Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HUKUM ASURANSI
OLEH
HANNA MAGDALENA. R
(B10019214)
DOSEN PENGAMPU :
AGA ANUM PRAYUDI, S.H., M.Kn.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2022
A. Pengertian Asuransi
sebagaimana tercantum dalam Buku Kesatu Bab IX Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD), sebagai berikut “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena atau peristiwa yang
tidak tertentu.
Objek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab
hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang
nilainya. Sedangkan tujuan utama dari asuransi adalah memberikan perlindungan agar
keuangan masyarakat tidak akan terganggu ketika terjadi suatu risiko yang menimbulkan
kerugian.
B. Jenis Asuransi
Berdasarkan objek pertanggungannya, asuransi baik konvensional maupun syariah, dibedakan
ke dalam dua macam asuransi yaitu asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
1. Asuransi Kerugian Asuransi kerugian adalah asuransi yang menanggung risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang
timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Contoh produk asuransi kerugian adalah asuransi
kebakaran, asuransi angkutan laut, asuransi kendaraan bermotor, asuransi laut, dan
asuransi properti.
2.. Asuransi Kendaraan Bermotor Mengutip buku Hukum Asuransi di Indonesia, asuransi
kendaraan bermotor adalah asuransi kerugian yang tidak mendapat pengaturan khusus
dalam KUHD. Ketentuan umum asuransi kerugian dalam KUHD berlaku terhadap
asuransi kendaraan bermotor.
3. Asuransi Kebakaran Asuransi kebakaran diatur dalam Buku I Bab 10 Pasal 287-298
KUHD. Hal-hal yang diatur dalam KUHD meliputi: Polis asuransi kebakaran. Objek
asuransi kebakaran. Evenemen dan ganti kerugian asuransi kebakaran. Asuransi rangkap
dan perubahan risiko.
4. Asuransi Laut Asuransi laut diatur dalam: Buku I Bab IX Pasal 246-286 KUHD. Buku II
Bab IX Pasal 592-685 dan Bab X Pasal 686-695 KUHD. Buku II Bab XI Pasal 709-721
KUHD. Buku II Bab XII Pasal 744 KUHD.
5. Asuransi Jiwa Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), asuransi jiwa adalah
program perlindungan dalam bentuk pengalihan resiko ekonomis atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Tujuan mengambil asuransi jiwa adalah
untuk menutupi potensi kehilangan pendapatan. Asuransi jiwa diatur dalam Buku I Bab X
Pasal 302-308 KUHD. Pasal 302 KUHD berbunyi: “Jiwa seseorang dapat diasuransikan
untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk
waktu yang ditentukan dalam perjanjian.”
Adapun jenis-jenis asuransi jiwa meliputi:
1. Asuransi jiwa berjangka (term life insurance), yaitu produk asuransi yang memberikan
manfaat dengan nominal tertentu kepada penerima manfaat selama jangka waktu tertentu
atau terbatas yang telah disepakati para pihak di awal.
2. Asuransi jiwa seumur hidup (whole life insurance), yaitu asuransi yang memberikan
manfaat pertanggungan seumur hidup, biasanya sampai dengan usia 99 tahun.
3. Asuransi unit link, yaitu kontrak asuransi yang memberikan manfaat perlindungan
dengan premi rendah sekaligus investasi. Jenis asuransi ini memberikan manfaat
perlindungan asuransi kematian dan investasi sekaligus
C. Fungsi Asuransi
Terdapat dua fungsi asuransi Fungsi asuransi meliputi fungsi primer dan sekunder yang
dijelaskan sebagai berikut.
1. Fungsi Primer Fungsi primer atau fungsi utama adalah pengalihan risiko (risk transfer
mechanism). Fungsi ini sebagai sarana atau mekanisme pengalihan risiko dari
tertanggung kepada penanggung atas terjadinya kemungkinan rugi atau rusak yang
dialami oleh tertanggung dengan membayar sejumlah premi. Premi asuransi yang
dibayarkan oleh tertanggung harus wajar dan seimbang dengan tingkat risiko yang akan
diterima oleh pihak asuransi (equitable premium). Dengan demikian, perusahaan
asuransi memiliki dana yang cukup sehingga dapat membayar kewajibannya kepada
nasabah yang mengalami kerugian.
2. Fungsi Sekunder Fungsi sekunder asuransi sebagai perangsang pertumbuhan ekonomi
dan usaha, mencegah kerugian, mengendalikan kerugian, memiliki manfaat sosial, dan
sebagai tabungan atau investasi.
D. Prinsip Asuransi
1. Insurable Interest(Kepentingan untuk Diasuransikan)
Yaitu seseorang yang mengasuransikan harus mempunyai kepentingan (interest)
atas harta benda (objek) yang dapat diasuransikan (insurable). Objek yang
diasuransikan juga harus legal dan tidak melanggar hukum serta masuk dalam
kategori layak. Apabila suatu saat terjadi musibah atau masalah yang
mengakibatkan objek yang bersangkutan menjadi rusak maka pihak yang
mengasuransikan akan mendapatkan ganti rugi finansial
Contoh:
Hubungan keluarga, seperti suami, istri, anak, ayah atau ibu.
Hubungan bisnis, seperti kreditur dengan debitur, perusahaan dengan orang
penting di perusahaan.
2. Utmost Good Faith (Itikad Baik)
Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta-fakta
material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya, seorang penanggung harus dengan jujur dan terbuka
menerangkan secara jelas serta benar atas segala sesuatu tentang objek yang
diasuransikan. Prinsip asuransi yang satu ini juga menjelaskan tentang risiko-risiko
yang dijamin maupun yang dikecualikan termasuk segala persyaratan dan kondisi
pertanggungan secara jelas dan teliti.
6. Contribution (Kontribusi)
Yaitu bila pihak tertanggung mengasuransikan suatu objek ke beberapa perusahaan
asuransi, maka akan ada apa yang dinamakan kontribusi dalam pemberian proteksi dari
masing-masing perusahaan tersebut.
Contohnya, jika sang tertanggung mengasuransikan satu unit beserta isi kendaraan dengan
total nilai Rp 200 juta kepada 3 perusahaan asuransi, dengan nilai asuransi ke perusahaan
A Rp 200 juta, perusahaan B Rp 100 juta dan perusahaan C Rp 100 juta, maka jika terjadi
kecelakaan atau hal lain yang dapat membuat kendaraan tersebut rusak atau hancur, maka
jumlah total ganti rugi yang akan didapatkan sang tertanggung menurut prinsip asuransi
ini adalah;
Perusahaan A : Rp200 juta / Rp400 juta x Rp 200 juta = Rp 100 juta
Perusahaan B : Rp100 juta / Rp 400 juta x Rp 200 juta = Rp 50 juta
Perusahaan C : Rp100 juta / Rp 400 juta x Rp 200 juta = Rp 50 juta