Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKOIMIA 2 UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH ( AIR LIUR DAN EMPEDU)

MUHAMMAD ZAIN G1C 007 023

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM 2011

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH ( AIR LIUR DAN EMPEDU) A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.

Tujuan

: Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia cairan tubuh

( Air liur dan Empedu)


2. Hari, tanggal : Senin,30 Mei 2011 3. Tempat

: Laboratorium Kimia Dasar lantai 2 FMIPA UNRAM

B. LANDASAN TEORI Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah (Poedjadi, 2007: 234). Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar 1-1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil (Ganong, 1995). Ada 3 kelenjar yang mengeluarkan saliva yaitu: kelenjar parotid, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletak di bawah lidah bagian depan. Kelenjar submandibular atau disebut juga kelenjar submaksilar terletak di belakang kelenjar sublingual dan lebih dalam. Kelenjar parotid ialah kelenjar saliva paling besar dan terletak di bagian atas mulut di depan telinga ( Poedjadi, 2007: 234-235 ). Saliva yang disekresikan oleh glandula salivarius (kelenjar liur), terdiri atas air sekitar 99,5 persen. Saliva berfungsi sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Penambahan air pada makanan yang kering akan memberikan media untuk melarutkan molekul makanan dan di dalam media ini, enzim-enzimhidrolase dapat memulai proses pencernaan. Gerakan mengunyah berfungsi untuk memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya dan memperluas daerah permukaan bagi kerja enzim. Saliva juga merupakan sarana untuk mengekskresikan obat-obat tertentu (misalnya etanol dan morfin), ion-ion organik seperti K+, Ca2+, HCO3-, tiosianat (SCN-) serta yodium dan imunoglobin (IgA). (Murray,Granner,1999).

Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,4. Suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari -amilase. Enzim ini bekerja secara optimal pada pH 6,6 (Guyton dkk, 1997). Saliva terdiri dari 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion-ion ca++, Mg++, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organik seperti musin dan enzim amailase atau ptialin (Poedjadi, 2007). Saliva mengandung amilase dan lipase. Amilase salivarius mampu menghidrolisis pati dan glikogen menjadi maltosa. Enzim amylase salivarius dapat dihilangkan keaktifannya dengan cepat pada pH 4,0 atau kurang, sehingga kerja enzim tersebut untuk mencernakan makanan dalam mulut segera akan berhenti di dalam suasana lambung yang asam..Enzim lipase lingual disekresikan oleh permukaan dorsal lidah(kelenjarEbner)(MurrayGranner,1999). Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantung empedu apabila tidak digunakan. Kantung empedu ini melekat pada hati. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental, dan mempunyai rasa pahit. Kontraksi dan pengenduran kantung empedu diatur oleh hormon kolestokinin yang dibentuk dalam sel usus, sebagai akibat adanya makanan yang masuk kedalam usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu: HCO3-, Cl-, Na+, dan K+ serta zat-zat organik yaitu: asam empedu, bilirubin dan kolesterol ( Poedjadi, 2007). C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : - Tabung reaksi - Penutup tabung reaksi - Gelas ukur - Pipet tetes - Pipet gondok - Rak tabung reaksi - Indikator universal - corong

2. Bahan : - Air liur - Larutan CuSO4 - Kertas saring - NaOH 10% - Pereaksi molisch - Asam sulfat pekat - Asam asetat encer - HCl - BaCl2 2% - Empedu - HNO3 pekat - Larutan sukrosa 5% - Air suling dan minyak - Aguades D. SKEMA KERJA A. SKEMA KERJA 1. Air Liur a. Uji Biuret 2 ml air liur yang tidak disaring Dimasukkan dalam tabung reaksi
+ 2 ml NaOH 10% + beberapa tetes larutan CuSO4

Hasil

b. Uji Presipitasi 2 ml air liur yang disaring Dimasukkan dalam tabung reaksi
+ 1 tetes CH3COOH encer

c. Uji Molisch

Hasil

Dicatat perubahan yang terjadi

2 ml air liur yang tidak disaring Dimasukkan dalam tabung reaksi


+ 2 tetes pereaksi Molisch

Hasil Tabung dimiringkan


+ 2 ml H2SO4 pekat

Hasil Dicatat perubahan yang terjadi d. Uji Sulfat 1 ml air liur yang disaring Dimasukkan dalam tabung reaksi
+ 3-5 tetes HCl + 5-10 tetes BaCl2 2%

Hasil

2. Empedu a. Sifat Fisik Empedu Empedu Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu Hasil b. Uji Gmelin

3 ml HNO3 pekat Dimasukkan dalam tabung reaksi Tabung dimiringkan + 3 ml empedu encer melalui Hasil dinding tabung

c. Uji Pettenkofer 5 ml larutan empedu encer Dimasukkan dalam tabung reaksi + 5 tetes larutan sukrosa 5 % Tabung dimiringkan
+ 3 ml H2SO4 pekat

+ 3 ml empedu encer melalui dinding Hasil

d. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator

Tabung reaksi

Tabung I
+ 3 ml air suling

Tabung II
+ 3 ml air suling

+ 1 tetes minyak
Hasil

+ 1 tetes minyak + 3 ml larutan empedu encer Hasil

E. HASIL PENGAMATAN Table hasil pengamatan Langkah kerja Air Liur Penetapan pH Air Liur Uji Biuret Liur + NaOH 10% pH= 8 Liur berwarna putih keruh Terbentuk 2 larutan dimana NaOH berada di bawah dan liur di bagian atas.
Setelah

Pengamatan

ditambahkan

CuSO4

terbentuk

+ CuSO4 Uji Molisch

gumpalan pada air liur.

Liur + 2 tetes pereaksi molisch

Terdapat endapan coklat


Setelah ditambahkan H2SO4, terbentuk cincin Setelah

+ 2 ml H2SO4 Uji Presipitasi

ungu gelap. ditambahkan dasar tabung reaksi.

CH3COOH,

warna

+ CH3COOH encer Uji Sulfat

larutan tetap membentuk sedikit endapan di

Liur + 5 tetes HCl

Warna larutan tidak berubah. Terbentuk warna kuning pada dinding tabung. Warna hijau kehitaman (hijau lumut),

+ BaCl2 Empedu Sifat Empedu

terbungkus oleh kantung yang berisi cairan empedu. Jika didiamkan pada waktu yang lama akan timbul Uji Gmelin: 3 ml HNO3 pekat + empedu bau amis. (pengenceran empedu dilakukan sampai 25 mL) Terbentuk 4 lapisan warna Teratas: hijau Tengah: coklat Batas cincin: ungu Bawah: bening

Jika dikocok warna larutan menjadi coklat dan menyisakan warna bening di bawah. Uji Pettenkofer 5 ml larutan empedu encer + 5 tetes sukrosa

Tidak terjadi perubahan warna

5 ml H2SO4

Terbentuk 3 warna: bagian atas hijau keruh, coklat tua (cincin) dan bagian bawah bening. Jika dikocok warna bening menghilang tergantikan oleh warna coklat tua di abgian bawah, larutan panas, dan lama-kelamaan jika dikocok akan timbul larutan hijau kecoklatan di bagian atas. Jika dikocok lebih lama lagi, warna bawah/dasar coklat cream di bagian tengah hitam dan dibagian atas semakin lama semakin menghitam. Jika dicoba untuk didinginkan warna larutan akan semakin menghitam

Empedu Sebagai Emulgator Tabung 1 Air + minyak : kocok Tabung 2 Tabung 1 maupun 2 setelah ditambahkan minyak, minyak dan air yang ada tidak bercampur.

Air + minyak + empedu

Untuk tabung 2 yang diberikan empedu menunjukkan bahwa empedu mengikat minyak secara kasat mata seperti bercampur dengan air.

F. ANALISIS DATA 1. Air liur a. Uji Biuret Protein (gugus CO dan NH2) + Cu2+
NaOH

kompleks (berwarna ungu)

b. Uji Presipitasi Air liur + CH3COOH mengendap (koagulasi)

HO R

+
NH2

asam

denaturasi penggumpalan protein (presipitasi)

c. Uji Molish

OH H H OH HO H Heksosa OH Hidroksimetilfurfural H OH O H H2SO 4 3H 2O

HO O

OH HO O O

H2SO 4

HO O

OH

Hidroksi

metilforfura l d. Uji Sulfat BaCl2 + SO422. Empedu a. Uji Gmelin


HCl

-naftol

cincin ungu

BaSO4(s) + 2Cl-

Bilirubin + HNO3 kompleks kuning kemerahan b. Uji Pattenkofer Sukrosa + H2SO4 hidroksometilfurfural Hidroksimetilfurfural + cairan empedu cincin ungu

O H HO H H OH H OH OH OH

H2S 4(l) O HO

H ro m til fu ra id ksi e lfu l

Garam empedu
O HO O

asam empedu

asam empedu

cincin merah bata diantara 2 lapisan

c. Fungsi Empedu sebagai Emulgator

Garam-garam empedu + minyak micelles Micelles + air larut

G. PEMBAHASAN Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu). Percobaan pertama yaitu dengan menggunakan uji biuret. Uji biuret ini menggunakan pereaksi NaOH dan CuSO4. Pada saat saliva ditambahkan dengan NaOH, liur naik keatas, NaOH berada dibawah ( tidak bercampur), sedangkan pada saat ditambahkan CuSO4 membentuk gumpalan yang tidak saling bercampur berwarna violet. Dalam hal ini CuSO4 membentuk kompleks sebagai ion Cu2+ sehingga pada gumpalam tersebut berwarna ungu. Percobaan selanjutnya dengan menggunakan pereaksi Molisch, pada saat liur ditambahkan dengan pereaksi Molisch larutan berwarna kecokelatan, sedangkan pada saat ditambahkan dengan asam sulfat terbentuk 2 lapisan. Lapisan diatas berwarna cokelat terdapat cinicn berwarna ungu yang berada diantara lapisan cokelat, sedangkan lapisan bawahnya merupakan larutan bening. Pereaksi Molisch terdiri atas larutan naftol dalam alkohol. Warna cokelat dan lingkaran ungu tersebut terjadi karena air liur yang ditambahkan asam sulfat pekat akan terbentuk 2 lapisan cair, warna ungu diperoleh karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan alfa naftol (Poedjadi, 2007). Selanjutnya dengan uji prepisitasi. Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada saat liur ditambahkan dengan asam asetat encer membentuk endapan putih. Endapan putih ini terjadi karena air liur mengandung musin dan enzim amilase. Amilase yang direaksikan dengan asam asetat encer akan membentuk endapan putih. Asam asetat encer mempunyai kemampuan mengikat air dari gugus pengikat air, sehingga kelarutan amilum berkurang dan akhirnya mengendap. Percobaan selanjutnya dengan menggunakan uji sulfat. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada saat air liur ditambahkan HCl tidak terjadi perubahan (air liur tetap keruh). Warna keruh tersebut disebabkan karena Cl berkatan dengan amilum. Sedangkan pada saat ditambahkan dengan BaCl2 terbentuk gumpalan.

Percobaan kedua yaitu dengan meggunakan cairan empedu. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu: HCO3-, Cl-, Na+, dan K+ serta zat-zat organik yaitu: asam empedu, bilirubin dan kolesterol ( Poedjadi, 2007). Uji pertama yang digunakan adalah uji sifat empedu. Percobaan pertama yaitu dengan uji Gmelin. Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada saat penambahan HNO3 larutan tidak bercampur, terdapat beberapa warna, warna yang paling atas berwarna hijau, warna hijau tersebut lama-lama akan berubah menjadi biru baru kemudian ungu, tersebut lama-lama akan berubah menjadi warna warna ungu orange dan terakhir berwarna putih.

Perubahan warna ini terjadi karena HNO3 berfungsi sebagai zat pengoksidasi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pigmen empedu yang dioksidasi oleh berbagai pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna ( Anonim, 2009 ). Empedu mengandung bermacam-macam pigmen. Pigmen empedu yang utama adalah biliverdin yang berwarna hijau dan bilirubin yan berwarna jingga tau kuning kecokelatan. Oksidator pigmen empedu oleh oksidator kuat seperti HNO3 akan menghasilkan turunan senyawa yang berwarna misalnya : Mesobiliverdin : hijau- biru Mesobilirubin : kuning Mesobilisianin : biru-ungu-atau violet ( yazid, 2006). Selanjutnya adalah dengan uji pettenkofer. Cairan empedu yang berwarna hijau setelah direaksikan dengan sukrosa hijaunya menjadi bening, namun setelah penambahan H2SO4 larutannya berubah menjadi bening dengan batasan cokelat kehitaman dan diatasnya berwarna hijau keruh. Sama halnya dengan HNO3, H2SO4 merupakan agen pengoksidasi yang kuat, perubahan warna tersebut disebabkan karena oksidasi pigmen empedu tersebut. Di dalam empedu, asam-asm empedu seperti asam kholat dan asam kenodeoksilat terutama sebagai garamnya , merupakan turunan senyawa aromatik kompleks. Asam empedu dengan furfural ( dihasilkan dari dehidrasi karbohidrat dengan asam sulfat pekat ) akan berkondensasi embentuk senyawa berwarna ( Yazi,2006). Percobaan terakhir adalah untuk mengetahui fungsi empedu sebagi emulgator. Pada tahap ini menggunakan 2 tabung reaksi dengan perlakuan yang berbeda-beda. Pada tabung pertama diisi air dan minyak. Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada saat air ditetesi

minyak, larutannya tidak bercampur, hal ini disebabkan karena air dan minyak mempunyai perbedaan massa jenis yang sangat besar, dan juga air disini bersifat polar, sehingga air dan minyak tidak dapat bercampur. Sedangkan pada tabung 2 air yang ditetesi minyak ditambahkan cairan empedu. Dari hasil pengamatan dapat dilihat butiran minyak bertambah banyak dan kecil ukurannya semakin lama minyak dan air saling bercampur, dalam hal ini cairan empedu berfungsi sebagai emulgator dalam proses pencernaan lemak. Minyak merupakan ester asam lemak jenuh. Pada proses pembentukan emulsi ini bagian yang hidrofob atau tidak suka air masuk kedalam lemak, sedangakan ujung yang bermuatan negatif ada dibagian luar. Oleh karena adanya gaya tolak muatan listrik negatif ini, maka akan terbentuk butiran-butiran minyak yang bertambah banyak menjadi partikel-partikel kecil ( Poedjadi, 2007).

G. KESIMPULAN 1. Sifat fisik dan kimia air liur dapat diidentifikasi melalui uji biuret, uji molisch, uji presipitasi, dan uji sulfat.
2. Uji biuret pada air liur menghasilkan endapan

berwarna ungu yang merupakan

kompleks Cu2+. 3. Uji molisch pada air liur menghasilkan larutan warna karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan alfa naftol 4. Uji presipitasi pada air liur menghasilkan endapan putih. Endapan putih ini terjadi karena air liur mengandung musin dan enzim amilase
5. Uji sulfat pada air liur menghasilkan larutan keruh akibat penambahan HCl dan

membentuk gumpalan dengan penambahan BaCl2. 6. Sifat fisik dan kimia cairan empedu dapat diidentifkasi melalui uji Gmelin, uji

pettenkofer, serta dapat diketahui dari sifat empedu sebagai emulgator.

7. HNO3 dan H2SO4 berfungsi sebagai agen pengoksidasi yan dapat menghasilkan suatu

turunan yang berwarna


8. Minyak

dan air tidak dapat bercampur karena perbedaan massa jenis diantara

keduannya. 9. Minyak, air dan cairan empedu dapat bercampur 10. Empedu mempunyai sifat sebagai emulgator

DAFTAR PUSTAKA Jevuska. 2009. Proses Pembentukan dan Sekresi Empedu. http://www.jevuska.com/2009/ 10/08/proses-pembentukan-dan-sekresi-empedu [24 Mei 2011]. Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Merati, Sukma. 2010. Batu Empedu. Didownload pada : http://www.sukmamerati.com/batuempedu-sering-diderita-wanita-gemuk-pada-usia-40-an Murray, Robert, Granner, Daryl K. 1999. Biokimia Harper. Edisi 24. EGC: Jakarta Poedjadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai