A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU (TBC) PARU
DI RUANGAN IGD RS BHAYANGKARA
OLEH :
MELISA, S.Kep
7119351716
CI INSTITUSI CI LAHAN
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
parenkim paru. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat
B. Etiologi
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sinar matahari dan sinar ultraviolet (Nurarif dan Kusuma, 2013), tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur selama beberapa
yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu
sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa
berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC
C. Klasifikasi TB Paru
rujukan/pindah.
yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB.
yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus paru bawah atau
tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus,
sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat
inkubasi TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada
proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
2-12 minggu.
imunitas seluler.
sebagian besar individu dengan system imun yang berfungsi baik, begitu
yang terjadi dapat disebabkan oleh focus paru atau di kelenjar limfe
berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus
misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru
tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran yang
lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi diseminata
patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm,
darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat
regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan).
Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan
dewasa muda.
terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang
terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3
tahun kemudian. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi
1. Demam
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding
bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada
jarang ditemukan.
H. Komplikasi
1. Meningitisas
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
I. Pemeriksaan Penunjang
tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga
terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif Dalam hal ini
dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air
sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat
diperoieh dengan cara bronkos kopi diambil dengan brushing atau bronchial
washing atau BAL (bronchn alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat
dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena
sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman BTA pun kadang-kadang
sulit ditemukan. Kuman bant dapat dkcmukan bila bronkus yang terlibat proses
penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA
mudah ke luar.
batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000
kuman dalam 1 mil sputum Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) di
untuk mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti,
2. Pemeriksaan tuberculin
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%,
dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa
semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada
beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux
bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan
lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan
suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di
lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini
batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang jelas ini
sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak
pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri
dari klien. Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan
ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap. Hal ini
tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana
4. Pemeriksaan CT Scan
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada
negatif dan pemeriksaan secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat
TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB
paru milier subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB
milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta
mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal
ukuran dan jumlah tuberkel milier. Nodul-nodul dapat terlihat pada rontgen
akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim sehingga cukup terlihat sebagai
halus atau nodul-nodul yang sangat kecil yang menyebar secara difus di kedua
lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-nodul halus
5. Pemeriksaan Laboratorium
satu dengan yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat
sensitif adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED
J. Program Therapy
Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah sebanyak-
Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi pengurangan
jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang infeksi menjadi noninfeksi
dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan
Committee of the British Thoracic Society, fase awal diberikan selama 2 bulan
Etambutol 15 mg/kgBB.
panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama fase lanjutan
bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan ekstra paru.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi. Paduan
pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat untuk fase
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis
panduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan
kebutuhan pengobatan dalam program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat
a. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan
tahap lanjutan ).
b. Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
diberikan kepada :
Penderita kambuh
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas
d. Kategori IV
1. Isoniazid (INH) :
Merupakan obat yang cukup efektif dan berharga murah. Seperti rifampisin, INH
harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontra-
indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya
gagal ginjal kronik dan malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan
2. Rifampisin :
Merupakan komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan. Sebagaimana
halnya INH, rifampisin juga harus selalu diikutkan kecuali bila ada kontra
indikasi. Pada dua bulan pertama pengobatan dengan rifampisin, sering terjadi
efektivitas kontrasepsi oral akan berkurang sehingga perlu dipilih cara KB yang
lain.
3. Pyrazinamid :
Bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif memlah
dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan
4. Etambutol :
Digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika resiko
resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak
diawasi, etambutol diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15
sering bila dosis berlebihan atau bila ada gangguan fungsi ginjal. Gangguan
awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus
pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya tidak diberi
dihindari sampai usia 6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa melaporkan
pengobatan.
5. Streptomisin :
Saat ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus resistensi. Obat ini
diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat badan kurang dari 50
kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk pengobatan
diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg.
Untuk anak diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali
seminggu untuk pengobatan yang diawasi. Kadar obat dalam plasma harus
diukur terutama untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping
akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya boleh dilampaui
dalam keadaan yang sangat khusus. Obat-obat sekunder diberikan untuk TBC
yang disebabkan oleh kuman yang resisten atau bila obat primer menimbulkan
efek samping yang tidak bisa ditoleransi. Termasuk obat sekunder adalah
1. Pengkajian
a. Primer
1) Airway
maupun bawah. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”.
2) Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran
gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen
3) Circulation
- Kontrol Perdarahan
4) Disability
reaksi pupil.
b. Sekunder
Gejala :
berkeringat.
Tanda :
b) Integritas EGO
Gejala :
Tanda :
mudah terangsang.
c) Makanan/cairan
Gejala :
badan.
Tanda :
lemak subkutan.
Gejala :
Tanda :
e) Pernafasan
Gejala :
Tanda :
pectoral di atas lesi luas, krekels tercabut di atas aspek paru selama
Gejala :
Adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS, kanker. Tes HIV positif.
g) Interaksi social
2. Diagnosa Keperawatan
jumlah berlebih
efek paru. Kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kevtal dan tebal
batuk
4. Implementasi
5. Evaluasi
SOAP, yaitu :
S : Data Subjektif
keperawatan.
O : Data Objektif
A : Analisis