ABSTRAK
Inti permasalahan penelitian ini adalah ditemukan beberapa kesulitan dalam menulis di SD
negeri Jatimulya II misalnya dalam segi penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan
merangkai kata dalam satu kalimat ataupun paragraf, siswa kurang membiasakan diri untuk
berlatih menulis di kelas, pembelajaran yang konvensional sehingga guru belum bisa
memberikan materi pelajaran dengan menarik. Adapun tujuan penelitian ini meningkatan
kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka peneliti mencoba
menerapkan tekhnik pembelajaran berupa media gambar. Tahap-tahap pelaksanaan
penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi
(obseving), dan refleksi (reflecting). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
mengenai kemampuan menulis kalimat menggunakan media gambar pada kompetensi dasar,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan
kemampuan menulis pada siswa kelas II SDN Jatimulya II semester II pada tahun pelajaran
2020/2021. Hal ini terbukti dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan menulis siswa
yang mencapai KKM (70). Rata-rata nilai kemampuan menulis siswa pada kondisi awal (57,
14%) siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi (85, 71%) siswa pada akhir siklus II.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata
pelajaran dan mempunyai peran dalam pengembangan intelektual, sosial. Dan
emosional siswa (Usman dan Setiawati, 2001:4). Dengan menggunakan bahasa, siswa
bisa saling berbagi pengalaman dan saling meningkatkan kemampuan intelektual.
Pada hakikatnya bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
1
bertukar pemikiran dan dengan bertambahnya tingkat pemikiran siswa dapat
menambah tingkat kemampuan intelektual siswa.
Salah satu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah kemampuan
menulis. Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa
tulis (Akhadiah, 2003:3). Bahasa yang digunakan untuk menulis adalah bahasa tulis,
kegiatan menulis dapat lebih mudah dilakukan bila menggunakan media yang
mendukung. Pada jenjang sekolah dasar siswa diajak untuk mengenal berbagai media
pelajaran untuk mempermudah siswa memahami suatu pembelajaran. Media sangat
berguna bagi kemampuan dasar menulis siswa, khususnya untuk jenjang siswa
sekolah dasar.
Menulis permulaan merupakan dasar yang pertama kali diajarkan dan menjadi
dasar pengajaran yang diajarkan oleh guru kepada siswa. Keterampilan menulis
ditekankan pada kegiatan menulis dengan menjiplak. Menyalin, dikte, melengkapi
cerita, dan menyalin puisi. Dengan membiasakan anak untuk belajar menulis, lambat
laun anak akan mampu untuk menulis dengan baik. Keterampilan menulis ini jugalah
yang nantinya membuat anak mampu untuk menuangkan gagasan-gagasan yang ia
pikirkan kedalam sebuah tulisan.
Berdasarkan pengamatan, dokumentasi, dan wawancara peneliti pada hari
Selasa, 05 Mei 2021. terdapat kondisi yang tidak mendukung siswa dalam
kemampuan menulis. Kondisi tersebut adalah: pertama, siswa mengalami kesulitan
dalam menulis misalnya dalam segi penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan
merangkai kata dalam satu kalimat ataupun paragraf, siswa kurang membiasakan diri
untuk berlatih menulis di kelas. Kedua. pembelajaran yang konvensional sehingga
guru belum bisa memberikan materi pelajaran dengan menarik. Pelajaran hanya
berlangsung satu arah, yaitu guru hanya memberikan materi pelajaran dan siswa
hanya duduk. Ketiga, dari keseluruhan jumlah siswa tersebut, hanya 8 siswa yang
dapat mencapai KKM (70). Jika dipersentasekan hanya sekitar 57,14% saja yang
mampu memenuhi tuntutan KKM. Faktor penyebab rendahnya kemampuan menulis
kalimat siswa kelas 2 SDN Jatimulya II adalah siswa tidak dibiasakan menulis
2
kalimat baik itu di sekolah maupun di rumah, siswa kurang tertarik saat guru
memberikan penjelasan karena materi yang diberikan pada siswa tidak dekat dengan
lingkungan mereka sehingga membosankan. Keempat, tidak adanya media
pembelajaran sehingga dapat mempersulit siswa dalam menulis. Guru tidak
menggunakan media dalam pembelajaran.
Demi meningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
maka guru mencoba menerapkan tekhnik pembelajaran berupa media gambar dan
kegunaannya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Guru sebagai tenaga pengajar dan motivator kegiatan di kelas pada dasarnya
merupakan kunci utama dalam proses belajar mengajar. Tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran tergantung kesiapan guru sendiri dan siswa sebagai obyek pendidikan
selayaknya diarahkan pada pengelolaan kelas yang didalamnya mencakup
penggunaan metode dalam pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa
dinyatakan berhasil jika siswa telah menguasai materi pembelajaran Bahasa Indonesia
( menulis permulaan ) melalui penggunaan media gambar. Oleh karena itu, materi
yang diberikan harus menggunakan metode yang bervariasi untuk meningkatkan
kemampuan siswa kelas II SDN Jatimulya II.
Dari uraian diatas, penulis ingin menerapkan media pembelajaran berupa media
gambar diharapkan akan menambah atau meningkatkan kemampuan siswa dalam
keterampilan menulis kalimat dengan judul “ Upaya meningkatkan kemampuan
menulis kalimat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media
gambar pada siswa kelas II SD Negeri Jatimulya 2”.
Sebagaimana diketahui bahwa untuk meningkatkan keterampilan berbahasa
termasuk keterampilan menulis, perlu menggunakan media pembelajaran agar siswa
dapat secara cepat memahami apa yang diajarkan oleh guru. Sebagai guru di SDN
Jatimulya II, peneliti menyadari bahwa masih banyak kendala yang dihadapi dalam
rangka meningkatkan kemampuan menulis kalimat pada siswa kelas II. Oleh karena
itu peneliti mencoba melakukan langkah-langkah nyata untuk meningkatkan
kemampuan siswa kelas II SDN Jatimulya II agar dapat menulis kalimat dengan baik.
3
Langkah nyata tersebut adalah melakukan penelitian tindakan kelas atau yang biasa
disebut PTK. Karena selama ini metode yang digunakan masih metode lama.
1. Identifikasi masalah
a. Guru tidak melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran berupa
gambar.
b. Kurangnya penerapan media didalam proses pembelajaran.
c. Guru tidak memotivasi siswa dalam kegiatan Tanya jawab.
2. Analisis maslahah
Berdasarkan hasil analisis pada perbaikan pembelajaran, ada beberapa langkah
pembelajaran yang tidak tersampaikan sehingga kegiatan tidak berjalan secara
optimal.
3. Rencana dan prioritas perbaikan
Sebaiknya guru dalam penggunaan media gambar lebih melibatkan keaktifan
siswa karena Siswa masih bingung untuk memulai menulis dan siswa juga
kurang mahir merangkai kata-kata menjadi kalimat serta kurangnya penguasan
keterampilan berbahasa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang penulisan tersebut, maka yang menjadi
masalah adalah Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis kalimat siswa dalam
menggunakan media gambar di kelas II SDN Jatimulya II?.
4
D. MANFAAT PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Melalui media gambar, siswa dapat melatih menuliskan kalimat perintah yang
sesuai dengan bahasa yang santun.
2. Guru memiliki gambaran tentang pembelajaran Bahasa Indonesia yang efektif
dalam membangun pemahaman dan prestasi belajar siswa.
3. Perbaikan pembelajaran melalui penilitian tindakan kelas ini dapat dijadikan
sebagai referensi ilmiah bagi sekolah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
5
sekolah dasar agar anak-anak dapat terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran tersebut
merupakan dasar menulis yang dapat menentukan murid Sekolah Dasar dalam
menulis lanjut pada kelas berikutnya. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang
memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya,
Handoko (2009:81).
Kemudian Suparno dan mohamad Yunus (2005:1.26) mendefisinikan menulis
sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis sebagai
kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis pada pihak lain.
Tarigan (2008:3) mengemukanakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk komunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspretif.
Jadi, Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai tujuan menulis, dapat
disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan
memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir,
berpendapat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan isi tulisan.
3. Manfaat Menulis
Fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.
Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
Menulis juga dapat menolong sesorang berpikir kritis. Menurut D’Angelo (Henry
Guntur Tarigan, 2008: 23), situasi yang harus diperhatikan dalam menulis adalah
maksud dan tujuan sang penulis, pembaca atau pemirsa, dan waktu atau kesempatan.
Lebih lanjut Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 1.4) mengemukakan manfaat
menulis adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kecerdasan,
b. Mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas,
c. Menumbuhkan keberanian, dan
d. Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
6
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis
adalah mengembangkan kreativitas, yaitu dengan menemukan ide dan gagasan,
mengumpulkan bahan-bahan serta memperjelas suatu masalah. Manfaat dari menulis
yang lain adalah mengembangkan pengetahuan dan kecerdasan, yaitu dengan
membangkitkan pengetahuan yang pernah diketahui sebelumnya
4. Media yang Digunakan dalam Pembelajaran Menulis
Menurut Yusuf Hadi Miarso seperti dikutip Dwi Rianarwati (2006: 8) media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar pada siswa. Selain
itu media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran adalah
sebuah perantara atau pengantar yang digunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk merangsang dan memotivasi siswa dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran di kelas rendah seorang guru harus memiliki keterampilan
mengajar yang baik. Guru diharuskan mampu mendesain kegiatan pembelajaran yang
menarik sehingga siswa akan berantusis dalam proses kegiatan pembelajaran. Agar
proses pembelajaran berhasil dengan baik, maka sebaiknya guru dalam membuat alat
bantu pengajaran perlu mengakomodasi kebutuhan peserta didik dengan
memperhatikan beberapa hal:
a. Papan tulis, digunakan guru untuk memberikan contoh, dan oleh siswa
Di gunakan untuk menuliskan apa yang ditugaskan oleh guru. Misalnya
menulis kata, kalimat, Nama sendiri, dan sebagainya.
b. Papan selip digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar atau kartu kata,
kartu kalimat yang harus disalin oleh siswa atau gambar yang harus dituliskan
judulnya oleh siswa.
c. Papan tali, digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu-kartu kata,
dan huruf yang harus disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu dituliskan
judulnya.
7
d. Majalah anak-anak dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimat sederhana
yang ada didalamnya atau menyalin judul
e. Papan Nama, kartu Nama, label, dan sebagainya digunakan untuk tugas
menyalin.
8
Pengajaran bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih keterampilan
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-masing erat
hubungannya.
Pada hakikatnya, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik secara lisan
maupun tulisan. Fungsi bahasa yang paling utama adalah tujuan kita berbicara.
Dengan berbahasa, kita bisa menyampaikan berita, informasi, pesan, kemauan, dan
keberatan kita.
Menurut Richards, Platt, dan Weber dalam Solahuddin (2007) menguraikan
bahwa bahasa sering dikatakan mempunyai tiga fungsi utama, yaitu deskriptif,
ekspresif, dan sosial. Fungsi deskriptif bahasa adalah untuk menyampaikan informasi
faktual. Fungsi ekspresif ialah memberikan informasi mengenai pembaca itu sendiri,
mengenai perasaan-perasaannya, kesenangannya, prasangkanya, dan pengalamannya
yang telah lewat. Fungsi sosial bahasa ialah melestarikan hubungan sosial antar
manusia.
Pembelajaran menulis di jenjang pendidikan dasar dapat dibedakan menjadi dua
tahap, yakni menulis permulaan di kelas I-II dan menulis lanjut yang terdiri dari
menulis lanjut tahap pertama di kelas III-IV serta menulis lanjut tahap kedua di kelas
VI hingga kelas IX (SMP).
3. Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut: (1). Sarana
pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa (2). Sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya (3). Sarana
peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. (4). Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa
Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5).
Sarana pengembangan penalaran, dan (6). Sarana pemahaman beragam budaya
Indonesia melalui khazanah kesusasteraan Indonesia (Kurikulum KTSP, 2006).
9
Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu
mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya
secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.
Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, terkait dengan
kemampuan guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana di
lapangan. Selain itu, guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran berdasarkan
pengalaman belajar siswa sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran Bahasa dan Sastra yang menyatakan bahwa belajar Bahasa Indonesia
adalah belajar menggunakan bahasa yang baik dan benar. Selain itu, pembelajaran
bahasa adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran keterampilan.
Selain pembelajaran keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis), Pembelajaran bahasa dan sastra juga menghargai sastra dan mampu
mengapresiasikan suatu karya sastra. Pada intinya, pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia diarahkan kepada usaha pengembangan keterampilan berbahasa siswa
(Mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) dan pengapresiasian karya sastra
dan penciptaan karya sastra. Secara umum.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdiri atas 2 bidang besar, yaitu
bidang bahasa dan bidang sastra. Pada pembelajaran bahasa, siswa diharapkan dapat
menguasai semua keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu, pembelajaran bahasa juga berhubungan
dengan ilmu-ilmu kebahasaan. Pada ilmu kebahasaan, siswa diharapkan mampu
menggunakan bahasa dengan baik dan benar, baik dari penggunaan dan penulisan
kata yang baku, penggunaan dan penulisan kalimat yang baku, maupun penggunaan
dan penulisan kalimat efektif. Selain itu, ilmu kebahasaan juga berhubungan dengan
pelafalan fonem sampai kata, penggunaan atau pembentukan kata, pembentukan
kalimat, dan pembentukan paragraf. Selain keterampilan berbahasa, aspek yang ada
10
dalam pembelajaran bahasa meliputi: 1. Fononologi, berhubungan dengan pelafalan
fonem 2. Morfologi, berhubungan dengan pembentukan kata 3. Sintaksis,
berhubungan dengan pembentukan kalimat 4. Analisis Wacana, berhubungan dengan
pembentukan wacana, baik paragraf maupun artikel. (Anonim, 2012. Kurikulum SD
Xaverius 3 Bandarlampung (KTSP). Tidak diterbitkan).
11
dalam keterampilan menulis. Dengan melihat gambar, siswa dapat mengetahui Nama
dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan.
Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Sadiman Arief S.
(2003:21) mengatakan bahwa “Media gambar adalah sebuah gambar yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang berguna untuk menyampaikan pesan dari guru kepada
siswa.” Melalui media gambar, siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti
pelajaran. Dengan adanya gambar yang menarik, siswa menjadi lebih dapat
bersemangat menerima dan memahami pelajaran. Siswa akan bersemangat mengikuti
pelajaran dikarenakan siswa tertarik dengan materi yang menyenangkan, kondisi ini
akan meningkatkan ketelitian dan kerjasama siswa dalam memahami cerita.
Sedangkan Menurut Arsyad (2007:113) ’’Media gambar untuk
memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Materi pelajaran
yang memerlukan visualisasi dalam bentuk membangkitkan minat siswa terhadap
segala materi yang diberikan dan membantu mereka dalam ilustrasi kemampuan
berbahasa, kreatif dalam bercerita, dramatis bacaan, menafsirkan materi’’
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar adalah cara
atau daya upaya dalam menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan
isi pesan visual (gambar) ke dalam bentuk tulisan.
D. Alur Pemikiran
Proses belajar mengajar merupakan proses yang dilakukan oleh peserta didik
atau siswa dalam rangka mencapai perubahan untuk menjadi lebih baik, dari tidak tau
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, sehingga terbentuk pribadi yang berguna
bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Proses tersebut dipengaruhi oleh faktor
yang meliputi mata pelajaran, guru, media, penyampaian materi, sarana penunjang,
serta lingkungan sekitarnya. Guru sebagai pemegang peranan utama dalam
pembelajaran diharapkan dapat memilih baik metode maupun media pembelajaran
yang tepat sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Selain guru sebagai
sumber belajar, media pembelajaran memberikan sumbangan yang signifikan
12
terhadap kesuksesan pembelajaran. Antara guru dengan media sama-sama menunjang
pembelajaran secara efektif dan efisien. Media sebagai alat bantu mengajar,
berkembang sedemikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi ragam dan jenis
media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu,
keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Seorang guru dituntut untuk
mampu memilih dan terampil mengunakan media. Dalam kenyataan pemanfaatan
media pembelajaran disekolah-sekolah masih dirasakan kurang bahkan sering
terlupakan. Hal ini disebabkan salah satunya karena kurang kreatifnya guru dalam
pengunaan media pembelajaran.
Pada penelitian tindakan kelas ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
dan terikat. Variabel bebas adalah variabel yang diperkirakan mempengaruhi variabel
lain, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas.
Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan menulis kalimat
siswa kelas 2 SD Negeri Jatimulya II semester II tahun ajar 2020/2021 melalui media
gambar. Variabel bebasnya adalah media gambar, sedangkan variabel terikatnya
adalah peningkatan kemampuan menulis kalimat siswa kelas 2 SD Negeri Jatimulya 2
semester II tahun ajar 2020/2021.
13
B. Deskripsi Persiklus
Dalam melaksanakan Penelitian, penulis menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Yang sudah dikenal lama dalam dunia pendidikan. Istilah
dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dan penelitian tindakan (action class
research) yang dilakukan oleh guru di sekolah tempat ia mengajar yang bertujuan
untuk meningkakan hasil belajar bahasa Indonesia.
Model penelitian PTK pada penelitian ini adalah menggunakan model spiral
kemmis dan taggart (Rochiati, 2008: Hlm. 66). Tahap -tahap penelitiannya adalah
sebagai berikut:
1. Plan ( perencanaan )
Tahapan perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan
tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada observasi awal sebelum
penelitian dilaksanakan. Pada tahap ini, segala keperluan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dipersiapkan, mulai dari bahan ajar, rencana
pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, serta teknik dan instrumen observasi
dan evaluasi.
2. Act (tindakan)
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari semua rencana yang telah
dibuat. Tahapan ini berlangsung di kelas, sebagai realisasi dari segala teori dan
strategi belajar mengajar yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Langkah-
langkah yang dilakukan peneliti harus mengacu pada kurikulum yang berlaku,
dan hasilnya diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti, observer dan
subjek peneliti untuk dapat mempertajam refleksi dan evaluasi yang dilaksanakan
terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Melaksanakan pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirancang.
3. Reflect ( Refleksi )
14
Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan
eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang di peroleh dari
pelaksanaan tindakan. Tahap refleksi dikatakan pula sebagai tahap
perenungan. Karena pada tahap ini merenungkan kembali atas tindakan yang
telah dilaksanakan. Dari hasil refleksi dapat di peroleh masukan agar dapat
memperbaiki pelaksanaan siklus selanjutnya.
Tujuan refleksi adalah untuk mengkaji, menganalisis, dan
mendapatkan kejelasan serta gambaran keseluruhan proses pelaksanaan
tindakan yang kemudian dibuat menjadi suatu kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan. Oleh karena itu refleksi merupakan salah satu bagian yang penting untuk
memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang
terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang di berikan.
4. Observe (pengamatan)
Kegiatan observasi pada dasarnya dilaksanakan untuk mengamati
tindakan. Fungsi dari observasi yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan
tindakan dengan rencana dan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan mencapai
tujuan. Melalui observasi dapat dilihat apakah pelaksanaan tindakan pada saat proses
pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang sudah di buat.
Keempat tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini membentuk suatu siklus.
Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain yang berkesinambungan. Setiap
tindakan dalam siklus merupakan rangkaian tahapan yang saling berhubungan satu
sama lain. Dalam masing-masing tindakan termuat perbaikan dan perubahan atas
refleksi dari setiap proses dan hasil tindakan. Alur penelitian yang dilakukan pada
penelitian tindakan kelas disesuaikan dengan model yang dikemukakan oleh Kemmis
dan Taggart.
15
a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan pemecahan masalah.
2) Mempersiapkan konsep materi yang akan di jadikan bahan pembelajaran
yaitu;
3) Kompetensi dasar tentang Merinci ungkapan, ajakan, perintah, penolakan
yang terdapat dalam teks cerita atau lagu yang menggambarkan sikap
hidup rukun.
4) Melaksanakan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru teman sejawat
tentang akan dilaksanakan perbaikan pembelajaran.
5) Menentukan skenario pembelajaran dengan metode berfariasi.
6) Mempersiapkan buku sumber, bahan, dan alat bantu yang di perlukan.
7) Mempersiapkan soal-soal yang di jadikan bahan evaluasi
8) Pengembangan program tindakan I (pertama)
b. Tindakan
Di dalam perlakuan siklus I (pertama) tindakan yang di lakukan adalah:
1) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran
2) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada
buku sumber.
3) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang di pelajari.
4) Siswa mengerjakan tugas yang di berikan guru.
c. Pengamatan
Untuk pengamatan dari kegiatan siklus I (pertama) adalah:
1) Melakukan proses pelaksanaan tindakan.
2) Menilai hasil pekerjaan siswa yang di berikan oleh guru.
d. Refleksi
Sedangkan refleksinya meliputi:
1) Evaluasi tindakan yang telah di lakukan sebegai evluasi mutu, jumlah dan
waktu dari setiap macam tindakan.
16
2) Pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tantang skenario pembelajaran
dan lembar kerja siswa.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi yang di jadikan
ajuan lanjutan pada siklus berikut nya (siklus II).
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan pelaksanaan meliputi;
1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I (pertama) belum teratasi
dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Menentukan indikator baru.
3) Pengembangan program tindakan siklus II(ke dua)
b. Tindakan
Tindakan yang di ambil dalam siklus II (ke dua) yang mengacu pada
identifikasi masalah yang mucul pada siklus I (pertama) sesuai dengan
alternatif pemecahan masalah yang sudah di tentukan antara lain melalui;
1) Guru melakukan apersepsi.
2) Siswa diperkenalkan yang akan di bahas dan tujuan yang ingin di capai
dalam pembelajaran.
3) Membahas materi pembelajaran dengan tanya jawab dan memberikan
contoh.
4) Melaksanakan evaluasi
5) Menyampaikan materi pelajaran.
6) Memberikan pekerjaan rumah(PR)
c. Pengamatan
Sebagai keberlanjutan nya maka perlu adanya pengamatan yang
meliputi:
1) Observasi sesuai dengan format yang sudah di siapkan dan mencatat sama
hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan kelas
berlangsung.
17
2) Memberikan penilaian hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah di
kembangkan.
d. Refleksi
Melaksanakan pembelajaran dalam kedua siklus ternyata dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk memaksimalkannya maka di
perlukan penambahan tindakan kepada siswa seperti memberikan pengertian
kepada siswa kurang aktif, dan dalam pelaksanaan siklus II (ke dua)
berpedoman pada rencana pembelajaran siklus I (pertama) yang telah di
buat.
18
atau peristiwa’’. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk
yang lebih realistis. Media adalah alat saluran komunikasi. Adanya media dirasakan
memang sangat membantu proses belajar mengajar, hal tersebut dikarenakan guru
akan mudah dalam kegiatan mengajar serta dapat meningkatkan perhatian siswa pada
kegiatan belajarnya. Dalam hal ini Peneliti menggunakan salah satu Media
Pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis yaitu dengan
pembuatan media gambar, peneliti menyiapkan gambar beserta kalimat yang sesuai
dan telah ditentukan temanya terlebih dahulu. Media gambar ini mudah dibuat,
mudah menggunakannya, disukai oleh siswa, dan mudah didapat.
Setelah melihat hasil dari penelitian siklus I dan II, terbukti bahwa terjadi
peningkatan mengenai kemampuan menulis siswa kelas II pada kompetensi dasar
Melengkapi kalimat perintah dengan bahasa yang santun sesuai dengan pendapat
Sadiman Arief S. (2003:21) media gambar adalah sebuah gambar yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang berguna untuk menyampaikan pesan dari guru kepada
siswa. Melalui media gambar, siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti
pelajaran. Dengan adanya gambar yang menarik, siswa menjadi lebih dapat
bersemangat menerima dan memahami pelajaran. Siswa akan bersemangat mengikuti
pelajaran dikarenakan siswa tertarik dengan materi yang menyenangkan, kondisi ini
akan meningkatkan ketelitian dan kerjasama siswa dalam memahami cerita.
Jadi dengan menggunakan media gambar, siswa akan lebih dapat teliti dan
mampu bekerjasama dalam mengerjakan soal cerita yang diberikan oleh guru.
Dengan ketelitian dan kemampuan siswa untuk bekerjasama dengan baik dalam
mengerjakan soal, maka akan semakin baik pula kemampuan siswa dalam hal
menulis. Media gambar memberikan gambar yang menarik dan membut siswa lebih
mampu berimajinasi mengenai cerita yang disuguhkan dengan melihat gambar.
Dengan media gambar pula siswa lebih dapat kreatif untuk berimajinasi serta dapat
memahami peristiwa disekolah.
b. Kemampuan Menulis
19
Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan saat siklus I dan siklus II. Terlihat
bahwa terjadi peningkatan daripada kondisi awal siswa. Hal tersebut menunjukan
bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa
pada kompetensi dasar 4.1 Melengkapi kalimat perintah dengan bahasa yang santun.
Menulis merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang,
sekaligus menjadi salah satu tujuan utama pada jenjang pendidikan dasar (Depdiknas,
2006:317). Pembelajaran menulis merupakan permulaan sangat penting diajarkan di
sekolah dasar agar anak-anak dapat terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran tersebut
merupakan dasar menulis yang dapat menentukan murid Sekolah Dasar dalam
menulis lanjut pada kelas berikutnya. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang
memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya,
Handoko (2009:81).
Dengan demikian maka siswa dapat terbantu meningkatkan kemampuan
menulisnya sebagai syarat dasar seorang siswa.
2. Secara Empiris
a. Hasil Capaian Kinerja Guru
Berdasarkan hasil observasi capaian kinerja guru, terdapat peningkatan dari tiap
siklusnya. Peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran ini tidak terlepas dari
temuan-temuan dan masukan-masukan dari guru pendamping yang bertindak sebagai
observer.
b. Hasil Capaian Belajar Siswa
Hasil dari penggunaan media gambar sebagai media untuk meningkatkan
kemampuan menulis siswa sudah baik dan terbukti bahwa kemampuan menulis siswa
telah meningkat. Dilihat dari hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Jatimulya II pada
siklus 1 memiliki nilai rata-rata 72,14 dengan rincian dari 14 siswa, 6 orang tidak
tuntas dan 8 orang tuntas dengan persentase ketuntasan hanya 57,14 %. Kemudian
pada siklus II hasil belajar siswa kelas 2 SD Negeri Jatimulya II pada siklus II
(kedua) mencapai rata-rata 77,64 dengan rincian dari 14 siswa, 2 orang tidak tuntas
12 orang tuntas, dengan persentase ketuntasan siswa mencapai 85,71%. Dengan
20
demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari persentase ketuntasannya yang
awalnya hanya 57,14 % menjadi 85,71%. Hal tersebut membuktikan bahwa
penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa pada
kompetensi dasar 4.1 Melengkapi kalimat perintah dengan bahasa yang santun.
Berdasarkan uraian data di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa melalui
tindakan perbaikan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang kemampuan menulis kalimat di kelas II, mulai dari siklus 1 sampai siklus 2
proses dan hasil pembelajaran mengalami perubahan positif
Berdasarkan temuan-temuan penelitian sebagaimana dipaparkan di atas,
menunjukan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa di kelas II SDN Jatimulya II
pada kompetensi dasar 4.1 Melengkapi kalimat perintah dengan bahasa yang santun.
3. Temuan dan Penafsiran hasil penelitian
a. Temuan tentang faktor pendukung:
1) Suasana kelas yang kondusif
Suasana kelas yang kondusif tentu sangat mendukung proses belajar mengajar
di kelas, karena dengan suasana kelas yang kondusif siswa akan mudah untuk
konsentrasi dan memahami materi yang dijelaskan guru. Guru juga akan lebih mudah
dalam megendalikan siswa sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tersampaikan.
2) Sarana prasarana yang memadai
Sarana prasarana yang ada di kelas tentunya sangat mendukung dalam upaya
meningkatkan motivasi siswa. Proses pembelajaran di kelas, akan lebih bervariasi
jika dihiasi dengan adanya sarana yang memadai khususnya pada saat materi yang
memang membutuhkan sarana seperti alat peraga pada saat materi segiempat, karena
kemampuan setiap siswa tidak sama, sehingga tingkat pemahaman siswa pun
berbeda. Siswa akan lebih mudah untuk memahami materi jika guru dapat
menunjukkan dengan sesuatu yang konkret seperti halnya alat peraga.
3) Hubungan yang baik antara guru dan siswa
21
Dengan adanya hubungan yang baik antara guru dan siswa dapat memperbaiki
kualitas pembelajaran, guru dan siswa sama-sama merasa nyaman jika terjalin
hubungan yang baik antara keduanya. Siswa merasa nyaman dalam belajar dan guru
pun juga merasa nyaman dalam mengajar.
4) Adanya kesadaran dari siswa
Adanya kesadaran dari diri siswa menjadi faktor utama dalam upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa. Jika sudah ada kesadaran dalam diri siswa
tentang pentingnya belajar, maka guru akan lebih mudah untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa tersebut.
5) Motivasi dari orang tua
Orang tua menjadi guru pertama dalam kehidupan siswa, terutama pada saat
berada di rumah. Orang tua harus memberi motivasi kepada siswa untuk belajar,
karena jika orang tua tidak memberikan motivasi belajar kepada siswa, siswa akan
menjadi malas karena tidak ada yang memperhatikan proses belajarnya ketika di
rumah.
b. Temuan tentang kurang pendukung:
1) Lingkungan belajar yang kurang kondusif untuk belajar
Lingkungan belajar yang kurang kondusif untuk belajar seperti adanya
beberapa siswa yang sering membuat gaduh atau sering usil terhadap siswa lain,
sehingga membuat konsentrasi siswa terganggu, siswa yang pada awalnya belajar
dengan tenang menjadi sedikit gaduh karena siswa tersebut, hal ini dapat
mengganggu proses belajar mengajar di kelas karena suasana kelas menjadi sedikit
ramai.
2) Sarana prasarana yang kurang memadai
Sarana yang kurang memadai juga menjadi penghambat dari upaya guru
meningkatkan motivasi belajar siswa. Keadaan kelas menjadi membosankan jika
hanya dijelaskan tanpa ada sesuatu hal yang konkret yang dapat menggambarkan
maksud dari materi yang diterangkan guru.
3) Kurangnya perhatian dari sebagian orangtua
22
Kurangnya perhatian dari sebagian orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya,
membuat siswa malas dan tidak termotivasi untuk belajar, karena siswa merasa tidak
diperhatika ketika di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
23
Akhadiah, S (2003). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Depdiknas, (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
diterbitkan.
Handoko, T. Hani. (2009). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi, Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Kemmis, S & Mc Taggart, R. (1998). The Action Research Planner, Third Edition.
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rineka Cipta.
Sadiman, Arief, dkk. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati, (2001). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Victoria: Deakin University.
24