama akan membuat kualitas air menjadi

buruk dan bau. Tentunya akan berdampak pada munculnya bebagai penyakit yang

bisa menyerang lele. Pergantian air sebaiknya dilakukan dengan membuang 10-

30% air di kolam dan menambahkan jumlah yang sama, setiap seminggu sekali

atau 2 minggu sekali, artinya bukan mengganti semua air.

Gambar 6. Contoh perawatan ikan lele dumbo

4.5.4 Pemberian Pakan

Pemberian pakan biasanya pada segmen pembenihan dan pembesaran yang

keduanya hanya berbeda sedikit saja. Hanya saja terletak pada jenis pakan, baik

pakan alami maupun buatan. Pelet merupakan pakan yang dibuat oleh pabrik

khusus. Komposisi dalam pelet sudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan lele.

Pemberian pakan jangan melebihi dari apa yang dibutuhkan di kolam, supaya

kualitas air tidak rusak. Pemberian pakan pada kegiatan budidaya ikan lele di

Desa Kandang Semangkon dilakukan 4 kali dalam sehari pada pukul 09.00, 17.00,

21.00.

34
Jenis pakan lele yang diberikan berupa pelet apung, cepret (Ikan kecil yang

sudah di giling). Pakan tambahan dilakukan pada pukul 12.00. gambar pakan

tambahan ikan cepret dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Merupakan hasil dari pembuatan pakan cepret (ikan yang digiling)

4.5.5 Proses Pemanenan

Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran

sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5 - 3 bulan dari benih berukuran 5-7 cm.

Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan ekspor biasanya

mencapai ukuran 500 gram per ekor.

4.5.6 Pencegahan Penyakit

Gambar 8. Contoh inflolox-12

Penggunaan probiotik berfungsi untuk mencegah terkena penyakit karena


bakteri. Sebelum benih ikan lele ditebarkan yang berumur 2 minggu dimasukkan

35
dulu kedalam larutan Inflolox-12 didalam wadah khusus selama 3-5 menit.
Manfaat dari probiotik Inflolox tersebut sangat banyak, sebagai berikut ini :

 Menyembuhkan penyakit ikan seperti tubuh berdarah, perut besar, lender

mencair, sisik mengelupas, ikan sering Nampak dipermukaan, ingsang

merah, jamuran.

 Meningkatkan kekebalan tubuh akibat serangan bakteri.

 Meningkatkan nafsu makan ikan sehingga mempercepat pertumbuhan

ikan.

 Meningkatkan aktivitas ikan akibat bakteri.

36
BAB V

S IMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Hasil praktek kerja lapangan pembesaran lele dumbo di desa Kandang

Semangkon dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada pembesaran lele dumbo memiliki beberapa teknik (tahapan)

meliputi persiapan kolam, seleksi dan penebaran benih, pengamatan

kualitas air, pemberian pakan, pengamatan pertumbuhan, pengendalian

hama dan penyakit, serta pemanenan dan pemasaran.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pembesaran ikan lele dumbo yaitu

faktor iklim (cuaca) yang tidak pasti (berubah-ubah dalam waktu

cepat) dan padat tebar tinggi bisa menimbulkan penyakit pada ikan lele

dumbo bila tidak dipelihara dengan baik.

5.2 Saran

1. Menggunakan benih ikan lele dumbo yang tidak jauh asalnya agar

tidak stress selama transportasi.

2. Peningkatan pengontrolan air, pakan, hama dan penyakit saat cuaca

yang tidak pasti (berubah-ubah dalam waktu cepat).

3. Sebaiknya pakan harus diubah-ubah dengan menggunakan pellet

supaya ikan lele akan cepat besar dan akan mendapatkan hasil yang

sangat memuaskan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya ikan Lele. Dohara prize. Semarang.

Arief M, 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda pada Pakan Komersial

terhadap pertumbuhan dan Efesiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias

sp). Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6(1)

Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Agro Media. Bogor

Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum Kanisius. Yogyakarta.

Chen, J. C. And Y. Z. Kou. 1993. Accumulation of Amonia in the Haemolymph

of Penaeus Monodon Exposed to Ambient Ammonia. Aquaculture.

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (DJBB). 2010. Budidaya Lele Dumbo.

http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id/index. php budidaya-lele-

dumbo.html. 4januari 2011.

Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor.

Ghufron, 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Penerbit ANDI.

Yogyakarta.

Hepher, B. 1978. Ecological Aspects of Warm- Water Fishpond Management. Hal

447-468. Dalam Geeking. S. D. (Ed). Ecology of Freshwater Fish Production.

New York.

38
Khairuman, 2005. Budidaya Ikan Lele Dumbo Secara Intensif. Agro Media

Pustaka, Jakarta.

Mudjiman, A. 1998. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazir, M. 1988. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal.

Najiyati, S. 2007. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Priharton, R. E., J. Rasidik dan U. Arie, 2007. Mengatasi Permasalahan Budidaya

Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunarma, 2004. Peningkatan produktivitas usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp).

Makalah disampaikan pada Temu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Temu

Usaha Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan

Perikanan, 04-07 Oktober 2004. Bandung. Hal 7.

Suyanto, S. R. 2009. Budidaya Ikan Lele Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuniarti, 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)

Terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen

melalui Penambahan Tepung Terigu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

39
LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai SR, GR,FCR dan Padat tebar.

Jumlah Tebar : 4000 ekor

Berat awal : 0,9 gram

Lama Pemeliharaan : 90 hari

Total Pakan : 447,2 kg

Biomass Panen : 500 kg

1 kg berisi 9 ekor ikan

Jumlah Panen = Biomass Panen x Isi

= 500 x 9 = 4500

SR = Jumlah Panen x 100%=


4500 x 100% = 112,5%
Jumlah Tebar 4000

WO = 4000 x 0,9 = 3600 kg = 3,9 g

GR = WT – WO = 500 – 3,6 = 5,51g/hari


T 90

447,5 = 0,895
FCR = Jumlah Pakan =
500
Jumlah Total Hasil Panen

Jumlah tebar
Padat tebar =
ukura n kolam

4000 ekor
=
14 cm

= 250 ekor/m2

40
Nb :

SR = Kelangsungan Hidup

GR = Laju Pertumbuhan

FCR = Konversi Pakan

Lampiran 2. Foto Praktek Kerja Lapangan (PKL) bersama kelompok HNTI


Lamongan (Himpunan Nelayan Tangkap Indonesia).

41

Anda mungkin juga menyukai