Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih berperan sangat penting bagi
pembangunan nasional. Hal ini ditunjukkan dalam pertumbuhan perekonomian nasional
melalui peningkatan PDB, perolehan devisa, penyediaan bahan baku untuk industri,
pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan pekerjaan, penyediaan bahan pangan dan
peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu kendala dalam peningkatan produksi
dibidang pertanian adalah adanya serangan hama dan penyakit. Pengendalian hama dan
penyakit tanaman pada usaha tani saat ini merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan
guna memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Banyak persoalan yang dihadapi oleh
petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan permasalahan hasil pertanian
maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, selain merupakan usaha bagi petani,
pertanian sudah merupakan bagian dari kehidupannya sehingga tidak hanya aspek ekonomi
saja tetapi aspek yang lainya juga merupakan peranan penting dalam tindakan-tindakan
petani, dengan demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil atau tidaknya produksi dan
tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani itu sendiri.
Dalam proses budidaya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa mencapai 37%, penyakit
35%, gulma 29%, dan bahkan akibat yang di timbulkan oleh serangan hama tikus bisa
menyebabkan gagal panen (puso). Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan
produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha
manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan
secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian,
sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran
yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan diperlukan cara
pengendalian yang tepat.
Pengamatan hama mutlak perlu dilakukan secara rutin dan periodik, untuk mengetahui
keberadaan hama tersebut secara dini. Macam macamhama yang ada di lahanatau di
lapangan, intensitas serangannya serta predator alaminya juga sangat penting. Sehingga
diharapkan kita dapat mengidentifikasikan atau mengenal beberapa jenis hama serta tingkat
serangannya yang ada di lapangan terkait dengan tindakan yang akan kita ambil untuk
mengatasinya.Hama akan menjadi masalah yang lebih besar apabila menyerang tanaman
sayuran atau tanaman pangan. Kemampuan untuk melakukan identifikasi hama utama pada
tanaman sayuran atau tanaman pangan terutama padi sangat perlu untuk dipelajari.

B. Tujuan
1. Mengenal teknik pengambilan sampel, pengamatan, analisis data, dan penilaian status
serangan hama
2. Mendapatkan data populasi hama, luas serangan hama, dan intensitas serangan hama
pada tanaman padi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama tumbuhan adalah hewan yang mengganggu atau merusak tumbuhan atau hasil
tumbuhan yang kita usahakan sehingga menimbulkan kerugian ekonomis yang berarti.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat serangan hama ditentukan oleh intensitas
serangan atau seberapa besar tingkat kerusakan yang terjadi pada tanaman yang diusahakan.
Hama adalah sekelompok binatang yang aktivitas hidupnya dapat menyebabkan kerugian
secara ekonomis bagi manusia akibat kehilangan hasil pada tanaman yang
sengaja dibudidayakan oleh manusia baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Binatang yang
melakukan aktivitas tetapi tidak merugikan secara ekonomis, bukan dikatakan sebagai hama.
Berdasarkan peranannya, hama dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1. Hama primer, merupakan spesies hama yang pada kurun waktu lama selalu
menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat sehingga
memerlukan usaha pengendalian yang seringkali dalam daerah yang luas. Tanpa
usaha pengendalian, maka hama ini akan mendatangkan kerugian ekonomi bagi
petani. Misalnya, wereng, ulat, dan sebaginya.
2. Hama sekunder, merupakan hama normal, selalu dapat dikendalikan oleh musuh
alaminya sehingga tidak membahayakan. Kelompok ini baru menjadi masalah bila
populasi musuh alami berkurang karena sebab-sebab tertentu. Satu jenis serangga
dalam kondisi tempat dan waktu tertentu dapat berubah status misal dari hama
potensial menjadi hama utama, atau dari hama utama kemudian menjadi hama
sekunder. Hama sekunder ini disebut juga sebagai hama pemeran sampingan
(pada dasarnya tidak berperan sebagai hama, tetapi jika hama utama dibakar
berpotensi menjadi hama utama). Misalnya ulat jati
3. Hama potensial, merupakan sebagian besar jenis serangga herbivora yang saling
berkompetisi dalam memperoleh makanan. Organisme-organisme tersebut tidak
pernah mengakibatkan kerugian yang berarti. Namun, karena kedudukannya
dalam rantai makanan, mereka mempunyai potensi untuk menjadi hama yang
membahayakan apabila terjadi perubahan cara pengelolaan ekosistem oleh
manusia. Hama ini memakan tanaman liar yang tidak ditanam oleh manusia
(rumput, gulma), tetapi jika tidak ada makanan (tanaman liar) maka hama
tersebut akan menyerang tanaman yang ditanam oleh manusia.
4. Hama sementara, merupakan hama yang hanya menyerang jika terpaksa (sambil
menunggu adanya tanaman yang ia sukai).
5. Hama pindahan, merupakan hama yang tidak berasal dari lingkungan setempat,
tetapi datang dari luar karena sifatnya yang berpindah-pindah, karena di tempat
tersebut tidak tidak ada makanan, cuaca yang tidak sesuai dan sebaginya. Hama
ini jika datang pada suatu tempat dapat menimbulkan kerugian yang berarti, tetapi
hanya dalam jangka waktu pendek karena mereka kemudian pindah ke daerah
lainnya
Dunia pertanian dan budidaya tanaman baik saat tanaman mulai ditanam, tumbuh,
bahkan saat sudah dipanen adalah terjadinya masalah serangan oleh hama. Hal ini tentu
memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk usaha pengendalian hama tersebut.
Tidak jarang masalah ini menimbulkan kerugian dalam usaha pertanian dan budidaya
tanaman. Untuk memahami tingkat kerusakan tanaman akibat hama dan fase serangan hama,
perlu dilakukan pengamatan mengenai populasi hama dan kerusakan tanaman dilapangan.
Menurut Harjaka dan Sudjono (2005), pengamatan populasi hama secara garis besar
dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu
1. Pengamatan populasi mutlak, yaitu apabila jumlah populasi hama hasil pengamatan
dinyatakan dalam unit satuan luas, unit habitat yang berupa tanaman, kelompok
tanaman ataupun bagian tanaman.
2. Pengamatan populasi relatif, yaitu apabila hasil pengamatan dinyatakan dalam unit
satuan usaha, misalnya oleh penggunaan jaring serangga.
3. Pengamatan indeks populasi, yaitu apabila pengamatan dilakukan tidak langsung
kepada individu hamanya, tetapi kepada hasil kegiatan yang dilakukan oleh hama
tersebut, misalnya gejala kerusakan dan sarang yang dibuat oleh hama.
Dalam praktikum ini, dipraktikkan ketiga teknik pengamatan populasi hama yang telah
dipaparkan di atas. Pada pengamatan hama tanaman pangan digunakan teknik pengamatan
populasi mutlak dan relatif, sedangkan pada pengamatan hama tanaman hortikultura, tanaman
perkebunan dan pasca panen digunakan teknik pengamatan indeks populasi.
Penentuan tindakan pengendalian terhadap hama didasarkan pada Ambang Ekonomi
(AE). Ambang Ekonomi adalah nilai yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
populasi hama masih dalam tahap wajar sehingga belum perlu pengendalian, atau sudah
harus dikendalikan karena secara ekonomi telah merugikan. Ambang Ekonomi itu sendiri
didefinisikan sebagai kepadatan hama yang membutuhkan suatu tindakan pengendalian untuk
mencegah peningkatan populasi berikutnya yang dapat mencapai tingkatan kerusakan
ekonomi. Nilai Ambang Ekonomi diperoleh dari data tentang populasi hama dan intensitas
kerusakan yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan. Data populasi hama dinyatakan
dalam bentuk jumlah individu hama per satuan atau unit sampel, sedangkan data kerusakan
dinyatakan dalam persentase serangan (intensitas serangan). (Rukmana dan Saputra, 1997).

Pengamatan hama dilapangan dapat menggunakan metode sampling atau


pencuplikan. Sampling adalah langkah yang sangat penting untuk menetapkan jumlah
serangga sedemikian sehingga keputusan yang tepat dapat diambil apakah perlakuan aplikasi
pengendalian dapat dilakukan atau tidak. Sebenarnya data yang diperoleh dari sampling
dipergunakan untuk menetapkan apakah aras populasi cukup tinggi untuk membenarkan
diadakannya pengendalian. Sesudah menetapkan serangga hama atau tingkat kerusakan,
suatu keputusan harus diambil apakah perlu aplikasi insektisida atau tidak. Insektisida harus
diaplikasikan apabila kerusakan atau jumlah serangga pada daerah yang telah diketahui telah
mencapai tingkat spesifik. Aras serangga yang menyebabkankerusakan ekonomi disebut aras
luka ekonomi. Hal ini adalah aras populasi pada tingkat kerugian harkat ekonomi pertanaman
yang disebabkan oleh kerusakkan serangga lebih besar daripada biaya insektisida dan pekerja
yang diperlukan untuk pengendalian hama (Triharso, 2004).
Data mengenai populasi hama dan intensitas kerusakan yang diperoleh dari hasil
pengamatan lapangan secara langsung sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan tindakan pengendalian. Data populasi hama dinyatakan dalam bentuk
jumlah individu hama per satuan atau unit sampel, sedangkan data kerusakan dinyatakan
dalam bentuk jumlah individu hama per satuan atau unit sampel.  Hasil pengamatan tersebut
dibandingkan dengan nilai Ambang Ekonomi (AE) yang merupakan batas apakah suatu
populasi hama masih dalam jumlah yang wajar atau telah merugikan. Tindakan pengendalian
terhadap populasi hama dilakukan apabila populasi hama telah mencapai AE, dengan teknik
pengendalian yang paling efektif dan efisien. Tindakan pengendalian dapat dengan cara
kimiawi menggunakan pestisida, secara hayati dengan musuh alami, atau dengan varietas
tahan hama.
UCAPAN TERIMA KASIH
Praktikan dengan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami
dapat melaksanakan Praktikum ini dengan lancar.
2. Dosen Pengasuh Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman Golongan B3, Dr. Ir.
Witjaksono, M. Sc. yang telah membimbing kami dalam pelaksanaan praktikum ini.
3. Kakak-kakak Asisten Golongan B3 yang telah membimbing dan mendampingi kami
dalam melaksanakan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman ini dengan penuh
kesabaran.
4. Teman-teman satu golongan praktikum.
5. Teman-teman satu kelompok yang selalu memberikan semangat satu sama lain.

Semoga budi baik mereka mendapat balasan yang lebih baik dari Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA

Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman.
Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Rukmana, R. dan S. Saputra. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius.
Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai