Anda di halaman 1dari 7

PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA GENERASI MUDA MILENIAL

Penulis
Vira Vebirina
30902000223

Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Email vebirinav@gmail.com

Abstract

The influence of technology and information has begun to enter all aspects of people’s lives,
including teenagers who are classified as the millennial generation. The degradation of the
quality of the millennial young generation is currently entering a worrying phase marked by
the weakening of national identity and behavioral deviations. The need for the formation of
good character in order to create a quality nation and state. The method used in this
research is descriptive qualitative. The millennial young generation is very easy to access
unlimited information from any part of the world without the boundaries of space and time.
As a result, it has an impact on the younger generation, both positive and negative. For this
reason, it is necessary to have shields and filters that can fortify and filter the negative
influences that enter the millennial generation. Character building can be done to address
these problems which include the values of Pancasila which are certainly good for
maintaining the quality of the younger generation.

Keywords : Character building, Millenial Generation

Abstrak

Pengaruh teknologi dan informasi sudah mulai memasuki seluruh aspek dalam kehidupan
masyarakat, termasuk pada anak remaja yang tergolong sebagai generasi anak milenial.
Degradasi kualitas generasi muda milenial saat ini memasuki fase yang menghawatirkan
ditandai dengan melemahnya identitas bangsa dan penyimpangan perilaku. Perlunya
pembentukan karakter yang baik agar menciptakan bangsa dan negara yang berkualitas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Generasi muda
milenial sangat mudah mengakses informasi tanpa batas dari belahan dunia manapun tanpa
batas ruang dan waktu. Akibatnya membawa pengaruh bagi generasi muda baik yang positif
maupun yang negatif.. Untuk itu perlu ada tameng dan penyaring yang bisa membentengi dan
memfilter pengaruh negatif yang masuk pada generasi milenial. Pembentukan karakter bisa
dilakukan untuk menyikapi permasalahan tersebut yang dimasukkan didalamnya nilai nilai
Pancasila yang tentunya baik untuk menjaga kualitas generasi muda.

Kata kunci : Pembentukkan Karakter, Generasi Milenial


A. PENDAHULUAN
Pendidikan karakter merupakan suatu sikap yang wajib ditanamkan dalam diri setiap
anak sejak usia dini sebagai upaya pembentukan karakter anak. Pendidikan merupakan modal
dasar dalam pembentukan karakter. Pendidikan bukan hanya belajar mengenai materi saja,
akan tetapi dapat melalui praktik dalam keseharian dengan lingkungan sekitar sehingga dapat
membantu untuk menumbuhkan karakter yang baik bagi generasi milenial. Pendidikan
Karakter menentukan perilaku seseorang berjalan sesuai norma-norma yang telah ada di
dalam masyarakat.
Selain itu pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai: the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character
development. Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Menurut Koesoema (2010:80)
memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau
karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil dan
juga bawaan seseorang sejak lahir.
Perkembangan Teknologi dan Informasi berkembang sangat pesat pada era milenial
ini. Pengaruh teknologi dan informasi sudah mulai memasuki seluruh aspek dalam kehidupan
masyarakat, termasuk pada anak remaja yang tergolong sebagai generasi anak milenial.
Mereka sangat lekat kaitannya dengan teknologi dan informasi utamanya yaitu dengan
gadget. Memang tidak bisa dipungkiri fakta bahwasanya banyak hal positif berhubungan
dengan penggunaan gadget pada anak, namun perlu kita sadari juga bahwasanya hal negatif
yang muncul juga tidak kalah banyak. Salah satu dampak negatif dari penggunaan tersebut
adalah maraknya penggunaan gadget untuk bermain game, menonton adegan-adegan yang
tidak pantas, film dengan budaya yang bertolak belakang dengan budaya bangsa kita.
Ditambah banyaknya waktu luang yang mereka miliki selama kurang lebih 2 tahun ini karena
efek pembelajaran jarak jauh, mengakibatkan penggunaan teknologi tidak terkontrol.
Generasi milenial merupakan generasi yang pola pikir dan tindakannya banyak
dipengaruhi oleh smartphone dan media social. Peran mereka sangat menentukan dalam
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia kedepan, maka apabila generasi milenial
kita rusak maka akan rusaklah bangsa kita. Peranan pada anak ini harus dididik, dibina, dan
dibesarkan dengan benar agar mereka menjadi generasi bangsa yang baik untuk membawa
Negaranya menjadi lebih baik. Anak-anak yang berkembang di era milenial tidak menutup
kemungkinan untuk dipengaruhi oleh teknologi yang berkembang saat ini. Anak-anak ini
Mempunyai karakteristik, dimana perilaku ketergantungan terhadap teknologi Yang sangat
tinggi. Akibat dari perilaku tersebut berpengaruh langsung terhadap Pembentukan karakter
anak yang sekarang sering disebut dengan generasi milenial.
Perilaku menyimpang seperti penggunaan narkoba, seks bebas, tawuran pelajar,
kriminalitas, dan lain-lain sangat akrab dengan generasi muda, bahkan mereka melakukannya
dalam usia yang relatif muda. Budaya urban mereka adaptasi dalam berbagai hal seperti gaya
hidup dan perilaku dalam berbusana, bergaul, nongkrong, musik, konsumsi, dan sebagai
merasuk begitu deras dalam kehidupan anak muda seharihari. Hal ini juga menjalar tidak
hanya dalam kehidupan anak muda di kota-kota besar, tetapi juga pelosok-pelosok desa.
Perilaku dan gaya hidup mereka mengimitasi dan menjalar dari berbagai kehidupan di dunia,
tanpa mereka tahu esensi dan makna dari apa yang mereka lakukan. Hal ini semua
menunjukkan bahwa Pancasila belum diinternalisasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Untuk itu perlu dibangun karakter generasi muda yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya
bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang
bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang
berkarakter adalah keinginan kita semua. Soekarno selalu menggelorakan gerakan kesadaran
untuk membentuk “nation and character building”. Soekarno menyatakan bahwa tugas berat
bangsa Indonesiauntuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Apabila
pembangunan karakter bangsa ini tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
kuli.
Berangkat dari permasalahan diatas, maka peneliti tertarik mengangkat masalah ini
dalam penelitian yang berjudul “Pembentukan Karakter Bangsa Generasi Muda Milenial”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peranan pembentukan karakter bangsa pada generasi muda milenial?
2. Bagaimana implementasi pembentukan karakter bangsa pada generasi muda milenial?

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
kualitatif merupakan penelitian pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau
hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang, melaporkan keadaan objek
atau subjek yang diteliti sesuai denga napa adanya (Sukardi, 2003: 157). Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu
keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variable-
variabel yang dijelaskan.

