Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

REVIEW KESELURUHAN MATERI PANCASILA


SEMESTER GANJIL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila


Dosen pengampu : Abdul Lathif Anshori, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Aisyah Noer
(210401110124)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021

1
KATA PENGANTAR

‫ﺻَﺤﺎِﺑِﮫ أ َْﺟَﻤِﻌْﯿَﻦ‬
ْ َ ‫ﻋﻠَﻰ آ َِﻟِﮫ َوأ‬ ِ ‫ﻋﻠﻰ ا َْﺷَﺮ‬
َ ‫ف اﻻَﻧِﺒﯿَﺎِء و اﻟُﻤْﺮ‬
َ ‫ﺳِﻠْﯿَﻦ َو‬ َ ‫ﺴﻼَُم‬
‫ﺼﻼَة ُ َواﻟ ﱠ‬ ِ ّ ‫ِ َر‬Qّ ِ ُ‫ا َْﻟَﺤْﻤﺪ‬
‫ب اﻟﻌَﺎﻟﻤﯿَﻦ َو اﻟ ﱠ‬

Puji syukur kehadirat Allah subhana wataa’lanatas segala rahmat dan petunjuknya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul teks akademik dan non
akademik.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak.Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan dan masukan
yang telah diberikan, pertama, Abdul Lathiev Anshori, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah
Pancasila yang telah berkenan meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan
bimbingan, motivasi dan pengarahan di dalam penyusunan makalah ini, kedua, Keluarga
besar teman-teman psikologi Angkatan 2021 kelas C, yang selalu bersemangat,
bekerjasama dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan mengharapkan kritik


dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang lainnya, khususnya
dunia Pendidikan, aamiin

1
DAFTAR ISI ...................................................................................................

KATA PENGANTAR II ................................................................................

DAFTAR ISI III..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Pancasila ....................................................


2.2 Hakikat Pancasila .....................................................................................
2.3 Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa Indonesia................................
2.4 Pancasila sebagai Sistem Filsafat .............................................................
2.5 Pancasila sebagai Ideologi Negara ...........................................................
2.6 Etika Politik Berdasarkan Pancasila dan Identitas Nasional ....................
2.7 Nilai-Nilai Pancasila serta Hak dan Kewajiban Asasi Manusia ...............
2.8 Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia ................
2.9 Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu .................................
2.10 Demokrasi dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia ............................
2.11 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan
Bernegara ..................................................................................................
2.12 Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus ....................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

ii
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia telah merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, lambat laun mulailah
dibentuk beberapa sistem pemerintahan salah satunya penentuan dasar bangsa
Indonesia, dari sidang BPUPKI pada tanggal 29 mei – 1 juni kemudian lahirlah
Pancasila sebagai dasar negara yangmana dengan hadirnya Pancasila bangsa
Indonesia bisa mengimplementasikan nilai-nilai dan kandungan yang ada di
dalamnya guna untuk mempertahankan perjuangan pendirian Indonesia dan
menjadikan bangsa Indonesia yang majemuk ini bersatu seperti semboyan bangsa
Indonesia yakni “ Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki makna berbeda-beda akan
tetapi tetap satu, seiring berjalannya waktu Pancasila hanyalah sebuah eksistensi
untuk dihafalkan, minim bangsa Indonesia yang memiliki pemahaman tentang nilai-
nilai Pancasila bahkan hanya sedikit yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
ke kehidupan sehari-hari, oleh karena itu guna mengembalikan pemahaman tentang
nilai-nilai Pancasila dan hakikat Pancasila maka dibuatlah makalah yang mencakup
beberapa permasalahan tentang hal tersebut.
RUMUSAN MASALAH
1.1.1 Apa itu Pancasila?
1.1.2 Apa hikmah dan kandungan dalam Pancasila?
1.1.3 Bagaimana Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila?

1.2 TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH


Tujuan dari pembahasan masalah ini adalah:
1.2.1 Menelaah penjelasan yang lebih dalam mengenai Pancasila.
1.2.2 Mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
1.2.3 Mendapatkan Informasi yang mampu memberikan pola fikir yang didasari
nilai-nilai Pancasila.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Pancasila

a. Definisi Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila adalah
pilar ideologis negara Indonesia. Nama pancasila ini terdiri dari dua kata
sansekerta. Panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Penetapan pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa
negara Indonesia adalah negara pancasila. Hal itu terkandung arti bahwa
negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam
seluruh perundang-undangan.

b. Fungsi Umum
- Pancasila sebagai Panduan Hidup Bangsa Indonesia.
- Pancasila sebagai Jiwa Bangsa.
- Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa.
- Pancasila sebagai Sumber Hukum.
- Pancasila sebagai Cita-cita Bangsa.

c. Fungsi Pokok
- Pancasila sebagai Pandangan Hidup.
- Pancasila sebagai Dasar Negara.

