Anda di halaman 1dari 30

ISSN 2085-8418

mJgiggijJGIIllGll ml•
Jumal Manajemen Pengembangan lndustri Kecil Menengah
Jouma{ of<DeveCopment 9.1.anagement on Smaf{Scafe Inaustry
Volume 8 No. 2. September 2013

D Strategi Rontai Pasok Sayuran Organik Berbasis Petoni di


Kecamaton Pangalengan, Kabupaten Bandung

D Kelayakon don Strategi Pengembangan Usaha Pembenihon


Ikon Patin di CV Mika Distrindo
D Kelayakon don Strategi Pengembangan Kemitraon KUB Petoni
Lidah Buaya di Kecamaton Beji, Depok
D Adopsi Teknologi Budi Daya don Strategi Pengembangan
Perkebunan Karet Rakyat di Kecamaton Teweh Tengah
Kabupaten Barito Utara
D Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di
Deso Losarang, Indramayu
D Kegiatan Simpon Pinjam Khusus Perempuan di Kecamaton
Semparuk, Sambas
D Strategi Pemasaron Restoron Pecel Lele Lela Cabang
Pinangranti, J'akarta Timur
D Pengembangan Agribisnis Ikon Balita di UD Suhada,
Kabupaten Cianjur
D Strategi Pengembangan Agribisnis Kentang Berbasis Sumber
Daya Manajemen Di Kabupaten Banjarnegara

D Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaon di Kabupaten Larnpung Selaton

Program Studi lndustri Kecil Menengah (MPI)


Sekolah Pascasarjana, lnstltut Pertanian Bogor
Bekerja sama dengan
Asosiasi lndustri Kecil Menengah Agro (AIKMA)
MANAJEMEN IKM
Jurnal Manajemen Pengembangan lndustri Kecil Menengah
Joumafof©evefopment :Management on SmaffScafe In4ustry

Volume 8 No. 2. September 2013

Penanggung Jawab:
Ketua Program Studi lndustri Kecil Menengah (MPI}
Sekolah Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor

Ketua Dewan Redaksi:


Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.lng, DEA

Anggota Dewan Redaksi:


Prof.Dr.Ir. Fransiska R. Zakaria, M.Sc
Dr.Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA
Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Dr.Ir. Nurheni Sri Palupi, MS
Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA

Sekretariat:
Haeranto Haerul K.
Vera Nora Indra Astuti
Haris Budilaksono

Alamat Redaksi:
Sekretariat PS MPI, SPs IPB
JI. Raya Pajajaran, Boger 16144
Telp/Fax.: 0251 - 8386612; Hp: 0811119424
http:lljournal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ •
E-mail: mpiipb@indo.net.id

UCAPAN TERIMA KASIH

Segenap Tim Redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh Mitra Bestari yang telah menelaah naskah untuk penerbitan Manajemen IKM
Volume 8 Tahun 2013.

Prof.Dr.Ir. Keppi Sukesi, MS Universitas Brawijaya


Prof.Dr.Ir. Endang Gumbira Said, M.Dev Departemen Teknologi lndustri pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, lnstitut
Pertanian Bogor
Prof.Dr.Ir. John Edward Harly J. Foeh, DEA Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya:
Guru Besar dalam llmu Ekonomi
Sumberdaya Alam, pada Kopertis Wilayah
Ill DKI Jakarta
Prof.Dr.Ir. Kusuma Diwyanto, MS Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan

Prof.Dr.Ir. Euis Sunarti, MS Departemen llmu Keluarga dan


Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia,
lnstitut Pertanian Bogor

Prof.Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis Departemen Komunikasi dan


Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, lnstitut Pertanian Bogor
Prof.Dr.Ir. Atih Surjati-Herman, MSc Badan Pengkajian lklim dan Mutu lndustri,
Kementerian Perindustrian
Dr.Ir. Gendut Suprayitno, MM The Indonesian Institute for Corporate
Governance

Dr.Ir. Suryahadi, DEA Departemen llmu Nutrisi dan Teknologi


Pakan, Fakultas Peternakan, lnstitut
Pertanian Bogor

Dr. Willy Susilo, MBA lnstitut Teknologi dan School of Business


Harapan Bangsa
Dr.Ir. Tb. Nur Ahmad Maulana. MSc, MBA Program Manajemen Bisnis, Sekolah
Pascasarna. lnstitut Pertanian Begor

Edward Buckingham, MBA SOAS, The University of London


Prof.Dr.Ir. M. Syamsul Ma'arif, M.Eng Departemen Teknologi lndustri Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian. lnstitut
Pertanian Boger

Dr. Juana Judith Huliselan Program Pascasarjana Universitas Pelita


Hara pan
MANAJEMEN IKM
Jumal Manajemen Pengembangan lndustri Kecil Menengah
Journa£ oj©eve(qpment 9rf.anaoement onSmafIScafe Industry
Daftar lsi Volume s No. 2. September 2013

1. Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik Berbasis Petani di 99-114


Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
(Siti Kipdiyah, Musa Hubeis, dan Budi Suharjo)

2. Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan 115-122


lkan Patin di CV Mika Distrindo
(Pindo Witoko, Rizal Syarief, dan Sapta Raharja)

3. Kelayakan dan Strategi Pengembangan Kemitraan KUB Petani 123-134


Lidah Buaya di Kecamatan Beji, Depok
(Puty Yousnelly, Nora H. Pandjaitan, dan Budi Purwanto)

4. Adopsi Teknologi Budi Daya dan Strategi Pengembangan 135-143


Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan Teweh Tengah
Kabupaten Barito Utara
(Nurul Huda, Budi Suharjo, dan Ani Suryani)

5. Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di 144-154


Oesa Losarang, lndramayu
(Santoso Budi Widiarto, Musa Hubeis, dan Komar Sumantadinata)

6. Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Kecamatan 155-169


Semparuk, Sambas
(Hamdi, Hartrisari Hardjomidjojo dan Amiruddin Saleh)

7. Strategi Pemasaran Restoran Pecel Lele Lela Cabang 170-180


Pinangranti, Jakarta Timur
(Edi Sukardono, Ma'mun Sarma, dan Komar Sumantadinata)

8. Pengembangan Agribisnis lkan Balita di UD Suhada, 181-189


Kabupaten Cianjur
(Andi Asrianto lskandar, Sapta Raharja, dan Komar Sumantadinata)

9. Strategi Pengembangan Agribisnis Kentang Berbasis Sumber 190-198


Daya Manajemen Di Kabupaten Banjarnegara
(Siti Leny Puspasari, Hartrisari Hardjomidjojo, dan Ma'mun Sarma)
10. Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis 199-209
Perdesaan di Kabupaten Lampung Selatan
(Rio Caesarian, Nora H. Pandjaitan, dan Muhammad Syamsun)

l _ I- -
Manajemen IKM, September 2013 (99-114) . Vol. 8 No. 2
ISSN 2085-8418 http:/~ournal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpV

Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik Berbasis Petani


di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Supply Chain Strategy Development Based on Farmer of Organic Vegetables


in Pangalengan Sub-district, Bandung

Siti Kipdiyah'', Musa Hubeis02 dan Budi Suharjo13


1
Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Pusdiklat BRI JI. Harsono RM, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550
2
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, lnstitut Pertanian Bogor
JI. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
3
Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam, lnstttut Pertanian Bogor
JI. Lingkar Kampus, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

ABSTRAK

Lifesyle sehat dengan slogan "Back to Nature" telah menjadi trend baru masyarakat. Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran, Departemen Pertanian di Indonesia telah memprakarsai program "Go
Organik 201 O" untuk meningkatkan mutu kehidupan dan lingkungan alam Indonesia dan untuk
mendorong pengembangan pertanian organik dan daya saing berkelanjutan. Supply Chain Management
(SCM) telah mewakili manajemen keseluruhan kegiatan pertanian yang melibatkan pengolahan,
distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan kepada konsumen. Tujuan penelitian: (1)
Mengidentifikasi karakteristik sayuran, para pelaku rantai pasokan, dan analisis deskriptif kondisi
lingkungan di Pangalengan, (2) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, (3) Perumusan strategi
dengan matriks Strength, Weakneses, Opportunities dan Threats (SWOT), (4) Pemilihan strategi
prioritas. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik purposive sampling yang melibatkan 1O responden
dan 3 ahli. Data yang digunakan adalah data primer dengan wawancara langsung, data sekunder dan
studi pustaka. Pemilihan altematif strategi dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process
(AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku iqntai pasokan sayuran di Pangalengan adalah
pemasok benih, petani, pedagang/kolektor, perusahaan, penjual/eksportir, pasar luar negeri, pasar
tradisional dan ritel/supermarket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan sayuran untuk
konsumen adalah kekuatan utama dan kelemahan utamanya terbatas keuangan. Selanjutnya,
pendukung pemerintah adalah peluang besar dan ancaman utama adalah ketidakpastian iklim dan cuaca
yang mempengaruhi produksi. Berdasarkan rumusan strategis, diperoleh tujuh strategi, pertama dan
kedua strategi prioritas terkait dari pemasaran, yang memperluas pasar/distribusi dan meneliti
perkembangan di pasar sayuran organik. Ketiga altematif strategi yang mendukung pemerintah yang
berhubungan strategi pengawasan. Selain itu, keempat dan kelima altematif terkait dengan strategi
keuangan, yang memantau dan mengawasi harga maka penguatan aspek keuangan. Keenam dan
ketujuh alternatif yang berkaitan dengan strategi manajemen produksi, sedang merencanakan pertanian
yang lebih baik dan meningkatkan mutu, kuantitas dan kontinuitas produksi.

Kata kunci: sayuran organik, rantai pasok, strategi, nilai tambah, petani

ABSTRACT

Healthy lifesyle with the slogan "Back to Nature" has become a new trend of the society.
Directorate of Processing and Marketing, Ministry of Agriculture in Indonesia has initiated the program
"Go Organic 201 O" to improve the quality of life and the natural environment of Indonesia and to
encourage the development of organic farming and sustainable competitiveness. Supply Chain
Management (SCM) has represented overall management of agricultural activities which involved of
processing, distribution, marketing, until the desired product to consumer. The Objectives of study
included: (1) Identify the characteristics of the vegetables, the supply chain actors, and descriptive
analysis of the environmental conditions in Pangalengan; (2) Identify internal and external factors; (3) The
formulation of the strategy with the matrix SWOT; (4) Selection of priority strategy. The data was collected
through purposive sampling technique which involving 10 respondents and 3 experts. The data used was
primary and secondary data by direct interviews, questionnaires and literature study. Selection of
strategic alternatives conducted using AHP. The result showed that the supply chain actors of vegetables
in Pangalengan were seed suppliers, farmers, traders/collectors, the company, the seller/exporter, foreign

•) Korespondensi:
Pusdikla1 BRI JI. Harsono RM, Ragunan, Pasar Minggu. Jakarta Selatan 12550 : e-mail: kipdiyahstti@gmail.com
100 Strategi Rantai Pasek Sayuran Organik

markets, traditional market and retail/supermarket. The study showed that the safety of vegetables to
consumer (score 0.336) was the main strength and the main weakness organic farming in Pangalengan
was limited of financial (score 0.127). Futhermore, supporting of government was the major opportunity
(score 0.127) and the major threat was uncertain of climate and weather which affected in production
(score 0.144). Based on the formulation of strategic, the study obtained 7 strategy. The first and the
second priority strategic related of the marketing, were expanding market/distribution to bussines
partnerships (score 0.205) and researching of development in the organic vegetable's market (score
0.180). The third alternative strategic was supporting of government (score 0.157) which retaled to
supervision strategy. Moreover, the fourth and the fifth alternatives related to strategy of financial, were
monitoring and overseeing prices (0.156) then strengthening of financial aspects (score 0.114). The sixth
and the seventh alternatives related to production management strategy, were planning a better farming
(0.107) and improving the quality, quantity and continuity of production (score 0.081 ).

Key words: supply chain, organic vegetables; strategy, added value, farmers

PENDAHULUAN guna meningkatkan pendapatan dan memenuhi


peluang pasar nasional, maupun internasional
Pertanian merupakan sektor yang sangat yang memerlukan perubahan sistem produksi
diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan dan kelembagaan rantai pasokannya.
masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Permintaan sayuran organik yang berasal
Indonesia tersebar secara merata di seluruh dari daerah Jawa Baral khususnya kabupaten
daerah. Komoditas hortikultura seperti sayur- Bandung mengalami peningkatan sampai 26%
sayuran mempunyai peranan yang sangat per tahun (Admin, 2012). Hal tersebut terkait
penting dalam peningkatan gizi masyarakat. dengan semakin meningkatnya kepedulian
Populasi Indonesia diperkirakan meningkat 1,3% masyarakat terhadap mutu produk dan
per tahun dan akan mencapai penduduk sekitar kesehatan. Komoditas sayuran seba.nyak 50% di
250 juta jiwa pada tahun 2015 (Proyek jual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% di jual
Penelitian Sayuran Indonesia, 2009). Saal ini ke pasar kola Bandung dan sisanya ke pasar
konsumsi sayuran per kapita warga Indonesia tradisional di beberapa daerah (Bapeda Kab.
hanya 40,6 kg per tahun. Sementara rekomen- Bandung, 2010).
dasi dari Food and Agriculture Organization Salah satu upaya untuk memperbaiki
(FAO) konsumsi sayuran per kapita adalah 73 sistem ketahanan pangan adalah mendesain
kg per tahun (Nuryati, 2012). Hal ini membuat sistem industrialisasi pertanian pangan yang
Indonesia menjadi pasar yang sangat besar mampu menghasilkan produk pangan dengan
untuk produk sayuran segar maupun olahan. nilai tambah tinggi bagi petani, menjamin
Menurut Aliansi Organik Indonesia atau kelancaran pasokan pangan, terkendali
AOI (2009), pada tahun 2009 luas total areal tingginya mutu dan terjaminnya keamanan
pertanian organik di Indonesia 231.697 ha produk pangan serta terjangkaunya harga
(Tabel 2). Dalam angka ini termasuk luas areal produk pangan oleh masyarakat. Hal ini dapat
yang sudah sertifikasi pertanian organik (organik dilakukan melalui pengembangan strategi
dan konversi), dalam proses sertifikasi, pengelolaan rantai pasokan (supply chain
penjaminan sertifikasi oleh AOI dan tanpa management) yang mengintegrasikan para
sertifikasi. pelaku dari semua segmen rantai pasokan, baik
secara vertikal maupun horizontal (Apriantono,
Tabel 2. Luas areal pertanian organik di Indonesia 2005).
2009 Sistem pertanian industri dicirikan oleh
No. Jenis Pertanian Organik Luas (ha) usaha pertanian bernilai tambah tinggi dan
1. Bersertifikat 97.352 terintegrasi dalam satu rantai pasokan (supply
2. Dalam proses setifikasi (konversi) 132.765 chain) berdasarkan relasi kemitraan sinergis dan
3. Penjaminan sertifikasi oleh AOI 16 adil dengan bertumpu pada sumber daya
4. Tanpa sertifikasi 1.564 nasional, kearifan lokal, serta ilmu pengetahuan
Total 231.697 dan teknologi berwawasan lingkungan.
Sumber: BPS, 2011. Tujuan kajian adalah (1) Mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan ekstemal yang
Adanya kebijakan pemerintah mengenai memengaruhi manajemen rantai pasok sayuran
program Go Organik 2010 tersebut maka sudah organik di Pangalengan; (2) Mengidentifikasi
sewajamya, jika pertanian di Indonesia mulai peranan para pelaku rantai pasok sayuran di
melirik adanya tanaman pangan organik. Hal ini Pangalengan; dan (3) Menyusun strategi rantai
merupakan peluang bagi para petani di pasok yang sesuai untuk sayuran organik
Indonesia, khususnya . daerah Jawa Baral bernilai tambah tinggi berbasis petani di
sebagai salah satu daerah sentra produksi Pangalengan.
sayuran untuk mengubah pola budi daya
konvensional ke pertanian organik yang berrnutu

KIPDIYAH ET AL Manajemen IKM


Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik 101

METODOLOGI patkan hasil pilihan strategi, maka memerlukan


pertimbangan pendapat para ahli. Data sekun-
Kegiatan dilakukan pada wilayah, atau der diperoleh melalui studi pustaka (library
penghasil produk sayuran, yaitu daerah research) dan informasi dari instansi terkait
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Karakteristik produk sayuran organik
Jawa Bara!. Penelitian dilakukan selama enam diidentifikasi menggunakan analisis deskriptif
bulan yang dimulai dari bulan Juni hingga untuk memperoleh gambaran umum dan men-
November 2012. dalam mengenai karakteristik produk sayuran
Tahapan awal yang dilakukan adalah organik yang ada di Kecamatan Pangalengan,
mengidentifikasi karakteristik produk sayuran Kabupaten Bandung, serta mengidentifikasi pe-
potensial sebagai produk sayuran organik. ranan para pelaku rantai pasok sayuran. Formu-
Selain itu, dilakukan identifikasi para pelaku lasi strategi diintegrasikan ke dalam tiga tahap
rantai pasok sayuran di Pangalengan dan kerangka pengambilan keputusan (David, 2010),
melakukan analisis secara deskriptif kondisi yaitu tahap pengumpulan input (the input stage),
lingkungan di Kecamatan Pangalengan. Peneli- pemanduan (the matching stage) dan penetapan
tian dilakukan pada sentra penghasil produk keputusan strategi (the decision stage).
sayuran organik di Kecamatan Pangalengan, Tahap Input terdiri alas Matriks EFE,
Kabupaten Bandung. Tahap berikutnya adalah · Matrix CPM dan Matriks IFE. Membuat
menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal keputusan kecil dalam matriks input berhubung-
yang terkait dengan rantai pasok sayuran an dengan tingkat penting relatif dari faktor
organik. Faktor-faktor ini dijabarkan melalui internal dan eksternal memungkinkan penyusun
matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan strategi untuk menghasilkan dan mengevaluasi
External Factor Evaluation (EFE), kemudian altematif strategi dengan efektif. Penilaian intuitif
dianalisis dengan menggunakan analisis yang baik, selalu dibutuhkan untuk menentukan
Strenghts, Weaknesses, Opportunities and bobot dan peringkat yang sesuai.
Threats (SWOT) untuk mengetahui kekuatan, Tahap pemaduan dari kerangka kerja
kelemahan, peluang dan ancaman yang perumusan strategi terdiri atas empat teknik
dihadapi oleh petani, kelompok tani (Poktan) dan yang dapat digunakan, yaitu matriks SWOT dan
gabungan kelompok tani (Gapoktan) dalam Internal-External (IE). Alat ini bersandar pada
menjalani usaha pemasaran sayuran organik. informasi yang diturunkan dari tahap input untuk
Tahap akhir adalah memberikan keputusan mencocokkan peluang dan ancaman eksternal
altematif strategi yang merupakan hasil dari dengan kekuatan dan kelemahan internal.
pemetaan dari SWOT dengan menggunakan Tahap keputusan, dimana analisis dan
Analitycal Hierarcy Process (AHP). intuisi memberikan dasar untuk membuat
Menurut Setiawan (2009), observasi keputusan perumusan strategi dengan meng-
terhadap supply chain yang ada dilakukan untuk gunakan analisis AHP. Teknik pencocokkan
mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang mengungkapkan alternatif strategi yang layak.
sering muncul dalam Supply Chain Management Banyak dari strategi ini kemungkinan diajukan
(SCM) dan nilai tambah pada masing-masing oleh manajer dan karyawan yang berpartisipasi
pelaku rantai pasok sayuran. Komponen- dalam aktivitas analisis dan pilihan strategi.
komponen dari rantai pasok sayuran dataran Strategi tambahan yang dapat dihasilkan dari
tinggi terdiri dari pasokan yang berasal dari analisis pencocokan dapat didiskusikan dan
produksi internal, atau sendiri, mitra beli, atau ditambahkan ke dalam daftar pilihan alternatif
mitra tani (Hadiguna, 2007). yang layak.
Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik purposive sampling, yang melibatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
tenaga ahli, petani dan masyarakat pengguna
sayuran organik. Data yang digunakan adalah
Kecamatan Pangalengan merupakan
data primer dan sekunder. Pengumpulan
wilayah dengan curah hujan tertinggi di
dilakukan melalui (1) Observasi lapangan, dari
Kabupaten Bandung. Berdasarkan data curah
pengamatan langsung serta melakukan wawan-
hujan di Kecamatan Pangalengan mengacu
cara dengan para pelaku rantai pasok seperti
pada data curah hujan di Kabupaten Bandung,
petani, pedagang/pengumpul, konsumen/masya-
rataan curah hujan tahunan 1.718-2.603
rakat sekitar, serta lembaga formal dan non
mm/tahun. Secara garis besar musim hujan,
formal yang terkait dengan rantai pasok produksi
atau bulan-bulan basah (curah hujan rataan
dan pemasaran sayuran organik. Jumlah
bulanan 230 mm) terjadi mulai bulan Oktober,
minimal orang yang menjadi contoh yang akan
atau November dan musim kemarau, atau
diwawancarai sebanyak tiga orang dari masing-
bulan-bulan kering (curah hujan < 100 mm)
masing pelaku rantai pasok; (2) Opini Pakar,
terjadi pada bulan Mei atau Juni. Suhu udara di
diperoleh dengan kuesioner SWOT yang
Kecamatan Pangalengan berkisar 15°-23°C.
disusun sesuai dengan analisis yang telah
Penyediaan air di Kecamatan Pangalengan
dilakukan sebelumnya. Analisis AHP dilakukan
diperoleh dari penyediaan air tanah dan air
terhadap beberapa pilihan strategi untuk menda-

Vol. 8 No. 2 September 2013


102 Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik

permukaan. Sumber air permukaan Kecamatan Kentang merupakan sayuran yang paling
Pangalengan yaitu terpusat pada aliran Sungai banyak diproduksi, yaitu 270.199 Ton dengan
Citarum dengan beberapa anak sungai antara luas lahan 3.584 ha. Desa Margamukti
lain Sungai Cisurili, Sungai Cisangkuy, Sungai merupakan desa yang memproduksi sayuran
Cibeureum dan Sungai Cibudug. kentang paling banyak (BPS, 2011 ). Di
Penggunaan lahan paling luas di Keca- Kecamatan Pangalengan adalah Tomat (BPS,
matan Pangalengan adalah untuk perkebunan 2011) dengan total produksi 51.512 ton pada
Teh (6.761 ha), sedangkan untuk persawahan areal 1.105 ha. Sayuran Sawi juga merupakan
hanya 118 ha. Potensi kawasan Kecamatan sayuran potensial yang dikembangkan di Keca-
Pangalengan untuk pengembangan, antara lain matan Pangalengan dengan produksi 31.575 ton
untuk kawasan hutan produksi, kawasan pangan dan luas lahan 1. 643 ha. Sayuran Buncis
lahan basah, kawasan tanaman tahunan/ merupakan sayuran paling banyak diproduksi
perkebunan, kawasan petemakan, arahan untuk (7.683,9 ton) dengan luas lahan 372 ha. Brokoli
pengembangan agroindustri dan kawasan pari- juga merupakan sayuran yang potensial
wisata. Kawasan untuk perkebunan/tanaman diproduksi di Kecamatan Pangalengan yaitu
tahunan paling luas (6753 ha). 4.707 ton produksinya. Untuk sayuran Terong
Jenis mata pencaharian penduduk dan Sosin tidak diproduksi di Kecamatan
Pangalengan sangat bervariasi, mulai dari sektor Pangalengan (BPS, 2011).
agaris, perdagangan, kerajinan, pemerintahan
dan jasa. Jumlah petani di Kecamatan ldentifikasi Rantai Pasok
Pangalengan adalah 25. 756 orang (71,27%),
Rantai pasokan terdiri dari serangkaian
pengrajin 523 orang (1,44%), pedagang 5.630
kegiatan produktif yang terhubung antara
orang (15,57%), jasa 2.783 orang (7,7%) dan
aktifitas nilai yang satu dengan yang lainnya
PNS/Polri/TNI 1.446 orang (4%). Dengan
membentuk rantai nilai industri. Anggota utama
demikian sebagian besar mata pencaharian
rantai pasok sayuran di Kecamatan Pangale-
masyarakat Pangalengan adalah bertani. Hal ini
ngan terdiri dari pemasok bibit sayuran, petani
dipengaruhi oleh ketersediaan SDA, SOM dan
sayuran sebagai produsen, pedagang atau
fasilitas sosial sebagai pendukung.
pengumpul sebagai agen yang mengumpulkan/
Kondisi SOM masyarakat Pangalengan
membeli sayuran dari petani, penjual/eksportir,
berdasarkan indikator pendidikan pada masing-
perusahaan dan terakhir adalah konsumen yang
masing desa hanya tamatan sekolah dasar (SD)
terdiri dari pasar luar negeri, pasar tradisional
dan sekolah menengah pertama (SMP). Untuk
(dalam negeri) dan ritel/supermarket. Model-
tamatan sekolah menengah umum (SMU) sedikit
model struktur rantai pasokan sayuran di Keca-
dan tamatan sarjana sangat sedikit. Di desa
Pangalengan dan Margamukti paling banyak matan Pangalengan disajikan pada Gambar 1.
SOM tamatan Sarjana. Setiap anggota atau pelaku rantai
Lahan-lahan pertanian di Kecamatan pasokan sayuran di Pangalengan mempunyai
peran yang berbeda. Peran masing-masing
Pangalengan sangat subur dan produktif.
Sebagian besar lahan tersebut dimanfaatkan anggota dalam model rantai pasok dapat dilihat
dalam Tabel 1.
untuk menanam komoditas sayur-sayuran. Oleh
karena itu, Kabupaten Bandung merupakan Beberapa sayuran yang utama di
Pangalengan adalah kentang, tomat, buncis,
salah satu wilayah yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai kawasan Agropo- kubis, dan sawi. Untuk komoditi sayuran kentang
litan. Salah satunya Kecamatan Pangalengan terdapat beberapa macam jenis yang di jual di
yang diperkirakan mempunyai potensi sentra pasar tersebut. Sebagai contoh, kentang
produksi pangan prospektif dan perlu dikem- superior dengan harga Rp4.000/kg dan kentang
bangkan dengan pendekatan yang sistemik. Atlantik Rp4.500/kg. Jenis kentang Atlantik
Pengembangan kawasan Agropolitan kebanyakan penjualannya terikat kontrak
pada prinsipnya adalah upaya peningkatan nilai langsung antara petani/kelompok tani dengan
tambah pertanian dilokalisir terjadi di dalam PT lndofood Sukses Makmur (ISM). Untuk
kawasan tersebut. Untuk itu diperlukan potret komoditi sayuran lainnya, seperti tomat
komoditas yang antara lain meliputi proses Rp800/kg-Rp2.500/kg dan Sawi Rp1. 100/kg.
produksi, proses pengolahan dan proses Pemasaran komoditi sayuran dari para
pemasaran. Komoditas di Pangalengan dibeda- pedagang, atau pengumpul tersebut kebanyak-
kan berdasarkan jenisnya, yaitu ( 1) komoditas an, yaitu Pasar Bandung, Bogor, Jakarta, Pasar
tanaman pangan dan hortikultura, (2) komoditas Tangerang, Pasar lnduk Kramajati, Pasar ·
buah-b.uahan, (3) komoditas perkebunan dan (4) Kemang Boger dan Pasar Caringin Bandung.
komod1tas petemakan. Jenis tanaman pangan U.ntuk Kentang, Kol dan Toma!, biasanya
dan hort1kultura yang terdapat di Kecamatan dtpasarkan di daerah Pontianak, sedangkan
Pangalengan adalah Cabe, Bawang putih, beberapa kelompok tani bermitra dengan
Bawang merah, Tomat, Sawi, Kentang, Kubis, perusahaan ekspor, antara lain PT ISM dan PT
Mentimun, Buncis, Brokoli, Terong dan Sosin. Alamanda.

. . KIPDIYAH ET AL Manaiemen IKM


<

~~::~ Strategi Rantai Pasek Sayuran Organik 103

-
...

Pedagang/ Penjual/ Pasar luar


Pengumpul f--t Eksportir negeri

Pemasok bibtt Petani Pedagang/ Pasar


Pengumpul Tradisional

._P_er_u_s_a_ha_a_n_ __.H RiteVSupennarket

Pasar
Tradisional

Gambar 1. ldentifikasi stuktur rantai pasok sayuran di Kecamatan Pangalengan

Tabel 1. Anggota rantai pasokan sayuran di Pangalengan


Tingkatan Pelaku Proses Aktivltas
Produsen • Pemasok biblt • Budidaya • Melakukan budidaya bibit dan
• Petani (kelompok tani) • Pernbelian produksi sayuran
• Distribusi • Menjual ke distributor
• Pen·ualan
Distributor • Pedagang/Pengumpul • Pembelian • Melakukan pembelian sayuran dari
• Perusahaan • Sortasi petani
• Eksportir • Grading • Melakukan proses untuk
• Pengernasan menambah nilai jual sayuran
• Pelabelan • Melakukan distributor ke
• Pengemasan konsumen
Konsumen • Pasar luar negeri • Pernbelian • Melakukan pembelian dari
• Pasar. tradisional • Konsumsi distributor
• RiteVSupermarket • Melakukan konsumsi sayuran
• Masyarakat umum

Aliran finansial pada rantai pasokan lapangan dan upaya untuk menghemat biaya.
sayuran di Pangalengan terjadi dari konsumen, Dalam setiap aliran distribusi bahan agro
pengekspor atau penjual, pengumpuVpedagang, tersebut yang berperan adalah para pelaku
perusahaan atau langsung . ke petani dan rantai pasok. Menurut Marimin dan Maghfiroh
kemudian ke pemasok bibit. Mekanisme (2010), keberhasilan kelembagaan rantai pasok
pembayaran untuk rantai pasok hilir adalah komoditas pertanian tergantung pihak-pihak
pembayaran transfer/tunai. Di rantai hulu, dari yang ter1ibat mampu menerapkan kunci sukses
pedagang/pengumpul ke petani kebanyakan (key succes factor) yang melandasi setiap
dilakukan pembayaran dua kali sebelum dan aktivitas di dalam kelembagaan tersebut. Kunci
setelah sayuran laku terjual. sukses ini teridentifikasi melalui penelusuran
Beberapa penjual besar atau seperti yang detail dari setiap aktivitas didalam rantai
perusahaan ekspor ada yang melakukan sistem pasokan. Kunci sukses tersebut adalah trust
kontrak kepada para petani, yaitu perusahaan building, koordinasi dan kerjasama, kemudahan
memberikan pinjaman modal untuk para petani. akses pembiayaan dan dukungan pemerintah.
Pinjaman modal tersebut dikembalikan setelah
petani menjual kembali sayurannya, atau ldentlfikasl pemasok bibit sayuran dan pupuk
pembayarannya dengan cara mengurangi harga Persediaan pupuk kandang di Panga-
penjualan. Pinjaman tersebut sebagai pengikat, lengan sebagian besar berasal dari daerah
agar petani tidak menjual sayuran yang telah Kecamatan Sukabumi. Operasi pengangkutan
diproduksi ke pedagang atau perusahaan pupuk kandang ber1angsung per harinya
lainnya. Didalam sistem kontrak tersebut, harga mencapai 6-20 truk yang dikirim ke Pasar
sayuran menjadi lebih murah dibandingkan Pangalengan. Masing-masing truk memuat
penjualan ke pedagang/pengumpul. kurang lebih 6 ton pupuk kandang dengan
Terdapat beberapa model struktur rantai asumsi per karung 30 Kg. Harga untuk pupuk
pasokan. Dalam setiap struktur rantai terdapat Rp7.000/karung. Harga pupuk tersebut setiap
perbedaan peran masing-masing anggota, juga harinya terjadi perubahan.
memiliki pola berbeda-beda. Pola tersebut Penjual dan petani melakukan sistem
dibangun berdasarkan kemudahan aplikasi di pembayaran secara langsung setelah terjadi

Vol. 8 No. 2 September 2013


104 Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik

kesepakatan harga antara kedua pihak. ada di Kecamatan Pangalengan berjumlah 155
Pengangkutan, atau transportasi dilakukan petani.
dengan menggunakan kendaraan bak, atau truk, Peranan Poktan yang ada di Kecamatan
biaya transportasinya ditanggung oleh pihak Pangalengan membawa harapan besar bagi
pembeli/petani. Biaya transportasi untuk sekali para petani. Dengan adanya Poktan, para petani
perjalanan sekitar satu juta rupiah. Dalam hal ini memiliki pola tanam teratur, pengolahan lahan
terjadi efisiensi dari kendaraan yang digunakan, yang lebih baik dan kemudahan dalam
karena kendaraan yang digunakan untuk mendapatkan bibit sayuran unggulan. Kemudian
pengangkutan pupuk, dapat digunakan untuk para petani mampu membina kontrak kerjasama
mengangkut hasil komoditi sayuran untuk dengan perusahaan agribisnis, terutama dalam
dipasarkan ke pasar-pasar tradisional. memenuhi permintaan (kuota) harian, mingguan,
Para petani, atau Poktan di Kecamatan maupun bulanan.
Pangalengan melakukan kegiatan sebagai Petani di Kecamatan Pangalengan rataan
pemasok bibit sayuran untuk memasok petani berjenis kelamin pria dengan kategori dewasa,
lain di Pangalengan sendiri. Kegiatan para namun ada juga ditemukan para Poktan khusus
petani pemasok bibit dapat dikatakan sebagai wanita yang jumlahnya sangat sedikit. Status
pekerjaan utamanya. Kebanyakan para petani kepemilikan akan lahan yang dibudidayakan
melakukan budidaya bibiUbenih sayuran pemah kebanyakan adalah milik sendiri, namun
melakukan pelatihan yang berhubungan dengan beberapa Petani menyewa dari petani lainnya.
pembibitan yang biasanya diselenggarakan oleh Dalam suatu Poktan rataan terdiri minimal lima
Balai Benih lnduk dari Dinas pertanian setempat. orang Petani. Kebanyakan para petani memiliki
Dalam menjalankan usahanya, para Poktan tenaga petani lainnya yang digaji dengan sistem
untuk pembibitan beranggotakan kurang lebih upah mingguan.
tujuh petani. Jenis bibit yang dibudidayakan Pola budidaya yang paling banyak
pada umumnya bibit sayuran yang sering diterapkan di Pangalengan adalah polikultur atau
ditanam oleh petani lain, seperti bibit granula tumpangsari. Produktivitas hasil panen untuk
Kentang, Tomat, Sawi dan Buncis. Jumlah bibit masing-masing Poktan berbeda, biasanya dalam
yang dijual biasanya per empat (4) bulan sekali satu tahun sayuran dapat dipanen 3 kali panen.
atau tergantung jenis sayurannya. Sebagai Dalam hal pembibitan atau pembenihan
contoh untuk bibit kentang, sekali penjualan kebanyakan petani sudah memiliki rekanan
dapat mencapai 50 ton bibit Kentang per empat sesama petani pemasok bibit di Pangalengan.
bulan. Harga dari bibit sendiri dapat mencapai Namun, ada juga yang melakukan pembibitan
Rp18.000,00/Kg. Dalam menjalankan kegiatan sendiri untuk digunakan sendiri. Para Petani
usaha pemasokan bibit sayuran, para Poktan yang melakukan budidaya pembenihan secara
melakukan koordinasi dan kerjasama antara sendiri, dikarenakan para Petani pemasok bibit
Poktan pemasok lainnya. tidak konsisten dalam menyediakan benih, serta
Beberapa sum ber bibiUbenih berasal dari biasanya mutu bibit yang dihasilkan lidak sesuai
budidaya milik sendiri, dari sesama pemasok dengan harapan petani sayuran.
dan ada yang berasal dari alam. Rataan para Petani Pangalengan mengatasi adanya
kelompok tani memiliki lahan untuk pembibitan hama dan penyakit sayuran dengan tindakan
dengan luas berhektar-hektar. Biaya awal untuk pencegahan secara fisik maupun kimia. Akan
melakukan rataan pembibitan Rp63 juta per tetapi kebanyakan para Petani memilih bahan-
hektar. Dalam melakukan kegiatan pembibitan bahan kimia untuk memberantas hama dan
terdapat berbagai kendala. Kendala yang sering penyakit yang menyerang sayuran. Hal tersebut
dihadapi dalam melakukan pembibitan adalah yang menjadi salah satu kendala permasalahan
hama dan air (musim). Selain kendala alam juga dalam menuju pertanian organik di Pangale-
kendala pemasaran, terkadang petani tidak ngan. Dalam hal pengawasan mutu, petani
membutuhkan bibit yang berasal dari lingkungan melakukan proses sorting dan grading terhadap
sendiri, sehingga petani yang melakukan pem- produk sayurannya. Namun, kebanyakan Petani
bibitan kebanyakan juga melakukan usaha lidak melakukan pengemasan dan pelabelan
produksi pertanian sayuran sendiri. sendiri.
Pemerinlah Pangalengan setempat, yaitu
ldentifikasi petani sayuran Dinas Penyuluh Pertanian lelah melakukan
Sayuran yang diproduksi oleh petani di pembinaan dan pelatihan terhadap pengawasan
Kecamatan Pangalengan merupakan gabungan mutu sayuran. Hal tersebut dilakukan agar mutu
hasil produksi para petani secara individual sayuran di Pangalengan sesuai dengan harapan
maupun dalam suatu wadah, atau Poktan. konsumen di pasar. Dalam aspek pemasaran-
Pembentukan Poktan dimaksudkan untuk mem- nya, para petani melalukan penjualan di pasar
bantu para petani mengorganisasikan dirinya, Pangalengan. Di pasar tersebut terjadi pertemu-
terutama dalam meningkatkan produktivitas, an antara petani dengan para pedagangl
efisiensi usaha, permodalan, akses pasar, akses pengumpul, dimana kesepakatan harga sesuai
teknologi dan informasi, serta meningkatkan dengan persetujuan kedua belah pihak. Namun,
kesejahteraan para petani. Saal ini Poktan yang banyak Poktan yang menjalin kerjasama atau

KIP()IYAH l"T AL Manaiemen IKM


Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik 105

berrnitra dengan perusahaan besar seperti PT nen/mengambil sayuran di kebun milik Petani.
Alamanda (perusahaan eksport sayuran) dan PT Setiap hari transaksi di pasar tersebut berlang-
ISM. Para petani di Pangalengan tidak melaku- sung, sehingga sering terjadi perubahan harga
kan kegiatan promosi dalam memasarkan sayuran. Misalnya, untuk komoditi Kentang,
produk sayurannya, sehingga hal ini dapat me- terdapat beberapa harga tergantung dari jenis
ngurangi biaya operasional petani. Akan tetapi dan kebijakan di pasar Pangalengan sendiri.
hal tersebut juga dapat berdampak merugikan Kebijakan harga sayuran di Pangalengan
petani, karena akses pasar menjadi terbatas. bergantung juga harga di pasaran dan
Wilayah pemasaran Petani kebanyakan di kesepakatan dari para Petani. Untuk sayuran
pasar-pasar dalam satu Kabupaten dan satu kentang berjenis Atlantik yang diproduksi di
Provinsi. Untuk wilayah antar provinsi dan Pangalengan tidak dipasarkan di pasar biasa,
ekspor, petani hanya menjadi produsen untuk karena untuk jenis tersebut sudah terikat kontrak
didistribusikan ke distributor lainnya. Dalam dengan PT ISM, sehingga untuk bibit kentang
melakukan pemasaran, rataan Petani tidak Atlantik sudah disediakan dari pihak ISM,
mengalami kendala. Namun, adanya pasar yang kemudian para Petani yang dipilih untuk
hanya terbatas dan peran Petani sebagai membudidayakannya secara langsung menjual
produsen mengakibatkan keuntungan Petani ke perusahaan kembali. Hal tersebut juga
menjadi cenderung kecil. Hal tersebut dikarena- berlaku untuk penjualan sayuran lainnya yang
kan juga para Petani tidak melakukan penjualan telah terikat dengan perusahaan besar lainnya
secara langsung ke konsumen, sehingga besar seperti PT Alamanda. PT Alamanda tersebut
kemungkinan harga produk untuk Petani merupakan salah satu perusahaan ekspor
menjadi rendah. sayuran yang ikut berperan dalam bantuan dana
Dalam hal perrnodalan, Petani kebanyak- dan bibit kepada para Petani di Pangalengan.
an memiliki modal sendiri, atau dibantu oleh Penjualan sayuran yang dilakukan oleh
keluarga, namun sebagian juga berasal dari pedaganglpengumpul bervariasi. Rataan setiap
pinjaman dari Bank. Dalam hal produksi, harinya para pedagang bisa mengangkut satu
Kecamatan Pangalengan sebagai salah satu kendaraan bak/truk dengan asumsi kapasitas-
sentra pertanian sayuran unggulan di Kabupaten nya dapat mencapai enam ton sayuran. Ken-
Bandung memiliki luas lahan 10.888 Ha dengan daraan bak/truk yang digunakan untuk pengang-
produksi 441.256 ton. Sayuran yang diproduksi kutan sayuran ke pasar dan juga untuk meng-
saat ini. adalah sayuran yang aman untuk angkut pupuk dari pasar untuk dijual ke para
dikonsumsi dan memenuhi standar kesehatan petani di Pangalengan. Hal tersebut untuk
(Prima Ill). Pertanian Prima Ill yang diterapkan mengefisienkan biaya transportasi, sehingga
para petani merupakan langkah awal dan secara masing-masing pihak dapat saling menguntung-
gradual menuju pertanian organik. Penggunaan kan.
pestisida dan insektisida merupakan suatu Pemasaran sayuran tersebut kebanyakan
kebutuhan untuk mempertahankan kuantitas ditujukan ke pasar-pasar di Bandung, Bogor,
produksi dan dosis yang digunakan masih dalam Jakarta, Pasar Tangerang, Pasar lnduk Kramat-
batas normal. jati, Pasar Kemang Bogor dan Pasar Caringin
Pedoman budidaya sayuran baik (GAP) Bandung. Untuk Kentang, Kol dan Toma!, biasa-
yang sesuai dengan kondisi Indonesia sebagai nya dipasarkan antar Provinsi, yaitu di daerah
panduan dalam proses produksi untuk mengha- Pontianak. Selain di pasar-pasar, pemasaran
silkan produk yang aman dikonsumsi, berrnutu juga ke swalayanlsupermarket dan perusahaan
dan diproduksi secara ramah lingkungan. (sistem kontrak). Penjualan yang dilakukan oleh
Perwujudan penerapan budidaya sayuran yang para pedaganglpengumpul skala besar di
baik dinyatakan dengan penerbitan nomor Pangalengan sudah tertata dengan baik. Sistem
registrasi yang diberikan sebagai hasil penilaian manajemennya seperti yang dilakukan oleh
kebun, atau lahan usaha. Komoditi sayuran Perusahaan Dagang (PD) Hikmah, dengan
unggulan di Kecamatan Pangalengan adalah manajemen modem menggunakan tenaga
Kentang 270.199,4 ton pada lahan 3.584 Ha, profesional yang berasal dari keluarga maupun
Kubis 52.753, 1 ton pada lahan 2.403 Ha, Sawi profesional lainnya. Dalam pengembangan
31.574,7 ton pada lahan 1.643 Ha, Tomat agribisnis, perusahaan membeli Kentang dari
51.512 ton pada lahan 2.403 Ha dan Buncis masyarakat, atau Petani dengan harga pasar
7.683,9 ton pada lahan 372 Ha. dari Poktan, sedangkan pengadaan bibit, pupuk
dan pestisida ditanggung oleh PD Hikmah
ldentifikasi pedaganglpengumpul sayuran sendiri. Dalam usahanya PD Hikmah juga telah
Sistem penjualan sayuran di Kecamatan melakukan kerjasama dan kemitraan dengan
Pangalengan beriangsung berdasarkan dari berbagai perusahaan besar.
perrnintaan pasar. Hal ini artinya para pedagangl Para Petani di Pangalengan melakukan
bandar dan petani melakukan transaksi dan ikatan kontrak kerjasama dengan perusahaan
negosiasi terhadap produk, serta harga. Setelah agribisnis, usaha olahan, perhotelan dan pelaku
terjadi kesepakatan harga dari kedua pihak, usaha lain yang membutuhkan kepastian
maka pihak pedagang dapat langsung mema- produk. Sistem kontrak sebenamya mengun-

V~- 8 Nn ?
106 Stralegi Rantai Pasek Sayuran Organik

tungkan kedua belah pihak (petani dan faktor internal, terdapat beberapa kekuatan yang
mitranya). Dengan sistem kontrak ini akan dapat dimanfaatkan untuk menuju pertanian
menjamin kuantitas, mutu dan kontinuitas organik. Poktan sebagai wadah belajar dan
produk bagi pelaku usaha. Manfaat bagi petani tempat untuk memperkuat kerjasama diantara
adalah harga yang ditetapkan di alas harga para Petani memiliki peranan penting dalam
pasar tradisional, kestabilan harga selama menghadapi tantangan, ancaman, hambatan
periode tertentu, bantuan modal, bantuan benih dan gangguan, serta meningkatkan kesejahtera-
dan prosedur budi daya sayuran. Komoditas an Petani. Hubungan baik antara ketua dan
yang dijual dengan sistem kontrak biasanya anggota Poktan dapat mencapai skala ekonomi,
akan dipasarkan di berbagai pasar modem baik kuantitas, mutu, maupun kontinuitas.
(supermarket atau swalayan), hotel dan perusa- Kekuatan lain yang dimiliki oleh Poktan
haan agribisnis untuk tujuan ekspor. Petani yang adalah sayuran yang diproduksi beraneka
belum memiliki ikatan kontrak pemasaran akan ragam, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
menjual sayurannya kepada konsumen akhir masyarakat. Sayuran yang dihasilkan aman
ataupun pembeli dalam jumlah besar (agen, dikonsumsi (Prima Ill) dan pertanian ramah
bandar, tengkulak dan pedagang/ pengumpul). lingkungan juga menjadi modal untuk menuju
pertanian organik. Beberapa hal yang menjadi
ldentifikasi konsumen sayuran organik kelemahan menuju pertanian organik di Panga-
Kebanyakan konsumen sayuran organik lengan, antara lain kualifikasi SOM (petani, atau
adalah perempuan dengan rataan pendidikan anggota Poktan) masih rendah. Selian itu,
sarjana dan kebanyakan profesinya pegawai keinginan para Petani untuk beralih ke pertanian
negeri. Para konsumen memilih sayuran organik sebenarnya sudah ada, namun para
organik, karena konsumen menyadari akan Petani engan untuk memproduksi sayuran
pentingnya kesehatan bagi tubuh. Selain itu organik, karena harga sayuran yang diproduksi
salah satu alasan lain adalah karena konsumen secara konvensional hampir sama dengan harga
mengetahui bahwa sayuran organik memiliki sayuran yang diproduksi secara organik.
kandungan mutu dan gizi yang lebih baik Keterbatasan akses pasar juga merupa-
dibandingkan dengan sayuran biasa. Alasan kan kelemahan untuk mengembangkan pertani-
lainnya, para konsumen merupakan vegetarian, an organik. Hal ini terjadi karena belum ada
sehingga konsumen tidak rugi untuk menge- pasar dan saluran distribusi produk organik di
luarkan biaya lebih untuk mendapatkan sayuran Pangalengan. Kurangnya promosi, biaya
yang bennutu tinggi. Rataan konsumen membeli produksi sayuran organik yang tinggi (terutama
sayuran organik 3-4 kali dalam sebulan dan jenis sertifikasi), keterbatasan modal dan mahalnya
sayuran yang dibeli juga bervariasi 2-3 jenis biaya transportasi merupakan bagian dari
sayuran organik. kelemahan yang dihadapi para Petani di
Awai dari ketertarikan para konsumen Pangalengan untuk menuju pengembangan
memilih untuk mengkonsumsi sayuran organik, pertanian organik.
kebanyakan dikarenakan adanya iklan di swa-
layan yang mempromosikan sayuran organik. ldentifikasi faktor ekstemal
Dengan kata lain, konsumen lebih memilih dan ldentifikasi terhadap faktor-faktor ekster-
tertarik untuk membeli sayuran organik di nal menghasilkan rumusan mengenai peluang
Swalayan daripada di pasar tradisional. Hal dan ancaman yang dihadapi. Rumusan peluang
tersebut dikarenakan sayuran yang dijual di dan ancaman tersebut dapat dijadikan pertim-
Swalayan lebih segar daripada pedagang sayur bangan bagi pengembangan strategi produksi
keliling dan juga karena kebanyakan tempat sayuran organik di Pangalengan. Aspek-aspek
tinggalnya lebih dekat dengan Swalayan. yang ditinjau antara lain ekonomi, sosial budaya,
Menurut para konsumen sayuran organik, yang demografi, politik, pemerintah, hukum, teknologi
menjadi indikator bermutunya sayuran organik dan kompetitif (Tabel 3).
adalah mutu kesegaran dari sayurannya. Selain Selama ini sayuran yang diproduksi di
itu para konsumen berpikir bahwa sayuran Pangalengan masih berada pada tahap Prima Ill
organik yang mereka beli baik untuk kesehatan (sayuran aman dikonsumsi) dan profit yang
tubuh karena tidak menggunakan bahan didapatkan masih dapat menutupi biaya
pestisida, bersih dan segar. produksi. Pertambahan jumlah penduduk yang
semakin meningkat, perubahan pola konsumsi
Analisis Llngkungan Usaha dan gaya hidup masyarakat yang cenderung
ldentifikasi faktor internal back to nature, loyalitas konsumen organik
Lingkungan internal dianalisis mengguna- tinggi, adanya asosiasi pertanian organik,
kan pendekatan fungsional, yaitu analisis yang kebijakan pemerintah mengenai progam "Go
dilakukan pada masing-masing fungsi dalam organik", dukungan pemerintah, kuota permin-
kelompok tani dengan mengkaji manajemen, taan yang belum semua terpenuhi akan
pemasaran, keuangan, kegiatan produksi dan mendorong peningkatan permintaan sayuran
operasi (Tabel 2). Berdasarkan hasil identifikasi organik. Bila permintaan sayuran organik tinggi,
kemudian diikuti oleh biaya produksi yang
Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik 107

efisien, serta harga jual tinggi akan memberikan 9. Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Bidang
nilai tambah dan peningkatan kesejatiteraan Hortikultura) Jawa Baral
para petani. Menu rut Rusma et al (2011) strategi Berdasarkan penilaian terhadap faktor
harga dapat dilakukan dengan memberikan kunci internal, total skor rataan IFE 2,260 (Tabel
potongan harga untuk jumlah pembelian tertentu 4). Hal ini dapat diartikan kemampuan Poktan
Berdasarkan identifikasi faktor ekstemal, untuk memanfaatkan kekuatan yang ada dan
terdapat beberapa ancaman untuk menuju mengatasi kelemahan tergolong rataan. Hasil
pertanian organik di Pangalengan, diantaranya perhitungan matriks IFE ter1ihat bahwa sayuran
serangan hama dan penyakit perusak tanaman, yang diproduksi aman dikonsumsi (skor 0,336)
iklim dan cuaca yang tidak menentu, tarif ekspor merupakan kekuatan utama dalam strategi
sayuran tinggi, serta konsinyasi harga dari para produksi sayuran organik di Pangalengan.
agen, atau tengkulak. Dengan demikian, sistem produksi sayuran yang
aman dikonsumsi dapat menjadi langkah utama
Analisis Matriks IFE menuju pertanian organik mumi. Kelemahan
Berdasarkan hasil analisis faktor internal, utama dari sistem pertanian organik di
selanjutnya diidentifikasi beberapa hal yang Pangalengan adalah keterbatasan modal.
· menjadi kekuatan dan kelemahan Poktan.
Penetapan bobot dan rating pada kuesioner Analisis Matriks EFE
melibatkan beberapa pihak, antara lain: Matriks EFE berisi peluang dan ancaman
1. Ketua Poktan "Kalata' yang dihadapi oleh Poktan. Pemberian bobot
2. Ketua Poktan "Sari Tani" pada matriks EFE sama seperti pemberian
3. Pedagang atau pengumpul di Pangalengan bobot pada matriks IFE. Berdasarkan penilaian
4. Pemasok bibit di Pangalengan terhadap faktor kunci eksternal, total skor rataan
5. Asisten Manager"Adi Farm' EFE 2,790 (Tabel 27). Hal ini dapat diartikan
6. Farm Manager "Hikmah Farm" kemampuan · Poktan untuk memanfaatkan
7. Marketing Manager "Hikmah Farm' peluang-peluang yang ada dan mengatasi
8. lbu Kepala Desa Pangalengan (sebagai ancaman-ancaman yang dihadapi oleh Poktan
perwakilan konsumen) tergolong rataan.

Tabel 2. Faktor internal strategi produksi sayuran organik di Pangalengan


Faktor Internal Kekuatan Kelernahan
Manajemen Hubungan baik yang terjalin antara Ketua Kernampuan SOM masih rendah
dengan Anggota Poktan
Pernasaran 1. Harga sayuran organik hampir sama dengan
harga sayuran semi organik.
2. Lemahnya akses Poktan terhadap pasar
sayuran organik.
3. Kurangnya prornosi sayuran organik
Keuangan 1. Biaya produksi produk organik terlalu tinggi
2. Keterbatasan modal
Produksi dan 1. Sayuran yang diproduksi beraneka 1. Sertifikasi produk organik belum ada
operasi ragam 2. Mahalnya biaya transportasi
2. Kondisi geogafis mendukung
3. Pertanian ramah lingkungan (Prima
Ill)
4. Sayuran yang dihasilkan arnan
dikonsumsi

Ta beI 3. Fa ktor eksternal strategi produksi sayuran organik di Pangalengan


Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Ekonorni 1. Harga jual lebih tinggi
Sosial budaya dan 1. Pertarnbahan jumlah penduduk yang terus 1. Serangan hama dan penyakit
dernogafi rneningkat. perusak tanaman
2. Perubahan pola konsurnsi dan gaya hidup 2. lldim dan cuaca yang tidak
masyarakat yang cenderung back to menentu memengaruhi hasil
nature produksi
3. Loyalttas konsumen organik tinggi
4. Asosiasi pertanian organik
Politik, pemerintah 1. Kebijakan pemerintah mengenai progam Tarif ekspor sayuran tinggi
dan hukum "Go organik 2010"
2. Dukungan pemerintah
Kornpetttif Kuota pennintaan belum terpenuhi sernua · Konsinyasi harga dari para agen
ten kulak

Vol. B No. 2 September 2013


108 Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik

Tabel 4. Analisis matriks IFE

Bobo! Rating Nilai


Faktor - Faktor Internal (a) (b) Tertimbang
axb
Kekuatan
A Sayuran yang diproduksi beraneka ragam 0,073 3,5 0,255
B Kondisi geografi mendukung 0,073 3,6 0,262
C Hubungan baik yang tetjalin antara ketua dengan
anggota kelompok tani 0,064 3,3 0,210
D Pertanian ramah lingkungan (prima Ill) 0,079 3,8 0,302
E Sayuran yang dihasilkan aman dikonsumsi 0,084 4,0 0,336
Kelernahan
F Biaya procluksi produk organik terlalu tinggi 0,081 1,2 0,097
G Harga sayuran organik hampir sama dengan harga
sayuran semi organik 0,081 1,4 0,114
H Kemampuan SOM masih rendah 0,081 1,5 0,121
I Lemahnya akses kelornpok tani terhadap pasar
sayuran organik 0,083 1,3 0,108
J Sertifikasi produk organik belum ada 0,078 1,5 0,117
K Keterbatasan modal 0,071 1,8 0,127
L Kurangnya promosi sayuran organik 0,084 1.2 0,101
M Mahalnya biaya transportasi 0,069 1,6 0, 111
Total 1,000 2,260

Tabel 5. Analisis matriks EFE

Bobo! Rating Nilai


Faktor- Faktor Eksternal (a) (b) Tertimbang
axb
Peluang
A Pertambahan jumlah penduduk yang terus 0,073 3,2 0,234
meningkat
B Perubahan pola konsumsi dan gaya hidup 0,087 3,9 0,339
masyarakat yang cenderung back to nature
C Kebijakan pemerintah mengenai program "Go 0,086 3,6 0,310
organik 201 O"
D Loyalttas konsumen organik tinggi 0,073 3,3 0,242
E Asosiasi pertanian organik 0,069 3,0 0,208
F Harga jual sayuran organik lebih tinggi 0,083 3,6 0,297
G Kuota permintaan belum terpenuhi semua 0,076 3,2 0,243
H Dukungan pemerintah 0,102 3,8 0,388
Ancaman
I Serangan hama dan penyakit perusak tanaman 0,089 1,6 0,142
J lklim dan cuaca yang tidak menentu mempengaruhi 0,085 1,7 0,144
hasil produksi
K Konsinyasi harga dari para agen/tengkulak 0,078 1,7 0,133
L Tarif ekspor sayuran tinggi 0,098 1,1 0,108
Total 1,000 2,790

Pada Tabel 5, tertihat bahwa dukungan dan ekstemal yang menghasilkan matriks IE
pemerintah merupakan peluang yang paling untuk mengetahui posisi Poktan saat ini.
besar dalam menuju pertanian organik (skor Pemetaan posisi perusahaan sangat penting
0,388). Ancaman utama yang dihadapi dalam bagi pemilihan altematif strategi dalam
produksi sayuran organik adalah iklim dan cuaca menghadapi persaingan dan perubahan yang
yang tidak menentu mempengaruhi hasil produk- te~adi. Nilai matriks IFE 2,260 dan EFE 2, 790,
si (skor 0, 144). menunjukkan posisi Poktan di Pangalengan
berada pada Kuadran V (hold and maintain),
Matriks IE yaitu memiliki kemampuan internal dan ekstemal
rataan. Poktan yang masuk ke dalam kuadran ini
Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah
sebaiknya dikelola dengan strategi penetrasi
dilakukan, dipertajam dengan analisis internal
pasar dan pengembangan produk (Gambar 2).

KIPOIYAH ET AL Manaiemen IKM

~--------------·-··--·---··--· --··· · · - - - - - - · - ··-·----···- ··-------


Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik 109

Total Nilai IFE diberi Bobot


Kuat Rataan Lem ab
3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
4,0 3,0 2,260 2,0 1,0
Tinggi
r.l
"" ""
r.l
3 ill
-
0
3,0-4,0
3,0
(1) (Ill)

z ·c
~
..
- ·-
1:
"C
Menengah
2,79
(IV) (VI)
2,0-2,99 2,0

Rendab
(VU) (VIII) (IX)
1,0-1,99 1,0

Gambar 2. Analisis matriks IE Poktan di Pangalengan

Tabel 6. Analisis Matriks S>NOT


Kekuatan (Strengths-S) Kelemahan (Weakness-W)
Faktor Internal
1. Sayuran yang diproduksi 1. Biaya produksi produk organik
beraneka ragam terlalu tinggi
2. Kondisi geogafi 2. Harga sayuran organik hampir
mendukung sama dengan harga sayuran
3. Hubungan baik yang semi organik
terjalin antara Ketua 3. Kernampuan SOM masih
dengan Anggota Poktan rend ah
4. Pertanian ramah 4. Lemahnya akses kelompok
lingkungan (Prima Ill) tani terhadap pasar sayuran
5. Sayuran yang dihasilkan organik
aman dikonsumsi 5. Sertifikasi produk belum ada
Faktor Ekstemal
6. Keterbatasan modal
7. Mahalnya biaya transportasi
Peluang (Opportunities--0) Strategi S-0 Strategl W-0
1. Pertambahan jumlah penduduk 1. Meningkatkan mutu, 1. Fasilitasi dan dukungan
terus meningkat kuantitas dan kontinuttas pemerintah
2. Perubahan pola konsumsi dan gaya produksi. 2. Penguatan terhadap aspek
hidup masyarakat cenderung back 2. Mernperluas pasar dan finansial (permodalan)
lo nature mempernnudah saluran 3. Memenuhi standar mutu
3. Kebijakan pemerintah mengenai distribusi produk sayuran organik
program "Go organik 2010" 3. Mernfokuskan sesuai keinginan pembeli
4. Loyalttas konsumen organik tinggi pengembangan produk 4. Melakukan kemttraan dengan
5. Asosiasi pertanian organik sayuran organik pasar Swalayan dalam
6. Harga juai lebih tinggi premium pendistribusian produk
7. Kuota pernnintaan belum terpenuhi sayuran organik
semua
8. Dukungan oemerintah
Ancaman (Threa1&-n Strategl S-T Strategl W-T
1. Serangan hama dan penyakit 1. Perencanaan pola tanam 1. Melakukan rise! pasar
perusak tanaman yang lebih baik sayuran organik dan
2. lklim dan cuaca yang tidak menentu 2. Pengembangan produk merencanakan perkembangan
mempengaruhi hasii produksi sayuran organik pernasarannya
3. Konsinyasi harga dari para unggulan 2. Memantau dan mengawasi
agen/tengkulak harga sayuran di setiap
4. Tarif eskpor sayuran tinggi tingkatan rantai pasok
3. Membentuk asosiasi produsen
sayuran organik ditingkat
Gaooklan dan Poktan

V~ A Nn?
110 Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik

Analisis Matrlks SWOT Aktor


Aktor-aktor utama yang berpengaruh
Tujuan dari tahap pencocokan (matriks terhadap strategi pengembangan manajemen
SWOT) adalah untuk menghasilkan altematif rantai pasok sayuran organik di Pangalengan
strategi yang layak. lidak semua altematif adalah petani dan pedagang, pemerintah,
strategi yang dikembangkan dalam matriks lembaga riset dan perguruan tinggi, lembaga
SWOT akan dipilih dan diimplementasikan keuangan, dan konsumen.
(Tabel 6). Dengan analisa ini diharapkan
kelompok tani dapat menyusun strategi bersaing
berdasarkan kombinasi antara faktor-faktor Tujuan
internal dan ekstemal yang telah disajikan dalam Tujuan penyusunan strategi manajemen
matriks JFE dan EFE, sehingga pada akhimya rantai pasok sayuran organik di Pangalengan
didapatkan strategi yang sesuai berdasarkan adalah:
posisi dan kondisi Poktan. Dengan pilihan a. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
strategi yang tepat, diharapkan dapat eksternal yang memengaruhi manajemen
memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk rantai pasok sayuran organik di Pangalengan
mengurangi kelemahan dan menghadapi b. Mengidentifikasi peranan para pelaku rantai
ancaman yang ada. pasok sayuran di Pangalengan
c. Menyusun strategi rantai pasok yang tepat
Priorltas Strategi Pengembangan untuk sayuran organik bemilai tambah tinggi
Manajemen Rantai Pasok berbasis petani di Pengalengan
Pemilihan strategi menggunakan AHP,
karena AHP memiliki fleksibilitas tinggi, Altematif Strategi
kemampuan mengakomodasi kompleksi-tas Altematif strategi pengembangan
permasalahan yang ada ke dalam sebuah hirarki manajemen rantai pasok yang diperoleh melalui
dan kendalanya mengakomodasi konflik diantara analisis SWOT adalah:
para pakar yang memberikan pendapat. a. Meningkatkan mutu, kuantitas dan kontinui-
ldentifikasi untuk tiap masing-masing unsur tas produksi
dalam hirar1<i AHP dilakukan oleh pendapat tiga b. Memper1uas pasar/kemitraan dan memper-
orang ahll/pakar dalam pertanian sayuran mudah saluran distribusi
organic, seperti perwakilan dari praktisi, Kasi c. Fasilitasi dan dukungan pemerintah, serta
Teknologi Subdit Budidaya Tanaman Sayuran, asosiasi antar petani
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian d. Penguatan aspek finansial (modal)
Pertanian sebagai perwakilan dari pemerintah e. Perencanaan pola tanam yang lebih baik
dan staf pengajar Departemen Agronomi dan f. Melakukan riset pasar sayuran organik dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB sebagai perencanaan pengembangan pemasarannya
perwakilan dari akademisi. g. Memantau dan mengawasi harga

Ultimate Goal Analisis Pemilihan Strategi Rantai Pasok


Ultimate Goal dari struktur hirarki ini Hubungan faktor dan ultimate goal
adalah menyusun konsep strategi persiapan label 7 menunjukkan hubungan antara
pengembangan rantai pasok sayuran organik di faktor dan goal dalam struktur hirarki AHP.
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Faktor yang dianggap paling penting terhadap
Harapan strategi yang diperoleh adalah strategi konsep strategi pengembangan manajemen
mengembangkan dan menciptakan rantai pasok rantai pasok sayuran organik di Kecamatan
menuju pertanian sayuran organik di Pangalengan adalah modal dengan bobot 0,375.
Pangalengan. Modal merupakan faktor awal untuk menerapkan
dan mengembangkan pertanian sayuran menuju
Faktor
organik di Pangalengan. Tanpa adanya
Faktor-faktor utama yang berpengaruh
pembiayaan dan modal yang cukup, para petani
nyata dalam pengembangan manajamen rantai
tidak akan tergerak untuk memproduksi sayuran
pasok adalah SDM, modal, potensi pasar, dan
organik di Pangalengan.
dukungan pemerintah.

label 7. Hubungan faktor dan goal


Faktor/UG Konsep strategi pengembangan manajemen rantai pasok
sayuran organik di Kecamatan Pangalengan - Bandung
SOM 0,166
Dukungan Pemerintah 0,228
Potensl Pasar 0,231
Modal 0,375

M~n::iiiemen IKM
Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik 111

Hubungan faktor dan aktor tinggi berbasis petani di Pangalengan dengan


Aktor yang paling mempengari.Jhi SOM bobo! berturut-turut 0,460, 0,600, 0,685 dan
adalah petani dan pedagang dengan bobot 0,584 (Tabel 9). Dari sisi aktor, lembaga
0,383 (Tabel 8). Para pe!ani merupakan orang keuangan mengganggap tujuan yang paling
pertama yang akan memproduksi sayuran penting adalah mengidentifikasi peranan para
organik dan sekaligus sebagai produsen untuk pelaku rantai pasok sayuran di Pangalengan
rantai pasok distribusi sayuran organik. Aktor (bobot 0,600).
yang paling mempengaruhi faktor modal adalah
konsumen dan lembaga keuangan (bobot Hubungan tujuan dan altematif strategi
0,299). Dalam hal ini lembaga keuangan adalah Alternatif memperluas pasar/kemitraan,
untuk dukungan dan penguatan finansial. mempermudah saluran distribusi, serta
Aktor yang paling memengaruhi faktor melakukan rise! pasar sayuran organik dan
potensi pasar adalah konsumen dengan bobot perencanaan pengembangan pemasarannya
0,443. Hal ini karena konsumen merupakan dianggap merupakan alternatif-alternatif paling
tujuan utama dari suatu produk diproduksi penting untuk mencapai tujuan mengidentifikasi
apabila tidak ada konsumen maka tidak akan faktor-faktor internal dan eksternal yang
tercipta suatu pasar. Aktor yang paling memengaruhi manajemen rantai pasok sayuran
mempengaruhi faktor dukungan pemerintah di organik di Pangalengan dengan bobot 0,217
Pangalengan adalah lembaga keuangan (bobot (Tabel 10). Alternatif perencanaan pola tanam
0,364 yang berupa bank pemerintah yang ikut yang lebih baik merupakan alternatif paling
serta dalam mendukung pembiayaan pertanian penting untuk tujuan mengidentifikasi peranan
organik di Pangalengan. para pelaku rantai pasok sayuran di
Pangalengan dengan bobot 0,342. Untuk tujuan
Hubungan aktor dan tujuan menyusun strategi rantai pasok yang sesuai
Bagi petani dan pedagang, pemerintah, untuk sayuran organik bernilai tambah tinggi
lembaga rise! dan perguruan tinggi, serta berbasis petani di Pangalengan, alternatif
konsumen, tujuan yang paling dianggap penting strategi yang dianggap paling penting adalah
adalah menyusun strategi rantai pasok yang memperluas pasar dan mempermudah saluran
sesuai untuk sayuran organik bernilai tambah distribusi dengan bobot 0,239.

Tabel 8. Hubungan faktor dan aktor

Aktorlfaktor Dukungan
SOM Modal Polensi Pasar Pemerinlah
Petani dan Pedagang 0,383 0,061 0,082 0, 113
Pemerintah 0,107 0,244 0,169 0,149
Lembaga Rise! dan 0,087 0,104 0,169 0,160
Perguruan Tinggi
Lembagan Keuangan 0,163 0,299 0,137 0,364
Konsumen 0,260 0,292 0,443 0,215

Tabel 9. Hubungan aktor dan tujuan


Petani dan Lem baga Rise! dan Lembaga
Tujuan/Aktor Pemerinlah Keuangan Konsumen
Pedagang Perguruan Ti!!!jgi
Mengidenlifikasi faktor-faktor inter- 0,221 0,200 0,200 0,234 0,281
nal dan ekstemal yang mempenga-
ruhi manajernen rantai pasok
sayuran organik di Pangalengan
Mengidenlifikasi peranan para 0,319 0,200 0,600 0,080 0,135
pelaku rantai pasok sayuran di
Pangalengan
Menyusun stral09i rantai pasok 0,460 0,600 0,200 0,685 0,584
yang sesuai untuk sayuran organik
bernilai tambah linggi berbasis
petani di Pangalengan

Vnl A No. 2 September 2013


112 Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik

Tabel 10. Hubungan tujuan dan alternatif strategi


Alternatif Strategiffujuan Mengidentifikasi faktor-faktor Mengidentifikasi Menyusun strategi rantai
internal dan eksternal yang peranan para pasok yang sesuai untuk
mempengaruhi manajemen pelaku rantai pasok sayuran organik bernilai
rantai pasok sayuran organik sayuran di tambah tinggi berbasis
di Pangalengan Pangalengan petani di Pangalengan
Meningkatkan mutu, 0,054 0,240 0,041
kuantitas dan kontinuttas
roduksi
Memperluas pasar/kemtt- 0,217 0,079 0,239
raan dan mempermudah
saluran distribusi
Fasilitasi dan dukungan 0,202 0,083 0, 163
pemerintah, serta asosiasi
antar etani
Penguatan aspek finansial 0,054 0,074 0,155
modal
Perencanaan pola tanam 0,054 0,342 0,060
an lebih baik
Melakukan rise! pasar 0,217 0,097 0,185
sayuran organik dan
perencanaan pengem-
bangan pemasaran
Memantau dan 0,202 0,083 0,158
mengawasi harga

Analisis Pemilihan Strategi Rantai Pasok Tujuan


Tabel 13 menunjukkan bobot tujuan
Faktor
terhadap goal, yaitu menyusun konsep strategi
Tabel 11 menunjukkan faktor modal
pengembangan manajemen rantai pasok
merupakan faktor prioritas pertama dalam
sayuran organik di Kecamatan Pangalengan.
pencapaian goal dari kajian ini dengan bobot
Tujuan menyusun strategi rantai pasok yang
0,375. Kemudian faktor lain berturut-turut
sesuai untuk sayuran <;>.rganik bernilai tambah
berdasarkan prioritas paling tinggi ke rendah
tinggi berbasis petani di Pangalengan (bobot
adalah potensi pasar (0,231 ), dukungan
0,375) merupakan prioritas utama dalam
pemerintah (0,228) dan SOM (0, 166).
pencapaian goal. Artinya strategi yang sesuai
Tabel 11. Bobo! faktor terhadap goal harus diutamakan agar tercipta goal. Prioritas
tujuan kedua mengidentifikasi peranan para
Faktor Bobo! Prioritas pelaku rantai pasok sayuran di Pangalengan
Modal 0,375 1 dengan bobot 0, 180. Kemudian prioritas terakhir
Potensi Pasar 0,231 2 adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal
Dukungan Pemerintah 0,228 3 dan eksternal yang mempengaruhi manajemen
SOM 0,166 4 rantai pasok sayuran organik di Pangalengan
(bobot O, 153).
Aktor
Dalam mencapai keberhasilan dari kajian Tabel 13. Bobo! tujuan terhadap goal
ini aktor yang paling mempengaruhi goal adalah
Tujuan Bobo! Prioritas
konsumen (0,306). Hal ini menunjukkan Menyusun strategi rantai pasok 0,375 1
konsumen menjadi aktor untuk dapat yang sesuai untuk sayuran
menggerakkan dan menjadi tujuan utama dalam organik bernilai tambah tinggi
penyusunan konsep strategi rantai pasok di berbasis petani di Pangalengan
Pangalengan. Data lengkapnya dapat dilihat Mengidentifikasi peranan para 0, 180 2
pada Tabel 12. pelaku rantai pasok sayuran di
Pangalengan
Tabel 12. Bobo! aktor terhadap goal Mengidentifikasi faktor-faktor 0, 153 3
internal dan eksternal yang
Aktor Bobo! Prioritas memengaruhi manajemen
Konsumen 0,306 1 rantai pasok sayuran organik di
Lembaga Keuangan 0,252 2 Pangalengan
Pemerintah 0,183 3
Petani dan Pedagang 0,145 4 Altematif strategi
Lembaga Rise! dan Perguruan 0, 128 5 Tabel 14 menunjukkan bobot alternatif
Tinggi strategi terhadap goal, yaitu menyusun konsep
strategi pengembangan manajemen rantai
pasok sayuran organik di Kecamatan
Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik 113

Pangalengan. Alternatif strategi dengan prioritas Beberapa Poktan saja yang memiliki kemitraan
utama adalah memperluas pasarlkemitraan dengan perusahaan besar, tetapi kelompok atau
serta mempermudah saluran distribusi dengan petani lain hanya melakukan penjualan dan
(0,205). Hal ini menunjukkan bahwa untuk distribusi yang tidak terencana dan tidak
mencapai goal dalam kajian ini, saluran konsisten. Hal tersebut juga dikarenakan pasar
distribusi dan per1uasan pasar merupakan untuk penjualan kurang luas dan adanya aliran
strategi utama yang harus diterapkan, kemudian rantai pasokan sayuran yang terlalu panjang
diurutan kedua melakukan rise! pasar sayuran telah menyebabkan penjualan tidak tertata
organik dan perencanaan pengembangan dengan baik.
pemasaran (0, 180). Hal tersebut berkaitan Kegiatan konkrit dari strategi ini memertu-
dengan mencari peluang pasar untuk kan dukungan dari pemerintah, terutama peme-
mengembangkan dan memasarkan sayuran rintah Kabupaten Bandung yang berwenang
organik di Pangalengan. dalam mengambil kebijakan dan memutuskan
Alternatif strategi ketiga adalah fasilitasi beberapa peraturan agribisnis di Pangalengan.
dan dukungan pemerintah, serta asosiasi antar Salah satu dukungan yang sangat diper1ukan
petani (0, 157). Dalam strategi ini peran saat ini adalah sertifikasi untuk lahan dan produk
pemerintah sebagai fasilitator dan pendukung organik.
sangat dibutuhkan untuk mencapai goal. ·serdasarkan rantai pasok yang sudah
Prioritas strategi keempat adalah memantau dan ada, ada beberapa aliran rantai yang panjang,
mengawasi harga dengan bobot 0, 156. Alternatif karena bertujuan untuk mempertuas jangkauan
strategi ini dapat diterapkan bersama dengan distribusi dan pasar, terlepas dari pemotongan
strategi prioritas ketiga, yaitu dengan dukungan mata rantai pasok sulitnya petani untuk
dari pemerintah. Penguatan aspek finansial mendapatkan pendapatan yang lebih baik.
(modal) merupakan alternatif prioritas kelima
(0, 114). Untuk alternatif keenam dan ketujuh
KESIMPULAN
berturut-turut, yaitu perencanaan pola tanam
yang lebih baik (0, 107) dan meningkatkan mutu,
a. Raritai pasok sayuran di Kecamatan
kuantitas dan kontinuitas produksi (0,081 ).
Pangalengan meliputi pemasok bibit, petani,
Kedua alternatif terakhir tersebut berkaitan
pedaganglpengumpul, perusahaan, penjuall
dengan produksi dari sayuran organik.
eksportir, pasar luar negeri, pasar tradisional
dan ritellsupermarket. Panjang, ataupun
Tabel 14. Bobo! alternatif strategi terhadap goal
pendeknya suatu rantai pasok sayuran
Alternatif Strategi Bo bot Prioritas tersebut tergantung dari pengelolaan
Mempertuas pasarlkemitraan 0,205 1 manajemen pemasaran dari para Poktan di
serta mempermudah saluran Pangalengan itu sendiri. Misal rantai pasok
distribusi yang panjang berarti saluran distribusi dan
Melakukan rise! pasar sayuran 0,180 2
jangkauan pasar sangat luas dan sebaliknya,
organik dan perencanaan
eengembangan eernasaran rantai pasok pendek melalui jangkauan pasar
Fasilitasi dan dukungan 0,157 3 dan distribusi terbatas, namun nilai lebih bisa
pemerintah serta asosiasi antar diperoleh dari petani (produsen).
etani b. Setiap anggota atau pelaku rantai pasokan
Memantau dan mengawasi 0,156 4 sayuran di Pangalengan mempunyai peran
har a berbeda. Pada tingkatan produsen, pelaku-
Penguatan aspek finansial 0,114 5 nya pemasok bibit dan petani (Poktan) yang
(modal) melakukan budidaya bibit dan sayuran;
Perencanaan pola tanam yang 0,107 6 ditingkat distributor, pelakunya pedagangl
lebih baik pengumpul, perusahaan dan eksportir;
Meningkatkan mutu, kuantitas 0,081 7 ditingkat konsumen, terdapat pelaku yang
dan kontinuitas eroduksi
memasarkan sayuran di pasar luar negeri,
lmplikasi Manajerial pasar tradisional, ritellsupermarket dan
masyarakat umum.
Berdasarkan hasil analisis SWOT dan c. Hasil perhitungan matriks IFE ter1ihat bahwa
pengambilan keputusan dengan AHP, maka sayuran yang diproduksi aman dikonsumsi
dapat dilihat bahwa alternatif strategi yang paling sebagai kekuatan utama dalam strategi
baik adalah memper1uas pasar dan memper- produksi sayuran organik di Pangalengan.
mudah saluran distribusi. Pengembangan pasar Kelemahan utamanya keterbatasan modal.
dilakukan dengan memper1uas saluran distribusi Dukungan pemerintah merupakan peluang
dan pemasarannya. Hal ini dapat dilakukan paling besar di Pangalengan dalam menuju
melalui peningkatan promosi, membuka gerai di pertanian organik. Ancaman utama yang
supermarket atau tempat lain dan melalui iklan, dihadapi dalam produksi sayuran organik di
atau internet. Di Kecamatan Pangalengan Pangalengan, antara lain iklim dan cuaca
saluran distribusi sayuran yang sudah ada tidak
tersusun dengan manajemen yang baik.

"--' a ~• .. ., Seolember 2013


114 Strategi Rantai Pasok Sayuran Organik

tidak menentu yang memengaruhi hasil [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Seksi lnteg-
produksi. rasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
d. Berdasarkan perumusan alternatif strategi Badan Pusat Statistik Kabupaten Ban-
diperoleh 7 strategi, tetapi dengan pembatas dung. Badan Pusat Statistik Kabupaten
kontribusi kerja didapatkan alternatif strategi Bandung, Bandung.
prioritas utama dan kedua yang berkaitan Apriantono, A. 2005. 'Kebijakan Um um Pem-
dengan pemasaran, yaitu memperluas bangunan Nasional Da/am Pembangun-
pasar/kemitraan serta mempermudah saluran an /ndustri Pertanian Mendukung Keta-
distribusi; dan melakukan rise! pasar sayuran hanan Pangan Nasionar, Sambutan
organik dan merencanakan pengembangan Mentri Pertanian Dalam Simposium
pemasaran. Altematif strategi ketiga menge- Nasional Hari Pangan Dunia, Sahid
nai pembinaan/pengawasan, yaitu fasilitasi Hotel Jakarta.
dan dukungan pemerintah, serta asosiasi
antar petani. Altematif keempat merupakan David, F. R. 2010. Manajemen Strategis.
strategi dalam hal keuangan yaitu memantau (Terjemahan). Salemba Empat, Jakarta.
dan mengawasi harga. Hadiguna, R. A. dan Marimin. 2007. Alokasi
Pasokan Berdasarkan Produk Unggulan
DAFTAR PUSTAKA Untuk Rantai Pasok Sayuran Segar.
Jumal Teknik lndustri; 2(9): 34.
Admin. 2012. Registrasi Lahan Usaha Sayuran
Marimin dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik
di Kabupaten Bandung Barat. Dinas
Pengambilan Keputusan dalam Mana-
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
jemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.
Jawa Barat.
http://www.diperta.jabarorov.qo.id/index. Nuryati, L. 2012. Mentan Canangkan Gerakan
php/subMenu/informasi/berita/detailberit Peningkatan Konsumsi Buah dan
a/735. [12 Juni 2012). Sayuran Nusantara. ·
www.kompas.com.[28 Juni 2012)
[AOI) Aliansi Organik Indonesia. 2009. Statistik
Pertanian Organik Indonesia 2009. Rusma, J., M. Hubeis, dan B. Suharjo. Kajian
Aliansi Organik Indonesia (AOI), Bogor. Preferensi Konsumen Rumah Tangga
Terhadap Beras Organik di Wilayah Kola
Bogor. Manajemen IKM, 6(1): 49-54.

.............. ~, .............. .
r
ff
i;~;..,
['o'"'
Manajemen IKM, September 2013 (135-143) Vol. 8 No. 2
ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.idlindex.phpljumalmpU

Adopsi Teknologi Budi Daya dari Strategi Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat
di Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara

Adoption of cultivation technology and development strategy in the management of


smallholders rubber plantation
1
Nurul Huda* , Budi Suharjo 2 dan Ani Suryani 3
1
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Barito utara
JI. Yetro Sinseng No. 13 Muara Teweh, Banjarmasin
2
Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam, lnstitut Pertanian Bogor
JI. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
3
Departemen Teknologi lndustri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, lnsrnut Pertanian Bogor
JI. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

ABSTRAK

Indonesia memiliki luas perkebunan karet terluas di dunia, namun produktivitasnya masih sangat
rendah. Perkebunan karet di Indonesia sekitar 85% adalah milik rakyat, sebagian besar tingkat adopsi
terhadap teknologi budidayanya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
karakteristik internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap teknologi
budi daya karet, serta menghasilkan rumusan strategi pengembangan pengelolaan perkebunan karet
rakyat di Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barile Utara. Pengolahan dan analisis data dilakukan
dengan analisis statistika secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan tabel distribusi
persentase, analisis statistik Khi-kuadrat, analisis korespondensi dan analisis logit Secara deskriptif
tingkat adopsi petani karet 54% rendah, 40% sedang dan 6% tinggi. Uji khi-kuadrat mempertihatkan
adanya keterkaitan antara tingkat adopsi dengan Jenis kelamin, umur, kursus/pelatihan, kegiatan
Mencari lnformasi teknologi budi daya, Dukungan Penyuluhan, Dukungan Kelompok Tani dan Dukungan
Pemerintah. Hasil analisis Legit Metode Stepwise mempertihatkan ada dua variabel karakteristik internal
dan eksternal yang sangat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi budi daya karet, yaitu Dukungan
Kelompok Tani dan Kegiatan mencari lnformasi Teknologi Budi Daya. Strategi pengembangan
pengelolaan perkebunan karet sebaiknya berbasiskan pada penumbuhan, penguatan dan
pengembangan Kelompok tani (Poktan). Adanya dukungan kelompok tani dapat menumbuhkan proses
peningkatan informasi dan keterampilan bagi petani. Strategi pengembangannya meliputi Penumbuhan
dan pengembangan kelembagaan, serta Peningkatan dan pengembangan informasi bagi kelompok tani.

Kata kunci: adopsi teknologi, karet alarn, kelompok tani, regresi logit

ABSTRACT

Although Indonesia has the largest rubber plantation in the world, the productivity is still very low.
About 85% of the plantation belongs to the majority of farmers whose adoption level of cultivation
technology is still low. This study aimed to determine the internal and external characteristics that greatly
affect the level of farmers' adoption of technology in rubber cultivation to come up with the formulation of
development strategy in the management of rubber plantation in Teweh Tengah Sub-district, Barito Utara
regency. Processing and data analysis was done by analysis of descriptive and inferential statistics using
the percentage distribution tables, Chi-square statistical analysis, correspondence analysis and logit
analysis. Descriptively, the technology adoption rate of rubber farmers was categorized as 54% low, 40%
moderate and 6% high. A Chi-Square test showed a correlation between the level of adoption by gender,
age, course/training, Information Seeking activities of cultivation technology, Extension Support, Farmer
Group Support, and Government support. The analysis result of Legit Method of Stepwise showed that
there were two characteristics of internal and external variables that influenced the adoption rate of
rubber cultivation technology: Support of Farmer Groups and Activities of Seeking for Cultivation
Technology Information. A strategy for the development of rubber plantation Management should be
based on growth, strengthening and development of farmer groups. The support of farmer groups can
foster the process of increasing the information and skills for farmers. Development strategy included
establishment and institutional development. improvement and development of information for farmer
groups.

Key words: Logit Regression, Rubber Plantation, Technology Adoption, farmer group

•) Korespondensi:
JI. Yetro Sinseng No. 13 Muara Teweh, Banjarmasin; e-mail: masnurulhuda@yahoo.com
136 Adopsi Teknologi Budi Daya

PENDAHULUAN Tujuan penelitian ini (a) Mengidentifikasi


karakteristik internal dan ekstemal yang sangat
Indonesia memiliki potensi cukup besar untuk mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap
menjadi produsen terbesar karet alam dunia, teknologi budi daya karet, serta (b) Menghasilkan
karena luas perkebunannya terluas di dunia, yaitu rumusan strategi pengembangan pengelolaan
3,4 juta Ha. Dari luasan tersebut, 85% lebih perkebunan karet rakyat, khususnya di Kecamat-
didominasi oleh perkebunan rakyat, kurang dan an Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara.
7% dikuasai oleh BUMN dan 8% dikuasai oleh
pihak swasta. Pada tahun 2007 Indonesia hanya METODOLOGI
mampu memproduksi 2,55 juta ton, sedangka~
Thailand 2,97 juta ton. Pada tahun 2009, produks1
Penelitian dilakukan pada lima desa di
karet di Indonesia mengalami penurunan cukup Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito
tajam menjadi 2,44 juta ton, sementara Thailand Utara Provinsi Kalimantan Tengah, waktu pelak-
justru naik menjadi 3,09 juta ton, padahal luas sanaan selama tiga bulan, mulai dari Bulan Juni
kebun karet Thailand 2 juta Ha. Akibat rendahnya
hingga Bulan Agustus 2011 .
. produktivitas, produksi karet alam tidak men-
Data primer diperoleh dari hasil pengamat-
cukupi untuk memasok kapasitas pabrik karet
an langsung (observasi), diskusi dan wawancara
remah nasional yang mencapai 3,8 juta ton/tahun dengan responden petani karet dengan alat bantu
(Gapkindo, 2011 ). kuesioner. Data sekunder diperoleh dari buku,
Secara umum permasalahan utama dalam
laporan dan dokumen-dokumen lain yang terkait
perkebunan karet rakyat adalah produktivitas dengan penelitian yang diperoleh dari instansi
yang rendah, hanya sekitar 61 O kg/ha/tahun,
terkait dan pustaka.
padahal produktivitas perkebunan besar negara
atau swasta telah inencapai 1. 107 kg dan 1. 190 Pada penelitian ini, pengambilan contoh
kg/ha/tahun. Rendahnya produktivitas karet rakyat tahap pertama dilakukan menggunakan dengan
disebabkan oleh luasnya areal karet yang meng- metode contoh acak sederhana untuk menentu-
gunakan bahan tanam (seedling) non unggul dan kan wllayah Desa/kelurahan terpilih. Penarikan
tanaman umumnya sudah tua atau rusak, contoh tahap kedua dilakukan dengan metode
insidental terhadap petani karet yang memiliki
sehingga perlu diremajakan. Upaya pere~ajaa~
oleh petani dengan menerapkan teknolog1 bud1 kebun karet dan berdomisili/tinggal menetap di
daya karet sesuai teknis anjuran secara swadaya wilayah Desai Kelurahan tersebut. Ukuran contoh
berjalan relatif lambat dan tingkat keberhasilannya
rendah karena adanya berbagai kendala, antara
yan: d~g(;::~2n)untu~n~:;)n ini adalah:
lain tert,atasnya dana, kurangnya ketersediaan
informasi dan minimnya sumber daya manusia
(SOM) yang handal, serta lemahnya kelembagaan Keterangan:
finansial. Petani karet sebagai kelompok produsen n = ukuran contoh
karet alam terbesar di Indonesia, perlu dibantu Z = nilai pada tabel Z
dan dibina di dalam pengelolaan usaha a = tingkat kesalahan
perkebunan karet agar dapat memberikan nilai p = proposi
tambah yang baik, serta dapat bermanfaat bagi =
e kelonggaran ketidaktelitian =10%
semua pihak yang terlibat dalam usaha
perkebunan karet. Analisis data dalam penelitian ini menggu-
Kabupaten Barito Utara memiliki total luas nakan analisis statistika deskriptif dan inferensial.
kebun karet seluas 53.333 ha, dengan produksi Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan
41.564 ton slab per tahun. Perkebunan karet di memanfaatkan software Statistical Package for
Kabupaten Sarita Utara sebenamya telah meme- Social Science (SPSS) versi 13.0 for windows.
nuhi syarat sebagai bahan olah karet (bokar)
untuk SIR 20 dengan produktivitas karet kering Analisls Deskriptif
652,4-707,27 kg/ha/tahun menurut penelitian Analisis deskriptif digunakan untuk mem-
BPTK Bogar (2004). Data tahun 2009 menunjuk- berikan gambaran umum mengenai tingkat adopsi
kan bahwa produktivitas karet kering berkisar 784- teknologi petani karet berdasarkan berbagai
779 kg/ha/tahun atau meningkat sekitar 10% karakteristik responden. Uji deskriptif dilakukan
(Statistik Perkebunan Kabupaten Barito Utara, dengan serangkaian uji berikut:
2009). Sebagai daerah yang memiliki perkebunan a. Analisis khl-kuadrat
karet terluas dan memiliki kontribusi cukup besar Uji khi-kuadrat berguna untuk menguji
di Kalimantan Tengah, sangat disayangkan bila hubungan, atau pengaruh dua buah peubah
produktivitas rataan perkebunan karet di Kabupa- nominal dan mengukur kuatnya hubungan
ten Barito utara masih tergolong rendah. Bebera- peubah yang satu dengan peubah nominal
pa indikasi penyebab rendahnya produktivitas lainnya.
perkebunan karet rakyat tidak luput dari rendah-
Rumus khi-kuadrat:
nya tingkat adopsi petani dalam mengelola kebun
karetnya.

HUDAETAL Manajemen IKM


Adopsi Teknologi Budi Daya 137

Dimana: HASIL DAN PEMBAHASAN


i = Nilai khi-kuadrat, f. = Frekuensi ycing diha-
rapkan, fo = Frekuensi yang diperolehldiamati Karakteristik Internal Petani Karet

b. Koefisien Kontingensi (C) Dari kuesioner yang digunakan kepada


Koefisien Kontingensi digunakan untuk petani karet, diketahui tingkat adopsi petani karet
mengukur derajat hubungan, asosiasi atau berdasarkan hasil perhitungan skor adalah: (a)
dependensi dari klasifikasi-klasifikasi pada Tingkat adopsi rendah = 54%, (b) Tingkat adopsi
Tabel Kontingensi. sedang = 40%, dan (c) Tingkat adopsi tinggi =
Rumus Koefisien kontingensi adalah: 6%. Berdasarkan hasil analisis dengan Khi-
kuadrat, didapatkan beberapa peubah yang
C=~ berkaitan dengan tingkat adopsi sebagaimana
tercantum pada Tabel 1.
Dimana:
C = Koefisien kontingensi, i= Nilai Khi- Jenis Kelamin
kuadrat, n = Besar contoh Jenis kelamin memiliki hubungan keterkait-
an yang lemah terhadap tingkat adopsi teknologi
c. Analisis Data Korespondensi budi daya petani karet. Terlihat dari hasil uji Khi-
Analisis data korespondensi dilakukan kuadrat dimana nilai koefisien kontingensi Jenis
terhadap peubah bebas yang memiliki hubung- Kelamin = 0,232 pada taraf significant 10% (nilai
an nyata dengan tingkat adopsi petani karet p-0,059). Tabel 2 memperlihatkan persentase
berdasarkan hasil uji Khi-kuadrat. tingkat adopsi petani perempuan lebih mendomi-.
nasi pada tingkat adopsi rendah (70%), sedang-
Analisis lnferensial (Regresi Logistik Biner) kan pada laki-laki kecenderungan tingkat adopsi-
Dalam studi ini akan dilakukan analisis nya masih lebih tinggi dari pada perempuan.
terhadap model regresi logistik menurut tingkat
adopsi teknologi petani .karet dengan tujuan Umur
melihat pengaruh sejumlah karakteristik internal Umur memiliki hubungan keterkaitan cukup
dan eksternal petani karet dalam mengadopsi kuat terhadap tingkat adopsi teknologi budi daya
teknologi budi daya karet. Bentuk rumus umum pada tingkat kepercayaan 90%. Hal ini terlihat dari
adalah: nilai koefisien kontingensi Umur = 0,685 pada
Li= ln( 1!:_p )=ti.·+ IJ,x, +. /3,x,.. + ...... + /3,!x, le, tingkat a= 10% (nilai p-0,090), yang berarti umur
memiliki hubungan kaitan cukup kuat dengan
Dimana: tingkat adopsi teknologi budi daya petani karet.
Li : Model Logtt Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tua
p : peluang lerjadinya suatu peristiwa umur, cenderung mengadopsi teknologi budi daya
1 - p : peluang lidak terjadinya suatu peristiwa karet cenderung rendah. Hasil analisis korespon-
lli Koefisien Regresi Populasi densi menunjukkan bahwa petani dengan umur
s : galat 46-65 tahun cenderung mengadopsi teknologi
xi : Jenis Kela:nin
rendah, sedangkan petani dengan umur yang
x2 : Umur petani
xi : Pendidikan Formal lebih muda cenderung mengadopsi teknologi
x. : Pendidikan non fonnal sedang dan tinggi (Gambar 1).
xs : Pengalaman berusahatani karet
xs : Penguasaan lahan usaha tani karet
x1 : Tenaga kerja dalam keluarga
xa : Pemupukan modal usahatani karet 05-
xo Pendapatan usaha tani karet
D
x10 Aktifrtas meocari informasi teknologi
x11 Persepsi terhadap s~at teknologi N
x12 Keberanian mengambil resiko c 0.0-
2"35
0
x,, Pengetahuan petani w; D
c Seda>g
X14 Minat
Keterampilan
"
E .()5-
X15 i5
X16 Dukungan penyuluhan
16-25
x11 Dukungan kelompok tani C'
x" Dukungan Pemda ·1 o-
x19 Dukungan sarana produksi
xio Dukungan pembiayaan
x21 Dukungan pemasaran ., 5+-,-,-..-
,-,,--,,,--,-,-,--
,--,,---'
.15 .12 -09 ..os -0.3 o_o o_J os
Dimension 1
Untuk mendapatkan hasil uji yang akurat (< p-
O Tingkat Adopsi Teknologi () umur
0,05), maka hasil uji statistik Logit menggunakan
metode Forward Stepwise. Gambar 1. Korespondensi hubungan umur dengan
tingkat adopsi

Vol. 8 No. 2 September 2013


138 Adopsi Teknologi Budi Daya

Tabel 1. Hasil uji Khi-kuadrat antara peubah karakteristik internal dengan tingkat adopsi petani
No. Karakteristik internal Nilai koefisien kontingensi Signifikansi
1: Jenis kelamin 0,232 0,059-
2. Umur 0,685 0,090-
3. Pendidikan formal 0,313 0,219
4. Kursus pelatihan 0,457 0,000***
5. Pengalaman bertani karet 0,257 0,313
6. Penguasaan lahan 0,273 0,236
7. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga 0,193 0,692
8. Kemampuan pemupukan modal 0,309 0,103
9. Pendapatan usaha 0, 188 0,454
10. Kegiatan mencari informasi teknologi 0,275 0,086·
11. Persepsi terhadap budi daya karet 0,406 0,806
12. Keberanian mengambil resiko 0,401 0,260
N 100
-Nyata pada taraf a=1%, -nyata pada taraf a= 5%, nyata pacla taraf o.=10°/o

Tabel 2. Persentase distribusi jenis kelamin menurut tingkat adopsi


Tingkat ado2si Total{%)
No. Jenis kelamin Rendah Sedang Tinggi F Rend ah Sedang Tinggi
f % f % f %
1. Laki-laki 33 61,11 31 77,50 6 100,00 70 47,14 44,29 8,57
2. Perempuan 21 38,89 9 22,50 30 70,00 30,00
Jumlah 54 100,00 40 100,00 6 100,00 100 54,00 40,00 6,00
Sumber: Data Primer. 2011.

T abel 3. Persentase distribusi umur terhadap tingkat ado psi


Tingkat ado2si Total{%)
No. Umur (tahun) Rendah Sedang Tinggi F Rendah Sedang Tinggi
f % f % f %
1. 16-25 3 5,56 5 12,50 1 16,67 9 33,33 55,56 11, 11
2. 26-35 13 24,07 16 40,00 1 16,67 30 43,33 53,33 3,33
3. 36-45 20 37,04 8 20,00 4 66,67 32 62,50 25,00 12,50
4. 46-55 13 24,07 9 22,50 22 59,09 40,91
5. '!?6-65 ' 5 9,26 2 5,00 7 71,43 28,57
Jumlah 54 100,00 40 100,00 6 100,00 100 54,00 40,00 26,94
Sumber: Data Primer, 2011.

Kursus/Pelatihan
Kursus/pelatihan memiliki hubungan ke-
terkaitan yang kuat terhadap tingkat adopsi
teknologi budi daya karet pada tingkat keper-
cayaan 95%. Hal ini terlihat dari nilai koefisien
kontingensi kursus/pelatihan = 0,457 pada taraf
nyata a=1 % (nilai p-0.000). Hasil tabulasi data,
persentase distribusi kursus/pelatihan dimuat
pada Tabel 4. Dari Tabel 4 diketahui bahwa
peningkatan jumlah kursus atau pelatihan juga
menaikan persentase adopsi pada tingkat sedang
dan tinggi. Hasil analisis korespondensi dimuat
pada Gambar 2.

Kegiatan Mencari lnfonnasi Teknologi


Hasii uji Khi-kuadrat kegiatan m~ri
informasi teknologi budi daya memiliki hubu - Dimension 1
lemah dengan nilai koefisien kontingensi = 0,
0 Kursus/pelatihan
pada taraf alpha = 10% (p = 0, 086). Hasil tabulasi 0 Tingkat Adopsi Teknologi
persentase distribusi kegiatan mencari iformasi
teknologi budi daya tercantum pada Tabel 5. Gambar 2. Korespondensi hubungan kursus/ pelatihan
dengan tingkat adopsi

~I ln.4. FT A.I
Manajemen IKM
Adopsi Teknologi Budi Daya 139

Hasil analisis korespondensi terlihat adanya Dukungan Kelompok Tani


kecenderungan kelompok tani yang mencari infor- Hubungan keterkaitan yang kuat antara
masi budi daya karet kurang dari 3 kali tingkat Dukungan Poktan dengan Tingkat adopsi tek-
adopsinya cenderung rendah, sedangkan kelom- nologi budi daya karet pada taraf kepercayaan
pok tani yang mencari informasi lebih dari 3 kali 99% (a= 1%), dengan nilai koefisien kontingensi=
tingkat adopsinya cenderung pada tingkat sedang 0,564 dan p-value (0,008). Hasil analisis
dan tinggi. Hasil analisis korespondensi dimuat korespondensi (Gambar 5) menunjukkan tingkat
pada Gambar 3. dukungan kelompok tani memiliki hubungan
keterkaitan dengan tingkat adopsi petani.

> 9 kali
1.5- 0 2.0-

1.0- 1.5- 0 """'""


N

0
c 0.5-
;;;
.
D
....,. N

-;;
c
0
1.0-
.6 Sedang 0 sedang
c c 0.5-
"E o.o- 1-3kali
~
c D
0
Rendah
a 0.0-
0
Angal: rencblh

-0.5- A
-0.5- Rendah Tlnggl
A
tlnggi
.. lirW 0
-1.0..L--~.---.,.--
,--"---,,----, -1.0
0 1 2 3
_, 0' '1 2 3

Dimension 1 t;)lmenslon 1
Kegiatan mencari 0 Dukungan Penyuluhan A Tingkat Adopsl Teknologi
0 informasi teknologi D Tingkat Adopsi Teknologi
Gambar 4. Korespondensi hubungan tingkat adopsi
Gambar 3. Korespondensi hubungan antara tingkat dengan dukungan penyuluhan
adopsi dengan kegiatan mencari informasi
teknologi budi daya

Karakteristik Ekstemal Petanl


Hasil analisis dengan Khi-kuadrat karak-
teristik eksternal dengan tingkat adopsi terangkum
dalam Tabel 6.

Dukungan Penyuluhan
Hubungan keterkaitan antara dukungan 0.8-
penyuluhan terhadap tingkat adopsi teknologi budi N 0.6- Rendah
.
daya karet yang kuat pada taraf kepercayaan g9% c
0 0.4-
0
Tloggi
Tl"""'
(a = 1%), dengan nilai koefisien kontingensi = iii 0.2- Rondah 0
c


0,525 dengan p-value (0,000). Hasil analisis data A
"E o.o- 0
Sangalreodah
korespondensi menunjukkan terdapat hubungan a
keterkaitan tingkat adopsi dengan dukungan
penyuluhan. Gambar 4 menunjukkan adanya
....
-0.2-

-1.0 -0.5' '


0.0
A

'
0.5
.... Sedang

'
1.0 '
1.5 2.0
kecenderungan, dimana dukungan penyuluhan
Dimension 1
apabila dipersepsi rendah, maka tingkat adopsi
juga relatif rendah, jika persepsi dukungan O Dukungan kelompok tani: IJ. Tingkat adopsi teknologi
penyuiuhan sedang maka ada kecenderungan Gambar 5. Korespondensi hubungan dukungan kelom-
tingkat adopsi sedang. pok tani dengan tingkat adopsi

• label 4. Persentase distribusi kursus/pelatihan terhadap tingkat adopsi


Tingkat adopsi Total(%)
Kursus
No. Rendah Sedang nnggi F Rendah Sedang Tinggi
pelatihan (kali)
f % f % f %
1. 0-2 52 96,30 37 92,50 3 50,00 92 56,52 40,22 3,26
2. 3-5 2 3,70 2 33,33 4 50,00 50,00
3. 6-8 1 2,50 1 16,67 2 50,00 50,00
4. >8 2 5,00 2 100,00
Jumlah 54 100,00 40 100,00 6 100,00 100 54,00 40,00 6,00
Sumber: Data Primer, 2011.

Vnl RNn? Seotember 2013


140 Adopsi Teknologi Budi Daya

Tabel 5. Persentase distribusi kegiatan mencari informasi teknologi budi daya terhadap tingkat adopsi
Kegiatan mencari Tingkat ado2si Total(%)
No. informasi teknologi Rendah Sedang Tinggi F Rendah Sedang Tinggi
budi daya (kali) f % f % f %
1. 1-3 52 96,30 34 85,00 5 83,33 91 57,14 37,36 5,49
2. 4-6 2 5,00 1 16,67 3 66,67 33,33
3. 7-9
4. >9 2 3,70 4 10,00 6 33,33 66,67
Jumlah 54 100,00 40 100,00 6 100 100 54,00 40,00 6,00
Sumber: Data Primer 2011.

Tabel 6. Hasil Uji Khi-kuadrat antara peubah karakteristik ekstemal petani dengan tingkat adopsi petani
Nilai koefisien
No. Karakteristik ekstemal Taraf nyata
kontingensi
1. Dukungan Penyuluhan 0,525 0,000***
2. Dukungan Kelompok Tani 0,564 0,008-
3. Dukungan Pemerintah Daerah 0,506 0,002-
4. Dukungan Sarana Produksi 0,296 0,293
N 100
Signifikan: -= taraf alpha 1%, • = taraf alpha 10%

Tabel 7. Persentase distribusi dukungan penyuluhan terhadap tingkat adopsi


Tingkat ado2si Total(%)
Dukungan
No. Rendah. Sedang Tinggi F Rendah Sedang Tinggi
penyuluhan
f % f % f %
Dukungan
1. Ada 6 11,11 14 35 6 100 26 23,08 53,85 23,08
2. Tidakada 48 88,89 26 65 0 0 74 64,86 35,14
Persepsi petani terhadap dukungan penyuluhan
1. Sangat tinggi
2. Tinggi 1 1,85 2 5,00 3 50,00 6 16,67 33,33 50,00
3. Sedang 4 7,41 10 25,00 3 50,00 17 23,53 58,82 17,65
4. Rendah 1 1,85 3 7,50 4 25,00 75,00
5. Sangat rendah 48 88,89 25 62,50 73 65,75 34,25
Jumlah 54 100,00 40 100,00 6 100,00 100 54,00 40,00 6,00
Sumber: Data Primer, 2011.

Dukungan Pemerintah
Keterkaitan Dukungan Pemerintah terhadap
tingkat adopsi teknologi budi daya karet cukup
kuat pada taraf kepercayaan 99% (a = 1%),
dengan nilai koefisien kontingensi = 0,506 dan p-
value = 0,002 (Tabel 9). Analisis korespondensi
menunjukkan keterkaitan Dukungan Pemerintah D. ledang
Daerah dengan Tingkat adopsi Petani (Gambar 0
6). 1.0-
N
c
Karakteristik petani yang paling 0
mempengaruhi tingkat adopsi
Analisis data diuraikan menurut model hasil
~
..
E
0.5-

D
R-
'
i5 D.SOllQOl-
0.0-
pengolahan secara inferensia dengan model 0 •
regresi logistik biner dengan peubah terikat n 0. nlnCWI
berbentuk kategorik dengan pengkategorian ' ' ' '
.0.5 0.0 0.5 1.0 '
1.5 2.0 2.5
berikut:
1. P 1 = P(Y=1) Petani karet dengan tingkat Dimension 1
adopsi tinggi Q Dukungan P. Daerah 0 TW1gkat Adopsi Teknolog;
2. P2 = P(Y=O) Petani karet dengan tingkat
adopsi teknologi rendah (referensi) Gambar 6. Korespondensi hubungan dukungan peme-
rintah dengan tingkat adopsi

HUDA ETAL Manajemen IKM


.,
..
AdopsiTeknologi Budi Daya 141

Peubah bebas yang dianalisis adalah beberapa yaitu Kegiatan mencari lnformasi teknologi dan
faktor yang merupakan karakteristik internal dan Dukungan Kelompok Tani. Nilai Odds ratio =
ekstemal dari petani karet 2,034 pada kolom Exp (B) baris kegiatan mencari
Pada klasifikasi tabel dapat diketahui informasi teknologi, menunjuk,kan adanya pening-
bahwa secara keseluruhan, 75% data pengamat- katan 1 satuan dalam kegiatan mencari informasi
an dapat diprediksi secara tepat oleh model hasil teknologi maka terdapat peluang peningkatan
estimasi. Hasil uji Logit (Metode Stepwise) · adopsi 2,034 kalinya. Nilai Odds ratio = 2,341
menunjukkan peubah yang paling nyata mempe- pada kolom Exp (B) baris Dukungan Poktan,
ngaruhi tingkat adopsi petani terhadap teknologi menunjukkan peluang peningkatan tingkat adopsi
budi daya karet adalah peubah kegiatan Mencari 2,431 kalinya setiap terjadi peningkatan dukungan
lnformasi Teknologi (x 10) dan peubah Dukungan Poktan dalam satuan dukungan poktan.
Kelompok Tani (x14). Hal ini diketahui dari nilai Berdasarkan hasil analisis logit yang telah
statistik uji Wald yang mempunyai nilai nyata lebih dilakukan, maka diperoleh persamaan regresi logit
kecil dari 0,05. Nilai uji Wald untuk Kegiatan sebagai berikut:

L;=ln{i~~)=
mencari informasi teknologi adalah 4,994, dengan
nilai nyata 0,025 dan nilai statistik uji Wald peubah -2,741 +0,7IO*X10+0,888*X14
Dukungan Kelompok tani adalah 18,364 dengan Keterangan:
nilai nyata 0,000 (Tabel 10). X10 =Kegiatan mencari informasi teknologi
Dari hasil Tabel 10, menunjukan hanya ada X 14 = Dukungan Kelompok Tani
dua peubah yang paling mempengaruhi tingkat
adopsi petani terhadap teknologi budi daya karet,

Tabel 8. Persentase distribusi dukungan kelompok tani terhadap tingkat adopsi


Tingkat ado~si Total(%)
Dukungan
No. Rendah Sedang Tinggi F Rendah Sedang Tinggi
kelompok tani
f % f % f %
Dukungan
1. Ada 8 14,81 20 50,00 6 100,00 34 23,53 58,82 17,65
2. Tidakada 46 85,19 20 50,00 66 69,70 30,30
Persepsi petani terhadap dukungan kelompok tani
1. Sangat tinggi
2. Tinggi 5 9,26 12 30,00 4 66,67 21 57,14 57,14 19,05
3. Sedang 3 5,56 8 20,00 2 33,33 13 61,54 61,54 15,38
4. Rendah 7 12,96 2 5,00 9 22,22 22,22
5. Sangat rendah 39 72,22 18 45,00 57 31,58 31,58
Jumlah 54 100,00 40 100,00 6 100,00 100 54,00 40,00 6,00
Sumber: Data Primer, 2011.

Tabel 9. Persentase distribusi dukungan pemerintah terhadap tingkat adopsi


Tingkat ado~si Total(%!
Dukungan
No. Rendah Sedang Tinggi F Rendah Sedang Ting9i
pemerintah
f % f % f %
Dukungan
1. Ada 5 9,26 8 20,00 4 66,67 17 29,41 47,06 23,53
2. Tidak ada 49 90,74 32 80,00 2 33,33 83 59,04 38,55 2,41
Persepsi petani terhadap dukungan kelompok tani
1. Sangat tinggi
2. Tinggi
' 3. Sedang 2 3,70 1 2,50 1 16,67 4 50,00 25,00 25,00
4. Rendah 2 3,70 4 10,00 3 50,00 9 22,22 44,44 33,33
5. Sangat rendah 50 92,59 35 87,50 2 33,33 87 57,47 40,23 2,30
Jumlah 54 100,00 40 100,00 6 100,00 100 54,00 40,00 6,00
Sumber: Data Primer, 2011.

Tabel 10. Peubah yang nyata pada model Log~ (Metode Stepwise)
Koefisien Derajat Nilai nyata Exp.
Parameter S.E Wald
B bebas (~value) (B)
Kegiatan mencari inf0f111asi 0,710 0,318 4,994 1 0,025 2,034
teknologi
Dukungan kelompok tani 0,888 0,207 18,364 1 0,000 2,431
Konstan -2,741 0,652 17,692 1 0,000 0,065

Vol. 8 No 2 September 2013


142 Adopsi Teknologi Budi Daya

Rumusan Strategi Pengembangan penguatan dan pengembangan Poktan, karena


Pengelolaan Perkebunan Karet Rakyat bermanfaat pada proses percepatan tingkat
adopsi petani terhadap teknologi budi daya karet.
Berdasarkan pada hasil analisis Logit Strateginya yang harus dilakukan adalah (1)
dengan metode Stepwise, diketahui bahwa Penumbuhan dan pen~embangan informasi bagi
peubah yang paling berpengaruh terhadap tingkat Poktan, serta (2) Peningkatan dan pengembang-
adopsi petani di Kecamatan Teweh Tengah an informasi bagi Poktan. Kegiatan ini dapat
adalah peubah Kegiatan Mencari lnformasi dilakukan dengan meningkatkan peran dukungan
Teknologi Budi daya dan Dukungan Kelompok pemerintah daerah serta dukungan penyuluhan
Tani. Dari hasil sebelumnya dengan analisis Khi- terhadap petani, maupun Poktan.
kuadrat beberapa peubah karakteristik internal
dan ekstemal yang memiliki hubungan keterkaitan
dengan tingkat adopsi teknologi budi daya karet, DAFTAR PUSTAKA
yaitu Jenis Kelamin, Umur, Kursus/Pelatihan,
Kegiatan mencari informasi teknologi, Dukungan Adam, M. 2009. Pengaruh Tingkat Penyerapan
Penyuluhan, Dukungan Poktan dan Dukungan Adopsi Teknologi serta pendapatan petani
Pemerintah. Padi Sawah Pasang Surut di Kabupaten
Rumusan strategi pengembangan pengelo- lndragiri Hilir dan Siak. Sadan Penelitian
laan perkebunan karet rakyat untuk wilayah dan Pengembangan Provinsi Riau. Jumal
Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito TEROKA Vol. IX. No.02 2009.
Utara sebaiknya berfokus pada peningkatan Alam, N. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dukungan Poktan dan Peningkatan informasi Petani Kakao dalam Adopsi lnovasi
teknologi budi daya bagi petani karet dengan Teknologi Sistem Usaha Tani lntensifikasi
tetap memperhatikan peubah-peubah lain yang Diversifikasi. Tesis. lnstitut Pertanian
terkait nyata dengan tingkat adopsi.
Boger, Bogorf_ .
Strategi Pengembangan pengelolaan per-
kebunan karet rakyat sebaiknya berbasiskan pada Akiefnawati, R,JD'lfibawa, L. Joshi dan M. Van
penumbuhan, penguatan dan pengembangan Noordwijk. 2008. Meningkatkan produktivi-
Poktan, karena dengan adanya dukungan Poktan, tas Kare! Rakyat melalui sistem Wanatani:
maka dapat menumbuhkan proses peningkatan Belajar dari Bungo.
informasi dan keterampilan bagi petani. Strategi
Anwar C. 2001. Manajemen dan Teknologi Budi
pengembangan pengelolaan perkebunan karet
Daya Kare!. Balai Penelitian Kare! Sungei
rakyat berbasiskan pada peningkatkan Dukungan
Putih. Pusat Penelitian Kare!, Medan.
Poktan adalah (1) Penumbuhan dan pengem-
bangan kelembagaan Kelompok Tani dan (2) Arifin, B. 2005. Supply-Chain of Natural Rubber in
Peningkatan dan pengembangan informasi bagi Indonesia. J. Manajemen Agribisnis Vol. 2
Poktan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan (1): 1-16.
meningkatkan peran dukungan pemerintah dae-
Cholis, M. 1998, Memacu Proses Difusi dan
rah serta dukungan penyuluhan terhadap petani,
Adopsi Teknologi. Jurnal Sinar Tani No.
maupun Poktan.
2769. Balitan Malang
Dishutbun Barito Utara. 2010. Statistik Perkebun-
KESIMPULAN
an Kabupaten Bari!o Utara.
Adanya keterkaitan tingkat adopsi dengan Gapkindo, 2011. Produksi Kare! Alam Indonesia.
karakteristik internal jenis kelamin, umur, kursus/ http://www.gapkindo.org!
pelatihan, kegiatan mencari informasi teknologi index. php/id/component/content/article/1-
telah menunjukkan bahwa peubah tersebut memi- artikel/153-perkebunan-karet-alam-id. htrnl
liki hubungan cukup era! untuk meningkatkan (3 Mei 2011 ). .,
dukungan Poktan sebagai peubah yang sangat .,-
Ginanjar, I. 2011. Modul Kuliah analisis Korespon-
berpengaruh pada peningkatan tingkat adopsi
petani terhadap teknologi budi daya. Demikian densi. Fakultas Materliatika dan llmu
pula keterkaitan tingkat adopsi dengan karakteris- Pengetahuan Alam. Universitas Padjadja-
tik ekstemal Dukungan Penyuluhan dan dukungan ran, Bandung.
pemerintah daerah, memiliki hubungan era! yang Hendayana, R. 2009. Model Percepatan Adopsi
mempengaruhi dan mendorong pada peningkatan lnovasi Teknologi Unggulan Sadan Litbang
dukungan Poktan sebagai proses upaya mening- Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengem-
katkan adopsi petani terhadap teknologi budi daya bangan Teknologi Pertanian, Boger
karet di Kecamatan Teweh Tengah.
Rumusan strategi pengembangan pengelo- Juanda, B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan
laan perkebunan hendaknya berfokus · pada Pendugaan. IPB Pres; Boger.
\ i
peningkatan Dukungan Poktan dan Kegiatan Karsidi, R. 2007. Pembe(dayaan Masyarakat
mencari informasi teknologi budi daya karel Hal Untuk Usaha Kecil dan Mikro. Jumal
ini dapat dilakukan melalui kegiatan penumbuhan, Penyuluhan, Vol 3 No. 2. IPB.

HUDAETAL ··---=---- .......


r
t
Kecamatan Teweh Tengah, 2010. Kecamatan
Teweh Tengah dalam Angka Tahun 2010.
AdopsiTeknologi Budi Daya 143

Traktor Tangan Di Kabupaten Cianjur Jawa


Baral. Jurnal Agro Ekonomi, 27(1 ): 45-60.
Pemerintah Daerah Kabupaten Barito
Utara. Muara Teweh. Sadono, D. 2008. Pemberdayaan Petani:
Paradigma baru Penyuluhan Pertanian di
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Indonesia. Jurnal Penyuluhan Vol 4 No 1.
Pertanian. Sebelas Maret University Press,
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.
Surakarta. /-- --.., '
Cetakan Duabelas (Revisi Terbaru).
Nachrowi, N.D. dan u'sman H. J002. Penggunaan Alfabeta, Bandung.
Teknik Ekonorrlem-Ra(a Grafindo Persada,
Jakarta. Supriyadi, M. 1997. Adoption of Rubber farming
techno~o~ by smallholders in two
Parhusip, A.B. 2008. Potensi Karel Alam Indone- villages. usat Penelitian Karet Medan.
sia. Economic Review. No. 213. September Jurna enelitian Karel Indonesia, 15(2):
2008.Jakarta 97-119.
Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Kpts/OT. Umar, H. 2002. Metode Rise! Bisnis. PT.
160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Gramedia, Jakarta.
kelompok Tani.
Yamin, S. dan Kurniawan, H. 2009. SPSS
Rangkuti, P.A. 2009. Analisis Peran Jaringan Complete. Teknik Analisis Statistik Teneng-
Komunikasi Petani Dalan;i Adopsi lnovasi kap dengan Software SPSS. Salemba
lnfotek, Jakarta.

.••-• - .. -

Anda mungkin juga menyukai