D. PEMBAHASAN
1. Pengertian Karakter
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang , bepikir, bersikap dan bertindak. Menurut Prof Suyanto Ph.D
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Lickona mengemukakan bahwa karakter terbagi dalam tiga aspek yang saling
berhubungan, yakni moral knowing, moral feeling, dan moral behavior. Oleh karena itu
karakter seseorang yang dipandang baik harus memenuhi tiga keinginan aspek, yakni
mengetahui hal yang baik (knowing the good), ada keinginan terhadap hal yang baik
(desiring the good), dan melakukan hal yang baik (doing the good). Sehingga hal tersebut
akan menjadi kebiasaan berfikir (habits of the mind), kebiasaan merasa (habits of heart),
dan kebiasaan bertindak (habits of action). Pandangan ini didasarkan pada filosuf Yunani,
Aristoteles, yang menyatakan bahwa sebuah karakter dikatakan baik, jika keseluruhan
performance seseorang yang baik moral knowing, moral feeling, dan moral action.
2. Generasi Muda Milenial
Generasi milenial atau yang disebut generasi Y lahir sekitar 1980 sampai 2000.
Generasi muda merupakan masa peralihan dari remaja ke dewasa muda. Masa muda
adalah masa transisi antara kanak-kanak dan dewasa, dan mereka relatif belum mencapai
tahap kematangan mental serta sosial sehingga harus menghadapi tekanan emosi,
psikologi, dan sosial yang saling bertentangan. Dengan segala potensi, kepribadian dan
konflik yang ada dalam dirinya, menjadikan generasi muda sebagai suatu jiwa yang khas
dalam proses transisi menuju manusia dewasa. Kecenderungan generasi muda sekarang
dalam pola pikir, perilaku, dan gaya hidup yang serba instan, hedonis, dan cenderung
kehilangan identitas yang berakar dari budayanya.
Degradasi kualitas generasi muda Indonesia saat ini, memasuki taraf yang
mengkhawatirkan, yang ditandai dengan melemahnya identitas dan ketahanan budaya.
Lemahnya ketahanan budaya tersebut tercermin antara lain dari lemahnya kemampuan
dalam menyikapi dinamika perubahan sebagai akibat dari tuntutan zaman yang secara
kental diwarnai oleh derasnya serbuan budaya global. Kebudayaan nasional yang
diharapkan mampu sebagai katalisator dalam mengadopsi nilai-nilai universal yang luhur
dan sekaligus sebagai filter terhadap masuknya budaya global yang bersifat negatif
ternyata belum mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Tanpa adanya sikap
adaptifkritis, maka adopsi budaya negatif, antara lain: sikap konsumtif, individualis,
hedonis, akan lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan adopsi budaya positif
produktif.
Krisis multidimensi yang berkepanjangan telah memberikan kontribusi terhadap
semakin melemahnya rasa kepercayaan diri dan kebanggaan generasi muda, dan
menguatnya sikap ketergantungan, bahkan lebih jauh telah menyuburkan sikap apatis
generasi muda terhadap berbagai persoalan bangsanya. Generasi muda menjadi generasi
yang cuek terhadap realitas yang terjadi dalam masyarakat karena berpandangan bahwa
bukan tugas dan kewajibannya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut.
Selain itu persoalan generasi muda adalah menipisnya semangat nasionalisme
tersebut juga sebagai akibat dari lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola
keragaman (pluralitas) yang menjadi ciri khas obyektif bangsa Indonesia. Nasionalisme
Indonesia dalam kalangan generasi muda juga tergerus oleh arus globalisasi yang deras
memenuhi segala dimensi kehidupan generasi muda.
3. Pembentukan Karakter Dengan Nilai Pancasila
Menyiapkan generasi muda untuk mampu menyelesaikan berbagai persoalan bangsa
serta menjauhkan mereka dari kontaminasi berbagai virus yang menggerogoti mentalitas
bangsa dan hal-hal negatif dari generasi muda. Untuk memfilter berbagai pengaruh
negatif globalisasi, dalam pendidikan perlu dikembangkan konsep dan implementasikan
yang didasarkan oleh nilai-nilai Pancasila dan agama. Pancasila harus mewarnai segala
instrument pendidikan dalam rangka menyiapkan generasi muda menjadi warga negara
seperti yang diharapkan masyarakat, bangsa, dan negara. Pancasila yang digali dari nilai-
nilai budaya bangsa menjadi nilai-nilai yang diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian generasi muda memiliki ketahanan budaya yang dikembangkan dari
Pancasila untuk menghadapi berbagai tantangan global. Pancasila dapat menjadi filter
segala sesuatu dari pengaruh negatif globalisasi. Selain itu, dapat membangkitkan
kesadaran kaum muda untuk memiliki moralitas dan mentalitas yang positif, dengan
berbagai hal yang harus dilakukan dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dan
masyarakat. Mengarahkan dan menyadarkan generasi muda pada hal-hal dan kegiatan
yang positif.
Pembangunan karakter tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam fungsi dan tujuan Pendidikan nasional,
dimana Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Pendidikan dengan Pancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilai-nilai untuk
menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik. Untuk itu Pancasila harus menjadi
pandangan hidup generasi muda. Pandangan hidup mengandung konsep dasar kehidupan
yang dicita-citakan oleh bangsa, pikiran pikiran terdalam dan gagasan sesuatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik, yang akan membawa hidup dan
kehidupan bangsa pada tujuan bersama. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia telah mampu memapu mempersatukan bangsa Indonesia yang pluralis dan
multikultural serta memberikan petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
lahir dan batin dalam masyarakat. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur tersebut
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri dan diyakini
sebenarnya.
Untuk itu dalam konteks pendidikan yang berlandaskan Pancasila perlu dilakukan
kajian-kajian dengan kompetensi generasi muda sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pancasila harus menjadi hal yang menggambarkan identitas generasi muda kita
dengan sebuah jati diri bangsa suatu bangsa yang tercermin dalam bentuk aktivitas dan
pola tingkah lakunya yang dapat dikenali orang atau bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia,
jati diri bangsa dalam bentuk kepribadian nasional ini telah disepakati sejak bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kesepakatan kesepakatan itu, telah muncul
lewat pernyataan pendiri Negara dengan wujud pancasila, yang di dalamnya mengandung
lima nilai-nilai dasar sebagai gambaran kelakuan berpola bangsa Indonesia, yang erat
dengan jiwa, moral dan kepribadian bangsa.
4. Pentingnya Pembentukan Karakter
Persoalan membentuk karakter sebenarnya sangat kompleks karena berkaitan dengan
banyak aspek baik internal maupun eksternal. Secara garis besar, faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan dalam membetuk karakter yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Adapun pengertian tiga faktor tersebut adalah:
a. Keluarga
Keluarga merupakan komunitas pertama tempat manusia. Dalam keluarga
seorang anak mulai belajar konsep tentng bik dan buruk, benar dan salah.
Oleh karena itu dalam keluarga, sejak anak sadar lingkungan, di situlah
belajar tata nilai atau moral. Tata nilai yang diyakini seseorang tercermin
dalam karakternya (Dwiyanto, 2012:42). Keluarga dan merupakan
masyarakat terkecil yang menentukan keberhasilan pembentukan karakter
seseorang. Faktor internal karakter individu terbentuk dari potensi anak yang
bersangkutan. Faktor internal ini berkaitan dengan keluarga tempat anak
dibesarkan, oleh karena itu orang tua harus mampu menjadi teladan dan
sekaligus figur bagi anakanaknya.
b. Sekolah
Lembaga yang secara formal memberikan ilmu kepada anak didiknya dengan
materi tertentu yang disiapkan oleh pemerintah dalam upaya memandirikan
anak. Peran sekolah ini sangat sentral dalam upaya membentuk sumber daya
manusia yang unggul. Untuk menghadapi perubahan jaman terutama arus
globalisasi kita salah satunya adalah melalui sekolah. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan adalah menanamkan dan menumbuhkan daya kritis
siswa menjadi manusia dengan daya kognitif memadai, misalnya jiwa
nasionalisme, disiplin, integritas moral, kepercayaan diri, kejujuran,
kepekaan sosial, toleransi bisa tumbuh sebagai buah dari olah kekritisan dan
cara berpikir logis para siswa dalam proses belajar. Dengan asah nalar,
mengembangkan rasa ingin tahu para siswa diarahkan menjadi pribadi-
pribadi yang nasionalis, jujur dan berintegritas.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok orang yang membentuk sistem yng didalmnya
terjadi interaksi antar individu. Masyarakat memiliki peran yang besar dalam
membentuk karakter individu. Masyarakat juga sgat penting dalam
membentuk karakter. Nilainilai yang ditanamkan di dalam keluarga akan
dikembangkan dan dipadukan apa yang terjadi dalam masyarakat. Interaksi
nilai yang tejadi antara nilai keluarga an masyarakat ini akan membentuk
kedewasan anak. Seberapa kuat nilai keluarga ditanamkan di benak anak
akan terlihat dalam sikap dan perilakunya.
Faktor diatas sangat menentukan sekali dalam pembentukan karakter genersari
milenial, maka dari itu sangat penting mensinergikan antara ketiga aspek tersebut dalam
pembentukan karakter. Hal ini sangatlah penting karena pembentukan karakter tidak serta
merta bisa dirubah dan instan, harus ada proses dalam pembentukan karakter yang
nantinya anak akan belajar dari setiap proses tahapan yang ada. Generasi muda harus
dibangkitkan dari mulai lingkungan keluarga, sekolah dan juga masyarakat. Ketika salah
satu dari lingkungan tersebut cacat maka juga akan merusak yang lainnya. Makanya perlu
pembentukan karakter yang kuat dan melekat pada anak agar Ketika menghadapi
gangguan dari salah satu aspek tersebut seorang anak tidak mudah goyah, yang dalam hal
ini peran generasi muda sangatlah penting sebagai penerus estafet bangsa.
Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa, oleh karena itu di pundak ada
tanggungjawab dan harapan untuk membawa kejayaan bangsa dan negara Indonesia di
masa depan. Pendidikan karakter bagi generasi muda merupkan sesuatu yang imperatif
sebagai upaya selektif inkorporatif individu menghadapi arus informasi dan globalisasi
yang bisa mempengaruhi sistem nilai yang mapan dan dianut masyarakat. Hal ini penting
agar generasi selanjutnya tidak kehilangan orientasi masa depan, tercerabut dari akar
budaya sendiri. Harapannya dengan pendidikan karakter ini bisa melahirkan generasi
yang tangguh dan militan dalam mempertahankan jiwa dan kepribadian bangsa.
Pendidikan karakter tentunyaa membutuhkan proses yang panjang dan waktu yang lama
denngan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Notanagoro sudah mengingatkan agar kita tetap selektif inkorporatif dalam menerima
pengaruh nilai budaya dari luar. Artinya kita dalam menerima unsur-unsur asing,
mestinya dipilih yang cocok dengan nilai-nilai kepribadin bangsa Indonesia. Apakah
pengaruh nilai budaya dari luar itu akan mengembangkan kepribadian bangsa atau malah
merusaknya. Berkaitan dengan hal ini generasi muda harus dibngun karakternya agar
memiliki kepribadian yang tangguh untuk menghadapi perubahan jaman yang demikian
pesat melalui pendekatan kesadaran etis.
Pembentukan karakter merupakan transformasi nilai dari generasi ke generasi.
Pembentukan karakter merupakan sesuatu yang imperatif agar generasi muda di era
global tetap berpegang nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu maju sangat mempengaruhi
kehidupan generasi milenial. Terdapat dampak negative dan positif dari kemajuan
tersebut, namun generasi milenial harus bisa mempertahankan karakter bangasanya.
Peran pemuda milenial sangat penting dalam membangun peradaban dan kemajuan suatu
bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa
mendatang harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki modal
dasar dalam masyarakat. Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam
pembentukkan karakter bangsa adalah dengan cara menanamkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta mewariskan nilai-nilai
ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya, membekali diri dengan pendidikan yang
berlandaskan Pancasila yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga
negara yang baik dan patriotik, memperkuat jati diri, dan berperan untuk mengentaskan
Indonesia dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, ketertinggalan, dan berbagai hal
lainnya
2. Saran
Perlu sikap bijak dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi dan perlu sikap
bijak dalam mensikapi budaya luar yang masuk ke Indonesia. Upaya yang harus
dilakukan adalah menyiapkan generasi yang tangguh dan berkarakter. Generasi
berkarakter adalah generasi yang menguasai ilmu dan teknologi serta berakhlak mulia.
Perlu juga adanya sinergitas antara wadah pembentukan karakter di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat agar pembentukan karakter pada generasi muda milenial ini lebih
melekat kuat dan handal.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Joko dan Gatut Saksono. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. Ampera
Utama: Yogyakarta.
Koesoema, A. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.
Lickona, Thomas. 2012. Pendidikan Karakter. Bantul: Kreasi Wacana.
Nata, A. 2006. Pendidikan Islam Di Era Milenial. Conciacia Jurnal Pendidikan Islam.
Notonagoro.1987. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Bina Aksara: Jakarta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai