Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

Oleh: Kelompok 1

1. Richard (A031191005)
2. Alvin Gormantara (A031191067)
3. Jennifer Angliani (A031191091)
4. Andi Fathimah Azzahra (A031191095)
5. Akhmad Qusyairi Amiruddin (A031191167)
6. Yansen Pratama Kohar (A031191170)
7. Rina Putri Wardani (A031191179)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. DEFINISI DAN KEBUTUHAN REGULASI PUBLIK
1. Definisi Regulasi Publik
Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan
ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi.
Oleh karena itu, Regulasi Publik dapat didefinisikan sebagai ketentuan yang harus
dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi
keagamaan/tempat peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.

2. Kebutuhan Regulasi dan Standar di Sektor Publik


Dibutuhkan standar akuntansi yang dimaksudkan menjadi acuan dan pedoman bagi
para akuntan yang berada dalam organisasi sektor publik. Standar akuntansi merupakan
Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) atau Generally Accepted Accounting
Principle (GAAP).
Berlaku umum bermakna bahwa laporan keuangan suatu organisasi dapat dimengerti
oleh siapapun dengan latar belakang apapun, yang terdapat dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 paragraf 9 dan 10 yang menyatakan bahwa laporan
keuangan yang dibuat berdasarkan standar akuntansi tetap bisa memenuhi kebutuhan semua
pengguna yang meliputi investor sekarang, investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok, kredit lainnya, pemerintah dan lembaga-lembaganya, serta masyarakat.

B. PERKEMBANGAN REGULASI SEKTOR PUBLIK


1. Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
● Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Regulasi yang terkait dengan yayasan
adalah Undang - Undang RI No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Undang-undang ini
dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan dapat
berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan
akuntabilitas kepada masyarakat. Undang-undang ini diperbaharui dalam beberapa aspek
dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Selain dua Undang-undang yang telah disebutkan
untuk lebih menjamin kepastian hukum, pemerintah juga mengeluarkan peraturan
pemerintah No. 63 Tahun 2008 tentang pelaksanaan Undang-undang tentang Yayasan.

1
● Partai Politik
Regulasi tentang partai politik pertama kali diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 1999. UU
ini diperbaharui dengan keluarnya UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.
Kemudian UU Nomor 31 Tahun 2002 kembali diperbarui pada tahun 2008 melalui UU
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Menurut Undang-undang No.2 tahun 2008,
partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
WNI secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan
dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara, serta
memelihara keutuhan NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

● Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan Badan Hukum Pendidikan (BHP)
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk Badan Hukum di
Indonesia yang awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam rangka
“privatisasi” Lembaga Pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri, khususnya sifat
non profit meski berstatus sebagai Badan Usaha.
Universitas yang berstatus BHMN memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan
status Universitas lain. Ciri-ciri BHMN adalah sebagai berikut :
1) Memiliki Majelis Wali Amanat
2) Memiliki Senat Akademik (SA)
3) Memiliki Otonomi Manajemen Dana dan Akademik
Pada akhir tahun 2008, terdapat perkembangan baru pada dunia Pendidikan Tinggi di
Indonesia dengan disahkannya UU tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP). BHP
adalah Badan Hukum penyelenggaraan pendidikan formal dengan berprinsip nirlaba
yang memiliki kemandirian dalam pengelolaannya dengan tujuan memajukan satuan
pendidikan.
Dalam pengelolaannya, BHP mendasarkan pada 10 prinsip berikut :
1) Nirlaba
2) Otonom
3) Akuntabel
4) Transparan
5) Penjaminan mutu
6) Layanan prima
7) Akses yang berkeadilan
8) Keberagaman
9) Keberlanjutan
10) Partisipasi atas tanggung jawab Negara

● Badan Layanan Umum (BLU)

2
Badan Layanan umum atau BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan. Dalam melakukan kegiatannya, BLU
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU dibentuk untuk
mempromosikan peningkatan pelayanan publik melalui fleksibilitas pengelolaan
keuangan BLU yang dikelola secara profesional dengan menonjolkan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas.
2. Perkembangan Regulasi Terkait Otonomi Daerah
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujud
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pendayaan, dan peran masyarakat.
Maka, sejak diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dimana pemerintah melaksanakan otonomi daerahnya dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggung jawab. Namun, setelah tiga tahun
pelaksanaan otonomi daerah terdapat banyak aspek yang menimbulkan kerancuan. Selain itu,
disadari bahwa UU Nomor 22 Tahun 1999 sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan
keadaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah yang lebih efisien. Oleh karena itu,
dikeluarkanlah undang-undang pengganti, yaitu:
● Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang ini mengatur otonomi yang didefinisikan sebagai otonomi seluas-
luasnya dalam arti daerah memiliki kewenangan mengatur semua urusan pemerintahan,
selain urusan-urusan yang menjadi urusan pemerintah, yaitu politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter, dan fiskal nasional serta agama.
● Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pertimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah mencangkup
pembagian keuangan antara keuangan pemerintah dan pemerintah secara proporsional,
demokratif, adil dan transparan dengan mempertahankan dengan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyelenggaraan,
pelimpahan, dan penugasan urusan pemerintah kepada daerah secara nyata dan
pertanggungjawaban yang harus diikuti peraturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumberdaya nasional secara adil termasuk pertimbangan keuangan antara pemerintahan
daerah.
3. Perkembangan Regulasi Terkait Keuangan Negara
a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 adalah tonggak sejarah penting yang mengawali
reformasi keuangan negara kita menuju pengelolaan keuangan yang efisien dan modern.
Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang ini, antara lain (1) kekuasaan

3
atas pengelolaan keuangan negara, (2) penyusunan dan penetapan APBN, (3)
penyusunan dan penetapan APBD, (4) hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
bank sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga Asing, (5) hubungan
keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan
swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat, dan (6) pertanggungjawaban APBN
dan APBD.
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Perbendaharan Negara sebagaimana yang dimaksud dalam UU ini adalah pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Sesuai dengan pengertian
tersebut, dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 ini diatur mengenai (1) ruang lingkup dan asas
umum perbendaharaan negara, (2) kewenangan pejabat perbendaharaan negara, (3)
pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah negara/daerah, (4) pengelolaan uang
negara/daerah, (5) pengelolaan piutang dan utang Negara/daerah, (6) pengelolaan
investasi dan barang milik negara/daerah, (7) penatausahaan dan pertanggungjawaban
APBN dan APBD, (8) pengendalian intern pemerintah, (9) penyelesaian kerugian
negara/daerah, dan (10) pengelolaan keuangan badan layanan umum.
c. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Pemeriksaan keuangan Negara
meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Negara dan pemeriksaan atas tanggung
jawab keuangan Negara. Badan pemeriksa keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang meliputi seluruh unsur
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU No 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan
keuangan; pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas; dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Ketiga jenis pemeriksaan tersebut
dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK, setelah
berkonsultasi dengan pemerintah.

4
C. PERKEMBANGAN STANDAR SEKTOR PUBLIK
1. Standar Internasional Sektor Publik
Pada akhir tahun 1997, IPSASB memulai sebuah program pengembangan IPSAS
yang didasarkan kepada International Accounting Standard (IAS) yang diterbitkan
International Accounting Standard Board (IASB) tahun 1997. IPSASB mengembangkan
persyaratan-persyaratan IAS yang relevan untuk sektor publik. IPSAS menggunakan
persyaratan, struktur, dan teks yang diatur dalam IAS kecuali ada alasan untuk tidak
menggunakan hal-hal tersebut.
Pada tahun 2003 melalui proyek General Improvement, IASB menerbitkan revisi
IAS. Proyek General Improvement bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
alternatif, pengulangan-pengulangan yang tidak perlu (redundancies), dan juga konflik dalam
IAS sendiri. Proyek juga berhubungan dengan isu konvergensi dan berbagai peningkatan
lainnya. Tujuannya dari revisi IPSAS yang diterbitkan kali ini adalah agar IPSAS konvergen
dengan IAS yang diterbitkan tahun 2003 tersebut.
IPSAS menjadi rujukan karena keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan
manfaat nyata informasi keuangan yang konsisten dan terbandingkan (comparable) linta-
yurisdiksi. IPSAS sebagai standar internasional akuntansi sektor publik, diharapkan
memainkan peran kunci untuk merealisasikan manfaat tersebut. Dalam mengembangkan
standar akuntansi sektor publik. IPSASB sangat mendorong keterlibatan pemerintah dan
penyusun standar di berbagai melalui penyampaian tanggapan/komentar atas proposal-
proposal IPSASB yang dinyatakan dalam exposure draft.
Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan
meningkatkan kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-entitas
sektor publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-
ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati
hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat nasional dalam menetapkan standar dan
pedoman pelaporan keuangan di dalam yurisdiksi mereka masing-masing.
IPSAS diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik,
baik yang masih menganut basis kas dan telah mengadopsi basis akrual. IPSASB sebagai
penyusun standar akuntansi IFAC untuk sektor publik telah menerbitkan empat exposure draft
(ED) dalam rangka konvergensi standar akuntansi sektor publik (IPSAS) ke standar akuntansi
sektor komersial/bisnis (IAS/IFRS).
Hingga saat ini, terdapat 42 IPSAS–standar akuntansi sektor publik yang telah
dihasilkan oleh IPSASB. Bisa baca selengkapnya di 2020 Handbook of International Public
Sector Accounting Pronouncements | IFAC (ipsasb.org).

5
Adaptasi IPSAS mempunyai probabilitas tinggi dilakukan pada awal reformasi
akuntansi pemerintahan. Adaptasi pada IPSAS dilakukan dengan memperhatikan sumber-
sumber rujukan dari negara-negara yang mempunyai standar akuntansi pemerintahan relatif
mapan. Penerapan uji coba disarankan sebelum suatu nomor baru diadopsi oleh RI.
2. PSAK
PSAK adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
merupakan suatu kerangka dari prosedur pembuatan laporan keuangan akuntansi yang berisi
peraturan mengenai pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan
yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang didasarkan pada kondisi yang sedang
berjalan dan telah disepakati serta telah disahkan oleh institut atau lembaga resmi di
indonesia.
PSAK menetapkan dasar-dasar penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum
atau disebut general purpose financial statements agar dapat dibandingkan baik dengan
laporan keuangan sebelumnya maupun dengan laporan keuangan lain. PSAK mengatur
persyaratan struktur laporan keuangan, penyajian laporan keuangan, dan persyaratan
minimum isi laporan keuangan.
Berikut ini adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai
dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia,
2008):

a. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia: Indonesia memakai standar akuntansi


belanda (Sound Business Practices)
b. Tahun 1955: Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang
standar keuangan
c. Tahun 1974: Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI
yang disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
d. Tahun 1984: PAI ditetapkan menjadi standar akuntansi Indonesia
e. Akhir tahun 1984: PAI mengikuti standar yang bersumber dari IASC (International
Accounting Standard Committee)
f. Sejak tahun 1994: PAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS
g. Tahun 2008: SAK mengacu kepada IFRS
h. Tahun 2012: IFRS mulai diresmikan dan diterapkan

Pada tahun 1955, Indonesia pun belum mempunyai undang-undang resmi untuk
peraturan tentang standar keuangan. Pada tahun 1974, Indonesia mulai mengikuti standar
Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang juga
merupakan badan yang menyusun standar akuntansi di Indonesia. Organisasi profesi ini terus

6
berusaha menanggapi perkembangan akuntansi keuangan yang terjadi baik tingkat nasional,
regional maupun global, khususnya yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi
sendiri. Perkembangan akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini
perkembangan standar akuntansi ini dilakukan secara terus menerus.

Awal sejarah adanya standar akuntansi keuangan di Indonesia adalah ketika


menjelang diadakannya pasar modal aktif di Indonesia tahun 1973. Pada tahun 1973 terbentuk
Panitia Penghimpunan Bahan-Bahan dan Struktur GAAP dan GAAS. Pada tahun tersebut
juga dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang bertugas menyusun
standar keuangan. Ini merupakan masa awal IAI menerapkan sistem standar akuntansi di
Indonesia yang dituangkan di dalam buku berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga
1994 dengan susunan personel yang selalu diperbarui. Selanjutnya, pada periode
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal 23-24 September
1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk
masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.

Pada 1984, komite PAI membuat sebuah revisi standar akuntansi dengan cara lebih
mendasar jika dibandingkan PAI 1973 dan mengkodifikasikan ke dalam sebuah buku berjudul
“Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”. Prinsip tersebut memiliki tujuan untuk membuat suatu
kesesuaian terhadap ketentuan akuntansi yang dapat diterapkan di dalam dunia bisnis.

Pada 1994, IAI telah melakukan berbagai langkah harmonisasi menggunakan standar
akuntansi internasional di dalam proses pengembangan standar akuntansi dan melakukan
revisi total pada PAI 1984 dan sejak itu mengeluarkan serial standar keuangan yang diberi
nama Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan sejak 1 Oktober 1994. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar akuntansi yang baku di Indonesia.
Perkembangan standar akuntansi ketiga ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha
dan profesi akuntansi dalam rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembangan
internasional. Banyak standar yang dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar akuntansi
internasional yang dikeluarkan oleh IASC.

Sekarang ini ada dua PSAK yang dikeluarkan oleh 2 Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, yaitu:

a. PSAK Konvensional
b. PSAK Syariah

7
Setelah terjadi sebuah perubahan harmonisasi menjadi adaptasi, selanjutnya
dilakukan adopsi guna terjadi konvergensi terhadap International Financial Standards (IFRS).
Adopsi dilakukan secara penuh dengan tujuan tercapainya konvergensi terhadap IFRS
sehingga standar akuntansi keuangan dapat dilaksanakan lebih baik di masa selanjutnya.

Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar internasional
menuju konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan
pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka
panjang IAI yaitu menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012. Skema
menuju konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
b. Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk
implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
c. Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.

Revisi tahun 2007 yang merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI tersebut
menghasilkan revisi 5 PSAK yang merupakan revisi yang ditujukan untuk konvergensi PSAK
dan IFRS serta reformat beberapa PSAK lain dan penerbitan PSAK baru. PSAK baru yang
diterbitkan oleh IAI tersebut merupakan PSAK yang mengatur mengenai transaksi keuangan
dan pencatatannya secara syariah. PSAK yang direvisi dan ditujukan dalam rangka tujuan
konvergensi PSAK terhadap IFRS adalah:

a. PSAK 16 tentang Properti Investasi


b. PSAK 16 tentang Aset Tetap
c. PSAK 30 tentang Sewa
d. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan
e. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

PSAK-PSAK hasil revisi tahun 2007 tersebut dikumpulkan dalam buku yang disebut
dengan Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 dan mulai berlaku sejak tanggal 1
Januari 2008.

Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi hambatan-


hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yang terkait
dengan penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost of capital. Sementara tujuan
akhirnya laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
hanya akan memerlukan sedikit rekonsiliasi untuk menghasilkan laporan keuangan
berdasarkan IFRS. Sasaran konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar sesuai

8
dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011 atau 2012 dan konvergensi
IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Indonesia telah mengadopsi IFRS secara penuh
pada tahun 2012, strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big
bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus
tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh Negara-negara maju.
Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini
digunakan oleh Negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan


perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian,
untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan
pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya
baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar internasional
tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik.
Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi
bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri
ingin menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan
standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan. Ada beberapa pilihan untuk
melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah, kita
yang menentukan mana saja yang harus diadopsi, sesuai dengan kebutuhan. Contohnya
adalah PSAK (pernyataan standar akuntansi keuangan) nomor 24, itu mengadopsi sepenuhnya
IAS nomor 19. Standar ini berhubungan dengan imbalan kerja atau employee benefit.

Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan


mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat
sekaligus.

● Pertama, meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).


● Kedua, mengurangi biaya SAK.
● Ketiga, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
● Keempat, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
● Kelima, meningkatkan transparansi keuangan.
● Keenam, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana
melalui pasar modal.
● Ketujuh, meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Dengan adanya konvergensi IFRS ini maka Indonesia melalui IAI melakukan
penyesuaian terhadap Standar Pelaporan Keuangan yang telah ada yaitu PSAK. Jadi
kesimpulannya adalah Standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena

9
kebutuhan akan informasi keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat bersaing dan
menarik investor secara global.

3. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)


Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan,
akuntansi dan audit di pemerintahan Republik Indonesia maka dibentuk standar akuntansi
pemerintahan yang dibentuk oleh komite SAP. Hal ini juga seiring dengan munculnya
desakan untuk penerapan IPSAS di Indonesia semakin kuat. Pada tanggal 8 Mei 2000
dibentuk Kompartemen Akuntan Sektor Publik di IAI. KSAP bertujuan mengembangkan
program-program pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintahan,
termasuk mengembangkan SAP dan mempromosikan penerapan standar tersebut. Secara
spesifik salah satu programnya adalah penyusunan standar akuntansi keuangan untuk
berbagai unit kerja pemerintah. Kemudian dihasilkan Exposure Draft Standar akuntansi
Sektor Publik. Ada enam eposure draft yang dikeluarkan:
a. Penyajian laporan keuangan
b. Laporan arus kas
c. Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan kebijakan akuntansi
d. Dampak perubahan nilai tukar mata uang luar negeri
e. Kos pinjaman
f. Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian
Publikasi tersebut mendorong pemerintah untuk mengeluarkan standar akuntansi
pemerintahan sampai kemudian undang-undang tentang kuangan negara ditetapkan oleh
menteri keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 308/KMK.012/2002 tanggal
13 juni 2002 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) pusat dan daerah,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangn Nomor:
379/KMK.021/2004 tanggal 6 agustus 2004. KSAP terdiri atas komite konsulatif dan komite
kerja yang bertugas menyiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip akuntansi yang wajib
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah baik pusat ataupun
daerah. Dalam menyusun SAP, SAP sendiri menggunakan materi yang berasal dari :
a. International Federation of Accountant (IFAC)
b. International Accounting Standards Committee (IASC)
c. International Monetary Fund (IMF)
d. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
e. Financial Accounting Standards Board (FASB)
f. Governmental Accounting Standards Board (GASB)
g. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya yang berlaku di indonesia

10
h. Organisasi profesional lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan
keuangan akuntansi dan audit pemerintahan

SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik pusat maupun daerah dan dinas-
dinasnya. Dengan penerapan SAP ini, diharapkan akan meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan di pemerintah pusat dan daerah sehingga informasi keuangan pemerintah akan
dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya
transparansi serta akuntabilitas.

4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)


SPKN adalah standar penting yang akan menjadi panduan proses audit di Indonesia
yang dikembangkan oleh BPK. SPKN hanya mengatur hal-hal yang belum diatur oleh
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Aturan tambahan tersebut diperlukan mengingat
karakteristik organisasi pemerintahan yang berbeda dengan organisasi lainnya. Sebagai acuan
audit di sektor pemerintahan, SPKN memberikan kerangka dasar untuk menerapkan secara
efektif standar pekerjaan lapangan dan pelaporan audit. SPKN ini berlaku antara lain untuk :
a. Badan Pemeriksa Keuangan RI
b. Akuntan publik atau pihak pihak yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama BPK RI
c. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) termasuk Satuan Pengawasan Intern
(SPI) BUMN/BUMD, sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan sesuai
dengan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing-masing
d. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN

Adapun beberapa referensi yang digunakan dalam penyusunan SPKN adalah:


● Standar Audit Pemerintahan
● Generally accepted government auditing standards (GAGAS), revisi 2003. US
General Accounting Office
● Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), IAI, 2001
● Auditing Standards, International Organization of Supreme Audit Institutions
(INTOSAI), amandemen terakhir 1995
● Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 2002
● Internal Control Standards, INTOSAI, 2001
● Standards for Professional Practice of Internal Auditing (SPPI), IIA, 2000
SPKN sendiri membagi audit/pemeriksaan menjadi tiga jenis:
a. Pemeriksaaan keuangan : Bertujuan memberikan keyakinan mengenai kewajaran
penyajian laporan keuangan dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku di indonesia

11
b. Pemeriksaan kinerja : Pemeriksaan ini dilakukan secara objektif dan sistematis
terhadap bukti-bukti agar dapat memberikan penilaian secara independen atas kinerja
suatu entitas yang menghasilkan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja
suatu entitas dan memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang berwenang
c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu : Bersifat pemeriksaaan (examination),
penelaahan (review), dan prosedur yang disepakati dengan tujuan menghasilkan suatu
kesimpulan tentang keadaan suatu asersi entitas yang diperiksa. Sasaran
pemeriksaaan ini mencakup pemeriksaan hal-hal lain di bidang keuangan,
pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendaliaan internal
pemerintah.

Standar Umum SPKN


Standar umum SPKN harus diikuti oleh semua pemeriksa/ auditor dan organisasi
mereka. Standar umum SPKN tersebut adalah sebagai berikut:
a. Standar kemampuan/keahlian : Standar ini mengharuskan audit dilaksanakan oleh
staff yang memiliki keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk
melakukan audit.
b. Persyaratan independensi : Standar ini mengharuskan organisasi pemeriksa dan
pemeriksanya untuk mempertahankan independensi nya sehingga hasil
pemeriksaannya tidak memihak
c. Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama : Auditor wajib
menggunakan kemahirannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan penyusunan
laporannya dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan atas kepentingan publik
d. Pengendalian mutu : Setiap organisasi yang melakukan pemeriksaan harus memiliki
sistem pengendalian mutu yang memadai. Sistem tersebut harus dapat memberikan
keyakinan bahwa organisasi telah menerapkan dan mematuhi standar pemeriksaan
yang berlaku dan mematuhi kebijakan serta prosedur pemeriksaan yang memadai.

D. PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


Peraturan adalah gambaran tentang kebijakan pengelola organisasi publik. Peraturan
publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu yang pertama, regulasi publik yang
dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait. Kedua, tindakan yang diambil terkait
dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau aturan yang dapat diinterprestasikan
sebagai wujud dukungan penuh organisasi publik. Ketiga, peraturan adalah hasil dari berbagai
aspek dan kejadian. Tahapan dalam penyusunan regulasi publik yaitu sebagai berikut :

12
1. Pendahuluan, yaitu adalah permasalahan atau tujuan yang ingin dicapai. Perancang
regulasi publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik.
2. Mengapa diatur? Yaitu regulasi publik harus diketahui mengapa regulasi tersebut
disusun. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya berbagai isu terkait yang
membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik.
3. Permasalahan dan misi, sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik
menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
4. Dengan apa diatur ? Setiap permasalahan diatur dengan jenjang regulasi yang sesuai,
sehingga permasalahan tersebut segera dapat disikapi dan ditemukan solusi yang
tepat sasaran.
5. Bagaimana mengaturnya? Substansi regulasi merupakan solusi permasalahan yang
ada. Regulasi publik yang disusun benar-benar merupakan wujud kebijakan
organisasi publik dalam menghadapi berbagai permasalahan publik yang ada.
6. Diskusi/ Musyawarah, yaitu merupakan salah satu tahapan dalam menyusun atau
penetapan regulasi.
7. Catatan, yaitu sebagai dasar penetapan regulasi publik.
Dalam istilah teknik, tahapan penyusunan regulasi publik diatur dengan aturan
masing-masing organisasi publik. Aturan tersebut dapat mengatur cara penyusunan draft
regulasi maupun tahapan mulai dari penyusunan, pembahasan, analisis, hingga penetapan
regulasi.

13
Daftar Pustaka

Biduri, S. 2018. Buku Ajar Akuntansi Sektor Publik. Sidoarjo: UMSIDA PRESS.

Nordiawan, D. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Rasmita, N. U, dkk. 2018. Resume Perkembangan Standar Akuntansi Sektor Publik. Makalah.

Safitri, A. 2016. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik. Makalah

Muhammad, F. 2016. Perkembangan PSAK dan Peran IAI dalam Perkembangan PSAK. Makalah.

14

Anda mungkin juga menyukai