Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPUTUSASAAN

STASE KEPERAWATAN JIWA


DI RS JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI

DI SUSUN OLEH :
ALDA RATIKA
G1B221015

PEMBIMBING AKADEMIK :
Ns. Yuliana, S. Kep., M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, S.Kep., M. Kep, Sp. Kep.J
Ns. Retty Octi Syafrini, M. Kep, Sp. Kep.J

PEMBIMBING KLINIK
Ns. Dermanto Saurtua, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPUTUSASAAN

A. Pengertian
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan
bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain
atu pilihan lain pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk
mencapai apa yang diinginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan (Carpenito, 2013). Keputusasaan merupakan
keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada
alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy
yang dimilikinya (NANDA, 2005).

B. Tanda dan Gejala


1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa
(“saya tidak dapat melakukan”)
2. Sering mengeluh dan Nampak murung.
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
4. Menarik diri dari lingkungan.
5. Kontak mata kurang.
6. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
7. Nampak selalu murung atau blue mood.
8. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
9. Menurun atau tidak adanya selera makan
10. Peningkatan waktu tidur.
11. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
12. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
13. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.

Sedangkan menurut, Keliat, Dkk (2006) adalah:


1. Mayor ( harus ada)Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis
yang mendalam , berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi
yang dirasakan sebagai halyang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.
a. Fisiologis
Respon terhadap stimulus melambat, tidak ada energi, tidur bertambah
b. Emosional
Sulit mengungkapkan perasaannya, tidak memperoleh nasib baik,
hampa dan letih, tidak berdaya
c. Individu Memperlihatkan
Sikap pasif dan kurang keterlibatan dalam perawatan, penurunan
verbalisasi, penurunan efek, kurangnya ambisi dan minat.
d. Kognitif
Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan, mengurusi masalah yang telah lalu, penurunan
fleksibilitas dalam proses pikir, kaku
2. Minor
a. Fisiologis
b. Emosional
c. Individu memperlihatkan
Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara,
penurunan motivasi, keluh kesah, kemunduran, sikap pasrah, depresi
d. Kognitif
Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu, masa sekarang, masa
datang, bingung, ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif,
disorientasi proses pikir dan asosiasai, penilaian yang tidak logis

C. Pohon masalah
Ketidakberdayaan Akibat

Core Problem
Ketidakberdayaan

Harga diri rendah Penyebab


(Keliat, 2005)
D. Penatalaksaan Medis
1. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
2. Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah
diberikanterapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana
kemampuan menilai realitassudah kembali pulih dan pemahaman diri
sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain
psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikandorongan, semangat
dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat
juangnya.
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasidengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban
keluarga. Penderita selamamenjalani terapi psikososial ini hendaknya
masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan
jiwa.Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama
berhubungandengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini
berupa kegiatan ritualkeagamaan seperti sembahyang, berdoa,
mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,ceramah keagamaan, kajian kitab
suci dsb.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembalikekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi)rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi
kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian,
terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagaimacam kursus,
bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya programrehabilitasi ini
berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi
palingsedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi danevaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke
keluarga dan ke masyarakat.

E. Rencana tindakan keperawatan


1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus : Klien mampu
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenal masalah keputusasaannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas4) Menggunakan keluarga sebagai
system pendukung
3. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukaic)
Jelaskan tujuan pertemuan
3) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
4) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.
b. Klien mengenal masalah keputusasaannya
1) Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaansedih/
kesendirian/ keputusasaannya
2) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap
kondisinya dengancara pandang perawat terhadap kondisi klien.
3) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus
asa : pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi
dengan kurangnya partisipasidalam aktivitas.
4) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk
mengatasi masalah,tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.
5) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini
digunakan olehklien.
6) Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.
c. Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap
alternative.
1) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah
factor risikoterbesar dalam ide untuk bunuh diri)
2) tanyakan tentang rencana, metode dan cara bunuh diri.
3) Klien berpartisipasi dalam aktivitasa
4) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda
menelepon RS setiaphari untuk menanyakan keadaanmu ?”
5) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan
rasa putus asa.
6) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang
mendukung pikiran dan perasaan yang positif.
7) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien
dalam mencapaitujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi
dalam aktivitas.
8) Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukunga
d. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
1) Ucapkan salam.
2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.
3) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hubungan
dengan klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Buat kontrak pertemuan.
6) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus
asa klien
7) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu
klien mengatasimasalah dan bagaimana hasilnya.
8) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien mengatasi
masalahnya.
9) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan :
a) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.
b) Psikofarmaka yang diperoleh klien : manfaat, dosis, efek
samping, akibat bila tidak minum obat secara teratur.
STRATEGI PELAKSANAAN KEPUTUSASAAN

SP 1
Pasien : Mendiskusikan kegiatan positif yang dulu pernah dilakukan, dan
menulis ulang kegiatan positif yang sudah didiskusikan

Orientasi
“Assalamualaikum wr.wb. Sore Bu/Pak?. Perkenalkan nama Saya
perawat Boy Firmansyah senang dipanggilBoy. Nama Ibu/Bapak siapa?
Wow bapak (nama pasien). Senangnya dipanggil siapa?” Oooo
bu/bapak (nama pasien). Nah, sayadatang kesini untuk membantu
Ibu/Bapak
Menyelesaikanmasalah Ibu/Bapak “.
“BagaimanaperasaanBapak/Ibuhariini? (pasien : sedih)
”Bagaimana Bu/Pak, kalau kita berbincang-bincang
tentangperasaansedih yang Ibu/Bapak rasakan saat ini ?”.Menurut
Ibu/Bapak dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempatini saja”.
“Bagaimanakalaukitaberbincang-bincangselama 30 menit. Apakah
Bapak/Ibubersedia ?”.

Kerja
“Coba Ibu/Bapakceritakan kepada sayatentang perasaan sedih yang
Ibu/Bapak rasakan saat ini”. “ (Pasien : saya sedih sekali.... sejak jari
tangan kanan saya diamputasi, rasanya saya tidak bisa berbuat apa-apa
lagi.... apalagi menghidupi keluarga,untuk minum saja saya masih butuh
bantuan orang lain....). Yaaa saya sangat mengerti perasaan Ibu/Bapak.
Sudah berapa lama perasaan itu Ibu/Bapak rasakan?
“Kalau saya boleh simpulkan, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang
disebut dengan keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan
dimana seseorang itu merasa tidak ada pilihan lain lagi untuk
menyelesaikan nmasalahnya walaupun sebenarnya dia masih memiliki
potensi/kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
“Pak/Bu, bagaimana kalau saya memberitahukan tentang cara yang baik
untuk menyelesaikan masalah?”
“Ada beberapa hal yang Bapak/Ibu bisa lakukan, misalnya, menceritakan
masalah Bapak/Ibu kepada orang lain yang Bapak/Ibu percaya. Dengan
demikian beban yang Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa berkurang.
Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa mengingat atau menuliskan kemampuan
atau aspek positif yang dulu pernah Ibu/Bapak lakukan. Coba ingat
kembali apa saja hal baik yang dulu pernah bapak/ibu lakukan.
Wah. dulu ternyata bapak/ibu bisa membuat es krim yang lezat ya. Nah
buat daftar sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya. Kegiatan seperti
ini berguna untuk membantu membangkitkan semangat dan harapan
Ibu/Bapak kembali dalam menjalani kehidupan”. Meskipun tidak dapat
membuatnya sendiri tapi ibu/bapak masih bisa mengajarkannya ke orang
lain. Tulis dan buat daftar tersebut, ini akan membuktikan bahwa
ibu/bapak masih punya banyak kemampuan yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun orang lain. Hebat..

