Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan
MANUAL PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS, dengan status saat ini
RSNI - 2 (PRA-KONSENSUS). Manual disusun menjadi 3 buku, yaitu Buku 1 :
Petunjuk Umum, Buku 2 : Petunjuk Ringkas, dan Buku 3 : Kumpulan Formulir Kerja.
Manual ini disusun dengan anggaran DIP tahun 2002, Departemen Kimpraswil.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu penyusunan manual ini.
Penulis:
1. Ir. Nyoman Suaryana, MSc.
2. DR. Djoko Widayat, MSc
3. Ir. Kurniadji, MSc.
4. Ir. Tatang A. Dachlan, M.EngSc.
5. Ir. Anwar Yamin, MSc.
DAFTAR ISI
Halaman
1. Ruang lingkup................................................................................................... 1
2. Acuan normatif................................................................................................. 1
3. Istilah dan definisi............................................................................................. 2
4. Persyaratan...................................................................................................... 2
5. Acuan operasionil pekerjaan campuran beraspal panas.................................. 2
5.1. Pembuatan formula campuran kerja (FCK)............................................... 3
5.2. Kegiatan operasionil di unit produksi aspal............................................... 5
5.2.1. Tempat penimbunan agregat dan penampungan aspal................ 5
5.2.2. Unit pencampur aspal..................................................................... 5
5.2.2.1 Bin dingin (cold bins)............................................................... 5
5.2.2.2 Pengering (dryer)..................................................................... 6
5.2.2.3 Unit saringan panas (hot screen)............................................ 6
5.2.2.4 Bin panas (hot bins)................................................................. 6
5.2.2.5 Penimbangan (weigh hopper)................................................. 6
5.2.2.6 Pencampur (mixer/pugmill)...................................................... 7
5.2.2.7 Pemeriksaan hasil produksi AMP............................................ 7
5.2.3. Kegiatan operasionil di lokasi kerja (di lapangan).......................... 8
5.2.3.1 Pekerjaan persiapan................................................................ 8
5.2.3.2 Penghamparan campuran beraspal........................................ 9
5.2.3.3 Pemadatan campuran beraspal.............................................. 11
i
DAFTAR GAMBAR
ii
1 Ruang lingkup
Manual pekerjaan campuran beraspal panas ini digunakan sebagai acuan operasional
untuk pekerjaan campuran beraspal panas pada pekerjaan prasarana transportasi,
terutama pada pekerjaan jalan. Manual ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan pemahaman tentang pekerjaan campuran beraspal panas yang akan
menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Manual
dilengkapi dengan ilustrasi dan foto yang tepat guna, mudah dipahami dan dilaksanakan,
terutama oleh pengguna yang terlibat dalam pelaksanaan campuran beraspal panas.
Buku manual ini disajikan dalam 3 buku yang terpisah, dengan ruang lingkup sebagai
berikut :
2 Acuan normatif
Manual ini menggunakan acuan dokumen SNI (Standar Nasional Indonesia), AASHTO
( American Association of State Highway and Transportation Officials), ASTM (American
Society for Testing and Materials), dan standar lainnya. Secara lengkap acuan yang
digunakan dijabarkan dalam Buku 1 : Petunjuk umum.
1 dari 12
3 Istilah dan definisi
Secara lengkap istilah dan definisi yang digunakan dijabarkan dalam Buku 1 : Petunjuk
umum.
4 Persyaratan
Untuk menjamin keberhasilan suatu proyek, terlebih dahulu harus dipenuhi suatu
persyaratan minimum menyangkut aspek manajeman dan aspek teknis. Persyaratan-
persyaratan ini mengacu pada penerapan Quality Assurance (QA) berdasarkan ISO-
9000 (SNI 19-9001) dan Peryaratan umum kompetensi laboratorium (SNI 19-17025-
2000). Persyaratan yang tercantum dapat di bagi menjadi dua, diantaranya yang
dianggap penting dan berhubungan langsung yaitu :
a) Persyaratan manajemen
Sistem manajemen proyek jalan disyaratkan memperhatikan hal sebagai berikut :
- Organisasi, tugas dan wewenang yang jelas
- Sistem mutu telah dibuat, yaitu berupa prosedur-prosedur kerja (SOP).
- Pengendalian dokumen kontrak (penyimpanan, pendistribusian, penerimaan)
- Pengendalian rekaman mutu, seperti misalnya hasil-hasil pengujian.
- Audit internal (pemeriksaan internal untuk memastikan sistem mutu berjalan)
- Rapat tinjauan mutu (rapat dilakukan minimum sebanyak 1 kali dalam sebulan)
b) Persyaratan teknis
Faktor-faktor teknis yang menentukan keberhasilan proyek untuk mencapai mutu
yang disyaratkan, antara lain meliputi :
- Persyaratan personil (kualifikasi personil memenuhi syarat)
- Persyaratan peralatan (alat telah diperiksa dan laik pakai, daftar periksa peralatan
pada Buku 3 : Petunjuk umum dapat digunakan)
- Persyaratan bahan (bahan telah diperiksa dan memenuhi syarat, formulir
pengujian pada Buku 3 : Petunjuk umum dapat digunakan)
- Persyaratan lingkungan kerja (misalnya penerangan cukup, terlindung dari angin
dan getaran khususnya untuk penimbangan contoh uji)
- Pengendalian mutu berjalan sesuai dengan ketentuan, dengan jumlah dan
frekwensi sesuai dengan persyaratan spesifikasi.
- Pelaporan
Persyaratan lain yang penting adalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Proses pekerjaan campuran beraspal panas pada prinsipnya dimulai dari pemenuhan
persyaratan manajemen dan teknis di atas dan kemudian dilanjutkan dengan langkah-
langkah operasionil seperti pembuatan formula campuran kerja, FCK (job mix formula,
JMF), kegiatan rutin di unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan kemudian
kegiatan penghamparan dan pemadatan di lapangan. Bagan alir pekerjaan campuran
beraspal diperlihatkan pada Gambar 1.
2 dari 12
Kegiatan :
Mulai
Periksa 1
- FCK / JMF telah
Permintaan untuk mulai melakukan pekerjaan (request)disetujui (lihat Pasal
5.1)
- peralatan baik dan laik
pakai (AMP, alat
penghampar dan alat
pemadat)
Periksa 1
tidak - bahan tersedia dalam
jumlah cukup dan telah
memenuhi syarat
kegiatan 2
Pengendalian lalu-lintas (4)
- tidak diperkenankan
Batasan cuaca (2) Kesiapan permukaan jalan (3)
bekerja pada saat
turun hujan
kegiatan 3
- lihat Pasal 5.2.3.1
Periksa 4
Pencampuran (5)
- pengatur dan
Penghamparan (6)
pengaman lalu-lintas
Pemadatan(7)
telah siap
kegiatan 5
- lihat Pasal 5.2.2
kegiatan 6
- lihat Pasal 5.2.3.2
Perbaikan (9) tidak Periksa 8
kegiatan 7
- lihat Pasal 5.2.3.3
Ya Periksa 8
- periksa toleransi
ketebalan, kerataan
Pengukuran, pembayaran
kemiringan, kepadatan
kegiatan 9
Pemeliharaan rutin - perbaikan atau
pembongkaran sesuai
kondisi
Selesai
Pembuatan formula campuran kerja, FCK (job mix formula, JMF) meliputi tahapan
pembuatan rancangan campuran berdasarkan agregat dari bin dingin (cold bins),
pembuatan rancangan campuran berdasarkan agregat dari bin panas (hot bins), uji
coba pencampuran di AMP, dan selanjutnya uji coba penghamparan dan pemadatan.
3 dari 12
Mulai
ya
Kesesuaian peralatan dengan standar Perbaikan alat atau ganti alat uji
pengujian tidak
ya
Pembuatan FCR untuk mengetahui karakteristik campuran dari bin dingin
Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh dari bin panas dan diuji gradasinya
Uji coba pencampuran di AMP untuk melihat kesesuaian operasional dengan rencana (sebelumnya periksa kondisi AMP)
4 dari 12
Selama proses pembuatan formula campuran kerja (FCK / JMF), beberapa hal penting
yang perlu mendapat perhatian adalah :
a) Bahan yang digunakan telah memenuhi syarat spesifikasi, perhatikan kepipihan dan
kebersihan agregat yang digunakan.
b) Peralatan yang digunakan laik pakai, gunakan daftar periksa seperti yang
dicantumkan pada Buku 3:Petunjuk umum, untuk pemeriksaan alat pemecah batu
(stone crusher), unit pencampur aspal (AMP), dan alat penghampar (finisher).
c) Peralatan laboratorium yang digunakan harus memenuhi syarat, seperti dimensi dan
kalibrasi.
Selama produksi campuran beraspal panas di AMP beberapa hal pokok yang digunakan
sebagai acuan operasionil adalah seperti diuraikan di bawah ini.
Jenis bin dingin (cold bins) yang umum dikenal adalah : (1) ban berjalan menerus, (2)
getar, dan (3) aliran. Jenis pertama (ban berjalan menerus) cocok untuk agregat halus,
sedangkan yang lainnya cocok untuk agregat kasar. Kontinuitas aliran material dari bin
dingin ini sangat berpengaruh terhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu
pengendalian mutu yang ketat pada bin dingin. Pemeriksaan agregat pada bin dingin
meliputi :
a) Tidak ada perubahan gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena
perbedaan quari atau suplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat, maka harus
dilakukan pembuatan FCK/JMF kembali.
b) Agregat tidak bercampur. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat
dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.
Pengisian yang baik dimungkinkan jika ukuran bak (bucket) loader lebih kecil dari
bukaan mulut bin dingin.
5 dari 12
c) Kalibrasi bukaan bin dingin secara periodik.
d) Bukaan bin dingin kadang-kadang tersumbat, misalnya jika agregat halus basah,
agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum
seperti batu dan kayu.
e) Perubahan kecepatan ban berjalan, dan ada operator yang mengontrol aliran agregat
dan membuang material yang tidak perlu.
Pengering (dryer) mempunyai fungsi; (1) menghilangkan kandungan air pada agregat,
dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Pemeriksaan yang
diperlukan pada bagian ini adalah :
a) Kalibrasi alat pengukur suhu
b) Pemeriksaan suhu agregat yang dipanaskan
c) Pengamatan pada asap yang keluar dari cerobong asap. Jika asap berwarna hitam
berarti pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Sementara jika asap berwarna putih
berkabut (mengandung uap air) berarti agregat basah dan ada kemungkinan kadar
air masih tertinggal setelah proses pengeringan.
Umumnya pada proses penyaringan ini terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang
semestinya masuk ke hot bin I tetapi terbawa ke hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi
normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu
mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi prosentase tersebut dapat bertambah jika;
lubang saringan tertutup agregat, kecepatan produksi tidak berimbang dengan
kecepatan penyaringan, agregat halus basah/menggumpal, dan lubang-lubang pada
saringan sudah ada yang rusak. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada bagian ini
adalah :
a) Pemeriksaan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan
b) Pengontrolan gradasi agregat
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air setelah pemanasan, maka agregat yang
halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding hotbin dan akan jatuh
setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan kecil pada gradasi
agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 200. Kebocoran-kebocoran
yang mungkin terjadi pada hot bins juga perlu diperhatikan.
Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu pencapaian
berat tiap bin panas sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat tersebut dan
melakukan pemeriksaan aliran material mulai dari bin dingin. Akan tetapi jika ketidak
seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan akan
terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing bin panas tidak sesuai.
Aliran agregat yang tidak seragam juga dapat menyebabkan temperatur campuran
menjadi bervariasi. Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
a) Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal
b) Kotak timbangan (weigh box) tergantung bebas
c) Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP
6 dari 12
5.2.2.6 Pencampur (mixer / pugmill)
Dalam pugmill terjadi dua tipe pencampuran, yaitu pencampuran kering dan
pencampuran basah (setelah ditambah aspal). Lamanya pencampuran kering
diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1 atau
2 detik. Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari
degradasi dan oksidasi atau penuaan (aging). Umumnya lamanya waktu pencampuran
total sekitar 30 detik. Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
a) Temperatur aspal (pada tangki aspal)
b) Lamanya pencampuran
c) Pedal tip (pengaduk) tidak aus atau patah
d) Tutup pugmill tidak bocor
Pemeriksaan terhadap hasil produksi AMP sangat diperlukan untuk mengetahui secara
dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan
segera. Penyimpangan dan penyebabnya dijabarkan dengan lebih detil pada Buku 1 dari
Manual ini. Pemeriksaan secara visual meliputi, antara lain :
a) Penyelimutan aspal pada agregat
b) Terjadi penggumpalan atau tidak
c) Warna asap; biru menyatakan kelebihan panas (overheating) dan warna asap putih
berkabut (uap air) menyatakan kadar air pada agregat masih relatif tinggi.
d) Tampak campuran di dalam bak truk yang rata menyatakan kelebihan panas atau
kadar aspal atau kadar air relatif tinggi.
e) Jika campuran menggumpal kemungkinan kurang panas (underheating)
Meskipun telah dilakukan pemeriksaan secara visual, pemeriksaan dengan alat juga
harus dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi :
a) Pemeriksaan temperatur di atas truk pengangkut (dump truck) dengan pengukur
suhu
b) Pengambilan contoh uji untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran dengan jenis,
jumlah dan frekuensi sesuai dengan persyaratan.
Kebersihan truk pengangkut juga harus diperhatikan tertutama kebersihan bak (bebas
dari bahan yang dapat merusak aspal, seperti solar atau oli). Bak harus ditutup dengan
terpal selama proses pengangkutan untuk mencegah penurunan temperatur pada
permukaan.
Gambar 3 di bawah ini memberikan ilustrasi dari kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
di unit produksi aspal (AMP) untuk menjamin hasil yang diperoleh memenuhi syarat yang
ditetapkan.
7 dari 12
Penimbunan (stock pile):
agregat kubikal dan bersih
tidak segregasi/degradasi
tidak ada perubahan tampak visual agregat (perubahan quari / suplier)
Pemeriksaan:
Bin dingin : saringan baik
kalibrasi bukaan timbangan (kalibrasi)
pemisah antar bin (agregat tidak bercampur) temperatur pencampuran
kelengkapan (penggetar, tenaga pembersih) waktu pencampuran
Pengering (dryer) :
pembakaran sempurna (lihat warna asap)
Pemeriksaan :
kontrol temperatur perhatikan tampak visual campuran
sudu-sudu (mangkok) pengaduk baik periksa temperatur camp. di atas truk
sudut kemiringan dryer bak truk bersih dan pengangkutan dilindungi denga
8 dari 12
Setelah permukaan siap, maka dilakukan pemasangan lapis resap pengikat (prime
coats) atau lapis perekat (tack coats).
Kegiatan :
Mulai
Periksa 1-4
- periksa bahan aspal
Permintaan untuk mulai melakukan pekerjaan (request) apakah sesuai dengan
persyaratan
- periksa kesiapan alat
penyemprot (asphalt
Periksa 1-4 distributor)
tidak
Ya - periksa manual
- periksa hasil pekerjaan
Pengendalian Lalulintas sebelumnya
kegiatan 5
- perlindungan terhadap
Kesiapan permukaan jalan (7) struktur, kerb dan
Batasan cuaca (6) Kesiapan kerja (5) lainnya agar tidak
terkotori
9 dari 12
Kontinuitas aliran campuran beraspal yang terlalu sedikit atau berlebih dapat
mempengaruhi tekstur dan keseragaman campuran.
- Pelat sepatu (screed) harus dipanaskan pada awal operasi, untuk mencegah
hasil penghamparan yang tampak kasar dan bertekstur terbuka.
- Tinggi jatuh pemadat tumbuk dan pemilihan frekuensi penumbuk getar akan
mempengaruhi tekstur permukaan yang diperoleh.
b) Pemeriksaan campuran beraspal secara visual
Beberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal dapat dilihat secara visual
dan diperiksa sebelum dilakukan penghamparan, yaitu :
- Berasap biru; asap biru yang keluar dari campuran berasapal di atas truk
pengangkut atau terlihat pada pemasok (hopper) alat penghampar
mengindikasikan terjadinya kelebihan panas (overheating).
- Campuran beraspal tampak kaku; tampak visual campuran beraspal yang kaku
mengindikasikan campuran tersebut telah dingin.
- Permukaan campuran beraspal di atas bak truk tampak rata; pada umumnya
permukaan campuran beraspal di atas bak truk membentuk bukit. Jika permukaan
tersebut terlihat rata, maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau
kadar air.
- Campuran beraspal tampak kering / berwarna coklat; campuran yang
mengandung terlalu sedikit aspal biasanya tampak kering dan berwarna
kecoklatan.
- Campuran beraspal beruap; campuran beraspal masih mengandung kadar air.
Kelebihan kadar air juga akan menyebabkan campuran beraspal terlihat seperti
kelebihan aspal.
- Segregasi; segregasi mungkin terjadi akibat kesalahan penanganan.
- Terkontaminasi; campuran beraspal dapat terkontaminasi solar yang
disemprotkan pada dasar bak truk. Campuran beraspal juga dapat terkontaminasi
plastik atau lainnya.
c) Pelaksanaan penghamparan
Jika diperlukan pengaturan screed (perubahan ketebalan), maka harus dilakukan
secara bertahap. Jika diperlukan penambahan lebar penghamparan, maka pada
bagian pelebaran tersebut harus terjangkau ulir pembagi untuk menghindari
terjadinya segregasi.
Pekerjaan manual dengan penebaran hanya boleh dilakukan jika penghamparan
dengan alat finisher sulit atau tidak bisa dilakukan dengan baik. Penebaran dengan
tangan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya segregasi.
Selama pelaksanaan penghamparan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Temperatur campuran beraspal harus diperiksa pertama kali di atas truk, kemudian
di periksa kembali setelah penghamparan sebelum pemadatan.
- Tekstur permukaan harus seragam dan baik. Tekstur yang kurang baik dapat
disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal
penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan.
- Kerataan permukaan harus sesuai. Penghamparan yang tidak menerus dapat
menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan. Gradasi yang tidak sesuai,
perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari truk saat pengisian juga
dapat menyebabkan permukaan tidak rata.
- Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah
tikungan.
- Sambungan melintang dan memanjang harus dibuat tegak lurus. Metoda yang
dilakukan dapat berupa pemotongan sambungan sebelum dimulainya
penghamparan, atau dengan menaruh balok atau kertas pada bagian sambungan.
10 dari
Pada saat penghamparan kembali, maka balok atau kertas tersebut diambil
sehingga diperoleh sambungan yang tegak. Untuk sambungan memanjang,
umumnya dipakai kayu atau baja siku untuk membentuk sambungan tegak.
Pada saat pemadatan terjadi 3 gaya utama, yaitu gaya tekan alat pemadat, gaya tahan
pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan gaya tahan pada lapisan di
bawahnya yang telah stabil (lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal). Untuk
memperoleh pemadatan yang baik, maka gaya tahan lapisan yang telah stabil harus
seimbang dengan gaya tekan alat pemadat. Atau dengan kata lain campuran beraspal
seolah-olah mendapat gaya tekan dari atas dan bawah. Jika lapisan yang stabil (lapis
pondasi agregat atau existing lapis beraspal) belum cukup padat maka kepadatan
campuran beraspal kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan.
11 dari
- Ketebalan lapisan; semakin tebal lapisan campuran beraspal maka
pemadatannya relatif semakin sulit (diperlukan usaha yang relatif lebih).
b) Alat pemadat
- Mesin gilas roda baja; digunakan untuk pemadatan awal (breakdown rolling )
atau pemadatan akhir (finish rolling). Untuk pemadatan akhir harus digunakan
tandem dengan berat 8 – 10 ton.
- Mesin gilas roda karet penumatik ; digunakan untuk pemadatan antara
(intermediate rolling). Alat pemadat ini merupakan alat pemadat utama dalam
pemadatan campuran beraspal. Kepadatan campuran beraspal diperoleh setelah
berapa kali lintasan sesuai dengan hasil uji coba pemadatan pada FCK (JMF).
c) Prosedur pemadatan
Pemadatan campuran beraspal dilakukan dalam tiga operasi yang terpisah, seperti
berikut ini :
- Pemadatan awal (breakdown rolling); menggunakan mesin gilas roda baja.
Dimulai kurang lebih 0 – 10 menit setelah penghamparan.
- Pemadatan antara (intermediate rolling); menggunakan mesin gilas roda karet
pneumatik. Dimulai kurang lebih 5 – 15 menit setelah penghamparan.
- Pemadatan akhir (finish rolling); menggunakan mesin gilas roda baja. Dimulai
tidak lebih dari 45 menit setelah penghamparan.
Urutan pemadatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pemadatan pada campuran beraspal yang tipis (kurang dari 5 cm)
Urutan pemadatannya adalah sebagai berikut :
- sambungan melintang
- ujung tepi
- pemadatan awal mulai dari daerah yang terendah
- pemadatan antara mulai dari daerah yang terendah
- pemadatan akhir
2) Pemadatan pada campuran beraspal yang tebal (lebih dari 5 cm)
Urutan pemadatannya adalah sebagai berikut :
- sambungan melintang
- pemadatan awal mulai dari 30 cm – 40 cm dari tepi yang lemah
- pemadatan antara mulai dari daerah yang terendah
- pemadatan akhir
3) Pemadatan sambungan memanjang
Pemadatan pada daerah sambungan dibuat overlap
12 dari
DAFTAR PUSTAKA
Asphalt Institute, MS-2, 1993, “Mix Design Methods”, Asphalt Institute, Lexington,
Kentucky, USA.
Asphalt Institute, MS-22, 1993, “Principles of Construction of Hot-Mix Asphalt
Pavements”, Asphalt Institute, Lexington, Kentucky, USA.
Asphalt Institute, MS-4, 1985, “The Asphalt Handbook”, Asphalt Institute, Lexington,
Kentucky, USA.
Asphalt Institute, Superpave Series No. 2, 1996, “Supervape Mix Design”, Asphalt
Institute, USA.
Anwar Hadi, 2000, “Sistem Manajemen Mutu Laboratorium, Sesuai ISO/IEC 17025:2000
General Requirement for the Competence of Testing and Calibration
Laboratories”, PT Gramedia, Jakarta.
Bina Marga, 2000, “Dokumen Kontrak : Spesifikasi Volume 3 ”, Bina Marga, Jakarta.
Bina Marga, 1999, “Panduan Perencanaan Campuran Beraspal Berdasarkan Kepadatan
Mutlak ”, SK N0. 76/KPTS/Db/1999, Jakarta.
Bina Marga, 1988, “Buku Pemeriksaan Peralatan Penghampar Aspal (Asphalt Finisher) ”,
, Jakarta.
Bina Marga, 1988, “Buku Pemeriksaan Peralatan Pencampur Aspal (Asphalt Mixing
Plant) ”, , Jakarta.
Bina Marga, 1988, “Buku Pemeriksaan Peralatan Pemecah Batu (Stone Crusher) ”,
, Jakarta.
Badan Standar Nasional Indonesia, 2000, “Penulisan Standar Nasional Indonesia ”,
BSN, Jakarta.
Dickinson, E.J, J.H. Nicholas and S. Boas Traube, 1958, “Physical factors affecting the
absorbtion of oxygen by thin films of bitumen binders”, Journal of Apllied
Chemeistry, Vol 8. pp. 673-687
Glenn, R. Kemp and Nelson, H. Predoehl, 1981, “A Comparasion of Field and Laboratory
Environments on Asphalt Durability”, Proceeding Association of Asphalt
Paving Technology, Vol. 50. pp. 492-537. San Diego, California.
Halcrow & Association, 2001, “Quality Management System, Quality Manual ”, Direktorat
Jenderal Prasarana Wilayah, Jakarta.
Halcrow & Association, 2001, “Highway Construction Check List ”, Direktorat Jenderal
Prasarana Wilayah, Jakarta.
Millard, 1993, “Road Building in the Tropics”, TRL, London, UK.
Nyoman Suaryana, 2001, “Laporan Akhir Studi Pengkajian Spesifikasi dan Pengendalian
Mutu Untuk Konstruksi Prasarana Jalan”, Pustran, Bandung.
Nyoman Suaryana, 2001, “Laporan Percobaan Penerapan Quality Assurance ISO-9000”,
P3JJ Propinsi Kalimantan Timur.
Nyoman Suaryana, 2002, “Laporan Akhir Studi Pengembangan Quality Assurance
Pelaksanaan Pembangunan Jalan Nasional dan Propinsi”, Pustran, Bandung.
Nyoman Suaryana, Anwar Yamin, Kurniadji, 2002, “Kesalahan kesalahan Umum dalam
Penerapan Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas”, KRTJ Ke-7, Bali.
Nevizond Chatab, 1997, “Mendokumentasi Sistem mutu ISO 9000”, ANDI, Yogyakarta.
Pustran, 1997, “Buku Kalibrasi Peralatan Konstruksi Jalan (Unit Asphalt Mixing Plant) ”,
Pustran, Bandung.
Richard Barret Clements, 1993, “Quality Manager’s, Complete Guide to ISO 9000”,
Prentice Hall, New Jersey