Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol. 3 No.

3 September 2020

ORIGINAL ARTICLE

Aktivitas berjalan meningkatkan bone mineral density pada


perempuan pascamenopause

Evita Peninta Dwi Savitri1, Elly Herwana2

ABSTRAK
LATAR BELAKANG 1 Program Studi Kedokteran,
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan rendahnya Fakultas Kedokteran Universitas
bone mineral density (BMD) disertai perubahan pada mikroarsitektur Trisakti, Indonesia
tulang. BMD yang rendah menandai adanya penurunan kepadatan pada 2 Departemen Farmakologi dan
tulang dan meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Penurunan kadar Farmasi Kedokteran, Fakultas
estrogen pada kondisi pascamenopause, gaya hidup yang meliputi aktivitas Kedokteran Universitas Trisakti,
fisik dan kebiasaan berjalan sangat berperanan dalam progresivitas Indonesia
osteoporosis. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan antara aktivitas
berjalan dengan kepadatan tulang pada perempuan pascamenopause. Korespondensi:
Elly Herwana
METODE Departemen Farmakologi dan
Penelitian analitik observasional dengan metode cross-sectional dilakukan Farmasi Kedokteran, Fakultas
pada perempuan pascamenopause berusia 45-70 tahun pada periode Kedokteran Universitas Trisakti,
Agustus-Oktober 2018. Penilaian aktivitas berjalan dilakukan dengan Indonesia
menggunakan kuesioner dan wawancara. Aktivitas berjalan dinilai dari Jalan Kyai Tapa Kampus B, Grogol,
jumlah langkah berjalan/hari yang dikonversikan dari jarak tempuh subjek Jakarta Barat 11440
berjalan kaki setiap harinya. Pengukuran BMD menggunakan calcaneal Email:
quantitative ultrasound (QUS), hasil pengukuran BMD membedakan elly.herwana@trisakti.ac.id
kepadatan tulang berdasarkan nilai-T. Analisis data dilakukan dengan uji
statistik Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0.05.

HASIL
Sebanyak 88 perempuan pascamenopause ikut berpartisipasi sebagai J Biomedika Kesehat 2020;3(3):119-
subjek penelitian dengan usia (rerata ± simpang baku) 57.91 ± 7.25 125
tahun. Distribusi aktivitas berjalan didapatkan 71 (80.7%) kurang DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.
aktif, 12 (13.6%) aktivitas sedang, dan 5 (5.7%) aktif. Distribusi hasil v3.119-125
penilaian kepadatan tulang didapatkan sebanyak 18 (20.5%) normal, 49
pISSN: 2621-539X / eISSN: 2621-5470
(55.75%) osteopenia dan 21 (23.9%) osteoporosis. Hasil analisis statistik
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas berjalan Artikel akses terbuka (open access) ini
dan kepadatan tulang pada perempuan pascamenopause (p=0.009). didistribusikan di bawah lisensi Creative
Commons Attribution 4.0 International
KESIMPULAN (CC-BY 4.0)
Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas berjalan dan
kepadatan tulang pada perempuan pascamenopause.

Kata kunci: aktivitas berjalan, kepadatan tulang, perempuan


pascamenopause

DOI: http://dx.doi.org/10.18051/JBiomedKes.2020.v3.119-125
119
Savitri, Herwana Aktivitas berjalan meningkatkan bone mineral density

ABSTRACT
Walking activity increases bone mineral density in postmenopausal women
BACKGROUND
Osteoporosis is a bone disease characterized by low bone mineral density (BMD) and deterioration of bone
microarchitecture. Low BMD indicates a decrease in bone density and an increased risk of fracture. Decrease in
postmenopausal estrogen levels, a lifestyle that includes physical activity and walking activity plays a major role
in the progression of osteoporosis. This study aimed to assess the relationship between walking activity and bone
density in postmenopausal women.

METHODS
An observational analytic study using a cross-sectional desain was conducted on postmenopausal women aged 45-
70 years in the period August-October 2018. Assessment of walking activities was carried out using questionnaires
and interviews. Walking activity was assessed by the number of steps walking/day which was converted from the
distance the subject walked on each day. Measurement of BMD calcaneal quantitative ultrasound (QUS), BMD
measurement results differentiate bone density based on the T-value. Data analysis was performed using the Chi
Square statistical test with a significance level of p <0.05.

RESULTS
A total of 88 postmenopausal women partisipated as study subject with an age (mean ± standard deviation) of
57.91 ± 7.25 years. The distribution of walking activities found 71 (80.7%) less active, 12 (13.6%) moderate
activity, and 5 (5.7%) active. The distribution of bone density assessment results showed that 18 (20.5%) normal,
49 (55.75%) osteopenia and 21 (23.9%) osteoporosis. The results of statistical analysis showed that there was a
significant relationship between walking activity and bone density in postmenopausal women (p=0.009).

CONCLUSION
There is a significant relation between walking activity and bone density in postmenopausal women.

Keywords: walking activity, bone density, postmenopausal women

PENDAHULUAN memiliki risiko terkena osteoporosis. Selain itu,


Epidemiologi osteoporosis di populasi risiko osteoporosis perempuan di Indonesia empat
Asia cenderung mengalami peningkatan sejalan kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.”(6)
dengan peningkatan populasi lanjut usia (lansia). Pembentukan tulang kembali (bone
Cina sebagai negara dengan penduduk terbesar, remodeling) merupakan proses aktif yang
diperkirakan populasi lansia akan mencapai 400 berlangsung seumur hidup, meliputi proses
juta pada tahun 2050 dengan insiden osteoporosis resorpsi dan formasi tulang yang melibatkan
mendekati 30% dari jumlah penduduknya.(1) peran sel tulang osteoklas dan osteoblas.
Hasil survei di Amerika pada periode 2005- Ketidakseimbangan pembentukan tulang kembali
2010, sebanyak 99 juta didapatkan osteopenia yang disertai peningkatan resorpsi dan penurunan
dan osteoporosis dan 10.3% di antaranya adalah formasi tulang berakibat terjadinya defisit massa
osteoporosis.(2) Osteoporosis yang ditandai tulang dan menyebabkan terjadinya osteoporosis
dengan bone mineral density (BMD) yang dan dampak dari osteoporosis adalah rendahnya
rendah meningkatkan risiko fraktur, sekitar 50% massa tulang sehingga tulang menjadi rapuh
perempuan dan 20% laki-laki berusia di atas 50 dan mudah patah.(7) Faktor risiko osteoporosis
tahun mengalami fraktur yang berkaitan dengan dibedakan atas faktor yang dapat dimodifikasi dan
osteoporosis.(3) tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak
Osteoporosis merupakan penyakit tidak dapat dimodifikasi adalah genetik, pertambahan
menular yang memberikan dampak disabilitas umur, jenis kelamin, serta penurunan estrogen
dan fatalitas yang cukup tinggi.(4) Data World pascamenopause. Sedangkan faktor risiko
Health Organization (WHO) pada tahun 2009 yang dapat dimodifikasi antara lain kurangnya
menyatakan “osteoporosis menduduki peringkat melakukan aktivitas fisik, asupan makronutrien
kedua setelah penyakit jantung sebagai masalah dan mikronutrien yang dapat mempengaruhi
kesehatan utama dunia.”(5) Sedangkan menurut homeostasis mineral tulang. Mikronutrien yang
International Osteoporosis Foundation (IOF) paling berperan pada homeostasis mineral tulang
menunjukkan bahwa “satu dari empat perempuan adalah kalsium dan vitamin D.(8) Penggunaan obat
di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun kortikosteroid jangka panjang, merokok, asupan

120
J Biomedika Kesehat Vol. 3 No. 3 September 2020

alkohol dan kafein juga menjadi faktor yang Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik
memudahkan terjadinya osteoporosis.(9) consecutive non random sampling. Kriteria inklusi
Kesehatan tulang ditentukan dari penelitian ini adalah perempuan berusia 45-70
kepadatan tulang dan kualitas tulang. Kepadatan tahun, telah mengalami menopause (henti haid)
tulang menunjukkan jumlah gram mineral per selama satu tahun atau lebih, mampu berjalan
volume tulang, yang dapat dinilai dengan BMD. dan berkomunikasi, bersedia berpartisipasi, dan
Sedangkan kualitas tulang berkaitan dengan menandatangani informed concent. Kriteria
struktur, penghancuran, dan pembentukan eksklusi penelitian ini adalah perempuan
tulang kembali.(10) Hasil pengukuran kepadatan menopause non-alamiah (akibat pengangkatan
tulang dengan BMD, membedakan individu rahim, penyakit, obat-obatan), mempunyai
dengan kepadatan tulang normal, osteopenia riwayat penyakit keganasan, mengonsumsi obat/
dan osteoporosis berdasarkan nilai-T sebagai suplemen yang dapat memengaruhi metabolisme
parameter.(2) tulang (kortikosteroid jangka panjang, kalsium,
Beberapa studi telah dilakukan untuk vitamin D, dan isoflavon).
menilai hubungan antara aktivitas fisik dan BMD Perhitungan jumlah sampel dilakukan
namun belum memberikan hasil yang konklusif dengan menggunakan rumus perbedaan proporsi.
karena dipengaruhi oleh jenis aktivitas, frekuensi, Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
dan durasi aktivitas fisik yang dilakukan.(11)
N= Zα2 (p x q)/ d2
Terdapat penelitan yang melaporkan bahwa
aktivitas berjalan kurang memberikan beban
gravitasi pada tulang rangka, sehingga kurang Data prevalensi perempuan pascamenopause
efektif dalam pencegahan osteoporosis.(12) dengan osteoporosis di Indonesia yaitu sebesar
Aktivitas fisik yang lebih kuat seperti aerobik 32.2%, dengan tingkat kemaknaan sebesar
dengan beban, atau latihan yang menggetarkan 95%. Maka didapati perhitungan jumlah sampel
tubuh (whole body vibration) lebih efektif sebanyak 336 subjek penelitian. Pencatatan data
untuk mencegah osteoporosis.(12) Penelitian untuk jumlah perempuan pascamenopause di
lainnya melaporkan bahwa selain sebagai efek kelurahanTomang, Jakarta Barat yaitu terdapat
stimulasi pembentukan tulang (osteoanabolik), 100 orang, dengan menambahkan perhitungan
aktivitas fisik juga bermanfaat meningkatkan dropout sebesar 15%, maka jumlah sampel yang
kekuatan otot dan keseimbangan tubuh sehingga dibutuhkan yaitu sebanyak 88 subjek.
mencegah jatuh dan mengurangi risiko fraktur. Penilaian untuk aktivitas berjalan
(13)
Kemampuan otot yang baik dapat membantu diperoleh melalui pengisian kuesioner disertai
menyeimbangkan pergerakkan tubuh, karena wawancara pada subjek. Aktivitas berjalan dinilai
mampu menopang tubuh agar tidak mudah dengan menghitung jumlah langkah berjalan yang
jatuh. Wanita pascamenopause yang kurang aktif dikonversi dari jarak tempuh subjek berjalan
mudah mengalami kejadian atrofi otot, sehingga sehari-hari yang menjadi kebiasaan hidupnya.
menyebabkan gangguan pergerakan, dan kurang Evaluasi aktivitas berjalan dilakukan untuk tujuh
mandiri karena kesulitan berdiri, risiko jatuh besar hari meliputi hari kerja dan hari libur, lalu dihitung
dan gerakan tubuh lambat. Penelitian ini bertujuan rerata per hari. Jarak tempuh diperhitungkan
untuk menilai hubungan antara aktivitas berjalan dalam meter, kemudian dikonversikan sebagai 3
dan BMD pada perempuan pascamenopause. langkah/meter sehingga didapatkan total jumlah
langkah/hari. Berdasarkan jumlah langkah/hari,
METODE subjek dibedakan atas 3 kategori yaitu aktivitas
Penelitian ini merupakan studi analitik berjalan kurang apabila nilainya <7.500 langkah/
observasional dengan desain potong lintang hari, sedang untuk 7.500-10.000 langkah/hari, dan
(cross sectional). Penelitian ini dilaksanakan di aktif untuk nilai >10.000 langkah/hari.
wilayah Kelurahan Tomang, Jakarta Barat. Subjek Kepadatan tulang dari setiap subjek
penelitian ini adalah perempuan pascamenopause dinilai menggunakan alat calcaneal quantitative
yang tinggal di kelurahan Tomang, Jakarta ultrasound (QUS), yang dalam penggunaannya
Barat pada bulan Agustus-Oktober 2018. dibantu oleh tenaga ahli yang berkompeten.

121
Savitri, Herwana Aktivitas berjalan meningkatkan bone mineral density

Kepadatan tulang diukur dinyatakan dengan dengan batasan titik potong lima tahun atas
nilai-T untuk menetapkan kategorinya. pertimbangan bahwa lima tahun awal menopause
Selanjutnya subjek penelitian dikelompokkan mempunyai karakteristik gejala dan dampak
menjadi 3 kategori yaitu kepadatan tulang normal osteoporosis pascamenopause yang berbeda
bilamana nilai-T ≥-1 SD, osteopenia dengan dengan lebih dari 5 tahun pascamenopause.
nilai-T antara -1 sampai -2.5 (nilai-T>-1 - >-2.5) (14)
Distribusi jumlah subjek berdasarkan lama
SD dan osteoporosis dengan nilai-T ≤2.5 SD. menopause menunjukkan jumlah yang seimbang.
Analisis statistik mengunakakan uji Chi Tampak kecenderungan peningkatan proporsi
Square dan uji Fisher dengan batas kemaknaan osteoporosis sejalan dengan pertambahan usia dan
sebesar p<0.05 digunakan untuk menilai lama menopause. Hasil analisis hubungan antara
hubungan antara aktivitas berjalan dengan BMD lama menopause dan kepadatan tulang dengan uji
pada perempuan pascamenopause. Penelitian ini Chi Square menunjukkan adanya perbedaan yang
telah lulus kaji etik dari Komisi Etik Penelitian bermakna untuk lama menopause kurang dari lima
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dengan tahun dan sesudah lima tahun. (Tabel 2)
Nomor 76/KER-FK/VIII/2018. Analisis hubungan aktivitas berjalan dan
kepadatan tulang menggunakan uji Fisher dengan
HASIL dua kelompok kategori yaitu aktivitas berjalan
Sebanyak 88 subjek perempuan kurang aktif dan aktif dengan titik potong 7500
pascamenopause usia 45-70 tahun telah langkah/hari. Sementara kepadatan tulang menjadi
berpartisipasi dalam penelitian ini. Usia subjek kategori tidak osteoporosis dan osteoporosis
paling muda adalah 45 tahun dan usia paling tua dengan titik potong T-score 2.5. Hasil analisis
adalah 70 tahun dan rerata usia ± simpang baku uji Fisher didapatkan hubungan yang bermakna
adalah 57.91 ± 7.25 tahun. Distribusi karakteristik antara aktivitas berjalan dan kepadatan tulang.
subjek studi dapat dilihat pada Tabel 1. (Tabel 2)

Tabel 1. Distribusi karakteristik subjek penelitian


(n=88) PEMBAHASAN
Karakteristik Hasil pengukuran BMD pada penelitian
Rerata ± SD n (%)
responden ini didapatkan frekuensi terbanyak adalah
Usia(tahun) 57.91 ± 7.25 perempuan pascamenopause dengan osteopenia
Lama menopause yang meliputi lebih dari seperuh (55.7%)
1-5 tahun 43 (48.9)
>5 tahun 45 (51.1) subjek. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Jumlah langkah/hari beberapa penelitan yang menunjukkan hasil yang
Kurang (<7500) 71 (80.7) serupa, yaitu bahwa osteopenia meliputi sekitar
Sedang (7500-10.000) 12 (13.6) separuh dari disrtibusi BMD pada perempuan
Aktif (>10.000) 5 (5.7)
Kepadatan tulang pascamenopause.(2,14) Perempuan pascamenopause
Normal (≥-1SD) 18 (20.5) dengan osteoporosis pada penelitian ini didapatkan
Osteopenia (-1>- >-2.5 49 (55.7) sebanyak 21 (23.9%), data ini sesuai dengan
SD)
Osteoporosis (≤-2.5 SD) 21 (23.9) prevalensi osteoporosis di Indonesia sebagaimana
n=frekuensi; %= persentase dilaporkan dari pusat data dan informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Distribusi aktivitas berjalan subjek Proporsi osteoporosis didapatkan satu dari empat
terbanyak adalah dari kelompok kurang dan perempuan di atas usia 50 tahun, prevalensi
meliputi 80.7% dari subjek dan hanya 5.7% osteoporosis juga dilaporkan meningkat sejalan
yang tergolong aktif. Hasil pengukuran BMD dengan pertambahan usia dan meningkat menjadi
menunjukkan distribusi kepadatan tulang lebih dari 50% pada usia 75-80 tahun.(6) Penelitian
terbanyak adalah kelompok osteopenia yang sebelumnya mendapatkan bahwa peningkatan
meliputi lebih dari separuh subjek (55.7%) dan prevalensi osteoporosis pascamenopause berkaitan
hanya 20.5% menunjukkan BMD normal. (Tabel dengan penurunan kadar estrogen.(7,15) Pada masa
1) transisi menopause, perempuan kehilangan sekitar
Lama menopause subjek dikategorikan 10% BMD dan sekitar separuh di antaranya terjadi

122
J Biomedika Kesehat Vol. 3 No. 3 September 2020

Tabel 2 . Hubungan antara lama menopause dan aktivitas berjalan dengan kepadatan tulang (n=88)
Kepadatan Tulang
Variabel p value
Normal Osteopenia Osteoporosis
n (%) n (%) n (%)
Lama menopause
1-5 tahun 14 (32.6) 26 (60.5) 3 (7.0) 0.00*
>5 tahun 4 (8.9) 23 (51.1) 18 (40.0)
Aktivitas berjalan
Kurang 1 48 21 0.009**
Sedang 12 1 0
Aktif 5 0 0
*
Uji Chi Square, p< 0.05 berbeda bermakna; **Uji Fisher, p<0.05, berbeda bermakna

percepatan penurunan BMD pada 5-6 tahun kolum femoris tetapi tidak untuk BMD vertebra
pascamenopause.(16) Hasil penelitian lain juga pada permpuan pascamenopause. Kombinasi
menunjukkan terjadinya tendensi peningkatan program latihan kombinasi dengan aerobik
proporsi osteoporosis sejalan dengan pertambahan dan dampak lebih direkomendasikan untuk
usia.(14) Hasil penelitian ini menunjukkan tendensi meningkatkan BMD vertebra.(13) Penelitan lainnya
peningkatan proporsi osteoporosis sejalan dengan juga melaporkan bahwa aktivitas berjalan tidak
pertambahan usia, terdapat perbedaan yang memberikan efek bermakna pada BMD di vertebra,
bermakna antara lama menopause dan BMD. radius, atau keseluruhan BMD pada perempuan
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perimenopause maupun pascamenopause, tetapi
hubungan bermakna antara aktivitas berjalan memberikan efek bermakna peningkatan BMD
dan BMD pada perempuan pascamenopause kolum femoris pada intervensi berjalan selama
(p=0.009). Banyak penelitian telah dilakukan 6 bulan.(19) Penelitian serupa melaporkan bahwa
untuk menilai hubungan antara aktivitas fisik dan aktivitas berjalan memberikan efek perubahan
BMD, namun hasilnya sangat bervariasi karena yang terbatas terhadap BMD, aktivitas fisik
sangat dipengaruhi oleh jenis aktivitas, frekuensi dengan beban dan dampak memberikan perubahan
dan durasi aktivitas fisik yang dilakukan.(12,13,17,18) BMD yang lebih besar.(20) Studi lainnya dengan
Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa atlit meta-analisis mendapatkan bahwa aktivitas fisik
renang dan pesepeda menunjukkan BMD yang menunjukkan perbedaan yang bermakna pada
lebih rendah daripada atlit olah raga repetitif BMD kolum femoris dan BMD vertebra pada
yang menggunakan beban berat badan seperti perempuan pascamenopause.(10)
aerobik. Aktivitas fisik tanpa beban berat badan Penelitian ini menilai hubungan aktivitas
(non-weight bearing sports) memperkuat otot berjalan terhadap BMD berdasarkan kebiasaan
tetapi tidak memberikan kekuatan dampak berjalan berdasarkan kegiatan yang dilakukan
(impact), hal ini menandai bahwa dampak beban setiap hari dan bukan sebagai olah raga. Aktivitas
gravitasi lebih berperan untuk stimulasi tulang.(12) berjalan yang dilakukan sebagai kebiasaan rutin
Olahraga dengan beban berat badan menunjukkan ternyata menunjukkan perbedaan yang bermakna
peningkatan kepadatan tulang di area kortikal dan pada BMD yang dilakukan di tulang tumit dengan
kolum femoris. Penelitian lainnya menunjukkan calcaneal quantitative ultrasound (QUS) BMD.
aktivitas fisik tingkat tinggi pada atlit perempuan Sebagian besar penelitian menilai
yang dilakukan di masa muda berhubungan kepadatan tulang menggunakan dual-energy
dengan peningkatan massa otot dan BMD serta X-ray absorptiometry (DXA), sehingga dapat
bermanfaat mencegah kehilangan massa tulang memberikan gambaran BMD yang menyeluruh
yang berkaitan dengan pertambahan usia.(18) meliputi nilai-T pada kolum femoris, vertebra dan
Hasil penelitian ini mendapatkan radius. Penelitian ini memiliki keterbatasan karena
subjek kelompok aktif dalam aktivitas berjalan menggunakan QUS yang hanya memberikan
berhubungan dengan BMD yang lebih tinggi. gambaran nilai-T pada tulang rumit. Meskipun
Aktivitas berjalan dapat meningkatkan BMD demikian, terdapat penelitian yang melaporkan

123
Savitri, Herwana Aktivitas berjalan meningkatkan bone mineral density

bahwa QUS menunjukkan sensitivitas yang tinggi RI. Data dan Kondisi Penyakit Osteoporosis di
untuk mendeteksi BMD yang rendah dibandingkan Indonesia [Internet]. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2015.
pemeriksaan dengan DXA, sehingga dapat Available from: https://www.kemkes.go.id/
digunakan untuk mendeteksi peningkatan risiko resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
osteoporosis.pdf
osteoporosis.(21) 7. Gallangher JC, Tella SH. Prevention and
Banyak penelitian telah dilakukan untuk treatment of postmenopausal osteoporosis. J
menemukan mekanisme seluler tentang pengaruh Steroid Biochem Mol Biol. 2014;142:155–70.
doi:10.1016/j.jsbmb.2013.09.008
aktifitas fisik terhadap BMD.(22) Banyak teori 8. Chiodini I, Bolland MJ. Calcium supplementation
dikemukakan mengenai keterlibatan sel osteosit, in osteoporosis: useful or harmful? Eur J
Endocrinol. 2018;178:D13–D25. doi:10.1530/
stimulasi osteoblas dalam remodeling tulang, EJE-18-0113
namun hasilnya belum konklusif sehingga 9. Quesada Gómez JM, Blanch Rubió J, Díaz Curiel
diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat M, Díez Pérez A. Calcium citrate and vitamin D in
the treatment of osteoporosis. Clin Drug Investig.
menjelaskan patofisiologi osteoseluler yang 2011;31(5):285-98. doi: 10.1007/BF03256927
terjadi pada osteoporosis.(17,22) 10. Kelley GA, Kelley KS, Kohrt WM. Exercise
and bone mineral density in premenopausal
women: a meta – analysis of randomized
KESIMPULAN controlled trials. Internl J Endocrinol.
2013:741639 ID Article741639. 16 pages. doi:
Terdapat hubungan yang bermakna antara 741639/2013/1155.10/org.d
antara aktivitas berjalan dan kepadatan tulang 11. Benedetti MG, Furlini G, Zati A et al. The
pada perempuan pascamenopause. Effectiveness of Physical Exercise on Bone
Density in Osteoporotic Patients. Biomed
Res Int. 2018. Article ID 4840531, 10 pages.
UCAPAN TERIMA KASIH doi:10.1155/2018/4840531
12. Gómez-Cabello A, Ara I, González-Agüero A,
Ucapan terima kasih kepada perempuan et al. Effects of training on bone mass in older
pascamenopause yang telah bersedia untuk adults: a systematic review. Sports Med. 2012
Apr 1;42(4):301-25. doi: 10.2165/11597670-
berpartisipasi sebagai subjek penelitian dan 000000000-00000
kepada pimpinan kelurahan Tomang beserta 13. Moreira LD, Oliveira ML, Lirani-Galvão AP, et
jajarannya yang telah memfasilitasi pelaksanaan al. Physical exercise and osteoporosis: effects of
different types of exercises on bone and physical
penelitian ini. function of postmenopausal women. Arq Bras
Endocrinol Metabol. 2014 Jul;58(5):514-22. doi:
10.1590/0004-2730000003374. PMID: 25166042
KONFLIK KEPENTINGAN 14. Kaushal N , Vohora D, Jalali RK, et al. Prevalence
Semua peneliti tidak memiliki konflik of osteoporosis and osteopenia in an apparently
healthy Indian population - a cross-sectional
kepentingan terhadap hasil penelitian ini retrospective study. Osteoporos Sarcopenia.
2018;4: 53-60. doi.org/10.1016/j.afos.2018.04.002
15. Iqbal J, Zaidi M. Understanding Estrogen
REFERENSI Action during Menopause. Endocrinology
1. Cheung EYN, Tan KCB, Cheung CL, et 2009;150:3443–45. doi: 10.1210/en.2009-0449
al.Osteoporosis in East Asia: Current issues 16. Ji MX, Yu Q. Primary osteoporosis in
in assessment and management. Osteoporos postmenopausal women.   Chronic Dis
Sarcopenia. 2016;2:118-33. doi:10.1016/j. Transl Med.  2015;1:9-13. doi:10.1016/j.
afos.2016.07.001 cdtm.2015.02.006
2. Wright NC, Looker AC, Saag KG, et al. The 17. Nikander R, Kannus P, Dastidar P, et al. Targeted
Recent Prevalence of Osteoporosis and Low Bone exercises against hip fragility. Osteoporos Int.
Mass in the United States Based on Bone Mineral 2009 Aug;20(8):1321-8. doi: 10.1007/s00198-
Density at the Femoral Neck or Lumbar Spine. J 008-0785-x
Bone Miner Res. 2014;29:2520–6. doi:10.1002/ 18. Andreoli A, Celi M , Volpe SL , et al. Long-term
jbmr.2269 effect of exercise on bone mineral density and body
3. Coughlan T, Dockery F. Osteoporosis and fracture composition in post-menopausal ex-elite athletes:
risk in older people. Clin Med. 2014;14:187–91. a retrospective study. Eur J Clin Nutr. 2012;66:69-
doi: 10.7861/clinmedicine.14-2-187 74. doi:10.1038/ejcn.2011.104
4. Amiri AM, Hosseini SR, Rahmaninia F, et al. 19. Ma D, Wu L, He Z. Effects of walking on
Relationship between Bone Mineral Density the preservation of bone mineral density in
and Physical Activity Level in the Elderly. Ann perimenopausal and postmenopausal women:
Appl Sport Sci. 2015;3(2):23-32. doi: 10.18869/ a systematic review and meta-analysis.
acadpub.aassjournal.3.2.23 Menopause. 2013;20:1216-26. doi: 10.1097/
5. Carter MI, Hinton PS. Physical activity and bone gme.000000000000010
health. Mo Med. 2014 Jan-Feb;111(1):59-64. 20. Bolam KA, van Uffelen JGZ, Taaffe DR. The
PMID: 24645301; PMCID: PMC6179512 effect of physical exercise on bone density in
6. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan middle-aged and older men: A systematic review.

124
J Biomedika Kesehat Vol. 3 No. 3 September 2020

Osteoporos Int. 2013;24:2749-62.   doi: 10.1007/


s00198-013-2346-1
21. Boban A, Zupancic Salek S, Kastelan D, et al.
Quantitative ultrasound and dual energy X-ray
absorptiometry in the assessment of osteoporosis
in patients with haemophilia. Haemophilia. 2014
Nov;20(6):e420-2. doi: 10.1111/hae.12529
22. Tobeiha M, Moghadasian MH, Amin N, et al.
RANKL/RANK/OPG Pathway: A Mechanism
Involved in Exercise-Induced Bone Remodeling.
Biomed Res Int. 2020 Feb 19;2020:6910312. doi:
10.1155/2020/6910312

125

Anda mungkin juga menyukai