Anda di halaman 1dari 8

2

Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker


payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17
per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Globocan,
2018).

Prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4


per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun
2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per
1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan
Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).

Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) jenis kanker tertinggi di Rumah
Sakit di Indonesia pasien rawat inap pada tahun 2008 adalah jenis kanker
payudara yaitu sebanyak 18,4%. Kanker payudara lebih sering menyerang
wanita yang sudah berusia diatas 30 tahun, dan sekarang banyak wanita usia
remaja menderita kanker payudara. Hal ini didukung berdasarkan laporan WHO
pada tahun 2005 jumlah wanita khususnya remaja penderita kanker payudara
mencapai 1.150.000 orang, 700.000 diantaranya tinggal di Negara berkembang.
Dari data di tersebut terlihat jelas bahwa kejadian kanker payudara terjadi
peningkatan setiap tahunnya dengan tidak sedikit pula kasus terjadi pada remaja
(Widyaningsih, F.I 2015).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah angka
kejadian penderita kanker payudara di Kalimantan Selatan pada tahun 2016
sebanyak 61 orang dan mengalami peningkatan sebanyak 422,95 % pada tahun
2017 dengan penderita sebanyak 258 orang. Menurut rekapitulasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2018 terdapat total 20
kunjungan keseluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
oleh penderita kanker payudara termasuk 1 kali kunjungan di puskesmas Barikin
kecamatan Haruyan (Dinkes HST, 2018).
3

Tingginya jumlah kasus kanker payudara diduga karena perempuan kurang


waspada terhadap perubahan payudaranya, sehingga tidak jarang menyebabkan
kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut (Sultan,2009 dalam Hasanah, E
2016).

Sekitar 90% kanker payudara ditemukan sendiri oleh pasien dengan menemukan
adanya gejala-gejala kanker payudara. Oleh karena itu dikembangkanlah metode
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau disebut juga breast self exam
(BSE). SADARI merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker
payudara (Benson dan Pernoll, 2009 dalam Raudah 2015).

SADARI merupakan serangkaian prosedur untuk mengetahui adanya benjolan


atau keabnormalan pada payudara sejak dini. SADARI penting untuk dilakukan
dan dikuasai oleh setiap wanita, terlebih oleh remaja, karena dengan melakukan
SADARI pada usia remaja dan menemukan keabnormalan sejak dini dapat
memberikan prognosis yang lebih baik. Banyak keuntungan melakukan
SADARI pada usia remaja, karena hampir 85% gangguan atau benjolan
ditemukan sendiri oleh penderita melalui SADARI. Sekitar 95% wanita yang
terdiagnosis kanker payudara pada tahap awal dapat bertahan hidup lebih dari 5
tahun setelah terdiagnosis (Nabila, 2010 dalam Mujliani 2015).

SADARI perlu dilakukan pada perempuan dengan rentang usia remaja yaitu 15-
20-an, ini berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai memberikan
pendidikan SADARI secara rutin (7-10 hari setelah haid) setiap bulan, dengan
melakukan SADARI akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara
sampai 20% (Etwiory, 2014 dalam Sari, R.P 2017).

Masa Remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat
kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap
perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami
4

suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Dianawati, 2004 dalam
Kumaralita, E.N 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 5 BARABAI


Kecamatan Haruyan pada Selasa 19 Maret 2019, dari hasil wawancara yang di
lakukan terhadap 10 orang siswa perempuan kelas X, terdapat 7 dari 10 siswa
perempuan (70%) yang mengetahui tentang pengertian kanker payudara dan 3
siswa perempuan (30%) yang tidak mengetahui tentang pengertian kanker
payudara. 3 siswa perempuan (30%) yang mengatakan mengetahui apa itu
pengertian dari SADARI dan 7 siswa perempuan (70%) yang mengatakan tidak
mengetahui tentang pengertian SADARI. 3 siswa perempuan (30%) yang
mengatakan mengetahui cara melakukan SADARI dan 7 siswa perempuan
(70%) yang mengatakan tidak mengetahui tentang cara melakukan SADARI.
Saat dilakukan wawancara terhadap kepala sekolah SMAN 5 BARABAI pada
tahun 2018 pernah dilakukan penyuluhan tentang kanker payudara oleh petugas
kesehatan.

Mengingat pentingnya masalah untuk mendeteksi kanker payudara sedini


mungkin maka perlunya kesadaran melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) untuk lebih memperhatikan perubahan pada payudara secara dini,
sehingga tidak berdampak pada keterlambatan pemeriksaan lebih lanjut. Hal
inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri Kelas X dan XI SMAN 5
BARABAI Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hal yang tersebut pada latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam peneilitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Pengetahuan
Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri
5

(SADARI) Pada Remaja Putri Kelas X dan XI SMAN 5 BARABAI Kecamatan


Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2019?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan
Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri Kelas
X dan XI SMAN 5 BARABAI Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu
Sungai Tengah Tahun 2019.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini yaitu, untuk :
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan tentang kanker payudara pada
remaja putri kelas X dan XI SMAN 5 BARABAI Kecamatan
Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2019.
1.3.2.2 Mengidenfifikasi sikap tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) pada remaja putri kelas X dan XI SMAN 5 BARABAI
Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2019.
1.3.2.3 Menganalisis Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Payudara
Dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada
Remaja Putri Kelas X dan XI SMAN 5 BARABAI Kecamatan
Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Dengan terselesaikannya penelitian ini bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman peneliti sebagai bentuk pengaplikasian mata kuliah riset
keperawatan yang sudah didapat dibangku perkuliahan dan peneliti
mengetahui pengetahuan tentang kanker payudara dengan sikap
memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri kelas X dan XI
SMAN 5 BARABAI sebagai deteksi dini kanker payudara.
6

1.4.2 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan


Dapat memberiakan masukan kepada pelayanan kesehatan dalam hal
penyuluhan masalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pustaka, menambah wawasan dan pengetahuan bagi
mahasiswa lain tentang pengetahuan tentang kanker payudara dengan
sikap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
1.4.4 Bagi Responden
Dapat memberikan sosialisasi kepada remaja putri khususnya di SMAN 5
BARABAI agar lebih memperhatikan kesehatannya terutama masalah
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

1.5 Penelitian Terkait


1.5.1 Eka Ningtyas Kumaralita 2015 berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada
Remaja Purti Di SMAN 2 Ponorogo Tahun 2015”.
Didapatkan hasil penelitian bahwa pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan sangat berpengaruh terbukti dengan hasil penelitian dari 68
responden, sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI
didapatkan sebagian besar atau 48 (70,58%) responden memiliki
pengetahuan kurang dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang
SADARI meningkat menjadi pengetahuan baik sebesar 52 (76,47%)
responden. Berdasarkan hasil uji wilcoxon dengan SPSS diperoleh p =
0,000 < α = 0,05 , maka Ho ditolak yang berarti bahwa pendidikan
kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan tentang SADARI pada
remaja putri.
1.5.2 Elis Hasanah 2016 berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Man 1 Kendari Tahun
2016”.
Didapatkan hasil penelitian dengan kategori tertinggi yaitu pada kriteria
pengetahuan cukup sebanyak 23 orang (44,24%) dan yang terendah pada
7

kriteria pengetahuan Kurang sebanyak 13 orang (25%). (1) Pengetahuan


remaja putri tentang pemeriksan payudara sendiri (SADARI) berdasarkan
sumber informasi, dari kelas X dan XI sebanyak 52 responden remaja putri
yang mendapatkan pengetahuan tentang SADARI sebanyak 24 orang
(46,15%) dan remaja putri yang tidak mendapatkan pengetahuan tentang
SADARI sebanyak 28 orang (53,85%). (2) Pengetahuan remaja putri
tentang pemeriksan payudara sendiri (SADARI) berdasarkan pengalaman,
dari kelas X dan XI sebanyak 52 responden remaja putri yang
mendapatkan pengetahuan tentang SADARI sebanyak 20 orang (38,46%)
dan yang tidak mendapatkan pengetahuan sebanyak 32 orang (61,54%)
1.5.3 Mujliani 2015 berjudul “Evektivitas Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Terhadap Motivasi Kesehatan Dekteksi Dini Kanker Payudara
Pada Remaja Kelas X Di SMK MUHAMADDIYAH 2 MALANG.”
Subjek penelitian ini berjumlah 38 oranh dengan menggunakan tektik total
sampling. Analisa data menggunakan uji wilcoxon, dengan nilai signifikan
kurang dari α = 0.05 (0.000 < 0.05) hasil penelitian menunjukkan H1
diterima SADARI efektif terhadap motivasi kesehatan deteksi dini kanker
payudara pada remaja.
1.5.4 Reni Puspita Sari berjudul 2017 “Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi
Akademi Kebidanan Yayasan RS Jakarta Tahun 2017”.
Didapatkan hasil penelitian bahwa pengetahuan mahasiswa kebidanan
tentang deteksi dini kanker payudara yang terbanyak adalah tinggi
sebanyak 35 orang responden (52.2%) dan yang terendah berpengetahuan
rendah sebanyak 7 orang respponden (10.4%). Untuk perilaku SADARI
sebagai deteksi dini kanker payudara yang terbanyak adalah yang
berperilaku baik sebanyak 45 orang responden (67.2%) dan yang
berperilaku kurang baik sebanyak 10 orang responden (14.9%). Jadi,
kesimpulannya ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada mahasiswi akademi
kebidanan yayasan RS Jakarta tahun 2017.
8

1.5.5 Raudah 2015 berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap


Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Subur Di
Desa Banua Jingah Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2015.”
Pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebagian besar memiliki pengetahuan kurang sebanyak 46
orang (56,1%), pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (28,0), dan paling
sedikit responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 orang
(15,6%). Sikap wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebagian besar memiliki sikap negatif sebanyak 49 orang
(59,8%), dan paling sedikit yang bersikap positif sebanyak 33 orang
(40,2%). Jadi, kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan sikap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada
wanita usia subur di Desa Banua Jingah Kecamatan Barabai Kabupaten
Hulu Sungai Tengah Tahun 2015.
1.5.6 Sanny Sugiharto 2014 berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Kanker
Payudara Dengan Perilaku SADARI Pada Mahasiswi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Tahun 2014.”
Didapatkan hasil penelitian bahwa pengetahuan tentang kanker payudara
yang terbanyak adalah baik 38 orang responden (54.3%) dan yang
terendah adalah kurang 8 orang responden (11.4%). Perilaku SADARI
yang terbanyak adalah cukup 40 orang responden (57.1%) dan yang
terendah adalah perilaku baik 2 orang responden (2.9%). Subjek pada
penelitian ini adalah 70 mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Dalam hal ini hasil uji korelasi spearman rank menunjukkan
tidak ada hubungan antara pengetahuan kanker payudara dan perilaku
SADARI. Dianjurkan untuk mendorong promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan meningkatkan pengetahuan tentang deteksi
dini kanker payudara untuk mengurangi insiden kanker payudara.
9

1.5.7 Fitria Ika Widyaningsih 2015 berjudul  “Pengetahuan Remaja Putri


Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Sadari Di SMKN 2
PONOROGO.”
Dari hasil penelitian terhadap 169 siswi kelas X didapatkan bahwa tingkat
pengetahuan remaja tentang SADARI dalam kategori baik sebanyak 83
reponden (49%) dan dalam kategori kurang baik sebanyak 86 responden
(51%). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja putrid tentang
deteksi dini kanker payudarar dengan SADARI masih kurang baik,
pentingnnya memperhatikan kesehatan payudara sejak dini dengan upaya
SADARI.

Anda mungkin juga menyukai