Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGANTAR MANAJEMEN
Agency Problem
Agency Problem (masalah keagenan) terjadi akibat dari perbedaan tujuan dari dua pihak
yang berkepentingan, yaotu manajemen dan pemegang saham. Pihak menajemen dalam hal ini
bertindak sebagai agent (agen) dari pemegang saham untuk mengelola perusahaan. Pihak
pemegang saham (stock holders) dalam hal ini bertindak sebagai pricipal atau owners (pemilik)
perusahaan yang memercayakan pengelolaan perusahaan kepada manajemen (agent).
Terjadinya masalah keagenan disebabkan oleh adanya konflik kepentingan (conflict of
interest) antara agent dan principal. Secara teori, seharusnya manajer sepakat dengan tujuan
perusahaan yaitu memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham, sehingga manajer bekerja
sungguh-sungguh untuk menghasilkan keuntungan perusahaan dengan tujuan agar nilai
perusahaan meningkat yang pada akhirnya akan membuat kekayaan atau kesejahteraan pemegang
saham meningkat. Tetapi pada praktiknya manajer yang bekerja pada suatu perusahaan pasti
memiliki kepentingan tertentu di antaranya adalah meningkatkan kesejehteraan pribadi misalnya
dengan meningkatkan gaji dan tunjangannya, meninhkatkan jumlah kualitas fasilitas perusahaan
yang dapat dinikmati, adanya jaminan pekerjaan di tempat ia bekerja, dan sebagainya.
Sebagai akibat dari adanya kepentingan tersebut, maka ada kalanya manajer akan
mengambil keputusan-keputusan mengenai perusahaan yang tidak sesuai dengan keinginan
pemegang saham. Keputusan-keputusan itu bisa saja berupa keputusan yang sifatnya too excessive
risk (risiko yang berlebihan) atau too low risk (risiko yang terlalu rendah).
Untuk mengurangi masalah keagenan yang dapat terjadi, maka dapat dilakukan dengan dua
hal, yaitu melalui market forces (kekuatan pasar) dan agency cost (biaya keagenan).
Market forces dapat mengurangi masalah keagenan melalui beberapa hal di antaranya:
pemegang saham mayoritas dapat memberikan beberapa penekanan pada manajemen akan
pentingnya memperhatikan kinerja perusahaan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah denga
mengatakan kepaada manajemen bahwa jika manajemen tidak bekerja sesuai dengan harapan
investor, maka perusakaan akan di-takeover (diambil alih) oleh perusahaan lain sehingga akan
terjadi peralihan manajemen adri manajemen lama kepada manajemen baru.
Hal lain yang dapat mengurangi masalah keagenan adalah dnegan memberlaukan agency
costs (biaya-biaya keagenan). Biaya keagenan dapat berupa biaya monitoring kerja manajamen
dan pemberlakukan insentif keuangan kepada manajer. Khusus untuk pemberlakuan insentif
keuangan umumnya dapat meningkatkan kinerja dan perhatian manajemen sehingga dapat bekerja
sesuai dengan keinginan pemegang saham. Insentif yang dapat diberikan bisa berupa pemberian
bonus berupa uang tunai, paket pemberian saham perusahaan, pemberian hak opsi saham, dan
peningkatan berbagai fasilitas kesejahteraan lainnya.
Nilai perusahaan akan makin tinggi (artinya calon pembeli bersedia membayar dengan
harga yang makin mahal) kalau prospek perusahaan tersebut makin baik. Prospek yang baik berarti
laba diharapkan cukup besar dan makin meningkat dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu,
kita makin suka kalau menjadi makin kaya, demikian juga dengan pemilik perusahaan maka tujuan
peningkatan nilai perusahaan dipergunakan sebagai tujuan normatif. Bagi perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan
indikator nilai perusahaan.
Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (terutama untuk yang telah
menerbitkan saham di pasar modal), sering kali terjadi pemisahan antara pengelola perusahaan
(pihak manajemen yang dipimpin oleh Direksi, disebut sebagai agent) dengan pemilik perusahaan
(atau pemegang saham, disebut sebagai principal). Di samping itu, bentuk Perseroan Terbatas,
tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Artinya, apabila perusahaan
dinyatakan bangkrut maka modal sendiri (ekuitas) yang telah disetorkan oleh pemilik mungkin
sekali akan hilang, tetapi kekayaan pribadi pemilik tidak akan diikutsertakan untuk memenuhi
kewajiban yang belum dipenuhi (perkecualian bisa terjadi kalau dapat dibuktikan bahwa pemilik
melanggar undang-undang sehingga menimbulkan kebangkrutan perusahaan). Situasi tersebut
memungkinkan munculnya masalah-masalah keagenan (agency problems).
