Karya: WS Rendra
dan di langit
Matahari terbit.
Fajar tiba.
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
…………………………………………..
Menghisap udara
Dan di langit;
mesti di-up-grade
Gunung-gunung menjulang.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
……………………………………………
keluar ke desa-desa,
Inilah sajakku
WS Rendra
Payung yang ku genggam erat, kini tak lagi bisa menahan deru air mata yang kian deras.
Aku, adalah goresan cerita hidup yang meronta dalam tubuh kering keronta, dalam nadi yang menjalar
pada tulang yang kian lapuk.
Dan aku, adalah seseorang yang harus menelan pahitnya hidup diusia yang masih balita.
Bagaimana engkau akan tau putih tanpa adanya hitam, bagaimana engkau akan tau arti cinta tanpa
penghianatan.
Teriakanku dikalahkan oleh sunyinya malam, tawaku direnggut oleh kepalsuan dunia dan kini, aku
terkapar dalam ketidak pastian kenyataan.
Sayang
Namun aku sadar, aku adalah manusia hina penuh dosa cacian makian penuh hinaan.
Aku tak pantas menjadi imammu
Aku gagal
Aku hancur
Bahkan aku tak mampu menemukan aksara yang tepat untuk meminta maaf padamu.
Berbahagialah sayang.
Aku tak mau engkau tau akan luka yang aku tanggung.
Aku mencintaimu, mencintaimu dalam aliran doa dalam tiap sujud-sujud malam.
Dan jika pada akhirnya aku hanya kau anggap penyayat dalam hati yang teluka. maka aku akan anggap
itu benar adanya.
Bermain diksi dari imajinasi, berbentuk sebuah elegi, mengetuk hati seakan isi cerita sendiri.
Pelacur pelacur diksi, katanya tau seni, punya banyak karya yang disegani tapi tak bisa menghargai.
Pelacur pelacur diksi, beraktivitas cari eksistensi, menjual karya demi kontribusi, demi bayaran yang
sangat tinggi.
Oohh pelacur pelacur diksi, katanya pandai berimaji tapi karya orang dianggap punya sendiri.
Oh pelacur pelacur diksi, indah suara menggetarkan hati, namun kenyataanya hanya mencari pujian dan
sensasi.
Pelacur pelacur diksi, katanya dunia seni, dunia berimaji, paham puisi sana sini tapi nyatanya demi
sensasi kau gadaikan harga diri.
Pelacur pelacur diksi, kau hanyalah seekor anjing, melihat untuk terlihat, lalu kemudian menggonggong
agar ditolong, lalu duduk diatas sebagai raja yang membelas.
Pelacur pelacur diksi, kemarilah, mari kita diskusi tentang aksara yang merintih.
Oh pelacur pelacur diksi, penjilat sepertimu takan paham menghargai sebuah seni.
Kau lebih senang duduk diatas pelantaran megah nan indah bermain di antara sandiwara kemunafikan.
huahahaha
Pelacu pelacur diksi, kau hamili lalu lahir anak puisi.
Aku kan anak puisi banget, kalau mau dengar aku baca puisi jangan lupa kasih kontribusi.
Ohh pelacur pelacur diksi, baca elegi seperti sedang menari diatas ranjang mengerang keenakan
santapan malam, oh nikmat sekali.
Pelacur pelacur diksi, pepet sana sini tawarkan diri lalu menggurui, katanya belajar puisi nyatanya diajak
menari meningkatkan birahi..
Pelacur pelacur diksi, kau bilang kau ahli dalam puisi, baca puisi berkali kali pindah sana sini demi materi,
namun nyatanya kau bagaikan anjing yang lupa diri.