Terminasi
Nah... Pak/Bu, bagaimana rasanya setelah kita berbincang-bincang
tentang masalah Ibu/Bapak tadi?”.
“ Coba Ibu/Bapak menyebutkan apas ebenarnya yang Bapak/Ibu alami
saat ini ? ”.
“ CobaIbu/bapak ulangi, hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah?”.
“Bagus sekali Pak/Ibu”.
“Baiklah Ibu/Bapak,sesuai dengan janji kita telah berbincang-bincang
selama 30 menit. Dan
Tadi Bapak/Ibu telah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah,
setelah ini, Bapak/Ibu bisa mencoba untuk mulai menerapkannya.
Bagaimana, apaBapak/Ibu bersedia melakukannya?”.” Bagus sekali
Pak/Bu”. Ibu/Bapak, bagaimana kalau besok kita berlatih kegiatan
membuat atau menuangkan air minum dari teko air, disini jam 15sore?
Baiklah bu. Saya permisi dulu. Assalamualaikum WW. Selamat sore.

SP 2
Pasien: Mendiskusikan kemampuan pasien dalam kegiatan sehari hari
misalnya membuat minuman untuk dirinya atau orang lain.
Orientasi
“Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak... (sebutkan nama
pasien). Masih ingat saya? “Ya saya perawat Boy, senang dipanggil Boy.
Nah saya datang kembali untuk melanjutkan diskusi mengatasi masalah
keputusasaan terutama pasca perawatan amputasi dari RS. Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu hari ini?Oya apakah daftar kemampuan hal positif
yang kemarin sudah selesai? Ada berapakah yang sudah disusun?”
Bagus...
”Bagaimana Bu/Pak, kalau kita sekarang berlatih satu kemampuan yaitu
mengambil air minum yang dulu pernah dilakukan?.
“Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita berlatih? Bagaimana kalau
disini saja, selama 30 menit.
“Apakah Bapak/Ibu bersedia ?”.
Kerja
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya bagaimana kegiatan atau
aktifitas ibu/bapak sekarang pasca perawatan di RS? (berlatih menulis
kemampuan kegiatan yang msh bisa dilakukan seperti pada pertemuan
lalu). Waah sekarang sudah banyak hal positif yang bisa dituliskan ya...
Bagus.... Nah saat ini kita akan membantu ibu/bapak untuk berlatih
aktifitas misalnya mengoptimalkan fungsi tangan pasca perawatan. Kita
akan melatih kemampuan untuk mengambil air minum dari teko air. Nah
optimis ya, ibu/bapak akan bisa melakukannya. Nah pertama ambil gelas
pelan-pelan, lalu letakan di meja dan pegang teko air, kemudian tuangkan
perlahan ke dalam gelas. Nah air minumnya sudah siap sekarang. Yaa.
Bagus... ibu/bapak ternyata bisa melakukannya seperti saya dan orang
lain juga lakukan... Bagus sekali ”

Terminasi
“Nah..Pak/Bu, bagaimana perasaannya setelah kita berlatih kemampuan
pasca perawatan dari RS. Ternyata ibu/bapak masih bisa membuktikan
bahwa mampu melakukan seperti yang orang lain lakukan. Bagaimana
rasanya, senang ?”
“ Bagus sekali Pak/Ibu”.
“Baiklah Ibu/Bapak,sesuai dengan janji kita telah berlatih kemampuan
positif pasca perawatan selama 30 menit. Dan tadi Bapak/Ibu telah
berlatih kegiatan positif pasca diamputasi. Nah setelah ini, Bapak/Ibu
bisa mencoba untuk mulai menerapkannya dengan kegiatan-kegiatan
lainnya. Misalnya melatih kemampuan tangan untuk membuat minuman
teh manis sendiri.”
“Bagaimana, apaBapak/Ibu bersedia melakukannya?”. ” Bagus sekali
Pak/Bu”.
“Ibu/Bapak, bagaimana kalau besok kita berlatih hal tersebut? Jam 15
saya datang ya. Baiklah
bu/pak. Saya permisi dulu . Assalamualaikum WW. Selamat Sore“
ARTIKEL TERKAIT KEPUTUSASAAN

No Pengarang, Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian


tahun Penelitian
1. Sri Wulan Pengaruh untuk Desain penelitian 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
Lindasari, Logotherapy mengetahui yang digunakan pengaruh logotherapy pada kelompok intervensi
Iyus Yosep, Terhadap pengaruh adalah quasi sebelum dan setelah diberikan logotherapy dengan
Titin Sutini Keputusasaan logotherapy experimental pre- nilai p value 0,001 dan t hitung 14,61.
Pada terhadap post test non 2. Dari hasil penelitian didapatkan hasil tidak ada
Tahun: 2017 Narapidana keputusasaan equivalent control perbedaan tingkat keputusasaan antara kelompok
Wanita Di pada narapidana group. Populasi intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukan
Lembaga wanita di Lapas dalam penelitian ini logotherapy dan ada perbedaan tingkat
Permasyaraka wanita kelas IIA adalah semua keputusasaan antara kelompok intervensi dan
tan Wanita Bandung narapidana wanita kelompok kontrol setelah dilakukan terapi. Pada
Kelas Iia yang mengalami kelompok intervensi antara sebelum dan setelah
Bandung keputusasaan dan dilakukan logotherapy didapatkan penurunan
tidak mengalami tingkat keputusasaan yang signifikan. Penurunan
depresi berat skor rata-rata keputusasaan pada narapidana wanita
sebanyak 57 orang. setelah dilakukan logotherapy adalah 3 kali lipat
Cara pengambilan dibandingkan dengan sebelum dilakukan
sampel adalah secara logotherapy. Pada kelompok kontrol meskipun
total sampling. tidak dilakukan intervensi, terdapat penurunan
Penelitian dilakukan tingkat keputusasaan antara pre test dan post tes..
terhadap 57 Penurunan skor rata-rata keputusasaan pada
responden yang narapidana wanita kelompok kontrol adalah satu
terdiri dari 29 orang kali lipat dibandingkan dengan kelompok intervensi
kelompok intervensi yang dilakukan logotherapy.
dan 28 kelompok 3. Dapat disimpulkan bahwa logotherapy ada
kontrol. Alat pengaruhnya dalam menurunkan tingkat
pengumpulan data keputusasaan pada narapidana wanita di lapas
menggunakan wanita Kelas IIA Bandung.
kuesioner Beck
Hopelessness Scale
(BHS). Analisa data
univariat yaitu
dengan menghitung
distribusi frekuensi
dan sentral tendensi.
Analisa bivariat
menggunakan
Paired t-test dan
Chi-Square
2. Sawab, Sri Terapi Untuk Metode penelitian 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Endang Suportif Mengetahui ini adalah Quasi pengaruh terapi suportif terhadap
Widianti Berpengaruh Pengaruh Terapi experimental pre- keputusasaan stroke survivor dengan nilai p value
Terhadap Suportif post test with kontrol 0.000 dan tidak ada pengaruh terapi suportif
2021 Keputusasaan Terhadap group. Sampel terhadap perilaku dengan p value 0.09.
Dan Perilaku Keputusasaan adalah 56 stroke 2. Terapi suportif secara statistic tidak mempunyai
Stroke dan Perilaku survivor diambil pengaruh yang signifikan terhadap perilaku stroke
Survivor Stroke Survivor menggunakan survivor akan tetapi berdasar skor Indek Bartel
purposive sampling setelah terapi suportif skor ketergantungan
kemudian meningkat (kemandirian semakin baik). Terapi
dikelompokan suportif memberikan kontribusi untuk membantu
menjadi 2 kelompok mengatasi masalah emosional sehingga stroke
yaitu kelompok survivor tidak jatuh ke kondisi depresi melalui
intervensi(n=29) dan support agar harga diri pasien tidak menurun dan
kelompok kontrol meningkatkan fungsi keluarga sebagai support
(n=29) system.
PEMBAHASAN ARTIKEL
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan
bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain
atu pilihan lain pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk
mencapai apa yang diinginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan (Capernito,2013). Individu yang merasa pesimis
dan cenderung menganggap dirinya negatif setelah mengalami suatu peristiwa
lebih berisiko untuk mengalami keputusasaan (Brozina & Abela, 2006). Menurut
Forintos & Rozsa (2010) dampak dari keputusasaan dapat menyebabkan depresi
dan bunuh diri. Menurut NANDA (2012) faktor yang berhubungan dengan
keputusasan seperti perasaan tertinggal, kehilangan kepercayaan terhadap nilai,
pembatasan aktivitas yang menimbulkan isolasi dan stress yang berkepanjangan
(Dunn, 2010).
Salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasi keputusasaan yaitu
dengan logotherapy (Stuart & Laraia, 2005). Logotherapy merupakan tindakan
perawatan kelompok yang menjadi intervensi pada penelitian ini. Logotherapy
dapat mengubah pandangan atau penilaian negatif setiap anggota kelompok
terhadap permasalahan hidup yang dialaminya menjadi positif dengan melalui
proses penemuan/pencarian makna dan nilai-nilai berharga di dalamnya serta
harapan-harapan yang masih dimiliki. Proses logotherapy yang diterapkan pada
narapidana wanita akan menghasilkan pikiran positif, perasaan bahagia/nyaman
serta perilaku adaptif sehingga hidup menjadi lebih bermakna dan tingkat
keputusasaan berkurang.
Pada artikel 1 didapatkan hasil tidak ada perbedaan tingkat keputusasaan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukan logotherapy
dan ada perbedaan tingkat keputusasaan antarakelompok intervensi dan kelompok
kontrol setelah dilakukan terapi. Pada kelompok intervensi antara sebelum dan
setelah dilakukan logotherapy didapatkan penurunan tingkat keputusasaan yang
signifikan. Penurunan skor rata-rata keputusasaan pada narapidana wanita setelah
dilakukan logotherapy adalah 3 kali lipat dibandingkan dengan sebelum dilakukan
logotherapy. Pada kelompok kontrol meskipun tidak dilakukan intervensi,
terdapat penurunan tingkat keputusasaan antara pre test dan post tes.. Penurunan
skor rata-rata keputusasaan pada narapidana wanita kelompok kontrol adalah satu
kali lipat dibandingkan dengan kelompokintervensi yang dilakukan logotherapy.
Pada artikel 2 membahas mengenai terapi suportif dalam menangani
keputusasaan. Terapi suportif termasuk salah satu model psikoterapi yang
digunakan di masyarakat dan di Rumah sakit untuk memberikan motivasi dan
perubahan perilaku individu. Terapi suportif merupakan terapi psikologis untuk
membantu seseorang dalam memberikan dukungan secara personal melalui
aktivitas berbagi pengalaman, situasi dan masalah agar saling memberi dan
menerima, melatih keterampilan swabantu (self help), dan pengembangan
pengetahuan. Melalui terapi suportif terapis memberikan dukungan kepada pasien
dengan menguatkan terhadap masalah yang dihadapi dan membantu mencarikan
alternatif baru dalam menyesuaikan diri sehingga mampu mencapai tingkat
kemandirian dan mampu mengambil keputusan. (Maramis, 1998 dan Rockland,
1989 dalam Stuart & Laraia, 2005). Dukungan yang dibutuhkan dalam menjalani
keputusasannya antara lain dukungan keluarga maupun dukungan dari lingkungan
sekitar. Disamping pentingnya akan dukungan, seseorang juga memiliki usaha
untuk menumbuhkan keyakinan dirinya dan motivasi untuk selalu beraktivitas
melalui sumber koping yang dimilikinya. Terapi suportif dapat menjadi pilihan
dalam intervensi keperawatan pasien yang mengalami keputusasaan agar klien
tidak berkembang menjadi depresi.

.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo

Carpenito, Lynda. (2014). Nursing care plans : Transitional patient and family
centered care.6th Ed. USA : Lippincott William and Wilkins

Keliat, dkk. (2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Stuart, G.W. (2007). Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP


Jiwa). Jakarta: FIK UI

Anda mungkin juga menyukai