Anda di halaman 1dari 2

Tugas Tutorial 2

NAMA : TAMRIN

Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan konsep dan teori yang tepat!

1. Seperti apakah kelemahan dan problema dalam birokrasi dan sertakan contohnya
pada organisasi pemerintahan daerah? (Skor 40)
2. Seperti apakah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah? (Skor 30)
3. Sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi manajemen personalia menurut Robert Presthus
dalam Public Administration? (Skor 30)

1. Kelemahan dalam birokrasi dan sertakan contohnya pada organisasi


publik/pemerintahan daerah! Kelemahan-kelemahan birokrasi adalah:
a. penetapan standar efisiensi yang dapat dilaksanakan secara fungsional
b. terlalu menekankan aspek-aspek rasionalitas, impersonalitas dan hirarki
c. kecenderungan birokrat untuk menyelewengkan tujuan-tujuan organisasi
d. berlakunya pita merah dalam kehidupan organisasi
Contoh :
a. kelemahan dalam birokrasi pada organisasi publik/pemerintahan daerah adalah
tumpang tindihnya peraturan pemerintah pusat dan daerah serta adanya
peraturan daerah yang menghambat investasi.
b. Perbedaan aturan penerimaan pegawai antara pusat dan daerah otonom khusus
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
diundangkan pada tanggal 2 Oktober 2014 merubah wajah hubungan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Otonomi daerah yang dijalankan selama ini semata-
mata hanya dipahami sebagai perpindahan kewajiban pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk masyarakat. Padahal substansi penting dari otonomi daerah
adalah pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah secara politik dan ekonomi agar
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara adil dan merata di
daerah. Sehingga konsep otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini yang ditekankan lebih tajam dalam Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014. Perubahan yang mendasar lain yang tidak ada dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 ialah ditetapkannya Urusan Wajib Daerah, dan pola hubungan
Urusan Konkuren antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
langsung dimasukkan dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 diklasifikasi urusan
Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan
konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Dapat Dapat disimpulkan bahwa
ketentuan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah masih mengarah
pada desentralisasi, dilihat dari adanya pembagian urusan meskipun diklasifikasikan
secara rinci ke dalam 3 urusan pemerintahan. Jika merujuk pada teori model
hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah secara teoritis menurut
Clarke dan Steward, desentralisasi seperti ini termasuk The Agency Model. Model
dimana pemerintah daerah tidak mempunyai kekuasaan yang cukup berarti sehingga
keberadaannya terlihat lebih sebagai agen pemerintah pusat yang bertugas untuk
menjalankan kebijaksanaan pemerintah pusatnya.
3. Menurut Robert Presthus dalam Public Administration adalah adalah pendekatan
institusional, struktural, perilaku, dan pasca perilaku.
Penjelasan:
a. The Institutional Approach (pendekatan institusional) Merupakan pendekatan
yang menekankan pada kelembagaan dan organisasi ke-pemerintahan. Jantung
utama pendekatan ini terletak pada studi mengenai struktur, fungsi, hukum dan
regulasi dari lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
b. The Structural Approach (pendekatan struktural) Pendekatan struktural pada ilmu
administrasi publik merupakan istilah yang diadaptasi dari ilmu sosiologi dan
anthropologi yang menginterpretasikan sosial kemasyarakatan sebagai sebuah
struktur dengan bagian yang saling berhubungan. Pendekatan ini menjelaskan
mengenai mekanisme untuk memahami proses-proses sosial dan struktur di
dalamnya. Berdasarkan konsep pendekatan struktur, lembaga pemerintah
merupakan contoh nyata dari struktur sosial dengan aturan; sebuah struktur dapat
menjalan berbagai fungsi dan vice versa (sebuah fungsi dapat dijalankan oleh
berbagai struktur)
c. The Behavioral Approach (pendekatan perilaku) Pendekatan ini menekankan
bahwasannya aktivitas administrasi tidak dapat terlepas dari studi mengenai
behaviourism yang meneliti perilaku individu dan kesadaran perilaku kolektif
manusia serta dampaknya dalam ruang lingkup administrasi publik (Herbort
Sumon).Menurut Presthus, pendekatan perilaku seringkali bergantung pada
keadaan politik dan bersifat temporal belaka. Seringkali terjadi ketimpangan
antara idealisme dan kenyataan yang ada. Pendekatan Perilaku bagi Presthus
kadang sangat membingungkan, runyam dan usaha yang sia-sia (embarassing
effort). Akan tetapi, Presthus meyakini bahwasannya pendekatan perilaku
(behaviourism approach) pada ilmu administrasi akan meningkatkan nilai dan
mutu keilmuan jika dilaksanakan secara gamblang sesuai sudut pandang kaum
behaviouralist dengan konsep matang yang diaplikasikan pada metodologi ilmu
administrasi publik.
d. The Post Behavioral Approach (pendekatan pasca perilaku) Merupakan produk
lanjutan daripada Pendekatan Perilaku aka pendekatan yang muncul untuk
menentang Pendekatan Perilaku yang 'cacat' dalam penerapannya. Walau lebih
condong ke political science, pendekatan ini berkaitan erat dengan ilmu
administrasi publik/negara utamanya dalam penerapan nilai-nilai administrasi
yang dianut. Pendekatan post-behavioural menekankan pada tindakan untuk
menyelesaikan masalah dalam konteks masa depan dan saat ini. Pendekatan ini
lebih praktikal daripada Pendekatan Perilaku.

Anda mungkin juga menyukai