2
2.1 Hakikat Pancasila

a. Pengertian Hakikat Pancasila


Hakikat Pancasila adalah sesuatu yang terkandung dalam nilai-nilai yang
terdapat pada setiap sila Pancasila yang harus dijadikan sebab, sehingga
dijadikan sebagai dasar negara. Artinya, hakikat Pancasila membahas
mengenai apa sih yang membuat Pancasila dijadikan sebagai dasar negara
Indonesia. Pancasila sendiri terdiri dari kelima sila yang pada hakikatnya
setiap sila tersebut membentuk suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Jadi dapat
dikatakan jika sila-sila Pancasila terpisah-pisah atau tidak bulat dan utuh itu
tidak dapat disebut Pancasila.1

Berikut adalah macam hakikat Pancasila :

- Hakikat Pancasila sebagai dasar negara : pedoman hidup bangsa


Indonesia
- Hakikat Pancasila sebagai Identitas bangsa :nilai-nilai Pancasila
sebagai identitas otentik Indonesia
- Hakikat Pancasila sebagai tujuan negara : Kandungan nilai yang
terdapat pada Pancasila menjadi tujuan negara.
- Hakikat Pancasila sebagai janji luhur : Pancasila adalah hasil dari
BPUPKI yang diselenggarakan oleh tetua-tetua Indonesia yakni
pahlawan revolusi.
- Hakikat Pancasila sebagai kepribadian bangsa : pengimplementasia
nilai kandungan dalam Pancasila guna.2

1
Dwi, S., Triwahyuningsih, T., & Dikdik Baehaqi Arif, D. B. A. (2012). Identitas Nasional.
2
Nurwadani, P. (2016). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.

3
- Hakikat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa : Pedoman dan
norma perilaku bangsa Indonesia dikehidupan sehari-hari.

2.2 Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa Indonesia

a. PANCASILA PADA ERA PRA KEMERDEKAN

Pasca kemerdekaan, bangsa Indonesia merundingkan dasar negara agar bangsa


Indonesia mampu berdiri dan mempertahankan kemerdekaan yang telah
didapatkan oleh karena itu dilaksanakanlah sidang BPUPKI pada tanggal 29 mei-
1juni 1945 yang di hadiri beberapa mantan anggota PPKI dan para anggota
revolusi lainnya yang menjadi pencetus usulan Pancasila yakni Muhammad
Yamin, Prof.Dr.Soepomo, Ir.Soekarno. Pada penyampaian pidatonya Ir.Soekarno
memberikan pendapat agar Pancasila dijadikan sebagai falsafah dan pandangan
hidup bangsa Indonesia,pidato tersebut disampaikan dengan sangat baik dan
memberikan perbandingan dengan ideologi negara lai sehingga akhirnya diterima
secara aklamasi oleh BPUPKI

Setelah melakukan beberapa pertemuan yang berlangsung pada


tanggal 14-16 Juli 1945, Panitia Sembilan berhasil mendapatkan hasil
dari perumusan Pancasila yang kemudian dikenal dengan istilah
“Piagam Jakarta”.3 Isi dari piagam tersebut sebagai berikut.

1. Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalanan Syariat Islam bagi


Pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3
I.B. Brata, I.B.N. Wartha, Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia,
(Universitas Mahasaraswati Denpasar, 2017), 129-130

4
3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pada tanggal 18 Agustus 1945, pagi hari sebelum sidang


menetapkan Undang-Undang Dasar Negara, ada pendapat dari Maluku,
Sulawesi Utara, dan Bali (Sunda Kecil) agar mengganti rumusan sila
pertama yang berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha
Esa.4 Karena, pada dasarnya Indonesia adalah negara yang penduduknya
memiliki agama yang berbeda-beda. Maka dari itu, sila “Ketuhanan
Yang Maha Esa” dianggap lebih sesuai dan bisa dijadikan sebagai
tonggak toleransi antar umat beragama. Setelahnya pada masa awal
kemerdekaan Indonesia mengalami kestabilan dalam banyak bidang
terutama politik karena mengimplementasikan nila dan kandungan
Pancasila dalam segala bidang kehidupan.

2.3.1 PANCASILA PADA ERA ORDE LAMA

Indonesia menganut pemerintahan demokrasi terpimpin pada tahun


1959- 1965. Walaupun terdapat kata “demokrasi”, alih-alih berada pada
kekuasaan rakyat, pada kenyataannya demokrasi dipegang penuh oleh
Soekarno yang saat itu menjabat sebagai presiden. Mulai saat itulah awal
penyimpangan dan kemerosotan Pancasila terjadi hingga

4
Ibid., hlm. 131

5
mengakibatkan upaya-upaya penggantian Pancasila dengan ideologi
yang lain.5

2.3.2 PANCASILA PADA ERA ORDE BARU

Setelah Soekarno turun dari jabatannya sebagai presiden akibat


adanya peristiwa G30S/PKI, pemerintahan Indonesia pun turun ke
tangan Soeharto. Pada kepemimpinan Soeharto ini awalnya Pancasila
akan digaungkan kembali menjadi ideologi dan dasar falsafah bangsa
Indonesia. Sistem pemerintahan yang menjunjung tinggi asas
kekeluargaan dan gotong royong, yaitu sistem demokrasi Pancasila,
merupakan bentuk perwujudan dari tekad masa orde baru dalam
mempertahankan eksistensi Pancasila (Muh, Arif Candra Jaya: 2012).
Satu contoh yang dianggap dapat menggambarkan kenyataan politik
orde baru yaitu rezim otoriter birokratis, yang melenceng jauh dari nilai-
nilai luhur Pancasila. Dalam masa pemerintahan ini, keputusan dibuat
sacara sederhana, tepat, tidak bertele-tele, efisien, dan tidak
memungkinkan adanya proses tawar-menawaryang lama (Andrew
Shandy Utama dan Sandra Dewi: 2018).6

2.3.3 PANCASILA PADA ERA REFORMASI

Pada saat masa reformasi, pancasila yang pada masa sebelumnya


telah disalah artikan dan disalah gunakan sebagai ala legitimasi politik
mulai dikembalikan pada arti, kedudukan dan fungsi yang sebenarnya.
Masa reformasi ini berawal dari mundurnya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden
B.J Habibie. Pergantian ini terjadi pada saat hancurnya ekonomi

5
S.L. Apriliani, D.A. Dewi, Menyingkap Perkembangan Pengimplementasian Pancasila dari Masa ke
Masa, (UPI, 2021), 25
6
S.L. Apriliani, D.A. Dewi, Menyingkap Perkembangan Pengimplementasian Pancasila dari
Masa ke Masa, (UPI, 2021), 26

6
nasional, sehingga muncullah gerakan yang dipelopori oleh mahasiswa,
cendekiawan dan masyarakat yang menuntut adanya reformasi disegala
bidang, terutama di bidang hukum, polotik, ekonomi dan
pembangunan.7

2.4 Pancasila sebagai Sistem Filsafat

a. Pengertian Filsafat Pancasila

Filsafat berasal dari Bahasa Yunani yakni philosophia yang terdiri


dari kata phile yang artinya cinta dan shopia yang artinya
kebijakan.filsafar berarti Hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh
akan kebenaran sejati.8

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan


pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu
tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).9

2.4.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

7
A.S. Utama, S. Dewi, Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia serta Perkembangan Ideologi
Pancasila pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi, (Universitas Lancang Kuning)
8
Safitri, R. (n.d., h. 3).
9
Safitri, R. (n.d., h. 5).

7
Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan system yang bulat dan utuh,
dengan kata lain apabila diantara satu sila dengan sila yang lainnya tidak
ada kesinambungan atau satu keutuhan yakni terpisah-pisah maka hal
tersebut bukan eksistensi Pancasila.

a. Objek Filsafat Pancasila

Ditinjau dari segi objektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau
dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan
seterusnya. Ruang lingkup obyek filsafat :

a. Obyek material

b. Obyek formal Lebih jauh

E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy


(1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara
tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter
(materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan
antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause
(sebabsebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba
tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).

b. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistimologis, Aksiologis

- Dasar Ontologis (Hakikat Manusia)

Sila–sila Pancasila Manusia sebagai pendukung pokok sila–


sila pancasil secara ontologis memiliki hal–hal yang mutlak,
yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan
rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial, serta keddukan kodrat manusia sebagai

8
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan
yang maha esa. Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan
inilah maka secara hierarkis sila pertama Ketuhanan yang Maha
Esa mendasari dan menjiwai keempat sila–sila pancasila yang
lainnya

- Dasar Epistemologis (Pengetahuan)

Sila–sila Pancasila Sebagai suatu ideologi maka pancasila


memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dan
pendukungnya yaitu :

a. Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya.

b. Pathos yaitu penghayatannya.

c. Ethos yaitu kesusilaannya. 10

- Dasar Aksiologis

Pancasila Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang


mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Yakni bagaimana bangsa Indonesia mengiplementasikan nilai
dan kandungan Pancasila didalam kehidupan sehari-hari.

2.5 Pancasila sebagai Ideologi Negara

a. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

10
Wibisono. (1996). Dalam Astawa, I. P. A. (2021, h. 16).

9
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari 2
kata, idea dan logos. Idea berarti ide, gagasan, buah pikir, atau konsep.
Sedangkan logos berarti hasil pemikiran. Jadi berdasarkan bahasa,
ideologi adalah ilmu yang mencakup ilmu kajian asal mula, juga
hakikat buah pikir atau gagasan. Ideologi digunakan sebagai sebuah
identitas bangsa, secara kognitif fungsi ideologi adalah sebagai sebuah
landasan bagi suatu bangsa dalam berkehidupan dunia, diluar
Pancasila ada beberapa ideologi yang dianut oleh negara lain, yakni :
- Liberalisme
- Kapitalisme
- Fasisme11
Indonesia memiliki ideologi tersendiri yakni Pancasila, Adapun nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam
mencapai cita-cita yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan
bernegara, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang
berupa kesepakatan Bersama, dan menjadi sarana pemersatu bangsa.
Peran Pancasila sebagai ideologi negara memberi bimbingan kepada
masyarakat Indenoseia dalam menentukan kepribadian, nilai-nilai
yang terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi pedoman
bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat serta bernegara.12
b. Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara

a. Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka


terhadap pengaruh timbal balik.
b. Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat
dalam berbagai kelompok dengan pluralisme etnis dan
religius.

11
Ahmad. (t.thn.). Arti dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Gramedia Blog.
12
Ristekdikti. (2016). Pendidikan Pancasila.

10
c. Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang
berbeda bekerja sama dan bersaing sehingga tidak ada satu
pun ideologi yang dominan.
d. Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara
utuh, tetapi tetap bersifat plural dan heterogen.
e. Nilai-nilai hak asasi manusia (HAM), kebebasan, demokrasi
menjadi nilai-nilai yang dihayati bersama, tetapi dengan
interpretasi yang berbeda-beda.

2.6 Etika Politik Berdasarkan Pancasila dan Identitas Nasional

a. Secara etimologi, “politik” berasal dari bahasa Yunani polis yang berarti
kota yang memiliki makna kota dengan berstatus negara kota. Pada
dasarnya, politik adalah sesuatu yang menggejala dan erat kaitannya dengan
manusia dimana dalam kodratnya senantiasa hidup bermasyarakat. dalam
perspektif etika politik, insan mempunyai dimensi politis. Dimensi politis
insan, bisa dikaji menurut 3 hal. Pertama, insan menjadi makhluk sosial.
Kedua, insan menggunakan dimensi kesosialannya. Ketiga, dimensi politis
kehidupan insan.
Selanjutnya adalah etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Etika pada umumnya dimengerti
sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau
buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma
dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut moralitas atau
etika.13
2.7 Nilai-Nilai Pancasila serta Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

13
(Sastrapratedja, 2002: 81).

11
a. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila merupakan dasar hukum negara dan berfungsi sebagai
suatu tatanan nilai, nilai-nilai Pancasila yaitu sebuah nilai yang harus
diimplementasikan ke dalam norma, pengembangan moral, aturan
hukum, dan kehidupan bangsa. Sehingga dapat disimpulkan, Bangsa
Indonesia telah memiliki dasar falsafah yang sangat kuat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berikut
implementasi lima butir nilai-nilai Pancasila.

b. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia


Secara hakikat Hak dan Kewajiban Asasi Manusia diartikan sebagai
dua aspek yang memiliki relasi sebab-akibat dalam tataran praktis atas
keseluruhan upaya dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Seseorang
dapat mendapatkan haknya ketika telah memenuhi kewajibannya. Hak
orang lain adalah kewajiban bagi pihak lain untuk menghormatinya.14
c. Perkembangan HAM di Indonesia

1. Periode sebelum Kemerdekaan (1908-1945). Pemikiran


HAM pada masa sebelum kemerdekaan dapat dilihat dalam
sejarah kemunculan organisasi. Pergerakan Nasional Budi
Utomo (1908), Sarekat Islam (1911), Indische Partij
(1912), Perhimpunan Indonesia (1925), Partai Nasional
Indonesia (1927).

2. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang). Perdebatan


tentang HAM berlanjut sampai periode pasca kemerdekaan

14
Bakri, B. (2019). Relasi hak dan kewajiban asasi manusia: upaya penciptaan harmoni dalam kehidupan
bernegara. Jurnal Ketatanegaraan, 111-124.

12
d. Hak dan Kewajban Asasi dalam Konstitusi Negara RI
Menurut Montesquieu negara yang paling baik adalah negara
hukum sebab dalam konstitusi di banyak negara hukum
terkandung tiga inti pokok, yaitu:
1. Perlindungan HAM.
2. Ditetapkannya kenegaraan suatu Negara, dan
3. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara.
Dalam UUD 1945 yang diamandemen, HAM secara khusus
diatur dalam Bab XA, mulai pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
2.8 Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia

a. Pembukaan UUD 1945 dalam Konteks Ketatanegaraan Republik


Indonesia
Indonesia merupakan negara demokrasi yang berdasarkan atas
hukum, oleh karena itu dalam segala aspek pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara diatur dalam system peraturan perundang –
undangan. Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945,
yang dalam konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang
sangat penting karena merupakan suatu staasfundamentalnorm dan
berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di Indonesia.
Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan
tertib hukum di Indonesia. Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber
dari segala sumber hukum di Indonesia, sesuai dengan yang tercantum
dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.

13
Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di Indonesia
harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya
terkandung dasar filsafat Indonesia. 15
b. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945
UUD 1945 mempunyai kesinambunganpokok-pokok pemikiran antara
satu bagan dengan bagan yang lainnya, seperti pembukaan UUD 1945
yang memuat falsafah Pancasila dengan batang tubuh UUD 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.

c. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945


Sesuai dengan UU No.12 /2011, pasal 2 menyatakan bahwa Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Semua hukum negara
harus menggunakan Pancasila sebagai sumber materinya . Pada pasal 2
UU No 12 menyatakan bahwa semua penyusunan materi dalam suatu
peraturan harus menjadikan pancasila sebagai sumbernya. Tentunya
sumber Undnag- Undang Dasar 1945 berasal dari Pancasila. 16

d. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17


Agustus 1945

proklamasi memiliki arti penting dari segi hukum. Dengan


proklamasi, berarti bangsa Indonesia telah menghapus tata hukum
kolonial dan menggantinya dengan tata hukum milik Indonesia sendiri.
Hal tersebut terlihat dari dua paragraf yang disampaikan Sukarno pada 17
Agustus 1945. Paragraf pertama proklamasi berisi penyataan Indonesia
telah menjadi sebuah negara merdeka. Sedang paragraf setelahnya berisi
tentang apa-apa saja yang akan dilakukan negara yang baru merdeka
tersebut setelah menyatakan kemerdekaannya.

15
Dosen Pendidikan, “Pancasila Dalam Konteks Katatanegaraan.”
16
Kaderi Alwi, H.M. (2015). Pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi.

14
2.9 Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

a. NILAI KETUHANAN
Sila yang pertama yakni ketuhanan Yang Maha Esa, mengimplementasikan
bahwa ilmu pengetahuan harus tetap menjaga perimbangan antara rasional an
irasional, perimbangan antara akal, rasa, dan kehendak. Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan,
dibuktikan, dan diciptakan, tetapi juga harus mempertimbangkan maksud dan
akibatnya apakah merugikan manusia dan sekitarnya.
Sila pertama ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai
sentral (pusat), melainkan sebagai bagisan yang sistematik daei alam yang
diolahnya. Ketuhanan dalam kerangka Pancasila mencerminkan komitmen
etis bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kehidupan politik-politik yang
berlandaskan nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang luhur.

b. NILAI KEMANUSIAAN

Pancasila merupakan dasar nilai pengembangan ilmu, yang berarti kelima


sila pancasila adalah pegangan serta pedoman dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti
kesadaran perilaku dan sikap sinkron dengan nilai-nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani masing-masing, dengan
memperlakukan sesuatu hal dengan sebagaimana mestinya, seperti memberi
arah serta mengendalikan ilmu pengetahuan, ilmu dikembalikan pada
kegunaanya ssemula yaitu kemanusiaan, idak hanya untuk kelompok atau
lapisan tertentu. Kemudian menyampaikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam menyebarkan ilmu wajib secara beradab, membangun ilmu
harus sesuai kepada usaha-usaha yaitu untuk mencapai kesejahteraan umat
manusia. Serta ilmu pengetahuan wajib diaabadikan untuk peningkatan harkat

15
dan prestise manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang
angkuh dan arogan akibat mempunyai ilmu pengetahuan.

c. NILAI PERSATUAN
Pengembangan ilmu harus berpedoman sesuai dengan nila-nilai Pancasila,
termasuk sila ketiga pancasila yaitu sila persatuan yang bisa kita gunakan sebagai
sarana untuk mengontrol serta mengendalikan kemajuan pengembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dikembangkan guna memperkuat rasa persatuan
serta kesatuan bangsa. Pengembangan ilmu pengetahuan bertujuan utuk
kesejahteraan umum manusia termasuk kesejahteraan bangsa Indonesia serta rasa
nasionalismenya. Pengembangan ilmu untuk mewujudkan negara persatuan itu
diperkuat menggunakan budaya gotong royong dalam kehidupan rakyat sipil serta
politik dengan terus menyebarkan penddidikan kewargaan yang dilandasi prinsip-
prinsip kehidupan publik yang lebih partisipatif dan non diskriminatif. Contoh
persoalan atau kebijakan yang berasal nilai persatuan sebagai dasar pengembangan
ilmu pengetahuan yaitu, meskipun memiliki banyak perbedaan bahasa, suku,
budaya, kepercayaan, serta warna kulit tetap harus saling toleransi antar sesama.
Di dalam sila ini menanamkan sifat persatuan untuk membangun kerukunan pada
masyarakat Indonesia.17

d. NILAI KERAKYATAN
Nilai kerakyatan mendasari pengembangan ilmu pengetahuan secara
demokratis, yang berarti setiap ilmuwan mempunyai kebebasan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Prinsip demokrasi ini menuntut adanya
pemerataan pendidikan kepada seluruh kalangan masyarakat karena pada
hakikatnyaa setiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa
terkecuali. Ilmuwan juga harus mempunyai sikap yang terbuka atau mampu

17
Kelompok 9. (2021, 1 November). Nilai persatuan dasar pengembangan ilmu. [video] Youube.
https://youtu.be/jTjyU2EowVs

16
menghargai dan menerima kritikan dari orang lain terhadap penemuannya. Sila
keempat ini memberikan arahan bahwa dalam pembentukan negara Indonesia
harus dari, oleh dan untuk semua rakyat. Setiap individu memiliki hak dan
kewajibannya terhadap negara. Selain itu, nilai kerakyatan juga memberikan
arahan yaitu manajemen keputusan berdasarkan musyawarah yang melibatkan
semua pihak tanpa adanya pemaksaan dan penuh kerelaan serta dapat
menghasilkan keputusan yang terbaik.

e. NILAI KEADILAN
Perkembangan ilmu pengetahuan harus mampu menjaga keseimbangan
keadilan dalam kehidupan sosial, baik hubungan manusia dengan penciptanya
maupun dengan sesama manusia. Keadilan sosial memberikan arahan agar tidak
terjadinya kesenjangan sosial dalam masyarakat. Nilai keadilan
mengimplementasikan pengembangan ilmu pengetahuan harus teraktualisasi dalam
pengelolaan kekayaan negara sebagai milik bersama bangsa Indonesia untuk
menciptakan kemakmuran rakyat serta mencegah terjadinya penguasaan kekayaan
oleh kelompok atau perorangan18
2.10 Demokrasi dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia

a. DEMOKRASI INDONESIA

Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan perubahan atas apa


yang terjadi di masa lampau, mengembalikan hak menentukan peminpin
kepada rakya, penguasa di bawah pengawasan rakyat. Dalamm sejarah
ketatanan republik indonesia yang telah lebih dari setengah abad,
perkembangan demokrasi mengalami fluktuasi (pasang surut). Masalah
pokok yang dihadapi oleh bangsa indonesia adalah bagaimana upaya

18
Sarbaini, Fahlevi, R. (2018). Pendidikan pancasila pendekatan berbasis nilai. Universitas Lambung
Mangkurat.

17
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial politik
yang demokratisndalam masyarakat yang plural.

b. ISI-ISI DEMOKRASI PANCASILA

1. Pelaksanaan UUD 1945 beserta penjabarannya dimuat dalam Batang Tubuh


dan Penjelasan UUD 1945

2. Demokrasi pancasila juga melindungi hak asasi manusia (HAM)

3. Pelaksanaan dalam hidup ketatanegaraannya diatur dalam kelembagaan

4. Isi demokrasi pancasila juga dijadikan sebagai sendi dari hukum yang
dijelaskan dalam UUD 1945 yaitu negara hukumnya yang demokratif

c. CIRI-CIRI DEMOKRASI PANCASILA

1. Kekuasaan Tertinggi Ada di Tangan Kedaulatan Rakyat

2. Penyelenggaraan Pemerintahan sesuai Konstitusi

3. Mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu)

4. Bersifat Kekeluargaan dan Gotong Royong

5. Menjunjung Tinggi HAM

6. Melindungi Hak Minoritas

7. Pengambilan Keputusan Lewat Musyawarah

8. Proses Demokrasi Menjadi Ajang Perlombaan Ide

9. Adanya Kebebasan Berpendapat

18
10. Negara Berdasarkan Aturan Hukum

d. ASPEK-ASPEK DEMOKRASI PANCASILA

Pembahasan arti demokrasi Pancasila seperti diuraikan pada angka 1 dapat


dilengkapi dengan pembahasan melalui aspek- aspeknya. Mengikuti pembahasan
dari beberapa pihak, 5 dapatlah dikemukakan disini adanya enam aspek, yaitu :
aspek formal, aspek material, aspek normatif, aspek optatif, aspek organisasi, dan
aspek kejiwaan.

2.11 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat,


Berbangsa, dan Bernegara

a. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum,
Secara filosofis, kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional yang dilakukan harus mendasarkan nilai-nilainya
pada Pancasila. Karena Pancasila mendasarkan ontologis manusia
sebagai subjek pendukung dari Pancasila sekaligus sebagai pendukung
pokok negara.

b. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada hakikatnya adalah suatu
hasil kreativitas jiwa manusia. Unsur dari jiwa manusia meliputi akal
yaitu potensi yang berhubungan dengan intelektualitas seseorang, rasa
dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral. Tujuan iptek
yang dimaksud disini adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga
nilai iptek pada hakikatnya harus terikat bukan bebas dari nilai.
Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan
pada moral Ketuhanan serta kemanusian yang adil dan beradab.

19
c. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik
Dalam sistem politik negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar
kemanusiaan yang dalam ilmu hukum kenegaraan disebut hak asasi
manusia. Pelaksanaan sistem politik di Indonesia haruslah didasari azas
kerakyatan, karena kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan
rakyat bukan kekuasaan perorangan atau kelompok.
Dalam sila pancasila tersusun secara sistematis bahwa dalam politik
negara harus berdasarkan :
1. kerakyatan (sesuai dengan sila ke IV)
2. pengembangan dan aktualisasi politik negara (sesuai dengan
sila I dan II)
3. moralitas persatuan (sesuai dengan sila III)
4. aktualisasi dan pengembangan politik untuk keadilan (sesuai
dengan sila V)

Pengembangan politik negara harus berdasarkan moralitas


sebagaimana yang telah tertuang dalam nilai-nilai pancasila, sehingga
praktik-praktik politik yang kotor harus segera diakhiri.

d. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Pada awal abad ke-19 muncul pemikiran sebagai reaksi atas
perkembangan ekonomi kapitalis yaitu sosialisme komunis yang
memperjuangkan kaum buruh (proletar) yang ditindas oleh kaum
kapitalis. karena itulah penting untuk mengembangkan sistem ekonomi
yang berperikemanusiaan. Atas dasar itulah maka sistem ekonomi di
Indonesia mengembangkan sistem ekonomi yang didasarkan pada tujuan
demi kesejahteraan rakyat.

20
e. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial dan Budaya
Dalam rangka pembangunan sosial budaya, pancasila adalah sumber
normatif. Sebagai kerangka kesadaran, pancasila merupakan dorongan
untuk Universalisasi atau Transendentalisasi. Pancasila pada hakikatnya
bersifat pluralistik karena bertolak dari hakikat dan kodrat manusia.
Karena itulah pembangunan sosial budaya harus mampu
meningkatkannya menjadi manusia yang berbudaya dan beradab (sesuai
karakteristik pancasila sila ke II).19

f. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan dan Keamanan


Nasional
Pancasila sebagai dasar negara yang berdasarkan hakikat nilai
kemanusiaan, maka pertahanan dan keamanan semata-mata untuk
mencapai suatu harkat dan martabat masyarakat. Dasar-dasar
kemanusiaan yang beradab menjadi dasar pertahanan dan keamanan.

g. Pancasila sebagai Pengembangan Kehidupan Beragama


Pada tahap perkembangan kehidupan bangsa Indonesia kala ini, terjadi
beberapa konflik di beberapa wilayah Indonesia yang menunjukkan
kemunduran bangsa Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan. Beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia seperti
tragedi di Medan, Mataram, dan berbagai wilayah lain yang menunjukkan
semakin lemahnya toleransi kehidupan beragama.

h. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi


Pancasila sebagai dasar negara mengatur seluruh aspek yang terdiri
dari aspek ekonomi, politik, agama, sosial, hukum, dan budaya. Pada

19
Armawi, A. (2007). Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Hankamnas, 12(1),
39-45. Diakses pada 04 Desember 2021 dari https://doi.org/10.22146/jkn.22114

21
aspek ekonomi khususnya dalam reformasi dari orde lama menuju orde
baru, banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar dan tingkat
pengangguran yang ada di Indonesia semakin naik. Dari pemerintah
dibutuhkan suatu kebijakan guna mengatur kesejahteraan rakyatnya dan
menjamin kesejahteraan rakyatnya dengan membuka lapangan kerja baru
yang lebih banyak. 20
2.11 Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus

Aktualisasi adalah sesuatu mengaktualkan. Dalam masalah ini adalah bagaimana


nilai-nilai Pancasila itu benar-benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku dari seluruh
warga Negara, mulai dari aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan
masyarakat yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu.21 Kemudian terdapat tri
dharma perguruan tinggi, Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin , yaitu :

• Pendidikan dan Pengajaran

• Penelitian dan Pengembangan

• Pengabdian kepada Masyarakat

Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya menjadi tanggung jawab mahasiswa.
Seluruh dosen (pendidik), serta orang – orang yang terlibat dalam proses pembelajaran (
sivitas akademika) memiliki tanggung jawab yang sama. Sebagai generasi penerus
bangsa, sudah sepatutnya mahasiswa menumbuhkan dan meningkatkan rasa kecintaan
terhadap tanah air dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila. Mahasiswa sebagai kaum

20
Setyorini, I. (2018). Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Iptek,
4(1), 216-218. Diakses pada 04 Desember 2021 dari
https://doi.org/10.32699/syariati.v4i02.1178
21
Erlangga, Gigih, dkk. (2011). Aktualisasi Pendidikan Pancasila Dalam Kehidupan Kampus

22
yang intelektual sangat berperan penting dalam kemajuan bangsa, sebab mahasiswa
adalah tonggak perubahan bangsa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Semenjak lahirnya Pancasila pada tanggal 1 juni 1945 hakikatnya Pancasila dibuat untuk
menjadi pedoman dan Indentitas bangsa Indonesia dalam berkehidupan dunia, implementasi
Pancasila sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari agar tetap terjaganya kesejahteraan
di Indonesia dan tegaknya keadilan dan HAM di Indonesia.

Selain menjadi dasar negara Pancasila pun menjadi dasar ilmu bagi bangsa Indonesia jika
nila dan kandungan yang ada didalamnya benar-benar diterapkan.

3.2 Saran

Indonesia memiliki ideologi yang berbeda dengan negara yang lain, seharusnya hal
tersebut bisa menjadi kelebihan yang dimiliki bangsa Indonesia akan tetapi bangsa Indonesia
sangat minim yang mengimplementasikan nilai dan kandungan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari dengan ini diharapkan agar bangsa Indonesia bisa lebih terbuka dan kritis dalam
berfikir dan juga mengamalkan kandungan dan nilai Pancasila agar tidak menghilangkan
identitas bangsa Indonesia.

23
DAFTAR PUSTAKA

Erlangga, Gigih, dkk. (2011). Aktualisasi Pendidikan Pancasila Dalam Kehidupan Kampus

Sari, R. K. (2019) PERKEMBANGAN PENGATURAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)


DALAM HUKUM DI INDONESIA. Jurnal Meta-Yuridhis Sitorus, P. M. A. (2020, Juli)
Peran Mahasiswa Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila. Rancah.com Wirawan, Satria.
(2016). Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Kampus

Asia Law Archives. (n.d.). Bab XA Hak Asasi Manusia. Retrieved from
asialawreport.com: https://asialawreport.com/indonesia/perubahan-kedua-uud-
1945/bab-xa-hak-asasi-manusia/

Bakri, B. (2019). Relasi hak dan kewajiban asasi manusia: upaya penciptaan harmoni
dalam kehidupan bernegara. Jurnal Ketatanegaraan, 111-124.

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. (2015 , Agustus 11). HAK


DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN UUD 45.
Retrieved from https://www.mkri.id/:
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732

Meynawati, L. ., & Dewi, D. A. . (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi


Generasi Millenial di dalam Kehidupan Sehari-hari . Jurnal Pendidikan

24
Tambusai, 5(1), 944–951. Retrieved from
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/1057

Andan, Sakti. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019. AKSIOLOGI
PANCASILA

Handoyo, E., Susanti, M.H., & Munandar M.A. (2016). Etika Politik. Semarang : Widya
Karya.
Astawa, I. P. A. (2021). Pancasila sebagai Sistem Filsafat.

Audri, R. E. G. I. N. A. (2021). Sumber Historis Pancasila Sebagai Kajian Sumber Sosiologis


Pancasila. OSF Preprints.

Gunawan, A. (2021). Landasan epistemologis filsafat pancasila. Diakses pada 13 Oktober 2021
dari https://osf.io/3srz9/download

Islam, J. S. D. P., & Djati, S. G. (2014). Pancasila sebagai Sistem Filsafat.

Safitri, R. (n. d.) Konsep Pancasila sebagai sistem filsafat.

Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia Menuju Bangsa


Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 82-89. Diakses pada 13 Oktober 2021 dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/view/21286

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai