Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) jenis kanker tertinggi di Rumah
Sakit di Indonesia pasien rawat inap pada tahun 2008 adalah jenis kanker
payudara yaitu sebanyak 18,4%. Kanker payudara lebih sering menyerang
wanita yang sudah berusia diatas 30 tahun, dan sekarang banyak wanita usia
remaja menderita kanker payudara. Hal ini didukung berdasarkan laporan WHO
pada tahun 2005 jumlah wanita khususnya remaja penderita kanker payudara
mencapai 1.150.000 orang, 700.000 diantaranya tinggal di Negara berkembang.
Dari data di tersebut terlihat jelas bahwa kejadian kanker payudara terjadi
peningkatan setiap tahunnya dengan tidak sedikit pula kasus terjadi pada remaja
(Widyaningsih, F.I 2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah angka
kejadian penderita kanker payudara di Kalimantan Selatan pada tahun 2016
sebanyak 61 orang dan mengalami peningkatan sebanyak 422,95 % pada tahun
2017 dengan penderita sebanyak 258 orang. Menurut rekapitulasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2018 terdapat total 20
kunjungan keseluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
oleh penderita kanker payudara termasuk 1 kali kunjungan di puskesmas Barikin
kecamatan Haruyan (Dinkes HST, 2018).
3
Sekitar 90% kanker payudara ditemukan sendiri oleh pasien dengan menemukan
adanya gejala-gejala kanker payudara. Oleh karena itu dikembangkanlah metode
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau disebut juga breast self exam
(BSE). SADARI merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker
payudara (Benson dan Pernoll, 2009 dalam Raudah 2015).
SADARI perlu dilakukan pada perempuan dengan rentang usia remaja yaitu 15-
20-an, ini berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai memberikan
pendidikan SADARI secara rutin (7-10 hari setelah haid) setiap bulan, dengan
melakukan SADARI akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara
sampai 20% (Etwiory, 2014 dalam Sari, R.P 2017).
Masa Remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat
kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap
perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami
4
suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Dianawati, 2004 dalam
Kumaralita, E.N 2015).