PEMBIAYAAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas MID mata kuliah Manajemen Perbankan Syariah
Semester 5 Tahun 2021
Disusun Oleh :
Dosen :
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Salam dan Syalawat tak lupa kita kirimkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Yang telah membawa kita dari alam yang Gelap hingga ke Alam yang terang-menerang.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
Latar Belakang...........................................................................................1
Isu-isu Terkait............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................5
A. Tabungan Syariah ...............................................................................5
B. Deposito Syariah..................................................................................7
C. Giro Syariah ......................................................................................10
D. Gadai Syariah ....................................................................................13
E. Pembiayaan Syariah ..........................................................................16
BAB IV.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yang dimaksud dengan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka
13 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan sebagai berikut: “Prinsip syariah
adalah aturan hukum Islam antara bank dan Pihak lain untuk menyimpan dana dan atau
kegiatan usaha atau kegiatan hal-hal lain yang diatur dalam syariah, termasuk
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
Asas syariah disini dijelaskan dalam undang-undang pasal 1 ayat 12 UU No. Fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang dikeluarkan
oleh lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa di bidang syariah. Keberadaan bank
syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
masyarakat melalui pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah. Melalui
pembiayaan ini, bank syariah dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan
antara bank syariah dan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang diterbitkan untuk mendukung
investasi yang direncanakan.8 Perbankan Syariah juga memiliki peran yang sama
dengan perbankan pada umumnya, yaitu: penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat.
1
B. Isu-isu Terkait
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Bank Syariah
Bank berasal dari kata bangue (Perancis) dan berasal dari kata Banco (Italia). Ini
berarti peti / kabinet atau bank. Peti/lemari dan bangku menjelaskan fungsi dasar
dari bank umum . Yaitu, pertama, penyediaan ruang (fungsi simpanan) untuk
penyimpanan uang yang aman, dan kedua, penyediaan alat pembayaran untuk
pembelian barang dan jasa. (Fungsi Transaksi) . Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, bank diartikan sebagai , suatu lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya adalah pemberian kredit dan jasa pembayaran dan penyaluran. Syariah
Islam. Bank beroperasi sesuai dengan aturan Quran dan hadits. Bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip Syariah Islam berarti bank tersebut akan mematuhi
ketentuan Syariah Islam dalam pengoperasian , terutama yang berkaitan dengan
prosedur Muamara dalam Islam. Proses masuk Islam dilarang dari praktik-praktik
yang mungkin melibatkan kesengsaraan, praktik yang diisi dengan kegiatan
investasi berbasis bagi hasil dan perdagangan-finansial, atau praktik bisnis dari
zaman Nabi , atau sebelumnya ada. bentuk-bentuk yang tidak. Kami berikan kepada
mereka yang membutuhkan dalam bentuk pendanaan berdasarkan prinsip Syariah
daripada prinsip bunga. Menurut 21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah bank
berdasarkan Prinsip Syariah kegiatan usaha. Terdiri dari Bank Umum Syariah dan
Bank Keuangan Rakyat Syariah. Penulis menyimpulkan bahwa Bank Syariah adalah
bank tempat para pelaku usaha menghimpun dana dari masyarakat umum dan
menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan melalui sistem bagi hasil berdasarkan - .
pesan hukum Islam kepada masyarakat yang ditentukan.
2. Produk
Produk adalah produk atau layanan yang dapat diperdagangkan. Dalam
pemasaran, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar dan
memenuhi keinginan dan kebutuhan Anda.nDi tingkat ritel, produk sering disebut
3
sebagai barang. Dalam industri manufaktur, produk dibeli dalam bentuk bahan
mentah dan dijual sebagai produk jadi. Produk berupa bahan mentah, seperti logam
dan produk pertanian, sering disebut sebagai komoditas. Kata product berasal dari
bahasa Inggris product, yang berarti "produk yang dibuat dengan kerja, dll.Cara
kerja kata produk, yaitu menghasilkan, merupakan serapan dari bahasa Latin prōdce
(re), yang berarti sesuatu yang menuntun atau memajukan sesuatu. Pada tahun 1575
kata "produk" mengacu pada segala sesuatu yang diproduksi ("semua yang
dihasilkan"). Namun, sejak 1695, definisi kata produk mengacu pada apa yang
diproduksi ("what is diproduksi"). Produk dalam arti ekonomi pertama kali
diperkenalkan oleh ekonom dan politikus Adam Smith. Dalam arti luas, produk
adalah barang atau unit, kelompok produk sejenis, kelompok barang dan jasa, atau
kelompok industri barang dan jasa.
3. Pengertian Pembiayaan
4. Prinsip syariah
Ini adalah perjanjian hukum Islam antara bank dan pihak lain tentang
pembiayaan simpanan atau usaha syariah atau kegiatan lainnya. Bagi hasil
(Mudharabah) , pembiayaan menurut prinsip yang telah di tetapkan ,modal
(musyarakah) jual beku barang untuk mendapatkan keuntungan ( murabahah )
mengalihkan kepemilikan barang yang di sewa dari bank dengan ijarah atau pihak
lain ( ijarah wa iqtuna ) yang mencakup opsi.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tabungan Syariah
Bank syariah adalah perantara dan penyedia jasa keuangan yangberoperasi menurut
sistem Islam. Sistem Islam yang dimaksud tidak memiliki bunga (riba), tidak ada
aktivitas masil, tidak ada ambiguitas, prinsip keadilan, dan prinsip Syariah.
Fungsinya sebagai mediator, yaitu sebagai mediator bagi pihak yang kelebihan dana
dari pihak yang kekurangan, maka bank harus melakukan kegiatan himpunan dana dari
pihak kelebihan dana yang nanti akan di salurkan kepada kekurangan dana.1
Syariah adalah hukum atau aturan Islam yang mengatur semua aspek kehidupan
manusia baik Muslim maupun non-Muslim. Hukum Islam tidak hanya mencakup
hukum dan peraturan, tetapi juga solusi untuk masalah seumur hidup.
Namun, ciri khas tabungan syariah adalah sistem kerja dan tujuan menabung, yang
berbeda dengan tabungan tradisional. Misalnya, tabungan yang bisa digunakan untuk
keperluan kurban, tabungan umroh, tabungan haji atau sekedar simpanan biasa.
B. Deposito Syariah
5
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat 22
6
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), hal.157.
7
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quranul Karim dan Tajwid, (Surakarta:
Az-Ziyadah, 2014), Q.S Al-Nisa (4): 29
7
Manfaat Deposito
1. Aman dan fleksibel
2. Bagi hasil yang kompetitif.
3. Dana diarahkan ke sektor riil yang menguntungkan dan sesuai dengan hukum
Syariah.
4. Dukungan dalam merencanakan program investasi nasabah.
Persyaratan dan Tata Cara Deposito
1. Memperlihatkan identitas asli yang berlaku berupa (KTP/SIM/paspor).
2. Menunjukkan aslinya dan menyerahkan fotokopi SIUP/NPWP/TDP/Surat
Pendirian Perusahaan/Dokumen Lainnya (Non Pribadi).
3. Mengisi formulir pembukaan rekening.
Risiko Deposito
Risiko yang terkait dengan simpanan ini adalah perubahan biaya, alokasi, dan
bagi hasil kotor (total pendapatan bank yang dapat dibuat bank setiap saat dan
dikomunikasikan melalui cabang, website, maupun media yang dianggap tepat oleh
bank itu sendiri).8
Ketika berinvestasi pada aset keuangan berupa deposito, simpanan nasabah dikelola
oleh bank untuk diinvestasikan dari kegiatan investasi tersebut dan menghasilkan
keuntungan. Mengenai perbedaan pengelolaan reksa dana dari bank yang mengelola
simpanan syariah, dana tersebut sesuai dengan prinsip syariah dan peraturan syariah,
dan berbagai perusahaan atau instrumen investasi yang tidak melakukan kegiatan seperti
aturan bisnis syariah. gharar, maisir dan riba dilarang.
Bank yang mengelola dana simpanan syariah memberikan jaminan halal atas
berbagai kegiatan investasi yang dilakukan oleh dana nasabah. Ini tidak berlaku untuk
simpanan tradisional, tetapi bank yang mengelola dana simpanan bebas memilih jenis
investasi bisnis apa pun yang sesuai dengan persyaratan hukum dan dapat
menguntungkan kegiatan investasi dana tersebut.
8
https://www.danamon.co.id/id/Personal/SyariahPersonal/DepositoSyariah
8
Nisbah Bagi Hasil Deposito Syariah
C. Giro Syariah
Giro merupakan salah satu produk bank Syariah berupa simpanan dari nasabah dalm
bentuk rekening demi keamanan serta kemudahan bagi penggunanya. Adapun
kakrakteristik giro Syariah hampir mirip dengan giro bank konvensional, dimana
nasabah diberikan garansi agar dapat menarik dananya ketika ingin menggunakannya
dengan berbagai fasilitas yang disediakan oleh pihak bank, seperti cek, kartu ATM atau
menggunakan sarana pembayaran lain atau dengan cara memindahkan buku tanpa
biaya. Bank bisa menggunakan dana nasabah yang terhimpun, bertujuan untuk mencari
keuntungan dalam kegiatan berjangka pendek atau untuk memenuhi kebutuhan bank
selama dana tidak ditarik oleh nasabah. Namun, bank biasanya tidak menggunakan
dana tersebut untuk pembiayaan bagi hasil karena bersifat jangka pendek. Keuntungan
yang diperoleh bank berasal dari penggunaan dana tersebut.10
Giro ialah salah satu jenis simpanann yang tidak dapat dilepaskan dari defenisi
simpanan, karena giro bentuk simpanan yang berupa tabungan dan deposito. Penarikan
uang rekening giro bisa menggunakan sarana yang berbentuk penarikan seperti cek dan
bilyet. Dimana ketika melakukan penarikan secara tunai maka cara penarikannya adalah
9
https://www.qoala.app/id/blog/keuangan/investasi/deposito-syariah/
10
Adiwarman A Karim, bank islam : Analisa Fiqih dan Keuangan (Jakarta , PT. Raja Grafindo
persada_2013),hlm 315
9
menggunakan cek, sedangkan untuk penarikan non tunai dapat menggunakan sarana
Bilyet Giro.
Giro Wadiah
Giro Wadiah merupakan penempatan dana dalam bentuk giro tanpa mendapatkan
suatu imbalan tetapi bank bisa memberikan dalam bentuk bonus tanpa adanya
perjanjian dengan nasabah.
Adapun landasan hukum giro wadiah dalam perbankan Syariah antara lain :
1) Al- Qur’an
11
Kasmir , dasar-dasar perbankan edisi revisi 2014 jakarta PT. Raja Grafindo 2014 hl 76-82
10
Ketentuan dalam Al-Quran mengenaii prinsip wadiah diejelaskan dalam surah An-
Nisa yat 58 yaitu :
2) Ijmak
Ada konsensus di antara para ulama tentang Wadia, karena kebutuhan manusia akan
hak ini sudah jelas. Dalam Islam, Wadia dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Wadiah yad amanah merupakan titipan barang yang tidak bisa digunakan oleh
pihak yang menrima titipan. Pihak penerima titipan harus bertanggung jawab
dan mengembalikan barang titipan ketika diminta oleh pihak yang menitip
Produk titipan dapat digunakan oleh penerima titipan. Penerima deposit harus
bertanggung jawab atas segala kerusakan pada barang tersebut.
Pembuatan rekening baru untuk rekening giro dalam perbankan Syariah mempunyai
persyaratan antara lain :
Bertindak menurut hukum, tidak masuk dalam daftar hitam pada bank di
Indonesia, mengisi serta tanda tangan sesuai yang ditentukan dalam pembukuan
rekening, foto copy identitas ,daftar sususnan pengurus dan surat keputusan dan
suart izin dari instansi yang berwenang.
Simpanan giro dalam bank Syariah terbagi menjadi 2 konsep yaitu wadiah yad
dhamanah dan qard. Wadiah yad dhamanah sebagai suatu kepercayaan dari nasabah
terhadap bank untuk mengamankan dananya. Sedangkan prinsip qard sebagai penerima
pinjaman tanpa adanya bunga dari nasabah.
D. Gadai Syariah
12
Muhammad, manajemen Dana Bank Syariah ( Jakarta : PT. Raja Grafindo tahun 2014 )
12
Selanjutnya pengertian pegadaian barang pindahannya diserahkan kepada orang
yang berutang seseorang yang memiliki hutang atau oleh orang lain atas nama orang
yang terlilit hutang. Dengan kata lain, orang yang hutang memberi kekuatan kepada
orang-orang yang memiliki hutang untuk menggunakan barang bergerak telah
diserahkan untuk melunasi kewajibannya pada saat jatuh masanya.
Rahn pada dasarnya adalah transaksi utang dengan jaminan berupa pengalihan
harta dari debitur (debitur) kepada debitur (kreditur), dan tenggang waktu tertentu lewat
setelah tanggal jatuh tempo. barang bergerak yang dijadikan jaminan, dan hasil
penjualannya digunakan untuk membayar utang. Basis dalam operasionalisasi gadai
syariah adalah Fatwa Dewan Syariah Nomor Nasional : 25/DSN-MUI/III/2002. Dalam
fatwa DSN disebutkan bahwa pinjaman dengan. Barang gadai sebagai jaminan utang
berupa rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
13
Tujuan dan Manfaat Pegadaian
1. Bagi nasabah: ketersediaan dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit bank. Selain
itu, pelanggan juga mendapatkan keuntungan dari penilaian nilai properti bergerak.
Dapatkan fasilitas penyimpanan bergerak yang aman dan andal.
2. Untuk pegadaian:
a) Pendapatan yang diperoleh dari sewa modal yang dibayarkan oleh
peminjam dana.
b) Pendapatan yang diperoleh dari biaya yang dibayarkan oleh pelanggan
menerima layanan tertentu. (Surepno, 2018)
b. Hutang (marhun bih), nilai hutang harus jelas tanggalnya jatuh tempo.
3. Ijab Kabul, adalah pernyataan dan ungkapan rasa senang/kemauan bersama antara
para pihak dalam kontrak yang dilakukan secara lisan, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan sarana komunikasi modern (Surepno, 2018).
E. Pembiayaan Syariah
Secara epidemiologi, alijarah berasal dari kata alajru. Ini berarti penggantian. Oleh
karena itu, atsTsawabu disebut juga aajru/upah dalam kaitannya dengan imbalan.14
Menurut Amir Syarifuddin, Ijarah secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu
akad atau transaksi untuk suatu keuntungan atau jasa dengan imbalan tertentu. Jika
transaksi tersebut menargetkan kepentingan atau jasa dari objek tersebut, maka disebut
Ijarah Al'Ain. Jika subjek suatu transaksi atau jasa dari pekerjaan seseorang disebut
Ijarah atau Upah untuk penulisan disertasi. Selain itu, benda-benda tersebut berbeda
baik dalam konteks Fiqh , yang disebut Alhijara.15
a. Orang yang terlibat dengan kedua orang yang dikontrak harus Balik dan sehat
b. Kedua Para pihak dalam perjanjian telah sepakat untuk memenuhi Perjanjian Al-
ijarah
c. Manfaat yang menjadi pokok bahasan Al- ijarah agar tidak terjadi konflik di
kemudian hari.
d. Al-ijarah dapat diserahkan dan digunakan secara langsung dan bebas dari cacat.
e. Objek al-ijarah yaitu sesuatu yang dibolehkan oleh syara’.
f. Apa yang Anda sewa bukan merupakan kewajiban penyewa.
g. Objek al-ijarah itu Rumah, mobil, peralatan kantor, dll biasanya disewakan.
h. Gaji atau sewa Al-hijarah harus jelas dan dapat diandalkan serta memiliki nilai
ekonomis.17
19
Sayyid Sabiq,Op,cit.,hlm. 199-200
17
BAB IV
KESIMPULAN
Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak untuk pihak
lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik yang dilakukan
sendiri dan institusi. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
diterbitkan untuk mendukung investasi yang direncanakan.8 Perbankan Syariah juga
memiliki peran yang sama dengan perbankan pada umumnya, yaitu: penghimpunan
dan penyaluran dana masyarakat. Ini menandakan dalam perbankan produk syariah
juga akan dikenal sebagai produk penggalangan dana (funding) dan produk lainnya
pembiayaan (pembiayaan).
18
Bank Syariah menggunakan Perjanjian untuk deposito. Sama halnya dengan
tabungan, dalam hal ini nasabah (penyimpanan) bertindak sebagai Shahibul Maal dan
bank bertindak sebagai Mudharib. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Menurut UU No. 10 tahun 1998 yang di maksud dengan tabungan adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
disepakati. Simpanan giro dalam bank Syariah terbagi menjadi 2 konsep yaitu
wadiah yad dhamanah dan qard. Wadiah yad dhamanah sebagai suatu kepercayaan
dari nasabah terhadap bank untuk mengamankan dananya. Sedangkan prinsip qard
sebagai penerima pinjaman tanpa adanya bunga dari nasabah.
DAFTAR PUSTAKA
Surepno. (2018). Studi Implementasi Akad Rahn (Gadai Syariah) Pada Lembaga
Keuangan Syariah, 178-179.
Heri Sudarsono. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta:Ekonosia)
Ismail. 2010. AKUNTANSI BANK, Teori dan Aplikasi dalam Rupiah,.
Jakarta:prenadamedia Group
19
Abisgajian.id. Di akses pada 17 November 2021 pada https://abisgajian.id/articele/4-
kelibihan-tabungan-syariah-yang-wajib-kamu-ketahui
Dosen Ekonomi.com. Di akses pada 17 November 2021 pada
hhtps://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-syariah/kekurangan-
menabung-di-bank-syariah
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat 22
Muhammad Syafi’I Antonio. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta:
Gema Insani Press)
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quranul Karim dan Tajwid, (Surakarta: Az-
Ziyadah, 2014), Q.S Al-Nisa (4): 29
Muhammad. 2014. manajemen Dana Bank Syariah ( Jakarta : PT. Raja Grafindo)
Ismail. 2017. Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana)
Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah (Beirut:Dar kitab al-arabi), Jilid III, hlm.177
Amir Syarifuddin. 2003. Garis-Garis Besar Figh, (Jakarta: kencana)
Wahbah al-juhaili. 2005. al-Fiqh al-Islami Wa adilatuhu (Damaskus: Dar al-Fiqr al-
Mua’sshim)
Nasrum Haroen. 2000. Fiqih Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pertama)
Sayyid Sabiq, Op. Cit., hlm 194-195, bandingkan dengan Ibnu Rusyd,Op, cit.
20