Anda di halaman 1dari 12

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA IN VITRO

MAKALAH TENTANG BIOTEKNOLOGI

Oleh :
Nama : Mahdiyah Khairani Nasution
NPM : 1904130079P

Dosen :
Samsinar Harahap, MP

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN


FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
Bioteknologi berasal dari kata: Bios : hidup; Teuchos : alat; Logos : ilmu
Bioteknologi adalah Penggunaan organisme atau sistem hidup untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk menghasilkan produk yang berguna.
Atau Seperangkat teknik yang memanfaatkan organisme hidup atau bagian dari
organisme hidup, untuk menghasilkan atau memodifikasi produk, meningkatkan
kemampuan tumbuhan dan hewan, mengembangkan mikroorganisme untuk
penggunaan khusus yang berguna bagi kehidupan manusia.
Bioteknologi modern berkembang pesat setelah genetika molekuler
berkembang dengan baik. Dimulai dengan pemahaman tentang struktur DNA
pada tahun 1960an dan hingga berkembangnya berbagai teknik molekuler telah
menjadikan pemahaman tentang gen menjadi semakin baik. Gen atau yang
sering dikenal dengan istilah DNA, merupakan materi genetik yang bertanggung
jawab terhadap semua sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup (Sutarno, 2014).
Dalam bidang pertanian bietoknologi sering juga digunakan untuk mengatasi
berbagai masalah pertanian. Permasalahan tersebut mengharuskan penelitian
diarahkan pada perbanyakan bibit dengan teknik yang lebih efisien dalam skala
massal. Perbanyakan massal dapat ditempuh dengan menggunakan teknik kultur
in vitro.
Selain memperbanyak tanaman, kultur in vitro juga digunakan dalam
memperbaiki genetik tanaman untuk mendapatkan varietas unggul. Perbaikan
genetik tanaman menggunakan cara non konvensional dapat terlaksana jika
teknik kultur in vitro terutama melalui embriogenesis somatik dapat dikuasai
dengan baik. Tulisan ini berisi informasi mengenai: 1. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Keberhasilan Kultur In Vitro, 2. Aplikasi Kultur In Vitro
Pada Tanaman, 3. Kelebihan dan Kekurangan pada Kultur In Vitro.
BAB II
PEMBAHASAN

Kultur jaringan merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman


seperti jaringan serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Teknik kultur
jaringan ini diharapkan mampu menghasilkan bibit berkualitas yang terbebas
dari virus. Keunggulan lain dari kultur jaringan yaitu memperoleh sifat fisiologi
dan morfologi yang sama dengan tanaman induknya (Hendaryono dan Wijayani
1994).
Kultur jaringan tanaman adalah istilah umum untuk ilmu dan seni
mengulturkan bagian tanaman (sel, protoplas, jaringan, atau organ) secara
aseptik dalam kondisi lingkungan terkontrol yang disuplai hara mineral yang
lengkap dari media buatan. Media tersebut bisa berwujud cairan atau semi-
padat, yang biasanya terdiri atas semua hara mineral esensial, sumber karbon,
vitamin, komponen organik lainnya, dan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman yang dikulturkan.
Teknik kultur in vitro sudah dimulai lebih dari seabad yang lalu yaitu tahun 1902,
dengan pionirnya Godlieb Haberland. Tujuannya mulai dari sebagai alat untuk
mempelajari biologi tanaman sampai untuk diaplikasikan di dunia pertanian
(Hapsoro dan Yusnita 2016)

1. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUHI TERHADAP KEBERHASILAN KULTUR IN


VITRO
Keberhasilan kultur jaringan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, faktor lingkungan seperti pH,
cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dalam
medium kultur. Menurut Santosa dan Nursandi (2002) bahwa zat pengatur
tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah
sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi
tumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan in vitro
(Samsinar Harahap 2021).
1. EKSPLAN
 Bagian tanaman yang dijadikan sbg eksplan : ujung pucuk, irisan-irisan
batang, daun, daun bunga, daun keping biji, akar, buah,embrio, meristem
pucuk apikal dan jaringan nuselar.
 Ukuran eksplan yang dikulturkan turut menentukan keberhasilan dari suatu
teknik kultur jaringan.
 Ukuran eksplan yang terlalu kecil akan kurang daya tahannya bila
dikulturkan, sedangkan bila ukurannya terlalu besar akan sulit didapatkan
eksplan yang steril.
 Ukuran eksplan yg dapat digunakan dalam teknik kultur jaringan bervariasi
dari ukuran mikroskopik 0,1-5 cm.

2. MEDIA KULTUR JARINGAN


 Komposisi media hara untuk kultur jaringan tanaman mengandung lima
kelompok senyawa yaitu garam organik, sumber karbon, vitamin, pengatur
tumbuh dan pelengkap organik.
 Media dasar yg digunakan dalam perbanyakan in vitro adalah media dasar
Murashige and Skoog, White, Vacin and Went, WPM, B5dan Nitsch and
Nitsch.
 Media yang digunakan untuk kultur kalus digunakan adalah media
Murashige and Skooge (MS).

3. ZAT PENGATUR TUMBUH


 Penggunaan ZPT didalam teknik kultur jaringan disesuaikan dengan arah
pertumbuhan tanaman yang diinginkan, karena perbedaan konsentrasi
pemberian zat pengatur tumbuh menyebabkan pertumbuhan yang berbeda
pada tanaman.
 ZPT yang banyak digunakan dalam kultur jaringan adalah golongan auksin
dan sitokinin
Auksin mempunyai peran fisiologis yang dapat mempengaruhi tanaman
yaitu, mendorong perpanjangan sel dan organ, mendorong pembentukan akar,
mendorong gerakan trofisme, mendorong dominasi apikal, mencegah imbibisi,
mendorong pembentukan kalus dan mendorong pembungaan.
Sitokinin zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi dan mendorong
pembelahan sel dan memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil
pada daun yang terlepas dari tanaman. Sitokinin berperan sebagai
perkembangan dominasi apikal, perkembangan tunas adventif dan diferensial
tunas.

4. FAKTOR LINGKUNGAN TUMBUH KULTUR


Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan kultur
jaringan antara lain :
pH : Kebanyakan bagian tanaman, tumbuh dengan baik pada media
yang mengandung buffer lemah pada pH antara 5-6
Kelembaban : Kelembaban relatif ruang tumbuh kultur jaringan kurang lebih
70%, didalam botol menghendaki kelembaban yang lebih tinggi
Cahaya : Cahaya dalam kultur jaringan berguna untuk mengatur proses-
proses morfogenik tertentu seperti pembentukan pucuk dan akar
dan tidak untuk fotosintesis karena sumber energi bagi eksplan
telah disediakan oleh sukrosa
Temperatur : Temperatur yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam
invitro antara 25-28°C yang merupakan suhu ruangan normal

2. APLIKASI KULTUR IN VITRO PADA TANAMAN


Aplikasi kultur In Vitro terdiri dari Kultur Meristem, Kultur Embrio, Kultur
Tunas, dan Kultur Anther (Samsinar Harahap 2021).
Kultur Meristem adalah kultur jaringan tanaman dengan menggunakan
eksplan berupa jaringan-jaringan merismatik. Jaringan meristem yang digunakan
ialah meristem pucuk atau meristem tunas aksilar.
Kultur Embrio adalah kultur jaringan tanaman dengan menggunakan eksplan
berupa embrio tanaman. Kultur embrio ditujukan untuk membantu
perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap.
Kultur Tunas adalah kultur dari bagian ujung tanaman(shoot), yang
didalamnya sudah terdapat beberapa sel primordial. Eksplan yang digunakan
ialah tunas pucuk dan mata tunas.
Beberapa tanaman yang mengaplikasikan kultur In Vitro :
Aplikasi kultur In Vitro pada tanaman Karet
Aplikasi kultur In Vitro pada tanaman Gaharu

Aplikasi kultur In Vitro pada tanaman Kelapa Sawit

Aplikasi kultur In Vitro pada tanaman Pisang


Aplikasi kultur In Vitro pada tanaman Jati

Aplikasi kultur In Vitro pada tanaman Angrek

Aplikasi kultur In Vitro pada tanaman Manggis

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PADA KULTUL IN VITRO

Kelebihan perbanyakan tanaman secara in vitro (Suryowinoto 1996 dan


Hartmann et al. 1997), diantaranya:

 Menggunakan potongan-potongan kecil dari bagian tanaman (daun, tunas,


batang, akar, kalus, sel) untuk menghasilkan tanaman baru yang utuh.
 Membutuhkan ruang yang kecil, energi dan tenaga yang lebih efisien untuk
menjaga, menumbuhkan dan meningkatkan jumlah tanaman
 Karena perbanyakan tanaman dilakukan dalam kondisi aseptik, bebas dari
pathogen, maka saat kultur tanaman berhasil dilakukan tidak akan terjadi
kehilangan tanaman karena serangan penyakit dan tanaman yang dihasilkan
dari kultur jaringan (pada kondisi tertentu) juga bebas dari bakteri, jamur
dan mikroorganisme pengganggu yang lain.
 Dengan metode khusus (kultur meristem), teknik ini dapat digunakan untuk
menghasilkan tanaman yang bebas dari virus.
 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman,
seperti: nutrisi (media), konsentrasi zat pengatur pertumbuhan (ZPT), kadar
gula, cahaya, temperatur, kelembaban, dll. lebih mudah diatur. 
 Dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman yang memiliki
pertumbuhan yang lambat dan sulit diperbanyak secara vegetatif.
 Produksi tanaman menggunakan teknik ini dapat dilakukan sepanjang tahun
tanpa tergantung oleh perubahan musim.
 Dapat menyimpan tanaman hasil perbanyakan dalam waktu yang lama

Kekurangan perbanyakan tanaman secara in vitro:

 Dapat menyimpan tanaman hasil perbanyakan dalam waktu yang lama


 Membutuhkan ketrampilan yang memadahi, peralatan, bahan dan biaya
yang mahal, serta sarana pendukung yang mencukupi,
 Membutuhkan metode yang khusus dan optimum untuk menunjang
keberhasilan aplikasinya pada tiap species dan tanaman,
 Meski dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dari bagian
kecil tanaman, pada kondisi tertentu dapat menghasilkan adanya
penyimpangan karakter-karakter tanaman (undesirable characteristics) dan
kelainan genetik (genetic abberant),
 Mengingat tanaman hasil kultur in vitro terbiasa tumbuh pada medium yang
cukup dengan sumber karbon, kelembaban yang tinggi dan memiliki
kemampuan fotosintesis yang rendah, maka untuk memindahkan tanaman
dari kondisi in vitro ke kondisi ex vitro diperlukan proses aklimatisasi dan
adaptasi agar tanaman tidak mudah mati akibat kehilangan air dan dapat
tumbuh normal pada kondisi ex vitro.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teknik kultur jaringan atau kultur in-vitro adalah teknik menumbuhkan
organ, jaringan, sel (atau protoplas) tanaman secara in vitro pada media yang
mengandung nutrisi di laboratorium dalam kondisi aseptik. Teknik ini didasari
oleh teori totipotensi sel, yaitu teori yang menyebutkan bahwa sel tanaman
memiliki potensi untuk tumbuh menjadi tanaman secara utuh. Teknik ini
digunakan untuk berbagai tujuan, yang utamanya adalah untuk perbanyakan
tanaman. Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan ini tergolong
perbanyakan secara vegetatif dan anakan yang dihasilkan akan sama dengan
induknya (true-to type).
Teknik perbanyakan ini sangat penting artinya terutama untuk
memperbanyak tanaman unggul hibrida, tanaman hasil persilangan, tanaman
unggul transgenik, tanaman yang tidak memiliki biji, dan tanaman yang bijinya
tidak memiliki cadangan makanan. Selain itu melalui kultur meristem (bagian
ujung tunas yang meristematik dan tanpa jaringan pembuluh) dapat dihasilkan
tanaman bebas virus. Permasalahan yang sering timbul dalam perbanyakan
tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah kontaminasi oleh mikroorganisme,
browning pada media dan vitrifi kasi, yang kesemuanya menyebabkan kematian
pada jaringan eksplan. Permasalahan tersebut dapat dicegah dengan melakukan
proses kultur dengan benar serta pemeliharaan dan perlakuan terhadap
tanaman donor eksplan.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap S. 2021. Aplikasi In Vitro. Diambil dari Slide Kuliah Perbanyakan


Tanaman Secara In Vitro. Padangsidimpuan : Universitas Muhammadiyah
Tapanuli Selatan.
Hartmann HT, Kester DE, Davies RT. (1997). Plantpropagation. Principlesand
practices. Englewood Cliffs, New Yersey : Regent Prentice Hall.
Hapsoro D, Yusnita. 2016. Kultur Jaringan Untuk Perbanyakan Klonal Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Lampung : Aura Publishing
Ibrahim MSD. 2019. Perkembangan Penggunaan Kultur In Vitro dalam
Perbanyakan dan Pemuliaan Tanaman Karet. Jurnal SIRINOV 7(1) : 1 – 14.
Kosmiatin M, Husni A, Mariska I. Perkecambahan dan Perbanyakan Gaharu
secara In Vitro. Jurnal AgroBiogen 1(2):62-67.
Nursyamsi, Suhartati, Qudus Abd. 2007. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Pada
Perbanyakan Jati Muna Secara Kultur Jaringan (Effect of Growth Regulator on
Muna Teak Propagation byTissue Culture). jurnal Penelitian dan Konservasi
Alam 4(IV) : 385-390.
Pangestika D, Samanhudi, Triharyanto E. 2015. Kajian Pemberian IAA dan
Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih. Jurnal UNS JKB
:16(IX).Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Santosa U, dan Nursandi F 2002. KulturJaringanTanaman. Malang: Penerbit
UMM Press.
Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Kanisius. Yogyakarta.
Sutarno (2015). Genetika Non-Mendel. DNA mitokondria dan perannya dalam
produksi hewan dan kelainan pada manusia. ISBN no 978-979-498-872-5.
UNS Press, Solo
Winarto B. 2016. Teknologi Perbanyakan Phalaenopsis Secara In Vitro
Menggunakan Rachis Bunga Sebagai Sumber Eksplan. Jurnal IPTEK
Hrtikultural. No. 12. Balai Penelitian Tanaman Hias.

Anda mungkin juga menyukai