Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pembimbing :
Dr. Lilik Ma’rifatul A., S.Kep.Ns., M.Kes

Disusun Oleh :
Riski Ananda Putri
Nim : 201904012

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT
PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021-2022
A. DEFINISI
Self-esteem adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuan, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginan (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Self-esteem dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan
orang lain. Pandangan individu tetang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya (Stuart dan Sundeen, 1993; Kelliat,
1994).
Branden (2001) mendefinisikan Self-esteem sebagai cara pandang individu
terhadap dirinya, bagaimana seseorang menerima dirinya dan menghargainya sebagai
individu yang utuh. Nilai yang kita taruh atas diri kita sendiri berdasar penilaian kita
sejauhmana memenuhi harapan diri. Harga diri yang tinggi merupakan nilai positif
yang kita lekatkan pada diri yang berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi tetap merasa sebagai
orang yang penting dan berharga (Dariuszky, 2004).
Self-esteem adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
sejauhmana perilaku memenuhi ideal self. Frekuensi mencapai tujuan mempengaruhi
Self-esteem. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan
jika mengalami gagal, cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai, kasih sayang, dan menerima
penghargaan dari orang lain (Kelliat, 1994). Centi Paul (1993) menggambarkan Self-
esteem sebagai penilaian diri terhadap sejauhmana self-image kita mencapai ideal self.
Semain lebar jurang antara self-image dengan ideal self, maka semakin rendah
penilaian terhadap diri dan menimbulkan penolakan diri (self-rejection). Menurut
Maslow (Maramis, 2004), self-esteem merupakan salah satu kebutuhan dari setiap
individu yang harus dipenuhi untuk mencapai aktualisasi diri sebagai puncak
kebutuhan individu.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan

1
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Kelliat, 2001).

B. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan idel
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi
merasa seorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang diarawat dapat
terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan seperti
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tudak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Maturasional
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi adalah : (1) Bayi/Usia
bermain/ Pra sekolah berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan,
perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat
dukungan orang tua, ketidakmampuan mempercayai orang terdekat. (2) Usia
sekolah ; berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat atau peringkat objektif
kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative berulang. (3) Remaja Pada
usia remaja penyebab harga diri rendah, jenis kelamin, gangguan hubungan teman
sebagai perubahan dalam penampilan,masalahmasalah pelajaran kehilangan orang
terdekat. (4) Usia sebaya; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan
penuaan. (5) Lansia; Berhubungan dengan kehilangan (orang, financial, pensiun).
3. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.

2
C. ETIOLOGI
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perekembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998: 366). Menurut Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan
sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang di beri pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang di
hargai dan tidak di beri kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
1. Faktor predisposisi
a) Faktor biologis
1) Kerusakan lobus frontal
2) Kerusakan hipotalamus
3) Kerusakan system limbic
4) Kerusakan neurotransmitter
b) Faktor psikologis
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua tidak realistis
3) Orang tua yang tidak percaya pada anak
4) Tekanan teman sebaya
5) Kurang reward system
6) Dampak penyakit kronis
c) Faktor sosial
1) Kemiskinan
2) Terisolasi dari lingkungan

3
3) Interaksi kurang baik dalam keluarga
d) Faktor cultural
1) Tuntutan peran
2) Perubahan kultur

Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produkivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional
misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus di operasi,
kecelakaan, perkosaan atau di penjara termasuk di rawat di rumah sakit bisa
menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya dalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga
diri rendah kronik biasanya di rasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat
klien sudah memilki pikiran negatif dan meningkat saat di rawat. Dipengaruhi
oleh factor Internal dan eksternal.

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala harga diri rendah (NANDA, 2009; Stuart & Sundeen, 2009)
merupakan prilaku yang telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang
meliputi ungkapan negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus.
Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut Carpenito,L.J (2003:352):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. misalnya: malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa,saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tau apa-apa.

4
4. Percaya diri kurang. Misalnya: klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Pandangan hidup yang pesimistis.
8. Tidak berani menatap lawan bicara.
9. Lebih banyak menunduk.
10. Penolakan terhadap kemampuan diri.
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (Kuku panjang dan kotor, rambut panjang
dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor).
12. Data Obyektif :
a) Produktivitas menurun.
b) Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c) Perilaku distruktif pada orang lain.
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

E. RENTANG RESPON

Keterangan:
1. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:
a) Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi masa
lalu akan diri dan perasaannya.
b) Konsep diri positif

5
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaptive
gangguan konsep diri adalah:
a) Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal adaptif.
b) Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak
mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya
diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

6
F. RENTANG RESPON PATHWAY

Perubahan penampilan : Faktor predisposisi

a. Kehilangan bagian tubuh - faktor biolois


b. Kehilangan bagian tubuh - Faktor psikologis
c. Bentuk badan berubah
- Faktor sosial
- Faktor kultural
- Faktor precipitasi

Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan

Equilibrium (keseimbangan) terganggu

Kecewa/stress

Positif Positif

Ada Faktor yang mengimbangi Tidak ada Faktor yang mengimbangi

Realitas terhadap kejadian Tidak realitas terhadap kejadian

Dorongan situasi kuat Dorongan situasi tidak kuat

Mekanisme pertahanan kuat Mekanisme pertahanan tidak kuat

Problema terpecahkan

Equilibrium seimbang Equilibrium tak seimbang

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri


TIDAK ADA KRISIS KRISIS akibat penyakit.
b. Percaya diri kurang
Harga Diri Rendah c. Perasaan tidak mampu
d. Pandangan hidup yang pesimistis
7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
a) Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
b) Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah klien
menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
c) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor
presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya
riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
d) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa apakah ada kekurangan pada

8
kondisi fisiknya. Pada klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi.
e) Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.Penelusiran genetic yang
menyebabkan / menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit
dilakukan hingga saat ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai. Pada klien harga diri rendah klien cenderung merendahkan dirinya
sendiri, perasaan tidak mampur dan rasa bersalah terhadap diri sendiri..
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya.Klien dengan harga diri rendah klien lebih banyak menunduk,
kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicara.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan
yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut.Pada klien HDR tidak mampu melakukan perannya
secara maksimal hal ini ditandai dengan kurang percaya diri dan motivasi
yang kurang dari individu tersebut.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga diri
rendah klien cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan martabat,
dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.

9
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Pada klien
dengan harga diri rendah merasa malu terhadap dirinya sendiri, rasa
bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup
yang pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya diri
kurang.
3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat
dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami
harga diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungn sekitarnya dan klien
merasa malu.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah cenderung berdiam diri
dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya
f) Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis
klien.Pada klien dengan harga diri rendah klien kurang memperhatikan
perawatan diri, klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotor dan lusuh,
kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan gigi kuning.
2. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap, sering
terhenti/bloking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu memulai
pembicaraan
3. Aktivitas motorik

10
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering menunduk, tidak berani
menatap lawan bicara, dan merasa malu.
4. Afek dan Emosi
Klien cederung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus
yang menyenangkan atau menyedihkan).
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang (tidak mau menatap
lawan bicara).
6. Proses Pikir
a. Arus fikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking (pembicaraan terhenti
tiba – tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali).
b. Bentuk Pikir
Otistik : bentuk pemikiran yang berupa fantasia tau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
c. Isi fikir
- Pikian rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya dan
penolakan terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan,
menghina dirinya terhadap hal-hal yang pernah dilakukan ataupun
belum pernah dia lakukan
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negatif
- Pesimis : berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram
tentang banyak hal di dalam kehidupannya
7. Tingkat kesadaran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadarannya composmentis, namun
ada gangguan orientasi terhadap orang lain.
8. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang
ataupun jangka pendek
9. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran dirinya
sendiri yang merasa tidak mampu.
10. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan

11
Klien harga diri rendah sulit mementukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.
11. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang
lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang.
g) Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
h) Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan, apakah
menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll
ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol,
merokok, reaksi lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya.
Pada proses pengkajian, data penting dan masalah yang perlu di kaji adalah :

No Masalah Data Subjektif Data Objektif


Keperawatan
1. Masalah utama : a. Mengungkapkan ingin a. Merusak diri sendiri
Gangguan konsep diakui jati dirinya. maupun orang lain.
diri : b. Mengungkapkan tidak b. Ekspresi malu.
harga diri rendah ada lagi yang peduli. c. Menarik diri dari
c. Mengungkapkan tidak hubungan social.
bisa apa-apa. d. Tampak mudah
d. Mengungkapkan tersinggung.
dirinya tidak berguna. e. Tidak mau makan
e. Mengkritik diri dan tidak tidur
sendiri.
f. Perasaan tidak
mampu.
2. Masalah a. Mengungkapkan a. Tampak
keperawatan : ketidakmampuan dan ketergantungan
Koping individu meminta bantuan terhadap orang lain
tidak efektif orang lain. b. Tampak sedih dan
b. Mengungkapkan malu tidak melakukan
dan tidak bisa ketika aktivitas yang

12
diajak melakukan seharusnya dapat
sesuatu. dilakukan.
c. Mengungkapkan tidak c. Wajah tampak
berdaya dan tidak murung
ingin hidup lagi.
3. Masalah a. Mengungkapkan a. Ekspresi wajah
keperawatan : enggan bicara dengan kosong tidak ada
Menari diri : orang lain kontak mata.
isolasi sosial b. Klien mengatakan b. ketika diajak bicara
malu bertemu dan Suara pelan dan tidak
berhadapan dengan jelas Hanya memberi
orang lain. jawaban singkat
(ya/tidak).
c. Menghindar ketika
didekati

a. Pohon Masalah

Isolasi Sosial: Menarik Diri (Akibat)

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Core problem)

Tidak efektifnya Koping Individu (causa/penyebab)

b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Koping individu tidak efektif

B. PERENCANAAN

Perencanaan Intervensi Rasional


Tujuan Kriteria evaluasi
Tujuan Umum :
Klien mampu
meningkatkan
harga diri
Tujuan Khusus Kriteria Evaluasi: 1.1 Bina Hubungan saling Hubungan saling
1 : Klien dapat 1. Klien dapat percaya percaya akan

13
membina hubungan mengungkapkan a) Sapa klien dengan menimbulkan
saling percaya perasaannya ramah, baik verbal kepercayaan klien pada
2. Ekspresi wajah maupun nonverbal. perawat sehingga akan
bersahabat. b) Perkenalkan diri memudahka dalam
3. Ada kontak mata dengan sopan pelaksanaan tindakan
4. Menunjukkan rasa c) Tanya nama lengkap selanjutnya
senang. klien dan nama
5. Mau berjabat tangan panggilan yang
6. Mau menjawab disukai klien
salam d) Jelaskan tujuan
7. Klien mau duduk pertemuan, jujur dan
berdampingan menepati janji.
8. Klien mau e) Tunjukkan sikap
mengutarakan empati dan menerima
masalah yang klien apa adanya.
dihadapi f) Beri perhatian pada
klien
1.2 Beri kesempatan
untuk
Mengungkapkan
perasaan tentang
penyakit yang
dideritanya
1.3 Sediakan waktu untuk
Mendengarkan klien
1.4 Katakana pada klien
Bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggungjawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
Tujuan Khusus 2 Kriteria evaluasi : 1) Diskusikan Pujian akan
Klien dapat 1. Klien mampu kemampuan dan meningkatkan harga
mengidentifikasi mempertahankan aspek positif yang diri klien
kemampuan dan aspek yang positif dimiliki klien dan beri
aspek positif yang pujian/ reinforcement
dimiliki atas kemampuan
mengungkapkan
perasaan
2) Saat bertemu klien,
hindarkan member
penilain negatif.
Utamakan member
pujian yang realistis.
Tujuan khusus 3 : Kriteria evaluasi 1) Diskusikan Peningkatan
Klien dapat menilai 1. Kebutuhan klien kemampuan yang kemempuan
kemampuan yang terpenuhi masih dapat mendorong klien untuk
didapat digunakan 2. Klien dapat digunakan selama mandiri
melakukan aktivitas sakit.

14
terarah 2) Diskusikan juaga
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti
Tujuan Khusus 4 : Kriteria evaluasi 1) Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat 1. Klien mampu klien aktivitas yang secara mandiri
menetapkan dan beraktivitas sesuai dapat dilakukan setiap modal awal untuk
merencanakan kemampuan hari sesuai meningkatkan harga
kegiatan 2. Klien mengikuti kemampuan : kegiatan diri
sesuai dengan terapi aktivitas mandiri, kegiatan
kemampuan yang kelompok dengan bantuan
dimiliki minimal, kegiatan
dengan bantuan total.
2) Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien
lakukan (sering klien
takut melaksanakan
nya)
Tujuan khusus 5 Kriteria evaluasi : 1) Beri kesempatan klien Dengan aktivitas klien
Klien dapat 1. Klien mampu untuk mencoba akan mengetahui
melakukan beraktivitas sesuai kegiatan yang kemampuannya
kegiatan kemampuan direncanakan
sesuai kondisi sakit 2) Beri pujian atas
dan keberhasilan klien
kemampuannya 3) Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan dirumah.
Tujuan khusus 6 Kriteria evaluasi : 1) Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
Klien dapat 1. Klien mampu kesehatan pada pengertian keluarga
memanfaatkan melakukan apa yang keluarga tentang cara akan dapat membantu
system pendukung diajarkan merawat klien harga mrningkatkan harga
yang ada 2. Klien mau diri rendah diri
memberikan 2) Bantu keluarga klien
dukungan memberi dukungan
selama klien di rawat
3) Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah.

C. STRATEGI PELAKSANAAN (SP) BERDASARKAN PERTEMUAN


a. SP 1 Pasien :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

15
2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
3. Memilih kemampuan yang akan di latih
4. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien
b. SP 2 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1).
2. Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien.
3. Melatih kemampuan yang dipilih
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. SP 3 Pasien :
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
3. Melatih kemampuan ketiga yang dipilih.
4. Masukkan dalam kegiatan jadwal klien.
d. SP 1 Keluarga :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah.
4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR.
5. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
e. SP 2 Keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
f. SP 3 Keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

D. IMPLEMENTASI

SP 1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,


membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien

16
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian.
SP 2 Pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.

E. TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan keperawatan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien
atas kemampuannya
4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5. Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya
7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat


pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga
untuk mempraktekkan cara merawat.

17
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

F. EVALUASI
1. Kemampuan pasien dan keluarga
Evaluasi yang dilakukan untuk menilai sejauh mana keberhasilan tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah lalu untuk menilai factor penghambat dan pendukung serta alternatif
masalah.
Format evaluasi penilaian kemampuan pasien dan keluarga
dengan Harga Diri Rendah
Nama pasien :
Ruangan :

Petunjuk pengisian
1. Beri tanda (V) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini
2. Tulis tanggal setiap dilakukan supervise

No Kemampuan Tanggal

A Pasien

1 Menyebutkan kemampuan dan aspek posotif yang dimiliki

2 Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan

3 Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki

4 Melatih kegiatan yang telah dipilih

5 Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih

6 Melakukan kegiatan sesuai

18
No Kemampuan Tanggal

B Keluarga

1 Menjelaskan pengertian dan tanda-tanda orang HDR

2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien HDR (memberikan pujian,


menyediakan fasilitas untuk pasien, dan melatih pasien melakukan
kemampuan

3 Mampu mempraktekkan cara merawat pasien

4 Melakukan follow up sesuai rujukan

2. Kemampuan perawat
Penilaian kemampuan perawat dalam merawat pasien HDR
Ruangan : .........................
Nama Perawat :..........................

Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen


penilaian kinerja.
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

Tanggal
No Kemampuan

A Pasien
SP I p
1 Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien
2 Membantu pasien menilai kemampuan pasien
yang masih dapat digunakan
3 Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan pasien
4 Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5 Memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien

19
6 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih kemampuan kedua
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP II p

Tanggal
No Kemampuan

B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga
diri rendah yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
Nilai SP I k
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga
diri rendah
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien harga diri rendah
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai: SP p + SP k
Rata-rata

20
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) .Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta.
Graha Ilmu
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3,
Alih Bahasa Achir Yani S Hamid, DNSc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maramis, Willy F. (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya : University Airlangga
Press.
Keliat, Budi Anna, dkk. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas : CMHN (basic
course). Jakarta : EGC.
Twosend, Mary C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care in Evidance
Based Practise (6thEd). F.A. Davis Company.

21

Anda mungkin juga menyukai