Anda di halaman 1dari 16

BIBIT NASIONALISME

DI KALANGAN PENDUDUK TIONGHOA DI INDONESIA

Nationalism Breeding among Chinese Population in Indonesia

Retnaningtyas Dwi Hapsari

Staff Program dan Dokumentasi Filantropi Indonesia


e-mail: retnaningtyas.rh@gmail.com

Naskah Diterima: 1 Agustus 2016


Naskah Direvisi: 3 November 2016
Naskah Disetujui: 4 November 2016

Abstract
This narrative article is intended to determine the relationship between education reform during the Dutch East
Indies against nationalist orientation of Chinese. The discussions in this paper mainly focuses issues on pioneer
movement, impact of educational reform, and the Chinese community’s role in Indonesia’s independence efforts.
This paper is written based on is the results of the research on the events. It applies historical method, which is
based on four issues, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Discrimination education do the Dutch
government to make the establishment of independent Chinese schools were pioneered by an organization. The
partnership between these schools with the country of China raised suspicions about the nationalist orientation of
Chinese. Dualism nationalism going on inside of Chinese, their sided with the country of China, their stay loyal to
the Netherlands, but some are aligned to Indonesia. This split makes it difficult for the Chinese to make a good deal
in the field of education and politics.
Keywords: educational reform, nationalism, ethnic discrimination, Chinese minority, Indonesia, China.

Abstrak
Tulisan naratif ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara reformasi pendidikan pada masa
Hindia Belanda terhadap orientasi nasionalisme penduduk Tionghoa. Pembahasannya meliputi pelopor
pergerakan, dampak reformasi pendidikan, dan peran komunitas Tionghoa dalam upaya kemerdekaan.
Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang peristiwa yang telah lama terjadi, yang menggunakan metode
sejarah, bertumpu pada empat hal yaitu, heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Adanya diskriminasi
pendidikan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda membuat pendirian sekolah Tionghoa secara
mandiri yang diprakasi oleh sebuah organisasi. Jalinan kerjasama antara sekolah ini dengan negeri China
menimbulkan kecurigaan tentang orientasi nasionalisme penduduk Tionghoa. Dualisme nasionalisme
terjadi di dalam tubuh penduduk Tionghoa, adanya yang memihak kepada negeri China, adanya tetap setia
kepada Belanda, tetapi ada pula yang memihak ke Indonesia. Perpecahan ini membuat penduduk Tionghoa
sulit untuk dapat membuat suatu kesepakatan baik dalam bidang pendidikan maupun politik.
Kata kunci: reformasi pendidikan, nasionalisme, diskriminasi, penduduk Tionghoa, Indonesia, China.

I. Pendahuluan hingga 1000 lebih. Tidak mudah untuk dapat


A. Latar Belakang menciptakan kerukunan dan kerjasama di
Indonesia merupakan negara kepulauan tengah perbedaan. Dalam sejarah Indonesia
yang tidak hanya kaya akan sumber daya alam sudah tercatat sering terjadi aksi kekerasan
tetapi juga akan keragaman etnis, budaya, dan komunal terhadap etnis–etnis tertentu. Diantara
agama. Diperkirakan jumlah etnis di Indonesia etnis–etnis tersebut, etnis Tionghoa kerap
sebanyak 300 lebih dengan keberagaman suku menjadi sasaran kekerasan. Mengingat bahwa
penduduk Indonesia lebih memiliki kedekatan
Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 255
hubungan budaya dengan budaya Tionghoa bangsa Belanda menjadikannya harus dapat
daripada budaya lain. Sikap antipati terhadap berhasil untuk mengusai daerah jajahannya
etnis minoritas Tionghoa muncul tidak secara secara penuh dengan berbagai cara.
tiba–tiba. Kondisi ini merupakan warisan dari Selama berkuasanya pemerintahan Hindia
politik kolonial yang masih dipelihara banyak Belanda, penduduk pribumi merupakan
orang hingga sekarang. Salah satu akibat dari golongan yang paling menderita. Meskipun
kondisi ini adalah munculnya stereotip yang demikian pemerintah memberikan porsi
menyatakan bahwa etnis Tionghoa adalah perhatian yang besar kepada mereka. Tidak
orang asing atau bukan termasuk pribumi, demikian halnya dengan Tionghoa yang
sehingga rasa nasionalismenya terhadap tanah digolongan ke dalam Timur Asing. Meskipun
air Indonesia patut dipertanyakan. keturunan Tionghoa telah beberapa generasi
Menjadi pertanyaan besar bagi banyak pihak, tinggal di Hindia Belanda, tetapi pemerintah
apakah benar pernyataan yang menyatakan masih menganggap mereka sebagai orang asing.
bahwa etnis Tionghoa tidak memiliki rasa Tionghoa sering dimanfaatkan sebagai
nasionalisme. Untuk dapat menemukan perantara oleh pemerintah. Mereka menjadi
jawabannya, maka harus kembali untuk melihat perantara antara pemerintah dengan penduduk
bagaimana sejarah penduduk Tionghoa di pribumi dalam bidang ekonomi. Bidang
Nusantara pada masa lampau. Apabila melihat pekerjaan yang ditekunin oleh Tionghoa,
dari sejarahnya, perantau Tionghoa yang misalnya pemungut pajak, pedagang candu
tinggal menetap di Nusantara telah mempunyai membuat mereka dibenci penduduk pribumi.
sejarah yang panjang. Ada beberapa penyebab Oleh karena itu, Tionghoa diposisikan sebagai
migrasi mereka seperti berdagang, penyebaran minoritas perantara yang memiliki kedudukan
agama, melarikan diri karena memiliki masalah ekonomi mapan namun secara politis dibenci
politik, dan sebagainya. Diperkirakan mulai penduduk pribumi.1
1500 tahun yang lalu gelombang migrasi warga Rusaknya hubungan baik para perantau
China ke Nusantara mulai terjadi. Jarang Tionghoa ini dengan penduduk pribumi
timbul permasalahan antara para pendatang ini akibat kebijakan politik devide et impera yang
dengan penduduk pribumi. diambil pemerintah saat itu. Untuk memungut
Masalah mulai muncul ketika bangsa pajak kepada penduduk, pemerintah tidak
Belanda datang dan berkuasa di Nusantara. mengambilnya secara langsung. Tetapi
Selama berkuasa, mereka menerapkan kebijakan menjadikan para penduduk Tionghoa ini
sistem stratifikasi untuk penduduknya. Secara sebagai pemungut pajak dan upeti. Pekerjaan
garis besar pembagian golongan masyarakat ini tidak dapat ditolak, karena penduduk
ini memiliki tiga tujuan yaitu, agar pemerintah Tionghoa tidak memiliki sosok pelindung yang
mudah mengendalikan penduduk; dengan memiliki kuasa. Dengan cara ini penduduk
adanya jurang sosial pemisah maka penduduk Tionghoa dijadikan tameng pemerintah. Tidak
akan sulit untuk membuat kesatuan; dan hanya itu, pemerintah juga membuat kebijakan
berkaitan dengan pembelian upah pekerja. pemisahan pemukiman setiap golongan
Pada tahun 1623, Gubernur Jenderal penduduk. Hal ini terkadang menimbulkan rasa
Pieter Carpentier mengeluarkan kebijakan curiga dari masing-masing pihak. Upaya untuk
untuk mengatasi soal kekurangan tenaga mencegah interaksi antara penduduk Tionghoa
kerja dengan melakukan migrasi secara besar- dan pribumi ini nyatanya berhasil dan masih
besaran dari berbagai daerah pesisir China dan diwariskan hingga sekarang.
memaksa para perantau Tionghoa untuk tinggal
1
Dwi Kwartanada, “Perang Jawa (1825-1830) dan
menetap. Kemudian menganggap bahwa setiap
Implikasinya pada Hubungan Cina-Jawa”, dalam Peter
orang Tionghoa yang lahir di Nusantara sebagai Carey, Orang Cina, Bandar Tol, Candu, dan Perang Jawa:
warga negara Belanda. Kapitalisme yang dianut Perubahan Persepsi Tentang Cina 1755-1825, Jakarta:
Komunitas Bambu, 2008, h. X-XI.

256 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016


Memasuki abad ke-20 mulai terjadi memunculkan keberanian penduduk Tionghoa
perubahan dinamika kehidupan di Hindia untuk menyuarakan aspirasinya. Awalnya
Belanda. Perubahan ekonomi dan perluasan supremasi dan tekanan dari bangsa barat
birokrasi menyebabkan timbulnya tuntutan bagi menjadi sasara utama. Mereka menginginkan
pekerja profesional yang lebih dari kemampuan agar derajat penduduk Tionghoa sejajar dengan
baca dan tulis. Politik etis dilahirkan dengan bangsa barat serta bangsawan pribumi. Seiring
salah satu tujuannya untuk memperbaiki perubahan waktu, etnis minoritas ini semakin
pendidikan pribumi. Bersamaan dengan itu, dalam masuk ke dalam aktivitas politik di
segelintir penduduk Tionghoa mendirikan Hindia Belanda.
Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) pada 1901 di Nantinya kajian ini akan membahas
Batavia. Dapat dikatakan bahwa organisasi ini bagaimana para pelopor menandai kemunculan
merupakan organisasi pergerakkan pertama aksi politik etnis Tionghoa di Hindia Belanda.
Tionghoa. Awalnya hanya bergerak di bidang Upaya mereka untuk berperan dalam politik
budaya kemudian masuk ke pendidikan dan berkaitan dengan kesadaran jiwa nasionalisme.
politik. Sekolah THHK yang menjadi pelopor Adanya kesadaran bahwa mereka satu
sekolah berkualitas bagi penduduk Tionghoa. bangsa yang sama dan satu nenek moyang,
Diluar dugaan, sekolah THHK mendapat tidak membuat etnis Tionghoa bersepakat
sambutan baik dan mendirikan cabangnya di dalam menentukan aliran politiknya. Mereka
kota lain. Kondisi ini membuat kekhawatiran terbagi ke dalam tiga aliran yaitu, pendukung
bagi pemerintah Hindia Belanda. Disebabkan pemerintah Belanda, pendukung negeri China,
karena kurikulum sekolah ini tidak sejalan dan pendukung kemerdekaan.
dengan kebijakan politik pemerintahan saat Sejalan dengan perubahan yang dialami
itu. Dianggap bahwa kurikulum sekolah THHK penduduk Tionghoa, penduduk pribumi juga
berorientasi ke negeri China. Pemerintah mengalami perkembangan yang pesat dalam
memandang bahwa sekolah THHK dapat bidang sosial politik. Pada akhirnya para
membangkitkan semangat nasionalisme nasionalis dari kedua golongan yang berbeda
terhadap negeri China. Hal ini dianggap akan ini yaitu Tionghoa dan pribumi dapat saling
mengganggu jalannya pemerintahan dan bisa bekerjasama. Mereka menyadari bahwa wilayah
saja akan menimbulkan gejolak politik di dalam yang mereka tinggali ini juga merupakan rumah
negeri Hindia Belanda. Pemerintah mulai bagi banyak etnis. Oleh karena itu, agar dapat
merespons keadaan ini dengan mendirikan terciptanya suatu cita-cita kemerdekaan maka
Hollandsche Chineesche School (HCS) yang terlebih dahulu harus dapat terjalin kerjasama
pertama pada tahun 1908 di Batavia.2 Sekolah yang baik antar etnis.
ini dikhususkan untuk penduduk Tionghoa.
Bahasa pengantarnya menggunakan Bahasa B. Perumusan Masalah
Belanda dan menjadi sekolah saingan bagi 1. Bagaimana peran THHK di bidang sosial
sekolah THHK. politik dalam komunitas Tionghoa?
Bibit-bibit kesadaran akan rasa kebangsaan 2. Apa dampak dari reformasi pendidikan
dan nasionalisme mulai tumbuh akibat adanya penduduk Tionghoa?
reformasi pendidikan. Para intelektual yang 3. Bagaimana sikap nasionalisme penduduk
lahir dari proses tersebut menyadari akan Tionghoa?
identitas baru yang didapatkan dari ilmu
pengetahuan, berita-berita internasional, serta C. Tujuan Penulisan
kontak dengan berbagai orang. Perubahan yang Alasan mengapa pandangan nasionalisme
dirangsang dari pengaruh pendidikan telah Tionghoa penting untuk dibahas, karena
2
“Regenering Alamanak 1930”, Arsip Nasional Indonesia, oleh sebagian penduduk pribumi mereka
h. 348. masih dianggap pendatang meskipun telah

Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 257


tinggal hingga bergenerasi. Sementara itu politik tertentu ke siswanya. Sistem pendidikan
oleh pemerintah Hindia Belanda, penduduk tidak dapat lepas dari dinamika politik yang
Tionghoa dikategorikan orang asing. Tulisan ini sedang berlangsung.
akan membahas bagaimana konflik yang terjadi Secara umum, nasionalisme memiliki arti
dalam komunitas Tionghoa yang membuat suatu kesadaran atau sentimen untuk memiliki
mereka sulit untuk bersatu. Kemudian kajian atau mencintai suatu bangsa.7 Menurut Hans
ini juga akan mendiskripsikan jalan awal Kons, nasionalisme timbul karena adanya suatu
timbulnya rasa kesadaran akan persatuan kesadaran nasional atau national counciousness.
bangsa serta peran mereka bersama para tokoh Timbulnya rasa nasionalisme dalam diri suatu
pribumi untuk mewujudkan cita-cita bersama bangsa didasarkan pada banyak hal. Diantaranya
yaitu kemerdekaan. letak geografis, persamaan genetika, persamaan
budaya, ikatan sejarah, dan sebagainya.
D. Teori/Kerangka Pemikiran Mengingat bahwa Negara Indonesia
Pendidikan, baik itu formal dan nonformal memiliki banyak sekali suku bangsa yang
merupakan suatu sarana untuk memberikan berbeda maka Indonesia merupakan negara
ilmu secara luas melalui lembaga. Pengertian multietnis, tidak dibangun atas kepentingan
lembaga adalah suatu sistem norma untuk satu golongan serta tidak berdasarkan kelas.
mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang Persatuan dan kesepakatan diantara komunitas
oleh masyarakat dipandang penting. Sebuah budaya yang berbeda menjadi acuan negara
lembaga memiliki sistem yang terstruktur untuk ini. Oleh karena itu jiwa nasionalis akan mulai
melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.3 muncul ketika seseorang bisa memahami dan
Lembaga pendidikan dikembangkan sebagai menghormati perbedaan budaya ini.
suatu upaya sistematis untuk mengajarkan apa Dibandingkan dengan etnis lain, jiwa
yang tidak bisa dipelajari di dalam keluarga.4 nasionalis penduduk Tionghoa sering
Pendidikan formal didapatkan melalui mendapatkan sorotan dan menjadi bahan diskusi.
lembaga pendidikan yaitu sekolah yang memiliki Terdapat stereotipe yang mendiskreditkan
jenjang dari taman kanak-kanak hingga peran mereka hanya sebatas dominasi bidang
perguruan tinggi.5 Sekolah formal merupakan ekonomi saja. Sehingga mereka hanyalah orang-
sekolah yang masuk dalam sistem pendidikan orang yang mencari keuntungan saja. Tidak
yang diatur oleh pemerintah. Selain itu juga bisa dipungkiri bahwa mereka pada awalnya
mendapatkan pengakuan dari pemerintah. adalah perantau yang datang dari negeri China.
Berdasarkan sumber dananya sekolah formal Oleh karenanya, pencarian jati diri kebangsaan
memiliki dua jenis yaitu sekolah pemerintah mereka berkaitan dengan perubahan zaman.
dan sekolah swasta. Menurut Philip Robinson Penduduk Tionghoa pada masa Hindia
sekolah memiliki ciri-ciri yaitu: formalitas, Belanda mengalami kebingungan dalam
hieraki, tujuan yang jelas, lama pendidikan, dan menentukan kesatuan pilihan nasionalisme
besar dan kompleksnya.6 Di sisi lain, pendidikan dalam komunitasnya. Secara genetik dan
tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk budaya, penduduk Tionghoa di Hindia
mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga dapat Belanda memiliki ikatan dengan negeri China.
digunakan untuk menanamkan suatu ideologi Sementara itu tidak bisa dipungkiri bahwa
mereka yang telah tinggal lama, bahkan
3
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 1, hingga beberapa generasi telah menetap di
terjemahan Aminuddin Ram dan Tita Sobari, Jakarta: Hindia Belanda tentunya telah mengalami
Penerbit Erlangga, 1984, h. 224.
4
Ibid., h. 358.
akulturasi dan asimilasi budaya dengan budaya
5
Ibid., h. 334. setempat. Kesadaran akan perasaan satu
6
Philip Robinson, Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan,
Jakarta: Rajawali, 1986, h. 238-239. 7
Anhony D. Smith, Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah,
Jakarta: Penerbtit Erlangga, 2002, h. 6.

258 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016


bangsa membutuhkan kedewasaan pandangan lain sehingga dapat diperoleh sumber yang
politik dan hal tersebut membutuhkan proses dapat dipercaya.
waktu, tidak dapat tumbuh secara tiba-tiba. 3. Interpretasi
Dalam hal ini pendidikan memiliki peran Sumber-sumber yang telah diteliti atau
penting, karena sejatinya pendidikan adalah dilakukan kritik eksteren dan interen, kemudian
proses memerdekakan seseorang. Ketika telah disusun dengan cara menghubung-hubungkan
banyak penduduk Tionghoa yang menjadi sumber yang satu dengan yang lainnya dan
intelektual, mereka memiliki peran dalam kemudian disusun secara kronologis.
upaya mencapai kemerdekaan negara ini.
Dengan demikian, mereka dengan sendirinya 4. Historiografi
telah mengidentifikasi diri mereka sebagai Langkah terakhir dari proses penelitian
masyarakat Indoeseia. yaitu proses penulisan kembali peristiwa di
masa lampau berdasarkan data-data yang telah
E. Metode Penelitian diperoleh setelah dilakukan proses kritik dan
interpretasi sehingga data dalam pemulisan
Penelitian ini merupakan penulisan sejarah.
dapat dipercaya menjadi sesuatu kisah atau
Dalam ilmu sejarah, metode penelitian dibagi
penyajian yang berarti.8
ke dalam empat langkah yang mana setiap
langkahnya memiliki peran penting terhadap
II. Pembahasan
hasil penelitian yang akan didapat.
1. Heuristik A. Stratifikasi Penduduk Pada Era Kolonial
Penelitian sejarah merupakan penulisan Penduduk adalah kumpulan orang-orang
ulang peristiwa yang telah terjadi pada masa yang menempati atau mendiami suatu wilayah
lampau. Oleh karena itu agar hasil penelitian tertentu. Penduduk tidak hanya orang asli yang
yang didapat relevan dan bisa dipertanggung lahir di wilayah tersebut, tetapi bisa juga orang yang
jawabkan, maka penelitian harus didasarkan lahir di wilayah lain kemudian pindah ke wilayah
pada fakta yang diperoleh dari sumber data yang tersebut untuk menetap. Kedatangan orang
jelas. Dalam penelitian ini sumber data dibagi asing yang beragam etnis membuat komposisi
menjadi dua yaitu sumber primer dan sekunder. masyarakat di Nusantara menjadi majemuk.
Sumber primer berupa arsip dan koran Secara garis besar mereka terdiri dari orang Eropa,
sejaman didapatkan di Arsip Nasional Republik Arab, India, Melayu, dan Tionghoa. Di samping
Indonesia, Perpustakaan Nasional, dan Arsip itu ada penduduk pribumi yang menjadi penduduk
Daerah Propinsi Jawa Tengah. Sementara berjumlah terbanyak. Golongan Timur Asing yaitu
sumber sekunder merupakan data yang didapat masyarakat Tionghoa memiliki jumlah terbanyak
dari literatur, baik buku sejaman ataupun tidak. dibanding masyarakat Timur Asing lainnya. Orang
Eropa khususnya Belanda berjumlah sedikit tetapi
2. Kritik
mereka yang paling berkuasa di Hindia Belanda.
Setelah mendapatkan sumber data, langkah
Tingkat kedudukan dalam stratifikasi sosial
selanjutnya adalah melakukan kritik. Tahapan
memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial,
ini dibagi dua. Pertama, kritik eksteren yang
misalnya dalam mendapatkan pekerjaan dan hak
digunakan untuk mengetahui keontentikan
memperoleh pendidikan.
sumber. Guna memastikan bahwa sumber
itu otentik, sumber yang digunakan harus a) Orang Eropa
merupakan sumber yang dikehendaki, sumber Awalnya orang Eropa yang tinggal di
harus asli atau tidak turunan, dan sumber harus Nusantara bekerja sebagai militer, pegawai sipil
utuh. Kedua, kritik interen yang diperlukan seperti akuntan, saudagar, asisten, kerani, dan
untuk mendapatkan kredibilitas atau kebenaran juru tulis. Ada juga orang Eropa yang menjadi
sumber. Caranya, sumber-sumber yang telah 8
Louis Gottschalk, 1986, h. 18
didapat saling dibanding-bandingkan satu sama

Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 259


pendeta dan sukarelawan keagamaan.9 Banyak b) Timur Asing
orang Eropa yang melakukan perkawinan Sebutan untuk Timur Asing mengacu
campuran dengan penduduk pribumi. Hasil kepada orang-orang Asia yang tinggal di Hindia
dari perkawinan campuran ini menghasilkan Belanda. Mereka adalah orang Tionghoa, Arab,
keturunan yang dikenal dengan istilah Indo: India, dan Melayu. Sebagian besar masyarakat
Ada tiga golongan masyarakat Eropa yang Timur Asing adalah orang Tionghoa. Di
tinggal di Hindia Belanda, yaitu: Semarang penduduk Tionghoa merupakan
1) Orang Indo yang merupakan hasil penduduk terbesar kedua setelah pribumi.
percampuran antara orang Eropa dengan Dibandingkan dengan orang Arab, India dan
pribumi. Mayoritas orang Belanda yang Melayu, orang Tionghoa lebih mendapatkan
tinggal di Hindia Belanda adalah orang perhatian khusus dari pemerintah.
Indo. Golongan ini memiliki komunitas Pada awalnya mereka tinggal di Hindia
khusus, karena mereka memiliki status dua Belanda hanya sementara. Tetapi setelah
kewarganegaraan yaitu Eropa dan Pribumi. mereka memiliki keluarga dan usaha di sini
Jika anak Indo lahir dari hasil pernikahan jarang ada kembali lagi ke negeri China. Pada
resmi maka akan menjadi orang Eropa, perkembangan selanjutnya banyak perempuan
tetapi jika lahir di luar pernikahan resmi dan China yang datang ke Hindia Belanda. Mereka
Ayahnya tidak mengakuinya maka akan mengikuti suaminya atau menyusul suaminya
menjadi golongan pribumi.10 Walaupun yang sudah terlebih dahulu datang. Menjelang
anak Indo telah diakui sebagai orang Eropa, tahun 1900, sebagian besar penduduk Tionghoa
tetapi tetap saja kedudukan mereka tidak yang ada di Hindia Belanda adalah keturunan
dapat disetarakan dengan orang Eropa asli. keluarga Tionghoa yang sudah turun-temurun
2) Blijvers (para penetap), adalah orang Eropa tinggal di Jawa alias peranakan. Meskipun
asli yang sudah lama tinggal di Hindia demikian mereka masih melihat negeri
Belanda bahkan sampai beberapa generasi. China sebagai sumber kebudayaan mereka.
Walaupun mereka sudah menetap lama di Penduduk Tionghoa banyak yang tinggal
Hindia Belanda, mereka tidak melakukan secara berkelompok di daerah yang disebut
perkawinan campuran dengan penduduk petionghoan. Pemerintah Hindia Belanda
pribumi sehingga keturunan yang dihasilkan memiliki kebijaksanaan untuk membatasi
masih orang Eropa totok. peranan orang Tionghoa dalam masyarakat.
3) Trekkers (para perantau), yaitu orang Eropa Mereka tidak boleh jadi tentara, pegawai negeri,
yang lahir di Eropa kemudian datang ke polisi, dan sebagainya. Bidang pekerjaan yang
Hindia Belanda untuk bekerja dan jika diberikan adalah yang berhubungan dengan
masa kerjanya selesai mereka akan kembali ekonomi dan perdagangan.
ke Eropa.11 Dalam strata sosial di Hindia Belanda,
Sejak dibukanya terusan Suez, jarak penduduk Tionghoa satu tingkat lebih tinggi dari
tempuh Eropa ke Hindia Belanda menjadi lebih penduduk pribumi. Meskipun demikian, jika ada
singkat. Salah satu akibatnya adalah semakin penduduk Tionghoa melakukan pelanggaran
banyak Eropa mulai berdatangan ke Hindia hukum akan diadili di pengadilan untuk
Belanda. Hal ini membuat jumlah penduduk penduduk pribumi. Tionghoa merasa bahwa
Eropa semakin banyak dan masyarakat Eropa mereka lebih baik dari penduduk pribumi karena
semakin dipandang ekslusif. itu menginginkan mendapatkan kebijakan hukum
yang sama dengan penduduk Eropa.12
9
Tineke Hellwig, Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, h. 5.
10
Ibid.. Natalia Soebagjo, Orang Tionghoa Menjadi Orang
12

11
Th. Stevens, Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Indonesia, dalam Komaruddin Hidayat dan Putut
Belanda dan Indonesia 1764-1962, Jakarta: Pustaka Sinar Widjanarko, Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali
Harapan, 2004, h. 255. Masa Depan Bangsa, Jakarta: Mizan, 2008, h. 587.

260 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016


Beberapa hal lain yang diatur bagi agama daripada sebagai pedagang. Sejak abad
penduduk Tionghoa adalah persoalan tempat ke-19, misi tidak hanya untuk menyebarkan
tinggal, bidang pekerjaan dan cara berpakaian. agama, tetapi juga mencari kekayaan.16
Pemerintah juga mengatur pakaian yang boleh Mayoritas orang Arab memulai usaha dagangnya
digunakan oleh masyarakat Tionghoa. Hingga dengan modal yang kecil. Jika mereka kaya,
awal abad ke-20, pemerintah melarang orang jarang ada yang mendirikan rumah dagang yang
Tionghoa memakai pakaian seperti yang besar seperti orang Eropa. Orang Arab lebih
dikenakan penduduk Barat, misalnya jas. senang menginventasikan kekayaannya dengan
Bahkan pria Tionghoa diwajibkan menguncir membeli gedung atau rumah yang kemudian
rambut di bagian belakang (tocang) , sedangkan disewakan.17
bagian depan kepala dicukur licin. Hal ini c) Orang Pribumi
membuat mereka mendapatkan julukan Masyarakat pribumi yang tinggal Hindia
staartdrager (pemakai ekor). Pemakaian Tocang Belanda, khsusnya Jawa dapat digolongkan
ini baru mulai hilang sekitar tahun 1911. Dalam menjadi tiga kelas berdasarkan status sosialnya
kesehariannya semua penduduk Tionghoa wajib yang didasarkan pada garis keturunan, yaitu:
menggunakan pakaian seperti penduduk di 1) Golongan Pribumi Bangsawan
negeri Tionghoa. Untuk pria, pakaian mereka Yang dimaksud bangsawan adalah mereka
terdiri dari jubah panjang yang terbuat dari yang menjadi Raja dan juga keturunannya
nankeen atau sutra tipis berlengan lebar hingga yang kemudian menjadi pejabat tinggi
lutut kaku dan disebaliknya mereka memakai pemerintahan atau pangreh praja.18
pakaian yang sama dengan bercelana panjang.13 2) Golongan Pribumi Elite atau Priyayi
Sementara itu para perempuan Tionghoa Kata priyayi berasal dari kata yayi yang
memakai busana yang disebut baju kurung. berarti adik. Maksudnya adalah adik raja.
Terbuat dari bahan tidak transparan, memiliki Jadi orang yang berada pada golongan ini
belahan di bagian lehernya dan disemat dengan juga termasuk kerabat dari keraton (istana),
semacam bros yang disebut peniti tak. Setelah tetapi silsilahnya sudah jauh dari Raja. Di
baju kurung, muncul baju trend panjang. awal abad ke-20 muncul priyayi atau elite
Busana ini memiliki bukaan di bagian depan. baru, mereka pada awalnya adalah rakyat
Potongannya mirip dengan kebaya panjang, biasa atau rakyat jelata yang kemudian
tetapi tidak disambung di bagian bahu dan diangkat menjadi pegawai pemerintahan
lengan. Bagiaan dadanya dirapatkan dengan karena kepintaran, jasa atau kekayaannya.
tiga buah peniti emas atau perak.14 Memasuki Semenjak itu golongan priyayi ada dua.
abad ke-20, tren pakaian perempuan Tionghoa Priyayi tinggi, yang merupakan keturunan
berubah. Mereka mengadopsi pakaian yang ningrat dan priyayi rendah yang menjadi
digunakan perempuan Indo yaitu kebaya renda. priyayi karena pendidikan.
Pakaian ini berbahan putih transparan dengan 3) Golongan Pribumi Rakyat Biasa
dihiasi renda halus dan bagian bawah kebaya Dalam stratifikasi sosial pribumi rakyat
dibuat meruncing.15 biasa berada pada status sosial paling
Istilah Timur Asing juga ditujukan untuk rendah. Mereka adalah penduduk pribumi
orang Arab yang ada di Hindia Belanda. Pada yang tidak memiliki gelar kebangsawanan
umumnya orang mengira bahwa tujuan orang dan priyayi. Biasanya mereka adalah para
Arab ke Hindia Belanda adalah menyebarkan
16
Van den Berg, L.W.C, Handramaut dan Koloni Arab di
13
John, Joseph Stockdale, John, Eksostisme Jawa,
Nusantara, Jakarta: INIS, 1989, h. 79.
Yogyakarta: Progresif Book, 2010, h. 5. 17
Ibid., h. 88.
14
Mona Lohanda, dkk, Peranakan Tionghoa Indonesia: 18
Pangreh praja juga disebut dengan pamong raja yang
Sebuah Perjalanan Budaya, Jakarta: Gramedia, 2008, h.
artinya penguasa lokal pada masa pemerintahan kolonial
140-141.
Hindia Belanda yang bertugas untuk menangani daerah
15
Ibid., h. 148.
jajahannya.

Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 261


buruh, pembantu rumah tangga, pedagang, berbeda, termasuk dalam bidang pendidikan.
petani, karyawan swasta, kuli, dan lain Sebelum abad ke-20, kesempatan memperoleh
sebagainya. pendidikan sangat terbatas hanya bagi segelinter
Jumlah kaum atau elit ini kurang dari elit Eropa dan bangsawan. Perubahan mulai
dua persen dari jumlah seluruh penduduk terjadi ketika politik etis diresmikan, bertepatan
Hindia Belanda. Penduduk pribumi yang dengan kenaikan tahta Ratu Wihelmina pada
tinggal di kota, sebagian besar telah terlepas tanggal 17 September 1901. Dalam pidatonya
dari pola hidup tradisional. Mereka tinggal di Ratu menegaskan bahwa pemerintah Belanda
pemukiman pribumi, tetapi gaya hidup mereka mempunyai kewajiban moral dan hutang
telah bercorak Barat. budi terhadap penduduk pribumi di Hindia
Belanda.20 Kebijakan politik etis yang paling
B. Pelopor Pergerakkan menonjol terletak dalam bidang pendidikan.
Memang fokus utama kebijakan ini ditujukan
Hingga sekarang ini konflik sosial yang
kepada penduduk pribumi, tetapi sejalan
melibatkan etnis Tionghoa masih saja sering
dengan penerapannya, juga berdampak bagi
terjadi. Hal ini berdampak terhadap jalinan
perubahan penduduk golongan lain.
komunikasi yang kurang baik antar sesama anak
Diakui, memang pemerintah awalnya tidak
bangsa. Diskriminasi yang dihadapi minoritas
memasukkan pendidikan untuk penduduk
Tionghoa ini merupakan warisan dari kebijakan
Tionghoa ke dalam sistem pendidikan. Padahal
etnis yang dulu dilakukan pemerintah Hindia
mereka juga membayar pajak. Dalam kebijakan
Belanda selama berkuasa.
politik etis belum terdapat rencana perbaikan
Sebelum kedatangan bangsa Barat,
pendidikan bagi mereka. Sebelumnya, secara
komunitas perantau Tionghoa dapat hidup
mandiri penduduk Tionghoa mendirikan sekolah
harmonis dengan penduduk asli Nusantara.
untuk komunitasnya dengan jumlah yang terbatas.
Keinginan bangsa barat, dalam hal ini
Perubahan mulai terjadi ketika berdirinya sekolah
Belanda, untuk dapat mengusai Nusantara
Tiong Hoa Hwee Koan (THHK).
serta mengendalikan penduduk di dalamnya,
Membicarakan pendidikan yang didirikan
membuat dikeluarkan sebuah kebijakan
oleh THHK tidak hanya menyangkut
pengelompokkan etnis.19 Konsep stratifikasi
tentang proses pentransferan ilmu tetapi juga
yang dibuat oleh pemerintah yang didasarkan
permasalahan politik yang dihadapi organisasi
pada perbedaan etnis, tujuannya tidak hanya
tersebut dikemudian hari. Periode awal
untuk membedakan hak dan kewajiban dari
kehadiran THHK hanya sebatas dibidang
masing-masing kelompok tersebut. Selain
kebudayaan dan pendidikan.21 Tujuan mulianya
itu merupakan upaya agar tidak terjadinya
percampuran darah. Bangsa barat yang merasa 20
Pada bulan September 1902, melalui Menteri Urusan
superior merasa tidak pantas untuk dapat Jajahan A.W.F Idenburg lahir tiga kebijakan utama
“berbaur” dengan pribumi atau etnis lainnya. politik etis yaitu pendidikan, irigasi dan emigrasi, Robert
Van Niel, 1984, h. 51-53.
Klasifikasi bangsa barat adalah manusia Eropa, 21
THHK pertama kali berdiri di Batavia pada tanggal 23
baik itu dari Belanda, Inggris, Spanyol, dan Februari 1901. Lihat Nio Joe Lan, Riwajat 40 Taon dari
sebagainya. Sementara itu yang dinamakan Tiong Hoa Hwe Koan Batavia, Batavia: Tiong Hoa Hwe
pribumi adalah mereka yang dianggap sebagai Koan, 1940, h. 19. Sebelum Sekolah THHK berdiri sudah
terdapat Sekolah Tionghoa, tetapi Sekolah Tionghoa
penduduk asli yang telah tinggal sebelum tersebut hanya mengajarkan tentang sastra klasik
kedatangan bangsa asing. Tionghoa. Sistem pendidikan seperti itu dianggap tidak
Adanya pembagian golongan penduduk sesuai untuk penduduk Tionghoa yang tinggal di Hindia
membuat perbedaan hak dan kewajiban yang Belanda. Di Sekolah THHK diajarkan Bahasa Belanda
dan Bahasa Inggris serta budaya Tionghoa sebagai wujud
19
Pieter Creutzberg dan J.T.M Van Laanen, Sejarah penghormatan kepada leluhur. Oleh karena itu Sekolah
Statistik Ekonomi Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor THHK dianggap sebagai pelopor pemberian pendidikan
Indonesia, 1987. yang lebih modern bagi pendudduk Tionghoa.

262 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016


hanya masih berkutat untuk mereformasi adat mana yang lebih mereka sukai, karena masing-
istiadat dan tradisi penduduk Tionghoa di masing memiliki karakter yang berbeda.
Hindia Belanda sekaligus menjadi pusat wadah Sementara itu tidak semua penduduk
pergerakan. Meskipun masih sebagian kecil yang Tionghoa menyukai keberadaan THHK. Pilihan
menyadari pentingnya persatuan, tapi THHK sekolah THHK untuk menggunakan bahasa
dapat dianggap sebagai cikal bakal organisasi Mandarin bukannya bahasa Hokkian atau
pergerakan etnis minoritas ini. bahasa daerah China lainnya dianggap sebagai
Antusiasme yang besar dari masyarakat pengingkaran terhadap leluhur, bertentangan
diluar dugaan awal. Dalam kurun waktu yang dengan tujuan awalnya yang ingin melestarikan
singkat beberapa cabang THHK didirikan di budaya. Selain itu, sistem sekolah THHK yang
luar Batavia. Tidak hanya itu, THHK juga modern dianggap tidak sesuai dengan sistem
merambah bidang pendidikan. Berbeda dengan pendidikan klasik Kekaisaran China. Terakhir,
sekolah pada umumnya yang menggunakan sekolah THHK memberikan kesempatan bagi
bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, perempuan untuk dapat bersekolah.23 Kebijakan
tidak demikian dengan sekolah THHK yang ini dianggap tidak sesuai dengan etika. Seperti
menggunakan bahasa Mandarin. Pemilihan halnya suku Jawa pada masa itu, penduduk
bahasa pengantar ini telah menunjukkan Tionghoa juga menganut sistem patriarki.
ke arah mana orientasi politik sekolah ini. Sekolah THHK menjadi tanda kemunculan
Keputusan THHK tersebut menarik perhatian sekolah Tionghoa modern. Penduduk Tionghoa
pemerintah Hindia Belanda yang selama ini menaruh harapan yang besar kepada sekolah ini.
percaya bahwa etnis Tionghoa akan loyal dan Banyaknya penduduk Tionghoa yang bersekolah
mudah diatur. Tidak seperti golongan pribumi di Sekolah THHK berdampak pada ditutupnya
yang sering membuat kekacauan dengan berbagai sekolah Tionghoa lama. Misalnya
melakukan berbagai aksi perlawanan dan sekolah Tionghoa Gie Ook yang telah didirikan
pemberontakkan, serta banyak tuntutan. sebelum abad ke- 20 ditutup pada tahun 1904
Bagi pemerintah Hindia Belanda, karena sistem pembelajarannya yang dianggap
sekolah THHK dianggap seperti duri dalam kuno.24
daging. Jika terus diabaikan tentu akan dapat
23

Justian Suhandinata, WNI Keturunan Tionghoa Dalam
menggangu kestabilan pemerintahan. Di sisi
Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia, Jakarta: Gramedia,
lain, pemerintah juga tidak bisa semena-mena 2009, h. 8.
menutup organisasi ini. Jika ini dilakukan 24
Liem Thian Joe, Riwayat Semarang, Jakarta: Hasta
akan dapat menyulut amarah etnis Tionghoa. Wahana, 2004, h. 210.
Meskipun satu induk organisasi, cabang – cabang sekolah
Mengingat banyak dari mereka menjadi
THHK secara umum terbagi ke dalam tiga jenis. 1)Sekolah
pengusaha yang berpengaruh besar dalam THHK yang mengarah kepada keagamaan, didirikan oleh
aktivitas ekonomi di Hindia Belanda, maka jalan golongan yang ingin supaya Tionghoa yang ada di Hindia
damai dipilih pemerintah dengan mendirikan Belanda dapat mengerti huruf dan bahasa Tionghoa.
Sehingga dapat memahami kitab - kitab agama Khonghucu,
sekolah tandingan, yaitu Hollandshe Chineesche
2). Sekolah THHK yang mengarah kepada kegiatan
School (HCS). Sekolah ini merupakan sekolah kebangsaan. Sekolah model ini didirikan oleh golongan
milik pemerintah yang kurikulumnya mengikuti penggiat budaya. Tujuannya sekolah menanamkan sifat
aturan resmi.22 Kemunculan sekolah baru kebangsaan dan menginginkan supaya para peranakan
bisa lebih mudah mengenal huruf dan bahasa mereka
ini membuat penduduk Tionghoa memiliki
sendiri sehingga dapat mengerti kitab-kitab klasik. 3).
pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Sulit Sekolah THHK yang mengarah kepada kegiatan sosial-
menentukan di antara kedua sekolah tersebut politik. Golongan ini menggunakan Sekolah THHK untuk
mempengaruhi dan mendesak pemerintah Hindia Belanda
22
Sistem pendidikan pemerintah Hindia Belanda memiliki agar menaruh perhatian kepada pendidikan anak-anak
tiga jenis sekolah dasar. Europeessche Lagere School (ELS), Tionghoa. Sekolah ini menggunakan bahasa Mandarin dan
Hollandsche Inlandsche School, dan Hollandshe Chineesche Inggris sebagai bahasa pengantar. Lihat Benny G. Setiono,
School (HCS). Masing – masing berbeda peruntukkannya, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, Jakarta: Elkasa, 2003, h.
didasarkan pada golongan etnis dan status sosial. 243-244.

Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 263


Keberanian THHK untuk tampil beda, Menurut Ongklohan, pergerakkan yang
nyatanya telah memberikan inspirasi bagi dilakukan THHK ini merupakan gerakan
penduduk Tionghoa di Hindia Belanda untuk terbatas yang bertujuan untuk kemajuan
dapat memperjuangkan kesetaraannya terhadap golongan mereka sendiri.27 Mereka memang
penduduk Eropa serta hak akan suaranya untuk juga tidak menyukai sikap kolonialisme
didengar seperti halnya pribumi. Kebijakan yang pemerintah yang dianggap diskriminatif serta
diambil THHK tidak lepas dari pengaruh politik kurang mempedulikan kesejahteraan penduduk
dari negeri China. Berbagai bantuan, termasuk Tionghoa, tetapi pergerakan THHK pada
dana diberikan Kaisar Dinasti Qing. Tidak periode ini belum mengarah kepada perjuangan
hanya itu, kelompok revolusioner China yang untuk kemerdekaan.
dipimpin Sun Yat Sen ikut pula membantu.25
Bahkan para pendukung Sun Yat Sen ada C. Dampak Reformasi Pendidikan
yang datang ke Hindia Belanda dengan menjadi Akar permasalahan penduduk Tionghoa
guru di sekolah-sekolah THHK. Adanya tidak hanya disebabkan oleh sikap pemerintah yang
dukungan dari dua kelompok politik yang menganggap mereka masih sebagai orang asing.
berbeda dan berlawanan ini menandakan bahwa Di sisi lain setidaknya mereka mengklasifikasikan
penduduk Tionghoa di Hindia Belanda memang diri ke dalam dua jenis golongan yaitu totok dan
masih dianggap bagian dari rakyat China yang peranakan. Masing-masing memiliki pandangan
juga harus ikut untuk disejahterakan. budaya yang berbeda. Peranakan merupakan
Kedekatan hubungan THHK dengan negeri hasil perkawinan campuran dengan penduduk
China juga ditunjukkan dengan seringnya Kaisar setempat.28 Totok akan dapat kembali ke negeri
mengirim utusannya yaitu inspektur sekolah China jika sudah memiliki uang, sedangkan
untuk meninjau sekolah-sekolah THHK. Pada peranakan tidak dapat kembali. Oleh karena
November 1907 pernah datang dua orang itu, para peranakan harus dapat bersahabat
kruisers (penjelajah) bernama Hay Yong dan dengan penduduk pribumi untuk kelangsungan
Hay Kie. Mereka bertugas mengantar tiga hidupnya.29 Selain itu status kewarganegaraan
utusan kaisar Tionghoa yaitu Kim Tjhe Tay mereka juga masih menjadi tanda tanya.30
Sien dan Yo Soe Kie yang merupakan wakil Adanya dwikewarganegaraan membuat posisi
presiden dari Depertement van Landbouw negeri penduduk Tionghoa menjadi sulit karena tidak
Tionghoa. Dampak dari kedatangan para bisa menjalankan kewajiban dan mendapatkan
utusan ini adalah didirikannya Khaij Lam Tay haknya secara penuh.
Hak di Nangking. Sebuah badan pendidikan
yang membantu anak-anak Tionghoa di Jawa 27
Onghokham, Pengaruh Gerakan Tionghoa dalam
agar dapat lebih mudah melanjutkan sekolah Kebangitan Nasional, dalam Abdul Baqir Zein, Etnis
di negeri China.26 Keakraban ini menjadi tanda Tionghoa dalam Potret Pembauran di Indonesia, Jakarta:
tanya bagi pemerintah Hindia Belanda. Mulai Prestasi Insan Indonesia, 2000, h. 146-151.
28
Sulityowati Irianto, Perempuan dan Hukum: Menuju
dari sini kesetiaan terhadap Hindia Belanda
Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan, Jakarta:
mulai dipertanyakan. Yayasan Obor Indonesia, 2006, h. 213.
29
Ibid, h. 214.
25
Untuk mencukupi dana tidak sepenuhnya para 30
Pada tahun 1910, pemerintah Belanda telah mengeluarkan
pengurus THHK bergantung dari bantuan negeri China. Undang-Undang yang bernama Wet Hondende Regeling
Secara mandiri mereka juga mampu untuk membiayai Van Het Nederlands Onderdaanschap. Secara resmi
organisasinya dengan mendirikan suatu kongsi dagang. Undang-Undang ini menetapkan penduduk pribumi
Pada Desember sebuah kongsi dagang bernama N.V. dan orang-orang bukan pribumi yang lahir di tanah
Java Ien Boe didirikan di Semarang yang menjual barang- jajahan Belanda sebagai warga negara Belanda. Oleh
barang buatan negeri China untuk mencukupi kebutuhan karena itu para peranakan dan perantau Tionghoa di
biaya Sekolah THHK. Lihat Nio Joe Lan, Riwajat 40 Taon Hindia Belanda ditetapkan secara sepihak sebagai warga
dari Tiong Hoa Hwe Koan Batavia, Batavia: Tiong Hoa negara Belanda. Dengan demikian timbullah masalah
Hwe Koan, 1940, h. 230. dwikewarganegaraan dari perantau ini, karena di satu sisi
26
Ibid., h. 226-228. mereka masih menjadi warga negara China.

264 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016


Adanya perbedaan antara totok dan Dalam perkembangan beberapa tahun
peranakan membuat masing-masing dari kemudian, dampak dari reformasi pendidikan
mereka merasa berbeda satu sama lain. Rasa membuat lahirnya para tokoh Tionghoa
nasionalisme masing–masing dari mereka juga terdidik. Eksistensi mereka kemudian mulai
berbeda. Hal ini membuat diantara mereka sulit merambah ke pers. Bidang jurnalis pada masa
tumbuh perasaan bahwa mereka satu bangsa. itu menjadi suatu kegiatan yang ekslusif.
Kehidupan penduduk Tionghoa di Hindia Hanya orang pintar serta terdidik saja yang
Belanda secara tidak langsung terpengaruh oleh bisa masuk ke bidang ini, dan jumlah mereka
keadaan politik di negeri China. Terjadinya hanya segelintir saja. Pers menjadi sarana
pergerakan serta perubahan besar di negeri yang efektif untuk menyebarkan anti kolonial
China pada 1911 yaitu peristiwa revolusi serta menjadi barometer perasaan kolektif dan
Xinhai, juga menjalar di Hindia Belanda. menjadi wakil dari opini publik. Salah satu pers
Mereka menginginkan perubahan kedudukan lokal yaitu Sinar Djawa32 dan Djawa Tengah.
serta sudah tidak lagi mempedulikan antara Apa yang dirasakan penduduk Tionghoa dapat
totok dan peranakan.31 tercermin melalui surat kabar secara tidak
Berjalannya waktu THHK menjadi langsung mempengaruhi kesadaran mereka
berkembang besar. Penduduk Tionghoa akan identitas bangsanya.
memaknai pendidikan tidak hanya untuk Dukungan permodalan yang kuat
mencerdaskan tetapi sebagai wadah persatuan menjadikan pers mereka mampu menampilkan
dan juga alat aspirasi politik. Sejatinya wajah penerbitan dengan mutu yang tidak
pendidikan adalah suatu upaya mulia untuk kalah tinggi dibandingkan dengan pers milik
mencerdaskan dan memerdekaan pikiran orang Barat. Bahkan surat kabar Tionghoa
seseorang. Tetapi pendidikan dapat menjadi ini memiliki kelebihan lain yang membuatnya
hal yang menakutkan jika di dalamnya telah berkembang lebih luas. Beberapa surat kabar
terselip ideologi yang secara terencana ingin mereka menggunakan Bahasa Melayu sehingga
ditanamkan kepada para siswa. Hal ini yang juga dapat dibaca oleh penduduk pribumi.
ditakutkan pemerintah Hindia Belanda, bahwa Dengan demikian pers ini juga dapat dijadikan
sekolah THHK akan menyelipkan ideologi sebagai media asimilasi. Apabila pers Tionghoa
politiknya yang dianggap bersifat anti kolonial mengalami kekurangan dana mereka dapat
kepada siswanya. Ketakutan ini didasarkan meminta bantuan kepada para pengusaha.
pada keberanian siswa THHK untuk membuat Salah satunya Oei Tiong Ham, pengusaha gula
perkumpulan. Seperti yang dilakukan dari Semarang, yang membantu dana untuk
siswa THHK Semarang yang mendirikan surat kabar Keng Po dan Matahari.33
perkumpulan Hsiao You Hui pada 1913. Hampir semua pers Tionghoa pada periode
Kedepannya perkumpulan ini berubah menjadi ini masih memiliki orientasi politik ke negeri
organisasi kepemudaan dan berganti nama
32
Awalnya Sinar Djawa milik Si Hian Ling. Pada 1913 surat
menjadi Hua Chiao Tsing Nien Hui pada 1929.
kabar ini berpindah kepemilikan di tangan Sarekat Islam
Sementara itu semangat nasionalisme tumbuh dan berganti nama menjadi Sinar Hindia yang merupakan
melalui proses waktu yang lama. Ketika bibit surat kabar pertama pribumi di Semarang.
nasionalisme mulai muncul di hati penduduk 33
Sekolah THHK telah memberikan inpirasi bagi para
pengusaha Tionghoa untuk ikut berkontribusi. Banyak
Tionghoa, arahnya kembali terpecah terbagi
pengusaha yang biasanya mempunyai sifat pelit dengan
ke dalam tiga jalur yaitu, pendukung negeri sukarela menyumbangkan uangnya untuk kemajuan
China, pendukung pemerintah kolonial, dan pendidikan komunitasnya. Misalnya Ong Tiong Ham dan
pendukung kemerdekaan Indonesia. para pengusaha lainnya mengumpulkan dana pendidikan.
Mereka kemudian menggunakan dana tersebut untuk
mendirikan Sekolah Hoa Ing Tiong Hak pada 15 Maret
1916. Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan Sekolah
31
Liem Thian Joe, Riwayat Semarang, Jakarta: Hasta
THHK. Liem Thian Joe, Riwayat Semarang, Jakarta:
Wahana, 2004, h. 206.
Hasta Wahana, 2004, h. 259.

Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 265


China dan tidak mau terlibat dalam politik sesuai dengan kondisi di Hindia Belanda.
lokal. Sikap apolitik dalam kancah politik Propaganda yang ia lakukan tersebut akhirnya
lokal semakin menguat setelah Konferensi melahirkan organisasi Tiong Hoa Kauw Yok Gian
Masyarakat Tionghoa di Semarang pada 1917. Kio Hwee (Perkumpulan Penelitian Pendidikan
Dalam Konferensi ini, pandangan politik Tionghoa). Perkumpulan ini mengadakan
surat kabar Sin Po34 mendapatkan dukungan sebuah konferensi yang hasilnya memutuskan
luas yaitu anjuran persatuan penduduk totok mendirikan sebuah sekolah teladan untuk anak-
dan peranakan serta peningkatan kualitas anak Tionghoa di Hindia Belanda. Jika sekolah
pendidikan bagi peranakan. Sin Po juga tersebut sukses, maka akan diperbanyak. Namun
menganjurkan bahwa penduduk Tionghoa di rencana tersebut gagal karena kekurangan dana
Hindia Belanda diharapkan dapat memberikan dan tidak mendapat dukungan dari penduduk
kontribusi politik terhadap negeri China yang Tionghoa.37 Tidak adanya titik temu dalam
sedang berada dalam kondisi terjajah bangsa konferensi tersebut, karena mereka yang
Jepang. Meskipun demikian, Sin Po masih belum terlibat di dalamnya terbagi dalam kelompok-
mendukung penduduk Tionghoa untuk terjun kelompok yang memiliki pandangan berbeda
dalam politik lokal karena dapat memecah terhadap pendidikan.
belah persatuan.35 Pada tahun 1934 Kwee Hing Tjiat
Upaya untuk bersatu dan bersepakat mendirikan surat kabar Matahari di Semarang.38
merupakan hal yang tidak mudah diwujudkan. Ia merupakan sosok jurnalis terkenal karena
Perdebatan di kalangan penduduk Tionghoa sikapnya yang dengan berani mengatakan
mengenai pendidikan kembali terjadi pada 1925. akan berjanji membela tanah air Indonesia.39
Salah seorang tokoh bernama Kwee Hing Tjiat Sikapnya ini membuatnya menjadi cibiran di
menyerukan untuk menutup Sekolah THHK kalangan komunitasnya. Meskipun demikian
karena dianggap tidak sesuai bagi penduduk ada pula penduduk Tionghoa yang sependapat
Tionghoa yang memilih untuk tetap tinggal di dengannya. Hal ini menunjukkan mulai terjadi
Hindia Belanda.36 Buku-buku pelajaran sekolah perubahan orientasi politik di kalangan etnis
THHK diimpor secara langsung dari Singapura minoritas ini. Intensitas pers ini yang selalu
dan negeri China yang isinya dianggap tidak mengobarkan semangat nasionalisnya dapat
menuai hasil. Banyak dari penduduk Tionghoa
34
Sin Po terbit pertama kali di Batavia pada 1910. Surat
kabar ini merupakan suarat kabar Tionghoa yang terkenal mulai terpengaruh dengan kegiatan pergerakan
di Hindia Belanda. Awalnya Sin Po berhaluan politik politik yang dilakukan penduduk pribumi.
kepada negeri China tetapi kemudian mendukung Terjadi perubahan orientasi nasionalisme
pergerakan nasional yang dilakukan penduduk pribumi
karena mulai adanya harapan bahwa Hindia
untuk perjuangan kemerdekaan. Bahkan dengan berani
menyuarakan agar penduduk Tionghoa berani untuk Belanda suatu saat akan merdeka.
melawan tirani pemerintahan Hindia Belanda dan
lebih baik menyatakan kesetiaanya terhadap tanah air 37
Ibid, h. 44.
Indonesia. 38
Surat kabar ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Baba
35
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Dewasa. Pada masa awal penerbitan, surat kabar ini
Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 201. dipimpin langsung oleh Kwee Hing Tjiat dengan staf
36
Leo Suryadinata, Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia; redaktur Kwee Thiam Tjing, Tjoa Tjoe Liang, dan AR
Dari Tjoe Bou San Sampai Yap Thiam Hiem, Jakarta: Baswedan. Awalnya, Kwee Hing Tjiat ingin memberi
Komunitas Bambu, 2010, h. 25. nama surat kabar ini Merdika dan mengecat merah
Bagi totok, sekolah THHK merupakan sekolah yang kantornya. Sayangnya, niatan tersebut urung diwujudkan
ideal. Sementara bagi peranakan lebih memilih untuk karena dilarang oleh Pemerintah Belanda kala itu. Nama
bersekolah di HCS karena kurikulumnya sesuai dengan surat kabar ini pun diganti menjadi Matahari, sedangkan
standar pemerintah Hindia Belanda. Dalam kaitannya kantornya tetap dicat merah namun diselingi oleh cat
pemilihan sekolah antara totok dan peranakan masalah kuning. http://id.wikipedia.org/wiki/Matahari_(surat_
biaya juga menjadi bahan pertimbangan. Biaya sekolah kabar), diakses 20 April 2016.
THHK lebih mahal daripada di HCS. Dengan demikian 39
Yunus Yahya, Peranakan Idealis: Dari Lie Eng Hok Sampai
bahwa perbedaan pandangan antara totok dan peranakan Teguh Karya, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
juga berkaitan dengan status ekonomi. 2003, h. 16.

266 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016


Sekolah THHK telah memberikan banyak yang terjadi di Jakarta ini dianggap sebagai
pengaruh bagi perkembangan penduduk deklarasi persatuan seluruh etnis bangsa untuk
Tionghoa di Hindia Belanda. Tidak hanya menjadi bagian dari tanah air Indonesia. Tempat
dalam bidang pendidikan, tetapi juga merubah dibacakannya Sumpah Pemuda adalah rumah
pola pikir penduduk Tionghoa. Mereka mulai indekost milik orang Tionghoa bernama Sie Kok
bersatu dan saling membantu setelah lahirnya Liong yang beralamat di Jalan Kramat Raya 106,
sebuah pendidikan modern yang diciptakan Jakarta. Secara sadar ia menfasilitasi dan tahu
oleh Sekolah THHK. Selain itu dampak dari bahwa rumahnya tersebut dijadikan markas
pendidikan adalah munculnya keberanian bagi organisasi kepemudaan. Selain itu terdapat
penduduk Tionghoa untuk menunjukkan pula nama Kwee Thiam Hong, Ong Kay Sing,
eksistensi mereka dalam kehidupan Liauw Tjoan Hok dan Tjio Djin Kwie yang
bermasyarakat. ikut terlibat dalam peristiwa ini. Sementara itu
harian SinPo menjadi surat kabar pertama yang
D. Peran Komunitas Tionghoa dalam Upaya menyiarkan lagu Indonesia Raya gubahan Wage
Kemerdekaan Rudolf Supratman pada November 1928 serta
Nasionalisme jika dilihat dari kacamata menyebarluaskan penggantian nama Hindia
sosio budaya merupakan fenomena yang Belanda menjadi Indonesia. Keberanian ini
diperlukan oleh zaman modern. Bangsa-bangsa menjadi suatu hal yang patut diapresiasi,
adalah kaum budaya tinggi yang terdidik, mengingat para periode tersebut pemerintah
disalurkan melalui sekolah serta didukung Hindia Belanda sedang getol menangkap para
sistem pendidikan yang terstandarisasi. Dengan tokoh anti kolonial dan nasionalis yang kemudian
melatih orang menjadi terdidik maka akan akan dibuang seperti ke Boven Digoel.
mendorong nasionalisme.40 Kemunculan nasionalisme bukan karena
Reformasi pendidikan yang dipelopori oleh kebetulan ataupun penemuan tetapi melainkan
THHK telah melahirkan penduduk Tionghoa hasil dari proses modernitas yang melibatkan
yang terdidik. Sejalan dengan itu, hal yang sama upaya pendidikan dari segenap masyarakat.
juga dialami oleh penduduk pribumi. Perbaikan Hasil nyata dari reformasi pendidikan ini
pendidikan melalui program politik etis telah tidak hanya melahirkan ideologi baru tetapi
melahirkan elit pribumi terdidik. Pendidikan juga terbentuknya komunitas manusia yang
yang mereka dapatkan telah mendewasakan baru, jenis identitas kolektif yang baru, jenis
pandangan politik kedua golongan yang politik yang baru, dan pada akhirnya juga jenis
berbeda ini. Dari awal para elit pribumi telah tatanan masyarakat yang baru. Persamaan akan
konsisten untuk bersikap anti kolonial dan identitas budaya secara kolektif dijadikan tali
ingin memerdekakan diri dari Belanda. Tidak penyambung persatuan.41 Hal ini telah terjadi di
demikian dengan hal penduduk Tionghoa Indonesia, ketika kesadaran akan nasionalisme
yang masih terkatung-katung menentukan telah mampu mengubah dinamika kehidupan
arah dan tujuan politik. Memasuki tahun masyarakat.
1920-an, beberapa tokoh Tionghoa ini mulai Perasaan saling menghargai mulai tumbuh
secara perlahan berani untuk menyatakan dari masing-masing pihak dengan mengganti
diri bergabung bersama tokoh pribumi kata sebutan dengan kata lain yang dianggap
untuk mewujudkan cita-cita bersama yaitu lebih sopan. Semenjak Sumpah Pemuda,
kemerdekaan. kata pribumi atau inlander diganti menjadi
Peran para Tionghoa nasionalis dalam bumiputera. Sementara sebutan Tionghoa
sejarah kebangsaan sudah dapat dilihat ketika terhadap etnis minoritas ini diganti menjadi
peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928. Peristiwa dengan kata Tionghoa. Langkah ini kemudian
diikuti oleh semua surat kabar.
40
Anthony D. Smith, Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah,
Jakarta: Penerbtit Erlangga, 2002, h. 59. 41
Ibid, h. 58.

Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 267


Tantangan terbesar penduduk Tionghoa PTI merupakan contoh dari keberpihakan
adalah ketengangan rasa persaudaraan dalam masyarakat Tionghoa kepada Indonesia dan
sesama bangsanya yang terwujud dalam memiliki kepedulian untuk memperjuangkan
pendirian partai-partai politik yang saling kemerdekaan. Partai ini juga mendukung
bertolak belakang. Tidak semua penduduk lahirnya GERINDO (Gerakan Rakyat
Tionghoa telah menyatakan kesetiaannya pada Indonesia) pada 18 Mei 1937.43 Oei Gee Hwat
Indonesia dan berani melawan kolonialisme. yang merupakan seketaris pengurus besar PTI
Hal ini yang ditunjukkan oleh organisasi politik juga menjadi salah satu pengurus Gerindo.44
Chung Hwa Hui (CHH) yang didirikan pada Dapat masuknya penduduk Tionghoa ke dalam
tahun 1928. Keraguan mereka bahwa suatu partai yang mayoritas berisi penduduk pribumi
saat nanti akan lahir sebuah Republik yang dapat dimaknai dalam tiga hal. Pertama,
merdeka menjadi dasar propagandanya. Dalam bahwa penduduk pribumi sendiripun juga
pandangannya lebih baik penduduk Tionghoa telah menerima keberadaan etnis minoritas ini
tetap setia kepada Belanda yang dianggap sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia.
akan dapat memberikan perlindungan. Kedua, memasuki periode tahun 1930an,
Menjadi Nederlands Onderdean merupakan mayoritas orientasi politik penduduk Tionghoa
suatu kenyataan oleh karenanya mereka lebih mulai condong kepada Indonesia. Ketiga, pada
mendukung pendidikan Belanda daripada periode ini dapat dikatakan bahwa kekuasaan
pendidikan Tionghoa. Tetapi ketika perubahan politik pemerintah Hindia Belanda sedang
kekuasaan, saat Jepang berkuasa organisasi ini melemah sehingga politik etnis yang telah
mengerdil dengan sendirinya. diterapkan mulai memudar.
Jika CHH secara terang-terangan bersikap Setelah pergantian kekuasaan, dimana
antipati berbeda halnya dengan Partai Jepang berkuasa di Indonesia, peran para tokoh
Tionghoa Indonesia (PTI) yang didirikan pada Tionghoa semakin luas, karena mereka dapat
25 September 1932. Para pendirinya seperti membaca kanji. Kontak komunikasi yang baik
Liem Koen Hian telah mengidentifikasikan juga ditunjukkan oleh Soekarno yang menjadi
dirinya sebagai rakyat Indonesia sehingga sosok panutan masyarakat Indonesia. Ketika
sudah seharusnya mendukung gerakan Soekarno berpidato pada sidang Dokuritsu
dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Junbi Cosaki atau Badan Penyelidik Usaha
PTI bersikap anti kolonial dan menolak Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
nasionalisme yang condong ke China. PTI juga ia mengatakan bahwa ideologi Pancasila
meminta agar masyarakat Tionghoa di Hindia dipengaruhi oleh pemikiran Sun Yat Sen,
Belanda untuk menyatakan dirinya sebagai pemimpin revolusi China. Dalam sidang inipun
masyarakat Indonesia dan ikut membantu juga dihadiri segelintir penduduk Tionghoa.45
upaya dari kalangan nasionalis Indonesia dalam Keterlibatan penduduk Tionghoa tidak
membentuk sebuah pemerintahan sendiri dan hanya terbatas pada kepartaian. Ada seorang
akhirnya Indonesia yang merdeka melalui cita- 43
Gerindo merupakan “titisan” dari Pertindo yang
cita konstitusional.42 Kegesitan PTI membuat dibubarkan pada satu tahun sebelumnya yaitu pada
organisasi ini berhasil mendapatkan 1 kursi 1936. Tujuan Gerindo adalah mencapai kemerdekaan
di dalam Volksraad pada periode tahun 1935- Indonesia dengan cara yang kooperatif. Tokoh termasyur
dari organisasi ini adalah A.K. Gani, Moh. Yamin, Amir
1939. Sangat sulit sekali bagi masyarakat atau
Syarifuddin, Sartono, Walopo, Sarino Manunsarkono,
organisasi non Eropa untuk dapat masuk ke dan Nyonoprawoto. Menurut M. Yamin akan bekerja
dalam Volksraad. Bahkan Soekarno menganggap untuk mewujudkan sebuah parlemen. Bahkan Gerindo
bahwa visi partai ini sama dengan visi partainya berpartisipasi dalam pemilihan dewan kota dan Voksraad,
dimana ia bersaing dengan Parindra yang selalu mengalami
yaitu PNI.
kekalahan. Oleh karena sikap kooperatifnya, Gerindo
cukup ditakuti oleh pihak berwenang.
42
Nuraini Soyomukti, Soekarno dan Tionghoa, Yogyakarta: 44
Op.cit.
Garasi, 2012, h. 146. 45
Ibid.

268 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016


Tionghoa dilibatkan dalam meresmikan UUD semakin memiliki nilai tawar baik di kalangan
1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan penduduk pribumi dan pemerintahan Hindia
Indonesia (PPKI) yaitu Jap Tjwan Bing.46 Belanda.
Setelah proklamasi kemerdekaan situasi Sama halnya dengan yang dialami
Indonesia belum kondusif. Masih terjadi penduduk pribumi, dampak pendidikan juga
peperangan antara Republik dengan Belanda membuat munculnya elit baru dalam komunitas
yang tidak mau mengakui kemerdekaan Tionghoa. Mereka adalah orang-orang yang
Indonesia. Dalam upaya mempertahankan berpendidikan. Para elit baru ini telah memulai
kemerdekaan ini, masyarakat Tionghoa juga untuk merajut jalinan komunikasi yang baik para
aktif bersama-sama pemuda lainnya menghadapi tokoh Tionghoa dengan tokoh pribumi serta
pertempuran. Mereka semua berjuang tanpa berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan.
pamrih. Pada gilirannya perang kemerdekaan Bergabungnya para tokoh Tionghoa dalam
tersebut merupakan pemicu bagi kuatnya akar upaya pergerakan cita-cita kemerdekaan
nasionalisme. menjadikan mereka mengidentifikasikan diri
sebagai bagian dari rakyat Indonesia. Oleh
III. Penutup karena itu, bagi pemerintah pada masa sekarang
Kemunculan penduduk Tionghoa dalam diharapkan tidak lagi mengeluarkan kebijakan
dunia politik tidak lepas dari perkembangan peraturan yang bersikap diskriminasi terhadap
organisasi THHK. Meskipun demikian, etnis minoritas ini. Program asimilasi antara
persatuan dan kesepakatan tentang arah etnis Tionghoa dan etnis lainnya masih sangat
nasionalisme penduduk Tionghoa tidak diperlukan untuk menghilangkan sikap dan
mudah terwujud. Meskipun satu etnis tetapi sifat antipati dari masing-masing pihak.
mereka masih terkotak-kotak. Ikatan budaya
dan sejarah yang terjalin antara penduduk
Tionghoa dengan negeri China dan Indonesia
membuat dualisme nasionalisme dalam etnis DAFTAR PUSTAKA
ini pada era kolonial. Secara umum arah
orientasi nasionalisme mereka terbagi menjadi
tiga, mengarah ke negeri China, setia terhadap
Belanda, dan cinta terhadap Indonesia. Buku
Pendidikan pada dasarnya memiliki Carey, Peter, Orang Tionghoa, Bandar Tol, Candu,
tujuan yang mulia yaitu mentransfer ilmu dan Perang Jawa: Perubahan Persepsi Tentang
guna mencerdaskan sumber daya manusia. Tionghoa 1755-1825, Jakarta: Komunitas
Sayangnya, sistem pendidikan tidak dapat lepas Bambu, 2008.
dari unsur politik. Termasuk sekolah-sekolah Creutzberg, Pieter dan J.T.M Van Laanen,
Tionghoa pada masa itu yang juga dijadikan Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia, Jakarta:
sebuah alat untuk dapat membentuk identitas Yayasan Obor Indonesia, 1987.
dan sikap nasionalisme.
Reformasi pendidikan telah berdampak Hidayat, Komaruddin dan Putut Widjanarko,
besar dalam aktivitas politik penduduk Tionghoa Reinventing Indonesia: Menemukan
ini. Mereka mulai berani menyuarakan Kembali Masa Depan Bangsa, Jakarta:
pendapatnya, salah satunya melalui bidang Mizan, 2008.
jurnalistik. Surat kabar yang didirikan oleh Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, Sosiologi
para tokoh Tionghoa memiliki peran penting Jilid 1, terjemahan Aminuddin Ram dan
dalam penentuan arah nasionalisme mereka. Tita Sobari, Jakarta: Penerbit Erlangga,
Tentunya keadaan ini membuat posisi mereka 1984.
46
Ibid, 147.

Retnaningtyas Dwi Hapsari: Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa 269


Irianto, Sulistyowati, Perempuan dan Hukum: Sudibyo, Agus, Politik Media dan Pertarungan
Menuju Hukum yang Berperspektif Wacana, Yogyakarta: LKIS, 2001.
Kesetaraan dan Keadilan, Jakarta: Yayasan Suhandinata, Justian, WNI Keturunan Tionghoa
Obor Indonesia, 2006. Dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik
Joe, Liem Thian, Riwayat Semarang, Jakarta: Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2009.
Hasta Wahana, 2004. Suryadinata, Leo, Tokoh Tionghoa dan Identitas
Joseph Stockdale, John, Eksostisme Jawa, Indonesia; Dari Tjoe Bou San Sampai Yap
Yogyakarta: Progresif Book, 2010. Thiam Hiem, Jakarta: Komunitas Bambu,
Kasmadi, Hartono dan Wiyono, Sejarah Sosial 2010.
Kota Semarang 1900-1950, Jakarta: Dept. Van den Berg, L.W.C, Handramaut dan Koloni
Pendidikan dan Kebudayaan, 1985. Arab di Nusantara , Jakarta: INIS, 1989.
Katodirdjo, Sartono, Memori Serah Jabatan Van Niel, Robert, Munculnya Elit Modern
1921-1930: Jawa Tengah, Jakarta: Arsip Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984.
Nasional Republik Indonesia, 1977. Yahya, Yunus, Peranakan Idealis: Dari Lie Eng Hok
Lohanda, Mona, dkk, Peranakan Tionghoa Sampai Teguh Karya, Jakarta: Kepustakaan
Indonesia: Sebuah Perjalanan Budaya, Populer Gramedia, 2003.
Jakarta: Gramedia, 2008. Zein, Abdul Baqir, Etnis Tionghoa dalam Potret
Lan, Nio Joe, Riwajat 40 Taon dari Tiong Hoa Pembauran di Indonesia, Jakarta: Prestasi
Hwe Koan Batavia, Batavia: Tiong Hoa Insan Indonesia, 2000.
Hwe Koan, 1940.
Robinson, Philip, Beberapa Perspektif Sosiologi Arsip
Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986. “Regeerings Almanak 1930”, Arsip Nasional
Setiono, Benny G, Tionghoa Dalam Pusaran Republik Indonesia.
Politik, Jakarta: Elkasa, 2003. “Regeerings Almanak 1940”, Arsip Nasional
Smith, Anthony D, Nasionalisme: Teori, Ideologi, Republik Indonesia.
Sejarah, Jakarta: Penerbtit Erlangga, 2002. “Volkstelling 1930”, Arsip Nasioanl Republik
Soyomukti, Nurani, Soekarno dan Tionghoa, Indonesia.
Yogyakarta: Garasi, 2012.
Stevens, Th, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat
di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004.

270 Politica Vol. 7 No. 2 November 2016

Anda mungkin juga menyukai