Masalah keagenan (agency problem), pada awalnya, muncul dalam 2 bentuk, yaitu antara
pemilik perusahaan (principal) dengan pihak manajemen (agent), dan antara pemilik (yang
diwakili oleh manajemen) dengan kreditur. Tujuan normatif keputusan-keputusan keuanganadalah
untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Masalahnya adalah mungkin saja
keputusan yang diambil oleh pihak manajemen tidak selalu untuk kepentingan pemilik perusahaan,
tetapi untuk kepentingan pihak manajemen.
Secara teoretis mestinya pemilik perusahaan (para pemegang saham untuk perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas) bisa mengganti manajemen (Direksi) dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) kalau para Direksi dinilai tidak bekerja dengan baik. Sayangnya tidak
semua pemegang saham hadir dalam RUPS tersebut dan banyak juga pemegang saham yang tidak
terlalu peduli (terutama untuk pemegang saham kecil-kecil) dengan susunan Direksi. Situasi ini
menguntungkan manajemen yang telah ada untuk mempertahankan kedudukan mereka. Goldberg
and Idson (1995) menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan yang menyebar
membayarkan remunerasi yang lebih besar kepada pihak manajemen dibandingkan dengan
perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi. Hal tersebut disebabkan kekuatan tawar
pihak manajemen lebih kuat sewaktu kepemilikan menyebar dibandingkan dengan kepemilikan
yang terkonsentrasi.
Akhirnya, masalah keagenan juga bisa terjadi antara pemegang saham pengendali dengan
pemegang saham minoritas. Kasus ini sering terjadi di pasar modal, di mana perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di bursa masih dikuasai oleh pemegang saham pengendali (biasanya
keluarga pendiri perusahaan), sedangkan pemegang saham publik hanya memiliki sejumlah kecil
saham (minoritas). Situasi ini banyak terjadi di Indonesia dan Korea, misalnya. Keputusan untuk
membeli perusahaan dalam satu grup (dan perusahaan tersebut bukan perusahaan terbuka) atau
dikenal sebagai akuisisi internal, dapat merugikan pemegang saham minoritas apabila harga yang
dibayarkan terlalu mahal. Oleh karena itu, pihak pengawas pasar modal mengatur transaksi-
transaksi yang diklasifikasikan sebagai memungkinkan terjadinya benturan kepentingan agar
meminimumkan kerugian pihak minoritas.
Masalah keagenan tersebut menunjukkan bahwa tujuan normatif perlu diberi catatan.
Pertama, perlu diciptakan mekanisme monitoring agar pihak agen memang melaksanakan
keputusan-keputusan untuk mencapai tujuan normatif tersebut. Kedua, pihak kreditor akan
meminta persyaratanpersyaratan agar kepentingan mereka terlindungi dan pengawas pasar modal
perlu mencegah penyalahgunaan wewenang yang akan merugikan pihak lain.
Dengan demikian, perlu pula disadari bahwa proses alokasi tersebut bukan hanya
didasarkan atas tingkat keuntungan yang diharapkan, tetapi juga oleh risiko. Berbagai instrumen
keuangan (seperti saham, sertifikat deposito, obligasi, dan sebagainya) mempunyai tingkat risiko
yang berbeda. Oleh karena itu, instrumen-instrumen tersebut harus menawarkan tingkat
keuntungan (atau yield) yang berbeda. Semakin tinggi risiko yang dirasa oleh pemodal, semakin
tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari instrumen keuangan tersebut.
Ini merupakan konsep pokok dalam investasi.
Manajer keuangan perlu memahami hal ini sewaktu mereka akan menerbitkan sekuritas
guna memperoleh dana yang diperlukan oleh perusahaan. Berapa harga sekuritas tersebut akan
ditawarkan di pasar finansial merupakan masalah pelik yang perlu dimengerti oleh manajer
keuangan.
Pasar finansial menunjukkan pertemuan antara permintaan dan penawaran akan aset
finansial (financial assets) atau yang sering juga disebut sebagai sekuritas. Aset finansial
menunjukkan secarik kertas (surat) yang mempunyai nilai pasar karena surat tersebut
menunjukkan klaim atas aktiva riil perusahaan (misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan baku, barang
dagangan, bahkan termasuk merek dagang). Contoh aset finansial adalah saham, obligasi, utang
bank, kewajiban sewa guna, dan sebagainya. Dalam suatu perekonomian, aset finansial ada karena
tabungan dari berbagai individu, perusahaan, dan pemerintah, pada suatu periode waktu berbeda
dengan rencana investasi mereka pada aset riil.
Oleh karena itu, pasar finansial ada karena pasar tersebut bertujuan untuk mengalokasikan
tabungan-tabungan secara efisien kepada pemakai (pihak yang memerlukan) tabungan tersebut di
dalam suatu perekonomian. Pihak yang memerlukan tabungan tersebut adalah pihak yang
melakukan investasi pada aktiva riil yang lebih besar dari tabungan yang mereka bisa lakukan.
Pihak-pihak tersebut biasanya adalah perusahaan-perusahaan bukan keuangan (nonfinancial
corporations), sedangkan pihak yang mempunyai tabungan yang lebih besar dari investasinya
biasanya adalah rumah tangga. Kalau pasar finansial bisa mempertemukan pihak yang mempunyai
tabungan dengan pihak yang memerlukan tabungan tersebut untuk membiayai investasi mereka
dengan biaya yang semurah mungkin dan/atau kemudahan yang setinggi mungkin maka pasar
finansial tersebut dikatakan efisien.
Karena itulah di pasar finansial beroperasi berbagai lembaga keuangan yang berfungsi agar
proses pengalokasian dana dari penabung ke pemakai dana berjalan dengan efisien. Secara
keseluruhan lembaga-lembaga keuangan formal yang ada dalam sistem keuangan di Indonesia bisa
dikelompokkan menjadi lembaga depositori (yaitu lembaga yang menerima deposits – tabungan
dan deposito – dari masyarakat), dan lembaga non-depositori (yaitu lembaga yang tidak menerima
simpanan dari masyarakat).
a. Perusahaan asuransi
1) Asuransi sosial
2) Asuransi jiwa
3) Asuransi kerugian
4) Reasuransi
5) Broker asuransi
6) Broker reasuransi
7) Penilai kerugian asuransi
8) Konsultan aktuaria
b. Perusahaan pembiayaan
1) Perusahaan modal ventura
2) Perusahaan sewa guna
3) Perusahaan anjak piutang
4) Perusahaan kartu kredit
5) Perusahaan pembiayaan konsumen
6) Perusahaan pegadaian
7) Sarana multi griya finansial (SMF)
c. Dana pensiun
1) Dana pensiun pemberi kerja
2) Dana pensiun lembaga keuangan
d. Lembaga di bidang pasar modal
1) Bursa efek
2) Lembaga kliring
3) Lembaga kustodian
4) Perusahaan reksadana (asset management company)
5) Perusahaan efek (sekuritas)
6) Lembaga penunjang pasar modal
a) Biro administrasi efek
b) Tempat penitipan harta
c) Wali amanat
e. Lembaga penjamin simpanan
f. Lembaga Pembiayaan Ekspor (Indonesia eximbank)
g. Lainnya, seperti antara lain pialang pasar uang
Manajemen Keuangan by Prof. Dr. Isti Fadah.
PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN
Peran Manajemen Keuangan
Brigham dan Coopeland, (1990) menyatakan bahwa peran Manajemen Keuangan terdiri dari
3 bidang yang saling terkait yaitu;
1. Pasar uang dan pasar modal (keuangan makro) yang berkaitan dengan banyak topik yang
dibahas oleh ekonomi makro,
2. Investasi, yang memusatkan pada keputusan individu dan lembaga keuangan dalam
memilih sekuritas (surat berharga) untuk portofolio investasi mereka, dan
3. Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan manajemen perusahaan.
Ketiga bidang yang telah dikemukakan di atas, masing-masing saling berinteraksi satu sama lain,
sehingga manajemen keuangan perusahaan harus memahami operasional pasar modal dan cara
investor menilai sekuritas.
Seiring perkembangan perusahaan saat ini, manajer keuangan memiliki peranan yang
cukup dinamis yang sebelumnya tidak dimiliki. Menurut Van Horn (2002) menyatakan bahwa
sebelum pertengahan abad ini, tugas para manajer keuangan terutama raising of funds (mencari
dana) dan mengelola posisi kasa perusahaan mereka. Pada tahun 1950 andengan semakin
meningkatnya present value (nilai sekarang) telah turut mendorong para manajer keuangan untuk
memperluas tanggung jawab mereka dan lebih memperhatikan pemilihan proyek-proyek investasi
modal.
Keuangan memainkan peranan manajemen secara umum dalam organisasi, maka manajer
keuangan seharusnya menjadi pemain tim dalam keseluruhan usaha perusahaan untukmenciptakan
nilai karena sasaran perusahaan adalah menciptakan nilai bagi para pemegangsahamnya.
Nilai ini dapat dilihat dari harga pasar atas saham perusahaan(yang sudah go public) yang
selanjutnya merupakan fungsi keputusan investasi, pembelanjaan dan kebijakan dividen
perusahaan. Kemampuan seorang manajer keuangan untuk beradaptasi dengan perubahan-
perubahan tersebut, mencari dana, mengivestasikan aktiva serta mengelolanya secara bijaksana
akan sangat berpengaruh terhadap suksesperusahaan secara keseluruhan.
Tanggung Jawab Manajer Keuangan
Tugas manajer keuangan yang utama adalah merencanakan pengadaan dan penggunaan dana guna
memaksimumkan nilai perusahaan. Beberapa rincian kegiatan yang menyangkut hal tersebut
adalah :
Hubungan keagenan didifinisikan sebagai suatu kontrak dimana satu atau beberapa orang (pemberi
kerja atau (principal) memperkerjakan orang lain (agen). Untuk melaksanakan sejumlah jasa dan
mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agen tersebut. dalam kerangka
kerja manajemen keuangan hubungankeagenan ada dua, yakni:
a. Antara pemegang saham dengan manajer
b. Antara pemegang sahan dengan kreditor (pemberi pinjaman)
Agency problem muncul apabila ada perbedaan kepentingan antara pemberi kerja atau prinsipal
dengan pihak agen. Contohnya pemegam saham atau prinsipaltentu saja mengharapkan
kesejahteraan yang tinggi bagi pemegang saham (salah satunya berupa dividen yang tinggi).
Sedangkan pihak agen atau manajer lebih menekankan pada pertumbuhan yang tinggi, dimana
pertumbuhan yang tinggimenuntut dana investasi yang tinggi hal ini akan mengurangi dedviden
yangdibayarkan atau menambah jumlah laba ditahan (retained earning).
Untuk menjamin agar para manajer melakukan hal yang terbaik bagi pemegang saham
secara maksimal maka perusahaan menanggung biaya keagenan (agency cost), yakni biaya yang
berkaitan dengan pemantauan tindakan manajemen guna menjamin agar tindakan tersebut
konsisten dengan kesepakatan kontrak antara manajer, pemegang saham dan kreditor. Agency Cost
bisa berupa :
1. Ancaman pemecatan
2. Ancaman pengambil alihan (hostile takeovers)
3. Kompensasi manajerial
4. Intervensi langsung pemegang saham
Hubungan keagenan dalam manajemen perusahaan dapat dipilah dalam tiga bentuk, yakni
antarapemegang saham dan kreditur, antara perusahaan dan konsumen, serta antaramanajer dan
pemegang saham. Masalah keagenan adalah masalah keagenan antaramanajer dan pemegang
saham. Pemegang saham (principal/pemilik) bertujuan untuk memaksimumkan kekayaan dengan
melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi perusahaan sedangkan manajer
seringkali memiliki tujuan yang berbeda yakni pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran
perusahaan. Masalah keagenan antaramanajer dan pemegang saham biasanya timbul karenaadanya
asymetric information antara pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak diantaranya
memiliki informasiyang tidak dimiliki oleh pihak lain. Asymetric Information terdiri dari dua tipe
, yakni adverse selection dan moral hazard (Chynthia, 2003 ).
Pada tipe pertama dari Asymetric Information, pihak satu memiliki informasi yang lebih
sedikit dibandingkan pihak lain. Pihak yang memiliki informasi dalam hal ini tidakakan mau untuk
melakukan perjanjian dengan pihak lain, kalaupun harus melakukan perjanjian dia akan
melakukan pembatasan dengan kondisi yang sangat ketat dan biaya yang sangat tinggi. Pada tipe
kedua terjadi pada saat manajer melakukan tindakan tanpa sepengetahuan pemilik untuk
kepentingan pribadinya, dan manurunkan tingkat kesejahteraan pemilik. Contoh tipe ini adalah
pada perusahaan yang relatif besar dengan terpisahnya kepemilikan dan pengendalian manajemen
maka akan sulit bagi pemegang saham untuk melihat sejauh mana kinerja manajer sejalan dengan
tujuan yang diinginkanoleh pemegang saham.
Akibat dari adanya masalah keagenan maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan
(agency cost), yaitu biaya yang timbul agar manajer bertindak selaras dengan tujuan principal.
Menurut Brigham & Gapenski (1993) biaya keagenan dapat dikatagorikan menjadi tiga, yaitu :
Untuk meminimalkan masalah keagenan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan yang berbentuk solusi pengawasan misalnya Strip financing, Mezzanine
financing, keputusan go public, penggunaan cash dividend, securityanalysis, dan multilevel
organization (Chynthia, 2003).
Menurut Spremann & Gantenbein (2001) dividen memberikan kontribusi dalam solusi agency cost
dengan beberapa alasan :
Easterbook, F.H. (1984) dalam penelitiannya yang berjudul “Two Agency Cost
Explanations of Dividends” menemukan bahwa Dividen berfungsi menurunkan agency cost
dengan mensejajarkan kepentingan-kepentingan para manajer dengan para investor. Sedangkan
Cruthley dan hansen (1989) dalam penelitiannya yang berjudul “A Test of Agency Theory of
Managerial Ownership, Corporate Leverage and Corporate Dividend” menghasilkan kesimpulan
bahwa Kepemilikan saham oleh manajemen, leverage, dan dividen diputuskan secara serempak
oleh para manajer untuk mengendalikan agency cost. Akhirnya Mollah et al. (2000) dengan
penelitiannya yang berjudul “The Influence of Agency Cost on Dividend Policy in an Emerging
Market ” memperoleh bukti empiris bahwa Insider Ownership dan collateral asset berpengaruh
terhadap dividend payoutratio sedangkan dispertion of ownership tidak berpengaruh terhadap
dividend payoutratio, fakta-fakta tersebut mendukung bukti bahwa agency cost berpengaruh
terhadap dividend policy .
Peneliti-peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa berkaitan dengan Agency Cost
adalah Schooley & Barney (1994) dengan penelitian yang berjudul “Using Dividend Policy and
managerial Ownership to Reduce Agency Cost” menghasilkankesimpulan bahwa hubungan antara
dividend yield dengan CEO stock ownership adalahsignifikan dan non monotonic, keenaikan CEO
stock ownership menurunkan agency cost, dan kenaikan CEO stock ownership menaikkan
dividend yield sedangkan Dempsey &Laber (1992) dalam penelitiannya yang berjudul “Effect of
Agency and transaction Costs on Dividend Payout Rasio: Futher Evidence of The Agency-
Transaction Cost Hypothesis” ternyata mendukung secara empiris hasil penelitian Rozeff (1982).
Hal inimenunjukkan bahwa model tersebut memeiliki explanatory power yang tinggi danmemiliki
stabilitas yang tinggi pula. Sedangkan James S. Ang, Rebel A. Cole, & JamesWuh Lin (2000)
dengan judul penelitian “Agency Cost and Ownership Structure” menemukan bahwa Agency cost:
a. Secara signifikan lebih tinggi apabila outsider lebih besar dari pada insider yang
mamanage perusahaan.
b. Berhubungan terbalik dengan manager’s ownership share
c. Naik sesuai dengan jumlah nonmanager share holder
d. Lebih rendah dengan monitoring yang lebih besar
Manajemen Keuangan by Dr. Said Kelana Asnawi, M.M
Dengan demikian, ada tiga komponen penting dalam manajemen keuangan. Komponen itu
dapat diringkas sebagai 3M, yakni money, market, dan man. Money (uang) sebagai objek
pengelolaan; market (pasar) sebagai sarana untuk mempertemukan pihak-pihak yang
memerlukan dan meminjamkan uang; serta man (pengelola) yang melakukan aktivitas
manajemen keuangan.
Modal kerja bersih merupakan selisih antara aktiva lancar dan utang lancar. Modal kerja
bersih merupakan aktivitas jangka pendek yang harus dikelola oleh manajer. Akun-akun
dalam aktiva lancar ini (kas, piutang, inventori, dan lain-lain) merupakan akun yang
diperlukan untuk proses produksi sehari-hari. Adanya piutang akan mengurangi
ketersediaan kas, tetapi dapat meningkatkan penjualan. Keterbatasan kas akan mengurangi
kemampuan membeli bahan baku (inventori), tetapi dapat disiasati jika sebagian bahan
baku diperoleh dengan berutang dagang. Karena itu, manajer perlu mengelola akun-akun
ini yang diperlukan agar proses produksi sehari-hari dapat berjalan dengan baik.
Keputusan investasi berkenaan dengan penempatan dana pada aset tetap (fixed assets).
Aset tetap diperlukan sebagai landasan untuk memproduksi. Tanpa adanya aset tetap ini,
proses produksi tidak terjadi. Demikian juga jika terjadi penurunan kualitas aset tetap,
kualitas produksi juga akan turun. Karena itu, aset ini harus dipelihara kualitasnya dengan
perbaikan berkala atau penggantian pada saatnya (sesuai rencana).
Peran ketiga dari manajer keuangan adalah menentukan struktur modal. Hal ini melingkupi
komposisi utang jangka panjang serta modal sendiri. Komposisi dipilih oleh manajer
dengan mempertimbangkan berbagai hal. Selain besaran dana yang diperlukan, lama waktu
pengembalian serta beban (misal bunga) dana juga jadi pertimbangan. Karena itu, manajer
keuangan harus memikirkan arus kas untuk mengembalikan dana (yang diperoleh) yang
melingkupi kapan (waktunya) serta besarannya (pokok + imbalannya).
C. Permasalahan Agensi
Permasalahan agensi (agency costs) merupakan phrase yang sangat dominan dalam
manajemen keuangan. Masalah agensi bersumber dari pemisahan antara pemilik dan
pengelola. Pada usaha-usaha tahap kecil, masih dimungkinkan pemilik merupakan
pengelolanya. Dalam hal ini, pengelola sudah pasti bersungguh-sungguh dalam melakukan
pengelolaan perusahaan. Keuntungan perusahaan merupakan keuntungan si pengelola
sekaligus pemilik. Ketika perusahaan mulai membesar, dengan berbagai alasan, dapat
terjadi pemisahan antara pemilik dan pengelola. Salah satu alasan yang sering diungkapkan
adalah perlunya memperkerjakan pengelola yang profesional.
Pengelola perusahaan sebenarnya melakukan dua fungsi sekaligus, yakni mengelola
(entrepretenuer) dan mengambil risiko (risk taking). Dalam hal pengelolaan, juga
terkandung risiko. Masalahnya adalah si pengelola ‘terlalu berani’ mengambil risiko
sehingga dapat membahayakan perusahaan. Jika terjadi hal yang buruk bagi perusahaan,
tentu saja yang sangat dirugikan adalah pemilik. Namun, jika dalam pengambilan risiko
tersebut diperoleh hasil bagus, sangat mungkin pengelola akan mendapatkan manfaat
(misal berupa bonus dan sebagainya). Karena itu, manajer melakukan pengambilan risiko
atas beban (peluang kerugian) bagi pemilik. Manajer mendapatkan manfaat dengan risiko
pemilik (at the expense of stakeholders). Inilah salah satu aspek dari masalah agensi.
Aspek lain dari masalah agensi adalah pemanfaatan harta perusahaan untuk kepentingan
pribadi, baik dilakukan secara legal (sesuai kaidah/peraturan) maupun dapat secara ilegal.
Harta-harta perusahaan dapat dimanfaatkan secara ilegal dengan meminta tunjangan dan
lain-lain (fringe benefits) yang lebih besar. Misalnya, fasilitas kendaraan, ruang kerja, dan
lain-lain yang lebih mewah. Karena disetujui oleh pemilik (pemegang saham), hal tersebut
menjadi sah (legal). Namun, mungkin hal tersebut sebenarnya tidak terlalu diperlukan
untuk menunjang kerja.
D. Pasar Keuangan
Pasar keuangan adalah sarana untuk mempertemukan permintaan dan penawaran dana.
Permintaan dana biasanya bersumber dari perusahaan (juga dapat pemerintah), sedangkan
penawaran dana bersumber dari masyarakat (secara umum). Semakin terorganisasi pasar
keuangan, semakin mudah mempertemukan kedua pihak ini. Selain itu, semakin
terorganisasi suatu pasar akan semakin efisien: cepat dan murah.
Secara umum, pasar keuangan dibagi menjadi dua, yakni pasar uang (money market) dan
pasar modal (capital market). Pasar uang merupakan subsitusi bagi pasar modal (begitu
juga sebaliknya) karena menjadi pilihan alternatif bagi pihak yang berkepentingan, baik
sebagai pendana (investor) maupun yang memerlukannya. Sementara itu, pasar uang
merupakan kompelementer bagi pasar modal (begitu juga sebaliknya) karena keduanya
dapat saling melengkapi serta memengaruhi situasi pasar keuangan secara umum.
1. Pasar uang
Pasar uang mempertemukan supplier dan pengguna dana dalam arti jangka pendek.
Biasanya jatuh tempo transaksi dalam waktu kurang dari satu tahun dan surat
berharga yang dijualbelikan merupakan surat berharga yang likuid (kualitas tinggi).
Biasanya pasar uang ini diperlukan untuk mengelola modal kerja.
Pasar uang dibutuhkan karena banyak stakeholder yang mengalami masalah
mismatch dalam hal arus kasnya. Stakeholder yang kelebihan kas dapat
memberikan pinjaman. Sebaliknya, Stakeholder yang kekurangan kas dapat
meminjam pada pasar uang. Instrumen pasar uang dapat diciptakan oleh lembaga
keuangan, misal deposito berjangka, wesel berjangka, letter of credit (L/C), atau
oleh perusahaan seperti Commercial Paper. Adanya berbagai pilihan ini akan
memberikan manfaat bagi stakeholder.
Meskipun tampaknya pasar uang ini sangat bermanfaat dan menguntungkan, tetap
saja terkandung risiko dalam hal transaksinya. Risiko terbesar adalah gagal bayar
(default risk), yakni ketika satu pihak tidak mampu membayar kewajibannya.
Risiko lainnya di antaranya adalah beban bunga yang dibayar (interest rate risk),
risiko kurs (foreign exchange risk) jika berkenaan dengan mata uang asing (valas),
risiko politik jika terjadi perubahan undangundang, serta risiko likuiditas jika
terjadi kesulitan dalam hal menjual ulang surat berharga tersebut di pasar uang.
Terdapat juga risiko inflasi (inflation rate risk) karena akan menyebabkan turunnya
nilai aset pasar uang tersebut.
2. Pasar Modal
Pasar modal mempertemukan juga dua pihak yang berkepentingan, yakni pencari
dana (emiten) serta investor (supplier), tetapi dana yang diikat ada pada kontrak
jangka panjang. Dana ini dapat menunjukkan periode panjang (long term), misal
obligasi, bahkan dapat seumur hidup, yakni melalui kepemilikan perusahaan
(saham). Penghimpunan dana melalui pasar modal biasanya untuk pembiayaan
investasi.
Karena pembiayaan ini berkenaan dengan jangka waktu panjang, risiko kedua
belah pihak (terutama investor) juga akan meningkat. Hal ini karena semakin
panjang waktu jatuh temponya, semakin tinggi risiko ketidakpastiannya. Karena
itu, investor akan meminta imbalan (return) yang lebih besar dan perusahaan akan
menyediakan dana lebih besar juga.
Pasar modal sangat penting bagi perusahaan sebagai alternatif pendanaan (struktur
modal) agar tidak tergantung pada satu jenis pendanaan (biasanya kredit bank).
Dana yang diterima pun biasanya dalam jumlah yang besar, pada satu waktu
tertentu (sekaligus), serta tidak memiliki perjanjian (covenant) yang mengikat
(ketat) sehingga pengelola memiliki kebebasan dalam mengatur arus uangnya.
Dengan adanya pendanaan ini, diharapkan perusahaan memiliki kecukupan dana
untuk menjalankan sistem produksinya dengan baik.
Fundamental of Corporate Finance by Ross, Westerfield, dan Jordan
Saat kita memulai bisnis, apapun jenisnya, kita harus bisa menjawab tiga pertanyaan berikut:
1. Investasi jangka panjang apa yang harus dambil? Yaitu, bidang bisnis apa yang akan Anda
geluti dan jenis bangunan, mesin, dan peralatan apa yang dibutuhkan?
2. Dari mana kita mendapatkan pembiayaan jangka panjang untuk membayar investasi?
Apakah kita akan menerbitkan saham atau meminjam uang?
3. Bagaimana kita akan mengelola aktivitas keuangan sehari-hari seperti mengumpulkan dari
pelanggan dan membayar pemasok?
Dalam perusahaan besar biasanya pemilik (pemegang saham) tidak terlibat langsung dalam
kegiatan sehari-hari perusahaan. Sebagai gantinya, perusahaan mempekerjakan manajer untuk
mewakili kepentingan pemilik dan membuat keputusan. Di perusahaan besar, manajer keuangan
akan bertanggung jawab untuk menjawab tiga pertanyaan diatas.
Tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai per lembar saham yang ada
saat ini. Karena tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai saham, kita perlu
belajar bagaimana mengidentifikasi investasi dan pengaturan pembiayaan yang berdampak baik
pada nilai saham. Sehingga kita dapat menghubungkan keputusan bisnis dengan nilai saham.
1. Capital Budgeting, yaitu proses perencanaan dan pengelolaan investasi jangka panjang
perusahaan. Dalam penganggaran modal, manajer keuangan mencoba mengidentifikasi
peluang investasi yang bernilai lebih kepada perusahaan daripada biaya untuk membeli.
Mengevaluasi ukuran, waktu, dan risiko arus kas masa depan adalah inti dari penganggaran
modal.
2. Capital Structure, yaitu campuran spesifik utang jangka panjang dan ekuitas yang
digunakan perusahaan untuk membiayai operasinya. Manajer keuangan memiliki dua
perhatian khusus di area ini. Pertama, Pertama, berapa banyak yang harus dipinjam
perusahaan? Artinya, campuran utang dan ekuitas apa yang terbaik? Campuran yang
dipilih akan mempengaruhi risiko dan nilai perusahaan. Kedua, apa sumber dana paling
murah untuk perusahaan?.
3. Working Capital Management, mengacu pada aset jangka pendek perusahaan, seperti
persediaan, dan kewajiban jangka pendeknya, seperti uang yang terutang kepada pemasok.
Agency Relationships
Hubungan antara pemegang saham dan manajemen disebut hubungan keagenan. Hubungan seperti
itu ada setiap kali seseorang (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk mewakili
kepentingannya. Misalnya, Anda mungkin menyewa seseorang (agen) untuk menjual mobil yang
Anda miliki saat Anda pergi ke sekolah. Dalam semua hubungan seperti itu, ada kemungkinan
konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Konflik seperti ini disebut masalah keagenan.
▪ Sole Proprietorship (Kepemiikan Tunggal) adalah bisnis yang dimiliki oleh satu orang.
Pemilik perusahaan perseorangan memiliki semua keuntungan. Kekurangannya adalah
bahwa pemilik memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas atas hutang bisnis. Ini berarti
bahwa kreditur dapat melihat melampaui aset bisnis ke aset pribadi pemilik untuk
pembayaran. Demikian pula, tidak ada perbedaan antara pendapatan pribadi dan bisnis,
sehingga semua pendapatan bisnis dikenakan pajak sebagai pendapatan pribadi.
▪ Partneship (Kemitraan) adalah bisnis yang dimiliki oleh dua atau lebih orang. Dalam
kemitraan umum, semua mitra berbagi dalam keuntungan atau kerugian, dan semua
memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas untuk semua hutang kemitraan, bukan hanya
beberapa bagian tertentu. Dalam persekutuan komanditer, satu atau lebih sekutu umum
akan menjalankan bisnis dan memiliki tanggung jawab tidak terbatas, tetapi akan ada satu
atau lebih sekutu komanditer yang tidak akan berpartisipasi secara aktif dalam bisnis.
▪ Corporation (Korporasi) adalah bentuk paling penting (dalam hal ukuran) dari organisasi
bisnis di Amerika Serikat. Korporasi adalah "orang" hukum yang terpisah dan berbeda dari
pemiliknya, dan memiliki banyak hak, kewajiban, dan hak istimewa dari orang yang
sebenarnya. Korporasi dapat meminjam uang dan memiliki properti, dapat menuntut dan
dituntut, dan dapat mengadakan kontrak. Sebuah perusahaan bahkan dapat menjadi mitra
umum atau mitra terbatas dalam kemitraan, dan sebuah perusahaan dapat memiliki saham
di perusahaan lain.
REFERENSI