Anda di halaman 1dari 24

METODE PENELITIAN GABUNGAN (MIXED METHODS)

ABSTRAK
Selama ini penelitian lebih banyak menggunakan metode kuantitatif saja
atau kualitatif saja. Metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional,
positivistic, scientivic dan metode discovery. Selanjutnya metoda fase kualitatif
sering dinamakan sebagai metode baru, postposivistic, artistic dan interpretive
research.Tujuan pembahasan ini agar peneliti dapat menentukan metode
penelitian alternative, yaitu metode campuran atau paduan antara kuantitatif dan
kualitatif.Perbedaan mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode
penelitian kuantitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian
kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif,
sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif, mixed methods
merupakan paduan dari kuantitatif dan kualitatif. Beberapa aspek dibandingkan
secara konsepsional yang membedakan ketiga jenis penelitian ini. Aspek-aspek
tersebut adalah pandangan ontologis, model logika yang digunakan, pola pikir
logis, tujuan yang hendak dicapai, desain yang digunakan, strategi penelitian yang
dipilih, teknik analisa data, fokus penelitian, Instrumen pengumpul data,
paradigma penelitian, dan jenis ilmu yang ditemukan.Uraian tentang spektrum
penelitian kualitatif dan kuantitatif diharapkan dapat membantu peneliti dalam
menentukan jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian.

Kata Kunci: metode penelitian, gabungan

PENDAHULUAN
Selama ini penelitian lebih banyak menggunakan metode kuantitatif saja
atau kualitatif saja. Adakalanya penelitian berangkatnya dari kualitatif kemudian
berkembang hingga membutuhkan hipotesis. Penelitian seperti ini membutuhkan
metode penelitian campuran (mixed methods) yang merupakan perpaduan antara
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif (Sugiyono, 2014).
Namun demikian, kedua metode (kuantitatif maupun kualitatif) tidak bisa
dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Pemilihan metode terkait dengan
kebutuhan penelitian, yakni karakteristik data yang ada di lapangan.
Secara umum penelitian dapat didefinisikan sebagai kegiatan manusia
dalam rangka memperoleh pengetahuan secara sistematik dengan menggunakan
alat-alat atau cara-cara tertentu. Secara luas suatu penelitian dapat berarti: 1)
menemukan teori baru dengan menggugurkan teori lama; 2) menambahkan
sesuatu yang baru pada teori lama; atau 3) benar-benar menemukan sesuatu yang
baru dan belum ada sebelumnya.
Suatu penelitian ilmiah yang menggunakan alat uji statistik maupun
matematik merupakan pendekatan kuantitatif atau sering disebut sebagai analisis
deskriptif kuantitatif, sedangkan pendekatan kualitatif lebih mendasarkan pada
penalaran logis (logical reasoning), dan pemahaman interpretasi terhadap objek
penelitian (Abadi, 2003: 97). Bahkan pada saat ini sesuai dengan
perkembangannya pendekatan kuantitatif ini akan lebih lengkap bila
menggunakan pendekatan analisis kualitatif. Mixed methods diharapkan menjadi
solusi dari kebutuhan peneliti.
Penulisan ini membahas tentang pengertian dan karakteristik metode
penelitian campuran (mixed methods) atau paduan metode kuantitatif dan
kualitatif.

PENGERTIAN METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan


tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud adalah bahwasannya
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu: rasional, empiris
dan sistematis.
Data yang diperoleh melalui penelitian itu disebut data empiris atau data
teramati yang memiliki kriteria valid, reliabel,dan objektif. Valis menunjukkan
derajat ketepatan antara data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Untuk
mengetahui validitas suatu sangat sulit, akan tetapi yang pertama kali harus
dilakukan adalah pengujian reliabilitas dan objektivitas suatu data, karena data
yang valid pasti merupakan data yang yang reliabel dan objektif (Sugiyono,
2014:3).
JENIS METODE PENELITIAN
Bila dilihat dari landasan filsafat, data, dan analisisnya beberapa metode
penelitian dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu metode penelitian kuantitatif,
metode penelitian kualitatif, dan metode penelitian gabungan (mixed methods).

Kuantitatif Survei

Eksperimen

Macam Metode Penelitian Phenomenology


Grounded Theory
Kualitatif

Ethnography
Case Study
Narrative Sequential Explanatory
Campuran Sequential Exploratory
(mix methods) Sequential
Concurrent Triangulation
Concurrent
GambarSeb
1 Sequential Embedded

Umumnya, metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional,


positivistic, scientific dan metode discovery. Sedangkan metoda kualitatif sering
dinamakan sebagai metode baru, postposivistic, artistic dan interpretive research
(Hamidi, 2003: 14-16).
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode scientific karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/ empiris, objektif, terukur, rasional
dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode
ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru (Sugiyono, 2010: 38).
Sudarwan Danim menyatakan bahwa Penelitian kuantitatif merupakan
studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free). Dengan kata lain,
penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas.
Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh
diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif
mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat
masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya
bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah
yang sesungguhnya.
Menurut Sugiyono (2010: 35), metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena
popularitasnya belum lama, metode ini dinamakan postpositivistik Karena
berlandaskan pada filsafat post positifisme. Metode ini disebut juga sebagai
metode artistic, Karena proses penelitian lebih bersifat seni(kurang terpola),dan
disebut metode interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan
interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan.metode penelitian
kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian,analisis data bersifat kuantitatif/statistic,dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang teleh di tetapkan (Sugiyono, 2010: 39).
Beberapa pakar metodologi penelitian seperti Miller, mendefinisikan
metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam
kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahanya (Miller, 1982:281).
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor mengemukakan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan, 1993: 20).
Miles and Huberman (1994: 55) mengemukakan metode kualitatif
berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu,
kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara
menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik
karena penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah(natural setting);di sebut
juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak di gunakan
untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut metode kualitatif, karena data
yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN


MIXED METHODS
Untuk memudahkan, terlebih dahulu pembahasan ini tentang perbedaan
mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif
yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif dipandang
sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan penelitian
kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif. Bersifat konfirmasi disebabkan
karena metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori
yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan
yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik dalam bentuk angka.
Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu yang bersifat umum ke
sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang
membangunnya.
Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan
kualitatif dengan kualitatif seperti berikut ini (Hamidi, 2004: 40):
1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan
etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan
terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang
berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian
variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari
indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban
dan skor-skornya. Sebaliknya penelitian kualitaif lebih menggunakan
persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita
rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa
dan pandangan informan.
2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep
(variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian
dicari datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya. Di
sisi lain penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa
pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian
para responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan
konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat
dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif
mengembangkan ,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal,
yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif
bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis
bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui
pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan
penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan
penggunaan wawancara dan observasi.
5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif
menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau
asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran,
sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang
makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan
latar sosial yang diteliti.
6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan
kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif
(perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau
tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data.
Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data
mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai
informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden
yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan informasi baru
lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian ketika
informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-
ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan
para informan sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif jumlah responden atau
informannya didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses
secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian
pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif
berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh
data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan
dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi,
kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai
temuan.
8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang
penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai
bahasa dan pandangan responden.
9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya,
sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan
mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah
variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional,
berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukanemik lagi. Dengan
menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan
jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian
mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka.
10. Dari segi analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan
data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif
analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan
pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi,
mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi
interpretasi.
11. Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti
itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para
responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar
responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan
informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket
atau kuesioner.
12. Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti
melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab
merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data
atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan
terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja
konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para
responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh
peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.

Sedangkan, Sugiyono (2014: 20) membedakan metode kuantitatif,


kualitatif, dan mix methods terletak pada: 1) Aksioma dasar tentang sifat realitas;
2) proses penelitian; dan 3) karakteristik penelitian.
Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif sebagaimana tabel
berikut:
Tabel Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Soejono, 2011: 28):
Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif

1. Ontologi: realitas tunggal 1. Ontologi: realitas ganda


2. Logika: positivistik 2. Logika: phenomenologik
3. Pola pikir: deduktif 3. Pola pikir: induktif
4. Tujuan: pembuktian empiris 4. Tujuan: menyusun konsep
5. Desain: opersionalisasi konsep 5. Desain: konseptualisasi realita
yang jelas empirik
6. Strategi: pengukuran dan 6. Strategi: memahami, mencari
kuantifikasi data makna dibalik data
7. Analisis: uji statistik 7. Analisis: analisis kualitatif
8. Fokus: besaran kejadian 8. Fokus: proses dan makna
9. Instrumen: paper and pancil 9. Instrumen: peneliti sendiri
10. Paradigma: ilmiah 10.Paradigma: Alamiah
11. Hasil ilmu: nomotetik 11. Hasil ilmu: idiografik
Untuk memudahkan peneliti dalam memilih dan menentukan jenis
penelitian, di bawah ini dibuatkan rangkuman garis besar perbandingan antara
kedua jenis penelitian tersebut.
Ada sebelas aspek yang kita bandingkan yang secara konsepsional
membedakan kedua jenis penelitian ini. Kesebelas aspek tersebut adalah :
1. Pandangan ontologis.
2. Model logika yang digunakan.
3. Pola pikir logis.
4. Tujuan yang hendak dicapai.
5. Desain yang digunakan.
6. Strategi penelitian yang dipilih.
7. Teknik analisa data.
8. Fokus penelitian
9. Instrumen pengumpul data.
10. Paradigma penelitian
11. Jenis ilmu yang ditemukan
Memahami karakteristik dan perbandingan secara garis besar antara
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, akan menolong peneliti untuk
menentukan apakah akan memilih jenis penelitian kuantitatif ata jenis penelitian
kualitatif.
Tabel dibawah ini secara garis besar menggambarkan perbandingan ke
sebelas aspek tersebut antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, adalah sebagai
berikut (Kasiram, 2008):
No Faktor Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
1. Desain  Umum  Spesifik, jelas, terinci
 Fleksibel  Ditentukan secara
 Berkembang, tampil mantap
dalam proses penelitian  Menjadi pegangan
langkah demi langkah
2. Tujuan  Memperoleh  Menunjukkan hubungan
pemahaman, makna antara variabel
“verstehen”
 Mengembangkan teori  Mengui teori
 Menggambarkan  Mencari generalisasi
realitas yang yang mempunyai nilai
komplek predikat
3. Teknik  Observasi, participant  Eksperimen, survey,
Penelitian observation observasi terstruktur
 Terutama wawancara  Wawancara terstruktur
terbuka
4. Instrumen  Peneliti sebagai  Tes, angket, wawancara
Penelitian instrument (human dan skala
Instrumen)
 Buku catatan, tape  Komputer, kalkulator
recorder
5. Data  Deskriptif  Kuantitatif
 Dokumen pribadi,  Hasil pengukuran
catatan lapangan, berdasarkan variabel
ucapan responden, yang dioperasionalkan
dokumen, dll. dengan menggunakan
instrumen
6. Sampel  Kecil  Besar
 Tidak respresentatif  Respresentatif
 Purposis  Sedapat mungkin
random
7. Analisis  Tema menemukan  Pada tahap akhir setelah
sejak awal sampai pengumpilan data
akhir penelitian selesai
 Induktif  Deduktif
 Mencari pola  Menggunakan statistik
8. Hubungan  Empati, akrab  Berjarak sering tanpa
dengan kontak langsung
responden  Kedudukan sama dan  Hubungan antara
setara peneliti subyek
 Jangka lama  Jangka pendek
9. Usulan  Singkat sedikit tanpa  Luas dan rinci banyak
Desain literatur literatur yang
 Pendekatan secara berhubungan dengan
umum masalah
 Masalah yang di duga  Prosedur yang spesifik
relevan dan terinci langkah-
 Tidak ada hipotesis langkahnya
 Fokus penelitian  Masalah diuraikan dan
sering ditulis setelah ditujukan kepada fokus
data dikumpulkan tertentu
dari lapangan

Pada metode gabungan (mixed methods) menggabungkan antara penelitian


kuantitatif dengan kualitatif. Terkadang penelitian kualitataif dulu kemudian
dilanjutkan dengan penelitian kualitatif, atau sebaliknya. Hal ini kita melihat
terlebih dahulu karakteristik data di lapangan. Pada metode kuantitatif, sifat
realitas tunggal, diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur. Metode kualitatif:
sifat realitas ganda, holistic, dinamis, hasil konstruksi dan pemahaman.
Sedangkan pada metode gabungan: sifat realitas ganda, dapat diklasifikasikan,
teramati dan hasil konstruksi makna.
Terkait dengan karakteristik, metode gabungan (mixed methods):
1. Desain: untuk model sequential explanatory, proposal sudah lebih jelas
2. Tujuan: untuk model sequential explanatory tujuannya adalah menemukan
pola dan menguji hipotesis yang ditemukan dalam penelitian kualitatif
3. Teknik pengumpulan data: test, kuesioner participant observation, in depth
interview, dokumentasi, triangulasi
4. Instrument penelitian: Tes, angket, instrument standar, peneliti sendiri, buku
catatan, tape recorder, camera, handycam, dan lain-lain.
5. Data: data kuantitatif hasil pengukuran dan kualitatif hasil pengamatan
6. Sampel: untuk model sequential explanatory, sampel bisa besar dan
representatif
7. Analisis: analisis data kuantitatif dan kualitatif
8. Hubungan dengan responden: hubungan peneliti dengan yang diteliti bisa
berjarak, bisa akrab, kedudukan bisa lebih tinggi dan sama dengan
responden, jangka pendek dan jangka panjang, hipotesis terbukti dengan
didukung data kualitatif
9. Usulan desain: untuk penelitian kombinasi model sequential explanatory,
usulan desain bisa besifat sementara tetapi untuk model sequential
explanatory usulan desain sudah rinci
SPEKTRUM PENELITIAN
Bertitik tolak dari tabel perbandingan di atas, maka penentuan apakah
peneliti akan memilih penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif, tergantung
dari perlakuan pada aspek-aspek tiap jenis penelitian (11 aspek) yang akan
dilakukan peneliti.
Dasar pemilihan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Pandangan ontologis peneliti terhadap gejala yang dihadapi
Pengetahuan tentang ontologi, yaitu tentang apa yang akan dipelajari
tersebut. Apakah kita mempelajari sesuatu yang nyata atau tidak terwujud. Dalam
penelitian tentu kita hanya akan mempelajari hal-hal yang ada dan nyata serta
dapat diukur atau diperkirakan hasilnya.
Dalam pandangan ontologis, ada dua pandangan peneliti terhadap realitas
yang ada, yaitu bahwa realitas itu tunggal dan bahawa realitas itu jamak. Bila
peneliti menganggap realitas, gejala, atau fenomena yang akan di teliti adalah
tunggal, berdiri sendiri, terpisah dari realita, gejala atau fenomena yang lain, dan
dapat diteliti secara terpisah, maka peneliti harus memilih jenis penelitian
kuantitatif.
Sebaliknya, bila peneliti beranggapan bahwa realitas, gejala atau fenomena
yang akan diteliti itu bersifat jamak atau ganda dan tidak bisa dipisahkan dari
realitas, gejala atau fenomena yang lain, dan harus dipahami secara menyeluruh,
maka peneliti harus memilih jenis penelitian kualitatif.

b. Logika yang digunakan dalam penelitian


Logika, rasio atau hasil pemikiran membahs suatu masalah dari sudut
benar dan salahnya. Menurut rasio sesuatu yang dikatakan benar itu harus
dibuktikan kebenaranya, demikian pula jika mengatakan salah harus dapat
ditunujukkan dimana titik kesalahanya. Pengetahuan hasil pemikiran ini bersifat
objektif dan bisa diterima setiap orang. Sudut inilah yang menjadi telaah ilmu,
yaitu untuk mencari kebenaran.
Oleh karena pandangan ontologis akan ikut menentukan model logika
yang cocok untuk digunakan sebagai paradigma penelitian, apakah paradigma
jenis penelitian kuantitatif ataukah jenis penelitian kualitatif. Dalam hal ini ada
dua logika yang cocok untuk mencari kebenaran berdasarkan pandangan
ontologinya yakni logika positivistik bagi pandangan ontologis., bahwa realitas itu
tunggal dan logika fenomenologik bagi pandangan ontologis bahwa realitas itu
jamak.
Bila peneliti memandang realitas yang akan diteliti itu tunggal, dan logika
positivistik adalah sebagai paradigma penelitianya, maka peneliti harus memilih
jenis penelitian kuantitatif. Sebaliknya, bila pandangan ontologis peneliti adalah
bahwa realitas yang akan diteliti itu adalah bersifat jamak, dan akan menggunakan
logika fenomenologik sebagai paradigma penelitianya, maka peneliti harus
memilih jenis penelitian kualitatif.

c. Pola pikir yang digunakan


Dalam cara berpikir/menalar untuk mengambil suatu keputusan tentang
suatu masalah, terdapat dua cara yaitu pertama secara deduktif dan secara
induktif.
Cara berfikir deduktif yaitu dengan menggunakan analisis yang berpijak
dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti
apakah fakta-fakta itu ada apa tidak dilapangan dan hasilnya dapat digunakan
untuk mengambil kesimpulan yang berlaku umum dari fakta-fakta khusus yang
diteliti tadi. Cara berfikir deduksi ini, bertujuan untuk memperoleh kesimpulan
yang tepat dan benar harus didasarkan pada dasar-dasar deduksi yang benar,
karena kritik dan ketelitian serta kecermatan dalam mengumpulkan fakta-fakta,
kemudian cerdas dan objektif dalam menganalisis, menginterpretasi dan menarik
kesimpulan.
Peneliti dapat menetapkan semua aturan dalam pengumpulan dan analisis
data sebelumnya. Mereka sudah mengetahui hipotesis yang akan diuji dan dapat
dapat menyusun instrumen yang cocok dengan variabel penelitianya. Instrumen
ditetapkan sebelum terjun ke lapangan.
Sedangkan cara berpikir induktif, kebalikan dari cara berpikir deduksi,
yakni berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dianalisis dan
akhirnya ditemukan pemecahan persoala yang bersifat umum. Induksi merupakan
cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan secara induktif, dimulai
dengan menyatakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi, yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum (Suriasumantri, dkk., 1984: 48).
Bila peneliti menetapkan menggunakan pola pikir deduktif, dimana pola
pikir deduktif ini merupakan sarana untuk menyusun kerangka teoritik penelitian
sebelum terjun meneliti ke lapangan, maka peneliti harus memilih jenis penelitian
kuantitatif.
Sebaliknya bila peneliti memilih pola berfikir induktif, dimana pola
berfikir induktif ini merupakan sarana mengumpulkan data lapangan, maka
peneliti harus memilih jenis penelitian kualitatif.

d. Tujuan penelitian yang ingin dicapai


Sesuai dengan pola pikir deduksi dan induksi, maka tujuan penelitian pun
dibedakan menjadi dua berdasarkan pola pikir yang digunakan. Pola pikir
deduktif tujuan penelitian ialah untuk uji teori dengan data empiris.
Bila peneliti ingin menguji teori atau hipotesis yang disusun berdasarkan
berpikir deduktif dengan data empiris (pembuktian empiris), maka peneliti harus
memilih jenis penelitian kuantitatif.
Sebaliknya bila peneliti ingin menyusun konsep atau teori berdasarkan
hasil analisis data empiris, maka peneliti harus memilih jenis penelitian kualitatif.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian adalah untuk
mencari informasi empiris, obyektif, logis mengenai sesuatu atau menentukan
keterkaitan antara variable-variabel yang dipermasalahkan. Dengan demikian
maka tujuan penelitian yang dirumuskan harus mencerminkan dan konsisten
dengan masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya. Jelaslah bahwa
penelitian yang akan dilaksanakan mengarah pada jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan yang telah dinyatakan dalam masalah. Tujuan tersebut harus pula
dirumuskan secara jelas agar hubungan antara tujuan dan masalah yang tersurat
tampak. Tujuan yang telah dirumuskan satu demi satu secara terperinci akan
menjadi patokan untuk mengetahui apakah penelitian tersebut sudah selesai
dilaksanakan secara lengkap atau belum.

e. Desain penelitian yang digunakan


Desain atau rancangan penelitian adalah suatu rencana yang dirancang
sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian. Sesuai dengan pola pikir yang
digunakan, maka desain ini dibedakan antara desain yang rinci dan lengkap dan
ada desain yang bersifat longgar yang memberi peluang untuk diubah. Pola pikir
deduktif, yang ingin menguji hipotesis atau teori dengan data empiris,
menghendaki desain yang rinci dan jelas, lengkap dengan variabel yang akan
diteliti, sekaligus dilengkapi dengan instrumen pengumpul datanya. Desain itu
harus di susun secara pasti sebelum data dikumpulkan. Sekali desain digunakan,
maka tidak boleh mengubahnya dalam bentuk apapun. Sebab, jika diadakan
perubahan, maka perubahan itu akan mengaburkan variabel, sehingga penafsiran
yang bermakna jadi tidak mungkin dilakukan. Itulah mengapa desain seperti ini
dipandang sebagai operasionaliasi konsep yang jelas.
Pola pikir induktif adalah kebalikan dari pola pikir deduktif, dimana pola
pikir ini ingin menyusun konsep atau teori berdasarkan data empiris, maka pola
pikir ini lebih mengutamakan data lapangan seperti apa adanya, tanpa dibatasi
oleh suatu konsep atau teori tertentu, sehingga desain yang disusun cukup garis
besarnya saja, sekedar sebagai petujuk jalan, dan desain tersebut terbuka
kemungkinan untuk diubah, bila kondisi lapangan menghendaki. Maka dari itu,
desain yang dapat disusun sebelumnya secara tidak lengkap. Apabila sudah mulai
digunakan, maka desain itu malah mulai dilengkapi dan disempurnakan. Desain
itu dapat senantiasa diubah dan disesuaikan dengan apa yang diperoleh dan
disesuaikan pula dengan pengetahuan baru yang ditemukan.
Bila peneliti memutuskan untuk menggunakan desain yang rinci dan
lengkap, sebagai operasionalisasi konsep yang jelas dilapangan, atau sebagai
ajang menguji apakah hipotesis atau teori yang disusunnya diterima atau ditolak,
maka peneliti harus memilih jenis penelitian kuantitatif.
Sebaliknya, bila peneliti memutuskan untuk menyusun desain yang tidak
lengkap dan terbuka untuk perubahan, karena sepenuhnya peneliti mengandalkan
data lapangan seperti apa adanya, sebagai dasar konseptualisasi realitas empirik,
maka peneliti harus memilih jenis penelitian kualitatif.

f. Strategi penelitian yang digunakan


Strategi adalah cara yang dipilih agar pencapaian tujuan bisa efektif dan
efisien. Strategi penelitian ini terkait dengan perolehan data yang sesuai dengan
indikator dari tiap variabel atau gejala yang diteliti. Untuk bisa membuktikan,
bahwa data itu menjadi indikator dari suatu variabel atau suatu gejala, maka ada
dua strategi yang bisa digunakan yaitu dengan cara pemahaman. Kedua macam
strategi ini masing-masing mempunyai tujuan sendiri.
Strategi pertama ialah strategi pengukuran, bertujuan untuk menentukan
besaran suatu data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka. Semua gejala
bisa diubah menjadi angka, dimana angka ini menunjukkan besar atau kualitas
dari indikator dari variabel tersebut. Setelah diukur kemudian dihitung. Proses ini
dinamakan proses kuantifikasi data, sehingga data yang dihasilkan disebut data
kuantitatif.
Sedangkan strategi kedua yaitu dengan strategi pemahaman yaitu dengan
cara mencari keterangan lebih dalam apa makna dibalik gejala yang nampak dari
luar. Peneliti dituntut untuk memahami bagaimana para subyek penelitian
berpikir, berpendapat, berprilaku sesuai dengan apa yang ia lakukan sehari-hari
dalam kehidupanya. Ini dilakukan secara mendalam dan terus menerus, sehingga
peneliti menghabiskan waktunya dengan subyek yang ditelitinya. Dengan cara ini
maka peneliti betul-betul bisa memahami apa makna dibalik tingkah laku subyek
studinya.
Bila peneliti memutuskan untuk melakukan ukur mengukur gejala yang
diteliti, maka peneliti harus memilih jenis penelitian kuantitatif. Sebaliknya bila
peneliti ingin memahami dan mencari makna dibalik tingkah laku yang nampak
dari subyek penelitian, maka peneliti harus memilih jenis penelitian kualitatif.

g. Analisis yang digunakan


Dalam penelitian ilmiah, dikenal ada dua macam analisis data, yaitu
analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif
kuantitatif dilakukan peneliti dengan mencari jumlah frekuensi dan mencari
prosentasenya, dan analisis/ uji statistik berupa distribusi data atau penghitungan
atau pengkelompokan data dari hasil penelitian.
Sedangkan dalam analisis deskriptif kualitatif, biasanya bersifat penilaian,
analisis verbal non angka, untuk menjelaskan makna lebih jauh dari yang nampak
oleh pancaindra. Analisis deskriptif kualitatif ada yang digunakan untuk
memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan tolak ukur yang
sudah ditentukan. Penelitian evaluasi merupakan jenis penelitian yang banyak
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif ini. Langkah yang dilalui adalah
mengadakan pengukuran secara kuantitatif terhadap variabel, kemudian baru
mentransfer harga kuantitatif tersebur menjadi predikat kualitatif. Analisis seperti
ini bisa memperkaya pemahaman terhadap hasil analisis deskriptif kuantitatif.
Bila peneliti memutuskan untuk menggunakan teknis analisis deskriptif
kuantitatif, dan analisis/uji statistik, maka peneliti harus memilih jenis penelitian
kuantitatif. Sebaliknya, bila peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif, maka peneliti harus memilih jenis penelitian
kualitatif.
Analisis kualitatif berakar pada pendekatan fenomenologi yang
sebenarnya lebih banyak mengkritik pendekatan positivisme yang dianggap
terlalu kaku, hitam-putih dan terlalu taat asas. Alasanya bahwa analisis
fenomenologi lebih tepat digunakan untuk mengurai persoalan subjek manusia
yang umumnya tidak taat asas, berubah-ubah, memiliki subjektivitas individual,
memiliki emosi, dan sebagainya (Bungin, Burhan, 2010: 143).
Dengan demikian maka analisis-analisis kualitatif cenderung
menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun
berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara pada
kesimpulan-kesimpulan umum.
Model tahapan analisis induktif adalah sebagai berikut (Moleong, Lexy J,
2006: 248)
1. Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi,
revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada.
2. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh.
3. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi.
4. Menjelaskan hubungan kategorisasi.
5. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum.
6. Membangun atau menjelaskan teori.

h. Fokus penelitian
Fokus penelitian yaitu pusat perhatian yang harus dapat dicapai dalam
penelitian yang dilakukan. Ada penelitian yang mementingkan identifikasi gejala
yang sudah terjadi (expost facto), sehingga peneliti berusaha mengidentifikasi
besaran kejadian atau gejala itu. Ada penelitian yang fokusnya menekankan pada
proses dan makna kejadian ketimbang kejadian itu sendiri. Fokus penelitian yang
pertama hanya tertuju untuk mengidentifikasi, mengukur, menimbang kejadian
atau gejala yang telah terjadi, dengan mengabaikan proses dan makna
kejadiannya, sedang fokus kedua, akan menelusuri kejadian atau gejala itu sejak
sebelum, sedang dan sesudah kejadian atau gejala itu terjadi. Dengan demikian,
peneliti bisa mengetahui bagaimana proses terjadinya suatu kejadian atau gejala
dan sekaligus tahu apa makna dari kejadian itu bagi subyek penelitian.
Bila peneliti memutuskan untuk memilih fokus penelitian pada besaran
kejadian atau gejala, maka peneliti harus memilih jenis penelitian kuantitatif.
Sebaliknya, bila peneliti memutuskan untuk memilih fokus penelitian pada proses
dan makna dibalik kejadian atau gejala, maka peneliti harus memilih jenis
penelitian kualitatif.
Frankel dan Wallen (Nasution S, 1982: 20)mengemukakan sebagai berikut:
a. Masalah harus fleksibel, artinya rumusan masalah tersebut harus dapat di
jawab melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga
dan waktu.
b. Rumusan masalah harus jelas, artinya semua orang memberikan persepsi
yang sama terhadap masalah tersebut.
c. Rumusan masalah harus segnifikan, artinya jawaban masalah yang diberikan
harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan
masalah kehidupan ini.
d. Rumusan masalah harus etis, artinya masalah tersebut tidak berkenaan
dengan hal-hal yang bersifat etika, moral nilai-nilai keyakinan dan agama.
Tuctman (1988: 25) mengemukakan bahwa rumusan masalah yang baik
adalah sebagai berikut:
a. Adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
b. Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya atau alternatif
lain yang mengandung pertanyaan.
c. Rumusan masalah hendaknya memberi petunjuk tentang mugkinya
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam rumusan tersebut.
d. Rumusan masalah hendaknya padat.
Meskipun demikian, kegiatan memilih dan merumuskan masalah dalam
rancangan kualitatif pada dasarnya, bukanlah suatu yang sederhana dan bisa
diremehkan. Untuk dapat menampilkan masalah yang bermutu dengan rumusan
yang tepat, dilihat dari kacamata ilmiah, tentu memerlikan kerja keras dan usaha
yang sungguh-sungguh. Dalam rangka itu, menarik sekali untuk dicermati saran-
saran yang ditawarkan Savilla dkk (1993: 58) seperti berikut:
1. Membaca sebanyak banyaknya literatur yang berhubungan dengan bidang
(disiplin) kita dan bersikap kritislah terhadap apa yang kita baca.
2. Menghadiri kuliah, seminar atau cerama-ceramah profesional.
3. Mengadakan pengamatan dari dekat situasi atau kejadian-kejadian disekitar
kita.
4. Memikirkan kemungkinan penelitian dengan topik-topik atau pelajaran yang
kita dapat dari kuliah (serta seminar, dan bacaan-bacaan).
5. Menghadiri seminar-seminar hasil penelitian.
6. Mengadakan penelitian-penelitian kecil atau catat hasil atau penemuan yang
diperoleh.
7. Menyusun penelitian penelitian dengan penekanan pada isi (content) dan
metodenya.
8. Mengunjungi berbagai perpustakaan untuk memperoleh topik yang dapat
diteliti.
9. Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan dengan bidang kita.
10. Menyimpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan bidang kita.

i. Instrumen pengumpulan data yang digunakan


Instrumen pengumpulan data (IPD) ialah alat yang digunakan oleh peneliti
untuk menggali data dari obyek atau subyek penelitian. Ada dua kategori
instrumen pengumpulan data yang dipilih sesuai dengan paradigma yang
digunakan. Bagi yang menggunakan strategi ukur mengukur dalam pengumpulan
data, maka instrumen pengumpulan datanya adalah paper dan pensil. Artinya
instrumen itu berupa daftar pertanyaan yang dituangkan dalam kertas dan bisa
dijawab oleh responden dengan menggunakan pensil. Misalnya menjawab angket
atau mengisi blanko observasi dan sebagainya. Oleh karena itu, penelitian yang
menggunakan strategi ini, tidak wajib peneliti terjun ke lapangan, sebab bisa
diwakilkan pada orang lain (yang telah dilatih) untuk melaksanakan pengumpulan
data dengan instrumen yang telah disiapkan.
Sebaliknya bagi yang menggunakan strategi pengumpulan data dengan
menggali makna dibalik data yang nampak, sehingga peneliti sendiri bisa
merasakan, menghayati, mengalami dan memahami seperti yang dilakukan oleh
subyek penelitian, maka peneliti tidak bisa diwakilkan pada orang lain untuk
terjun ke lapangan dalam mencari data, akan tetapi dia sendiri harus terjun dan
terlibat langsung dalam dunia alamiah subyek penelitian. Maka dari itu strategi ini
mewajibkan peneliti sendirilah yang menjadi instrumen pengumpulan data
penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang paling tepat adalah observasi
partisipan dan interview mendalam.
Bila peneliti memutuskan untuk menggunakan paper dan pensil
(instrumen yang tertulis dan dapat diisi sendiri oleh responden) dan disiapkan
sebelum pelaksanaan pengumpilan data, maka peneliti harus memilih jenis
penelitian kuantitatif.
Sebaliknya bila peneliti memutuskan untuk menjadi instrumen
pengumpulan data sendiri, dan langsung terjun ke kancah alamiah dimana
subyek penelitian hidup sehari-hari, maka peneliti harus memilih jenis penelitian
kualitatif.
j. Paradigma penelitian yang digunakan
Paradigma adalah acuan longgar dalam penelitian yang berupa: asumsi,
dalil, aksioma, postulat atau konsep yang akan digunakan sebagai petunjuk
penelitian. Ada dua paradigma yang umum dugunakan dalam penelitian ilmiah
yaitu paradigma ilmiah dan paradigma alamiah.
Paradigma ilmiah mempunya maksud dalam usahanya menemukan
pengetahuan melalui verifikasi hipotesis yang dispesifikasikan secara apriori.
Paradigma alamiah sebaliknya, tidak diperkenankan memformulasikan secara
apriori. Datanya dikumpulkan serta dikategorisasikan dalam bentuk kasar dan
diunitkan oleh peneliti untuk analisis. Di samping itu, peneliti kurang dibimbing
oleh desain yang lengkap, dibanding dengan paradigma ilmiah. Peneliti menitik
beratkan pada upayanya pada usaha menemukan unsur-unsur atau pengetahuan
yang belum ada dalam teori yang berlaku. Disinilah ada peluang untuk
mengkonstruksi konsep atau teori baru.
Bila peneliti memutuskan untuk menggunakan paradigma ilmiah, maka
peneliti harus memilih jenis penelitian kuantitatif. Sebaliknya bila peneliti
memutuskan untuk menggunakan paradigma alamiah, maka peneliti harus
memilih jenis penelitian kualitatif.

k. Ilmu yang dihasikan


Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian, pada garis besarnya
dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama imu yang mempunyai ciri bersifat
umum dan diberlakukan pada populasinya. Ilmu ini diambil dari generalisasi ciri-
ciri umum yang ada pada seluruh populasinya, sehingga kesimpulanya berlaku
umum diseluruh populasi. Bahkan ilmu yang baik, tingkat berlakunya bersifat
universal, tidak terikat oleh tempat dan waktu. Ilmu yang diperoleh dari
mengambil ciri-ciri generalisasi dari populasinya disebut ilmu “nomotetik”.
Kedua yaitu ilmu yang bersifat berlakunya lebih sempit dan khusus, hanya
berlaku pada obyek, kasus atau kejadian yang menjadi sasaran, penelitian dan
tidak berlaku untuk obyek, kasus atau kejadian di tempat dan waktu yang lain.
Akan tetapi, bila kebenaranya telah didukung oleh temuan-temuan lain yang
sejenis, maka ilmu tersebut mempunyai daya transferbilitas yang tinggi, sehingga
bisa diberlakukan untuk obyek, kasus, atau kejadian khusus seperti ini disebut
ilmu “idiografik”.
Bila peneliti memutuskan untuk membangun ilmu yang nomotetik, maka
peneliti harus memilih jenis penelitian kuantitatif. Sebaliknya, bila peneliti
memutuskan membangun ilmu idiografik, maka peneliti harus memilih jenis
penelitian kualitatif.
Jadi untuk menentukan penelitian apakah itu kualitatif atau kuantitatif
harus dilihat dari tolak ukur atau model pengukuranya dalam penelitian. Biasanya
penelitian kuantitatif menggunakan analisis model statistik, karena semua data
yang didapatkan dikuantikasikan lebih dahulu, baik dengan jalan diukur atau
dihitung atau dikelompokkan dari hasil penelitian. Sebaliknya penelitian
kualitatif, datanya bersifat kulaitatif, analisisnya juga bersifat kualitatif, apakah
dengan metode deduksi atau induksi atau reklektif, biasanya bersifat penilaian,
yang biasa digunakan dalam jenis penelitian yang bersifat evaluasi.
Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau konteks
dari suatu keutuhan, hal ini dilakukan, menurut Lincoln dan Guba, karena
ontologi lamiah menhendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang
tidak dapat di pahami, jika dipisahkan dari konteks. Menurut Lincoln (1986: 80)
hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi yaitu:
1. Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan
peneliti harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk
keperluan pemahaman.
2. Konteks yang menentukan dalam menenetapkan apakah suatu penemuan
mempunyai arti konteks lainya, yang berarti dalam keseluruhan pengaruh
lapangan.
3. Sebagai struktur nilai konstektual bersifat determinative terhadap apa yang
akan diteliti.
Sedangkan pada metode campuran (mix methods) merupakan kombinasi
atau paduan dari metode kuantitatif dan kualitatif, tergantung data di lapangan,
bisa kuantitaif dulu kemudian dilanjutkan kualitatif, atau metode kualitatif dulu
kemmudian ditentukan hipotesisnya yang merupakan salah satu ciri metode
kuantitatif. Diharapkan dengan uraian di atas peneliti akan mampu menentukan
dengan tepat jenis penelitian yang akan dilakukan.

PENUTUP

1. Metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistic,


scientivic dan metode discovery. Selanjutnya metoda fase kualitatif sering
dinamakan sebagai metode baru, postposivistic, artistic dan interpretive
research;
2. Perbedaan mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode
penelitian kuantitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya.
Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi
dan deduktif, sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan
induktif, mix methods merupakan paduan dari kuantitatif dan kualitatif;
3. Beberapa aspek dibandingkan secara konsepsional yang membedakan
ketiga jenis penelitian ini. Aspek-aspek tersebut adalah Pandangan
ontologis, Model logika yang digunakan, Pola pikir logis, Tujuan yang
hendak dicapai, Desain yang digunakan, Strategi penelitian yang dipilih,
Teknik analisa data, Fokus penelitian, Instrumen pengumpul data,
Paradigma penelitian, dan Jenis ilmu yang ditemukan.
4. Dengan uraian spektrum penelitian kualitatif dan kuantitatif di atas,
peneliti akan mampu menentukan dengan tepat jenis penelitian yang akan
dilakukan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, Robert dan Taylor, Steven Jn, 1993. Penelitian Kualitatif, Surabaya:
Usaha Nasional.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta, Kencana Media Group.


Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Malang:.
UIN-Maliki Press.

Lincoln,Y.S. & E.G. Guba, 1986. Naturalistic Inquiry,. Beverly Hills: Sage
Publication.

Milles, M.B., & Huberman, A.M.1994. Qualitative Data Analysis: An Expanded


Sourcebook (ed.2) Nurbury Park,CA:Sage.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda

Miller, S.I. 1982. Quality And Quantity: Another View of Analitic Induction as a
Research Technique.Dalam Quality And Quantity.

Nasution S, 1982. Metode Research, Penelitian ilmiah.Bandung: Jemmers.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Edisi ke- 5.


Bandung: Alfabeta.

Soejono, dan Abdurrahman, 2011. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan


Penerapan, Jakarta: Rineka Cipta

Suriasumantri, Jujun S, 1984. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, Jakarta. Sinar


Harapan.

Sevilla, Consuelo G. Dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian, Terj. Alimuddin


Tuwu, Jakarta: UI Press.

Tuctman, B.W. 1988. Conducting Educational Research, H.B.J.Inc. Antlanta.

Yusrie Abadi, MA. APU. 2003. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Media Group.

Anda mungkin juga menyukai