Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tri Yudha Artha Samudra

Kelas : 6A
NIM : 19.111.111.30

ANALISIS KASUS TENTANG “PERNYATAAN MHA DALAM MENANGGAPI


PERTANYAAN MEDIA TENTANG ABDUL SOMAD
BATUBARA”

Kementerian Dalam Negeri Singapura akhirnya buka suara soal alasan Abdul Somad Batubara atau
Ustaz Abdul Somad (UAS) ditolak masuk ke negaranya. Singapura mengganggap sosok UAS
menyebarkan ajaran ekstremis. Kementerian Dalam Negeri Singapura mengkonfirmasi bahwa UAS
tiba di Terminal Feri Tanah Merah dari Batam bersama enam orang lainnya pada Senin (16/5/2022).
Setelah diawancarai oleh petugas, rombongan UAS ditolak masuk dan kembali ke Batam pada hari
yang sama.
"Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di
masyarakat yang cenderung multiras dan multiagama Singapura," tulis pernyataan resmi
Kementerian Dalam Negeri Singapura pada Selasa (17/5/2022). Pernyataan tersebut mencontohkan
ceramah UAS yang kerap menimbulkan segregesi. Semisal UAS telah mengatakan bahwa bom
bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi syahid.
Selain itu, Kemendagri Singapura menyontohkan bahwa UAS telah membuat komentar yang
merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen
sebagai tempat tinggal "jin (roh/setan) kafir." Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-
Muslim sebagai kafir. Pemerintah Singapura menegaskan bahwa masuknya pengunjung asing ke
Singapura bukanlah bisa secara otomatis atau memiliki hak. Setiap kasus dinilai berdasarkan
kemampuannya sendiri.
"Sementara Somad berusaha memasuki Singapura untuk seolah-olah kunjungan sosial, Pemerintah
Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran
ekstremis dan segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura," tutup
pernyataan tersebut. Sebelumnya pemerintah RI dalam hal ini KBRI Singapura melayangkan
pertanyaan dan nota diplomatik ke pemerintah Singapura mengenai alasan ditolaknya UAS masuk
ke negara tersebut. Menurut informasi yang didapatkan dari Immigration and Checkpoint Authority
atau ICA, UAS tidak diizinkan untuk masuk Singapura karena tidak memenuhi kriteria warga asing
untuk berkunjung.
Sementara, kepada Republika, UAS menuturkan dirinya sempat dimasukkan dalam ruangan sempit.
Otoritas keimigrasian negara tersebut kemudian memintanya kembali ke Indonesia. “Tidak ada
wawancara. Tidak ada (keimigrasian Singapura) meminta penjelasan. Tidak bisa menjelaskan ke
siapa,” ujar UAS saat dihubungi Republika, Selasa (17/5/2022) pagi.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan UAS kepada Republika, berikut urutan peristiwa
tersebut. Menurut alumnus Universitas al-Azhar Mesir itu, diri dan rombongannya telah memenuhi
semua persyaratan untuk dapat memasuki Singapura.“ICA sudah keluarkan arrival card. Semua rute
perjalanan sudah jelas,” ujarnya.
UAS kemudian membeberkan rencana perjalanan (itinerary). Akomodasi akan menggunakan
minivan/hi ace sebanyak satu unit dengan kapasitas 13 tempat duduk. Pada Senin (16/5/2022),
rencananya UAS dan rombongan dijemput di Tanah Merah pada 14.50. Selanjutnya, mereka akan
bergerak ke Arab Street, Masjid Sultan, hingga beristirahat ke hotel Lion Peak Bugis Eks Marrison
Hotel.
Adapun jadwal pada 17 Mei 2022, UAS dan rombongan berangkat dari hotel itu pukul 09.00. Lantas,
mereka beranjak ke SGST untuk mendapatkan tes antigen. Berikutnya, mereka memasuki Masjid
Sultan serta beberapa spot pengambilan gambar, seperti Singapore Flyer, Merlion, Singapore River,
USS, dan taman. Akhirnya, pada sore hari mereka sampai ke Pelabuhan Feru Tanah Merah untuk
kembali ke Indonesia via Batam, Kepulauan Riau.
Pelaksanaan jadwal itu tidak jadi karena kendala yang dialami rombongan tersebut sejak di
Pelabuhan Tanah Merah, Singapura, hari Senin (16/5/2022) pukul 13.30. Mereka terdiri atas UAS
sendiri, istrinya, serta putranya yang masih berusia tiga bulan. Di samping itu, ada seorang kawan
UAS, istrinya, dan kedua anaknya yang berusia masing-masing 21 tahun dan empat tahun.
Begitu berlabuh di Tanah Merah, beberapa petugas menarik UAS ke pinggir tempat orang-orang
berlalu lalang. Dari sini, berbagai pembatasan mulai dirasakan dai alumnus Darul Hadits Maroko itu.
“Hanya ingin memberikan tas berisi peralatan bayi ke istri saya yang berjarak 5 meter saja tidak
diizinkan (petugas),” katanya. Rombongan UAS yang hampir keluar pelabuhan tersebut lantas
diminta oleh para petugas untuk kembali ke dalam, memasuki ruang keimigrasian. UAS sendiri
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan seluas kira-kira 1x2 m persegi.
“Ruang beratap jeruji. Selama 1 jam. Istri dan rombongan di ruang berbeda,” tuturnya. Pada pukul
17.30, Senin (16/5/2022), UAS dan rombongan dipulangkan ke Batam dengan menumpangi kapal
feri terakhir. Yang disayangkan adalah, tidak ada penjelasan apa
pun dari pihak keimigrasian Singapura. “Apakah Singapura sudah berubah menjadi negara yang
mempekerjakan robot? Atau efek pandemi Covid-19 dua tahun?” tanyanya retoris.
Ia pun tidak habis pikir, mengapa perlakuan terhadap seorang intelektual Muslimin sedemikian.
“Kami bukan teroris dan lain-lain. Jika demikian perlakuan mereka terhadap orang-orang terdidik,
apalagi terhadap WNI lain,” tutupnya.

ANALISA KASUS

Singapura menganggap bahwa dalam menghadapi ancaman terorisme, tidak ada yang bisa
memastikan kapan ancaman tersebut datang. Singapura memandang terrorisme sebagai
sebuah ancaman serius yang benar-benar dapat menyerang siapapun, dimanapun dan kapanpun.
Singapura sangat menyadari bahwa saat ini serangan terrorisme sudah bersifat transnasional. Dan
untuk di Singapura sendiri menyebut organisasi Jamaah Islamiyah sebagai kelompok terroris yang
paling nyata dan paling mengancam di Singapura. Salah satu langkah perlindungan Singapura terkait
pencegahan kasus terorisme ini adalah dengan melakukan perlindungan atas tempat-tempat yang
mudah diserang oleh teroris. Langkah perlindungan ini dilakukan terhadap tempat-tempat seperti
terminal, stasiun, bandara, pelabuhan, tempat
tempat pertemuan serta terhadap infrastruktur vital yang ada di Singapura.
Jika ditinjau dari hukum bilateral menurut Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Singapura salah satu
tindak pidana yang pelakunya dapat diekstradisi adalah kasus terorisme.

Anda mungkin juga menyukai