Anda di halaman 1dari 14

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

p-ISSN 2085-6091 | e-ISSN 2715-6656


No. Akreditasi: 36/E/KPT/2019

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DALAM KONSEP KEPEMIMPINAN


PARTISIPATIF.

DEVELOPMENT POLICY IN PARTICIPATIVE LEADERSHIP CONCEPTS.

Wimmy Haliim
Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia
e-mail: wimmyfisip@ub.ac.id

Diserahkan: 03/03/2020, Diperbaiki: 21/03/2020, Disetujui: 28/03/2020

Abstrak
Kebutuhan rakyat seringkali dianggap hal yang sepele oleh birokrat yang duduk
didalam pemerintahan sebuah negara. Mereka memiliki kecenderungan melakukan
dan membuat program atau kebijakan dengan pembangunan yang bersifat top-down,
namun kesesuaian antara apa yang dibutuhkan rakyat dengan yang dikerjakan oleh
pemerintah sering kali berbeda. Maka dari itu, pendekatan yang lebih bottom-up harus
hadir didalam proses pembuatan kebijakan yang ada didalam tubuh pemerintah. Salah
satu tujuan penulisan artikel ini adalah keinginan untuk memperkuat peran
masyarakat dalam proses pembuat kebijakan yang dinilai penting. Penulisan artikel
ini menggunakan penggunaan model penulisan normatif. Sehingga di dalamnya
menggunakan pendekatan konseptual untuk menjelaskan kepada pembaca pentingan
konsep kepemimpinan partisipatif dalam kebijakan pembangunan. Kepemimpinan
partisipatif adalah kepemimpinan yang mendasarkan pembuat kebijakannya pada
proses pertimbangan yang matang (proses deliberasi) dengan mengikutsertakan
publik, sehingga kebijakan pembangunan yang lahir bisa menjawab kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan sosial-ekonomi publik. Konsep kepemimpinan partisipatif
ini bisa diaplikasikan pada setiap pejabat publik yang ada dilingkungan pemerintahan
pusat hingga daerah, tujuan pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi secara
menyeluruh bisa tercapai. Selain itu, masyarakat akan jauh lebih mandiri dan kuat.
Kemandirian dan kekuatan masyarakat, selain bisa digunakan untuk ikutserta dalam
proses perencanaan, juga sangat dibutuhkan sebagai pihak eksternal dalam
pengawasan hingga evaluasi kebijakan pembangunan.
Kata Kunci: Partisipasi, Kebijakan Pembangunan, Kepemimpinan Partisipatif.

Abstract
People's needs are often considered trivial by bureaucrats who sit in the government
of a country. They tend to carry out and make programs or policies with top-down
development, but the compatibility between what is needed by the people and what is
done by the government is often different. Therefore, a more bottom-up approach must
be present in the policy making process that is within the body of government. One of
the goals of writing this article is the desire to strengthen the role of the community
in the policy-making process that is considered important. The writing of this article
uses the use of normative writing models. So that it uses a conceptual approach to
explain to readers the importance of the concept of participatory leadership in
development policy. Participatory leadership is leadership that bases its policy
makers on a mature process of deliberation (deliberation process) by involving the
public, so that development policies that are born can answer the needs and improve
the socio-economic capabilities of the public. The concept of participatory leadership
can be applied to every public official in the central to regional government
environment, the government's goal to carry out comprehensive bureaucratic reform

91
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

can be achieved. Also, the community will be far more independent and strong. The
independence and strength of the community, in addition to being used to participate
in the planning process, are also very much needed as an external party in monitoring
and evaluating development policies.
Keywords: Participation, Development Policy, Participatory Leadership

PENDAHULUAN
Pembangunan berasal dari kata sebuah negara. Mereka memeiliki
bangun yang berarti sadar secara non-fisik kecenderungan melakukan dan membuat
dan bentuk secara fisik, seperti program atau kebijakan dengan
pembangunan manusia (suprastruktur) dan pembangunan yang bersifat top down
pembangunan fisik (infrastruktur). Bangun tanpa mempertimbangkan kesesuaian
merupakan kata kerja yang juga berarti antara apa yang dibutuhkan rakyat dengan
aktifitas pembuatan ataupun pendirian yang dikerjakan oleh pemerintah. Ada
sesuatu. Anatomi kata pembangunan yang mengatakan bahwa partisipasi
meliputi bentuk, secara fisiologi berarti merupakan kemampuan mendengarkan
kehidupan serta perilaku yang berada secara bijak aspirasi warga negara. Karena
didalamnya (behavioral). Dalam konteks salah satu kelemahan warga negara adalah
berbangsa dan bernegara, pembangunan mereka sulit untuk mengartikulasikan
menjadi motivasi, orientasi, maupun cara kebutuhan (dan kepentingan) mereka. Jadi,
bagi masing-masing dari mereka untuk dalam memahami partisipasi masyarakat
mencapai kesejahteraan dan kemakmuran dalam pembangunan, semua elemen,
bersama. Jika politik merupakan sebuah semua pemangku kebijakan harus bisa
visi, maka pembangunan adalah misi untuk memahami dan membantu masyarakat atas
meraih masa depan yang lebih baik. apa yang sebenarnya yang dibutuhkan dan
Lembaga resmi didalam konsep diinginkan masyarakat dalam setiap
negara yang memiliki visi-misi kebijakan pembangunan (Wirawan &
pembangunan suatu negara adalah Nurpratiwi 2015).
pemerintah. Pemerintah yang dipercaya Salah satu metode alternatif yang
sebagai perwalian dan perwakilan setiap tepat untuk mengungkap kebutuhan
warga negara bertugas untuk membuat mendasar masyarakat semisal dengan
kebijakan yang diharapkan bisa menggunakan model Participation Action
membangun negara secara fisik maupun Research (PAR). Dalam model PAR ini
sosial yang disesuaikan dengan kebutuhan ditegaskan bahwa keterlibatan masyarakat
rakyat dan didasarkan sandaran kultural secara maksimal sangat diperhatikan
yang ada. Infrastruktur, suprastruktur, (Sulastika 2018). Dalam metode ini,
hingga kesejahteraan sosial. Awal mula masyarakat dipandang sebagai subyek
terbentuknya negara modern, peran pembangunan. Artinya, posisi pemerintah
pemerintah dalam membangunan negara (melalui para birokratnya) atau peneliti
memang cukup dominan. Namun pada cukup mendengarkan, mengartikan dan
perkembangan politik dan pemerintahan menterjemahkan apa yang dibutuhkan oleh
yang ada, pemerintah dituntut untuk tidak masyarakat. Birokrasi dan peneliti harus
menjadi sektor yang dominan dalam secara aktif terlibat dan berinteraksi
pembangunan (Mustanir et al 2019). intensif dengan masyarakat terhadap satu
Karena jika pemerintah semakin dominan, konteks kebijakan.
dikhawatirkan rakyat melemah, terlalu Keterlibatan masyarakat menjadi
bergantung, sehingga tujuan pembangunan penting dalam pembangunan karena
justru tidak maksimal. didasarkan beberapa dua hal, pertama,
Pada beberapa kasus, kebutuhan karena keterlibatan masyarakat diperlukan
rakyat sebagai real demand seringkali untuk memadukan atau mengawinkan
dianggap hal yang sepele oleh pada model top down dengan bottom up agar
birokrat yang duduk didalam pemerintahan program atau kebijakan pembangunan

92
Kebijakan Pembangunan Dalam Konsep Kepemimpinan Partisipatif
(Wimmy Haliim)

pemerintah pusat ataupun daerah dapat menuntaskan problematika yang ada


diterima oleh masyarakat dan sesuai dimasyarakat dan terkesan hanya untuk
dengan kebutuhannya (Rufita, Setiawati & menggugurkan kewajiban anggaran
Suparti 2019). Kedua: menjadi sarana tahunan mereka saja.
motivasi masyarakat untuk menumbuhkan Partisipasi sering dipahami sepihak,
rasa ikut memiliki (sense of belonging) dan sehingga dalam penggunaannya tidak
ikut bertanggung jawab (responsibility) berjalan maksimal. Para perencana
terhadap hasil-hasil dan pelaksanaan pembangunan, pemerintah dan aparatnya
kebijakan pembangunan. Tingkat memahami partisipasi sebagai dukungan
kesadaran (awareness) masyarakat dalam yang harus diberikan oleh rakyat pada
berpartisipasi merupakan kunci penting keputusan rencana pembangunan yang
dalam sebuah perumusan hingga sudah diputuskan dari atas (top down)
implementasi kebijakan, terlebih jika (Handoko 2017: 245). Ukuran yang
mereka dihadapkan dengan persoalan dipakai adalah sejauh mana rakyat
perawatan atau pengelolaan (maintenance) menanggapi. melaksanakan dan bersedia
hasil-hasil pembangunan. berkorban baik waktu, tenaga maupun
Penjelasan di atas sesungguhnya hidupnya untuk pembangunan. Bila rakyat
ingin menegaskan betapa pentingnya tidak patuh dan tidak mau mendukung
keterlibatan masyarakat dalam proses berarti tidak berpartisipasi.
kebijakan. Sampai hari ini banyak pihak Pandangan tersebut memperlakukan
yang berfikir bahwa masyarakat hanya dan memposisikan rakyat sebagai obyek
sekedar menjadi obyek kebijakan pembangunan dan segala usul, aspirasi
kepentingan pemerintah. Secara struktural, yang berasal dari masyarakat (bottom up)
selama ini masyarakat selalu teralienasi dianggap sebagai keinginan belaka.
akibat tekanan-tekanan kultur modern. Sedangkan para intelektual melihatnya
Oleh karenanya masyarakat perlu lain, masyarakat adalah subyek yang bisa
mendapatkan pendidikan non formal menciptakan kebutuhan pembangunannya
sebagai model alternatif pendidikan untuk sendiri. Persepsi ini menempatkan
meningkatkan kemampuan praktis dan masyarakat pada posisi dengan kekuatan
kesadaran rasional sebagai masyarakat yang seimbang ketika berhadapan dengan
tradisional yang mampu menyesuaikan diri pemerintah. Idealnya masyarakat diajak
dengan perkembangan ilmu pengetahuan untuk merencanakan, melaksanakan dan
dan teknologi. mengevaluasi proses kebijakan
Proses demokratisasi Indonesia hari pembangunan. Dengan demikian
ini menjunjung tinggi hak azasi manusia partisipasi tidak menjadi retorika
(HAM), konsep civil society yang pembangunan belaka, tetapi menjadi
diharapkan dan mampu mengikutsertakan model pembangunan yang bersifat
dan memaksimalkan peran dan fungsi partisipatif.
masyarakat dalam kebijakan Pentingnya partisipasi akan selalu
pembangunan, terlebih yang langsung dihadapkan pada berbagai permasalahan
berkenaan dengan mereka, seperti pembangunan dari soal demokrasi,
program-program pengentasan hubungan negara dan rakyat, civil society,
kemiskinan, UMKM, dan lain sebagainya. tanah, kehutanan, pertanian sampai
Namun, partisipasi masyarakat dalam transformasi sosial budaya menuju
kasus pembangunan di Indonesia sangat masyarakat industrial. Tetapi, analisisnya
sulit tercipta karena kurangnya kesadaran harus tetap berpijak pada situasi kongkrit
masyarakat (Soetrisno 1995). Akhirnya, rakyat pedesaan, masyarakat marginal dan
kasus-kasus yang kerap terjadi seperti miskin yang justru sering menjadi korban
kesenjangan dan penolakan program antara pembangunan (infrastruktur atau fisik dari
antara masyarakat dan pemerintah sering proses industrialisasi). Pembangunan
terjadi. Dampaknya, program Indonesia pasca reformasi memang
pembangunan fisik maupun sosial yang berhasil memperbaiki kehidupan ekonomi
dilakukan pemerintah sering kali tidak bangsa, namun sayangnya kemajuan yang

93
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

dicapai tersebut diikuti dengan munculnya HASIL DAN PEMBAHASAN


suatu gejala ‘the psychology of fear’ dalam
Konsep Partisipasi dan Pembangunan
masyarakat. Gejala ini muncul karena
dalam upaya pembangunan ekonomi Partisipasi masyarakat dalam
tersebut pemerintah tidak menyelaraskan pembangunan diartikan sebagai ikut
tahapan pembangunan ekonomi dengan sertanya masyarakat dalam pembangunan,
perkembangan politik. ‘The psychology of ikut dalam kegiatan-kegiatan
fear’ yang berkepanjangan justru akan pembangunan, dan ikut serta
mempersulit pemerintah dalam setiap memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil
rezim dalam menciptakan kebijakan pembangunan. Ada lima jenis partisipasi
pembangunan partisipatif (Suryono 2010). masyarakat dalam pembangunan yaitu: 1)
Artikel ini mengkaji beberapa faktor ikut memberi input proses pembangunan,
penting yang bisa menunjang pemerintah menerima imbalan atas input tersebut dan
pusat atau daerah untuk mendukung ikut menikmati hasilnya; 2) ikut memberi
menciptakan sebuah sistem yang kondusif input dan menikmati hasilnya; 3) ikut
dalam mendukung kebijakan memberi input dan menerima imbalan,
pembangunan partisipatif dalam perspektif tanpa ikut menikmati hasil pembangunan
teori pembangunan. Tujuan penulis secara langsung; 4) menikmati atau
memilih konsep pembangunan adalah memanfaatkan hasil pembangunan tanpa
memberikan pemahaman dan pengertian ikut memberi input,; dan 5) memberi input
kepada pembaca bahwa faktor partisipasi tanpa menerima imbalan dan tidak
dalam setia proses pembangunan sangatlah menikmati hasilnya.
penting. Penulis juga meyakini bahwa juga Kemudian ada setidaknya enam
ada dua faktor lain agar partisipasi bisa macam untuk membentuk partisipasi, yaitu
merasuk dalam proses pembangunan, yaitu (Ndraha 1982) a) Partisipasi dalam
perlunya kepemimpinan partisipatif dan menerima dan memberi informasi. b)
pemahaman para pemangku kepentingan Partisipasi dalam memberikan tanggapan
terhadap kebijakan model deliberatif yang dan saran terhadap informasi yang
akan dijelaskan penulis didalam diterima, baik yang bermaksud menolak
pembahasan artikel ini. maupun yang bermaksud menerima. c)
Partisipasi dalam bentuk perencanaan
METODE PENELITIAN
pembangunan termasuk dalam
Penulisan artikel ini menggunakan pengambilan keputusan. d) Partisipasi
metode kualitatif. Uraian-uraian ke depan dalam bentuk pelaksanaan operasional
akan dijelaskan bahwa tujuan penggunaan pembangunan. e) Partisipasi dalam
metode kualitatif adalah mencari menerima hasil pembangunan dan f)
pengertian “pengertian”, “tujuan”, dan Partisipasi dalam menilai hasil
“latar belakang penelitian yang mendalam pembangunan.
tentang suatu gejala, fakta atau Proses partisipasi masyarakat dalam
realita“(Raco 2018). Penulisan pembangunan mengalami tahapan-tahapan
menggunakan model normatif dengan partisipasi, antara lain: 1) partisipasi
pendekatan konseptual. Teknik dalam/rnelalui kontak dengan pihak lain
pengumpulan data adalah kepustakaan sebagai salah satu titik awal perubahan
(desk study) menggunakan berbagai sosial; 2) partisipasi dalam
macam material yang yang relevan untuk memperhatikan, menyerap dan memberi
pengembangan penulisan meliputi buku, tanggapan terhadap informasi, baik dalam
koran, jurnal ilmiah, majalah, naskah, dan arti menerima (mentaati, memenuhi,
segala jenis dokumen (Koentjaraningrat et melaksanakan), mematuhi, menerima
al 1984). dengan syarat, maupun dalam arti
menolaknya; 3) partisipasi dalam
perencanaan pembangunan, termasuk
pengambilan keputusan (penetapan
rencana).

94
Kebijakan Pembangunan Dalam Konsep Kepemimpinan Partisipatif
(Wimmy Haliim)

Tiga tahap terakhir berbicara tentang peningkatan peranan masyarakat dalam


pentingnya pemahaman terkait keterlibatan pembangunan secara aktif.
masyarakat dalam perencanaan Partisipasi itu juga harus
pembangunan perlu disadarkan, memberikan manfaat langsung kepada
ditumbuhkan, dan dikembangkan didalam masyarakat yang bersangkutan. Dan
benak masyarakat. Partisipasi ini disebut manfaat yang diperoleh melalui partisipasi
juga sebagai partisipasi dalam itu dapat memenuhi kepentingan
pengambilan keputusan, termasuk masyarakat setempat. Dalam proses
keputusan politik yang menyangkut hajat partisipasi itu terjamin adanya pengawasan
hidup mereka dan partisipasi dalam pembangunan yang dilakukan oleh
program yang lebih bersifat teknis. Tahap masyarakat; terutama keterlibatan mereka
keempat, partisipasi dalam pelaksanaan dalam proses monitoring, evaluasi dan
operasional pembangunan. Tahap kelima, pengambilan keputusan secara perwakilan
partisipasi dalam menerima, memelihara atau representatif. Penulis menambahkan,
dan mengembangkan hasil pembangunan perlu disadari bahwa dalam partisipasi
yang bermanfaat (participation in benefits). masyarakat berlaku juga prinsip teori
Tahap keenam, partisipasi dalam menilai pertukaran (Exchange Theory) yakni,
pembangunan, yaitu keterlibatan semakin banyak manfaat yang diduga akan
masyarakat dalam menilai sejauh mana diperoleh suatu pihak dari pihak lain
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan melalui kegiatan tertentu, maka semakin
rencana dan sejauh mana hasilnya dapat kuat pihak itu akan terlibat dalam kegiatan
memenuhi kebutuhan masyarakat. tersebut (Haliim 2017)).
Penulis sepakat dengan Suryono Penulis melihat bahwa antara
(2010) terkait cara atau metode partisipasi masyarakat dengan kemampuan
menggerakkan partisipasi dapat dilakukan masyarakat yang bersangkutan untuk
dengan mempertimbangkan beberapa hal, berkembang secara mandiri, terdapat
antara lain harus disesuikan dengan kaitan yang sangat erat. Kesediaan
kebutuhan nyata masyarakat. Partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi
juga harus dijadikan stimulasi terhadap merupakan tanda adanya kemampuan awal
penyadaran masyarakat untuk masyarakat itu untuk berkembang dengan
membangun, dan sekaligus berfungsi kepercayaan diri (self confidence), rasa
sebagai pendorong timbulnya tanggapan pengakuan diri (self respect), dan mandiri
(respon) yang dikehendaki bersama. Selain (self reliance). Kemampuan masyarakat
itu, partisipasi juga dijadikan langkah untuk berkembang secara mandiri dapat
motivasi terhadap masyarakat, yang ditumbuh kembangkan melalui metode
berfungsi untuk membangkitkan intensifikasi dan ekstensuikasi partisipasi
perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, masyarakat dalam pembangunan itu
praktek kerja dan status kehidupan mereka sendiri. Ini perlu kesepakatan dan dialog
secara berlanjut. untuk menentukan strategi
Poin penting dalam program pelaksanaannya; Berikut ini akan disajikan
partisipatif adalah setiap proyek Model Delapan Anak Tangga Partisipasi
pembangunan yang dirancang sedemikian Masyarakat (Eight Rungs on a Ladder of
rupa secara sederhana, mudah dikelola, dan Citizen Participation).
dilaksanakan oleh masyarakat. Sehingga
adanya dukungan organisasi dan
kelembagaan masyarakat yang mampu
menggerakkan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat secara terbuka dan independen.
Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi
yang sudah dikenal atau yang sudah ada
ditengahtengah masyarakat yang
bersangkutan. Dampaknya adalah adanya

95
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

Tabel 1. Model Delapan Anak Tangga birokratnya. Dalam konsep kebijakan


Partisipasi Masyarakat pembangunan partisipatif, tentu saja watak
Tangga Bentuk pimpinan harus memiliki kesadaran
Kategori
Ke Partisipasi pentingnya akan partisipasi masyarakat.
Tingkat Pengawasan Kepemimpinan Partisipatif memiliki
Partisipasi 8 oleh
wawasan kedepan atau visi strategis.
Sebagai Masyarakat
Kekuatan Pendelegasian
Semua kegiatan pemerintah di berbagai
Masyarakat 7 Kekuasaan dan bidang seharusnya didasarkan pada visi
(Degrees of Kewenangan dan misi yang jelas disertai strategi
Citizen Kemitraan/ implementasi yang tepat sasaran dengan
6 dasar partisipasi masyarakat dan dengan
Power) Kesetaraan
Tingkat 5 Kompromi tujuan menyelesaikan dan menjawab
Partisipasi 4 Berkonsultasi kebutuhan masyarakat.
yang bersifat Pemimpin dituntut untuk peka
Memberi
semu 3 terhadap keterbukaan, transparansi hingga
Informasi
(Pseudo) tata pemerintahan yang bersifat terbuka
Diagnosa untuk (transparan). Wujud nyata prinsip tersebut
Tingkatan 2 ‘pengobatan’
antara lain dapat dilihat apabila masyarakat
Bukan masalah publik
Partisipasi Memanipulasi mempunyai kemudahan untuk mengetahui
1 serta memperoleh data dan informasi
(rekayasa)
Sumber: Arnstein 1969 tentang kebijakan, program, dan kegiatan
aparatur pemerintah, baik yang
Konsep partisipasi harus diimbangi dilaksanakan di tingkat pusat maupun
oleh baiknya tingkat pembangunan daerah.
manusia. Ada 4 poin yang dituju untuk Selain itu pemimpin harus
meningkatkan pembangunan manusia melibatkan partisipasi masyarakat dalam
yaitu, 1) produktifitas penduduk berkaitan tata pemerintahannya. Pemimpin beserta
dengan human capital yang dimiliki dan birokrasi yang dipimpinnya harus
investasi manusia dilakukan untuk mendorong partisipasi masyarakat.
meningkatkannya; 2) penduduk memiliki Masyarakat yang berkepentingan ikut serta
kesempatan yang sama untuk mendapatkan dalam proses perumusan dan/ atau
akses terhadap sumber daya ekonomi dan pengambilan keputusan atas kebijakan
sosial, semua hambatan yang publik yang diperuntukkan bagi
memperkecil kesempatan untuk masyarakat.
memperoleh akses tersebut harus Proses di atas akan memperkuat
dihapus; 3) pembangunan yang dilakukan prinsip akuntabilitas yang dimiliki
tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pemimpin. Tata pemerintahan dengan
saat ini tapi juga masa depan; 4) penduduk prinsip akuntabel akan selalu bertanggung
harus berpartisipasi penuh dalam jawab atas seluruh kebijakan yang telah
keputusan dan proses yang akan dibuat. Instansi pemerintah dan para
menentukan kehidupan mereka (Nurkholis aparaturnya harus dapat
2018). Maka dari itu, untuk meciptakan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
iklim partisipatif demi menunjang kewenangan yang diberikan sesuai dengan
pembangunan, sangat diperlukan tugas dan fungsinya. Demikian halnya
pemimpin publik dengan orientasi dengan kebijakan, program, dan kegiatan
partisipatif, yang berikutnya penulis sebut yang dilakukannya.
dengan kepemimpinan partisipatif. Prinsip keterbukaan, partisipatif, dan
akuntabilitas perlu ditunjang oleh beberapa
Perlunya Kepemimpinan Partisipatif
prinsip dibawah ini: Profesionalisme dan
Sistem politik atau pemerintahan Kompetensi (profesionalism and
sebagus apapun, tentu saja memerlukan compelency); Tata pemerintahan yang
kepemimpinan yang baik, entah berdasarkan profesionalitas dan
kepemimpinan politik maupun kompetensi. Wujud nyata dari prinsip

96
Kebijakan Pembangunan Dalam Konsep Kepemimpinan Partisipatif
(Wimmy Haliim)

profesionalisme dan kompetensi dapat kebijakan yang dibuat akan selalu


dilihat dari upaya penilaian kebutuhan dan mendapat dukungan dari masyarakat.
evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat Tegaknya supremasi hukum tidak
kemampuan dan profesionalisme sumber bisa dilepaskan dari proses
daya manusia yang ada, dan dari upaya demokratisasinya. Kepemimpinan yang
perbaikan atau peningkatan kualitas partisipatif harus memiliki sifat yang
sumber daya manusia (Ashari 2010). demokratis dan berorientasi pada
Daya Tanggap (responsiveness): tata konsensus. Perumusan kebijakan
pemerintahan yang cepat tanggap pembangunan baik di pusat maupun daerah
(responsif). Aparat pemerintahan harus dilakukan melalui mekanisme demokrasi,
cepat tanggap terhadap perubahan dan tidak ditentukan sendiri oleh eksekutif.
situasi/kondisi mengakomodasi aspirasi Keputusan-keputusan yang diambil antara
masyarakat, serta mengambil prakarsa lembaga eksekutif dan legislatif harus
untuk mengatasi berbagai masalah yang didasarkan pada konsensus agar setiap
dihadapi masyarakat (Fernanda 2006). kebijakan publik yang diambil benar-benar
Keefisienan dan Keefektifan merupakan keputusan bersama, dan tentu
(efficiency and efectiveness): tata saja berorientasi kepada kepentingan
pemerintahan yang menggunakan struktur publik.
dan sumber daya secara efisien dan efektif. Desentralisasi merupakan salah satu
Pemerintah baik pusat maupun daerah dari ciri sebuah negara berfikir tentang
waktu ke waktu harus selalu menilai pentingnya sistem demokrasi disegala lini
dukungan struktur yang ada, melakukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
perbaikan struktural sesuai dengan tuntutan Desentralisasi atau pendelegasian tugas
perubahan seperti menyusun kembali dan kewenangan pusat kepada semua
struktur kelembagaan secara keseluruhan, tingkatan aparat sehingga dapat
menyusun jabatan dan fungsi yang lebih mempercepat proses pengambilan
tepat, serta selalu berupaya mencapai hasil keputusan, serta memberikan keleluasaan
yang optimal dengan memanfaatkan dana yang cukup untuk mengelola pelayanan
dan sumber daya lainnya yang tersedia publik dan menyukseskan pembangunan di
secara efisien dan efektif. (Dwiyanto 2013) pusat maupun di daerah. Pemilihan
Berikutnya adalah bisa mewujudkan langsung kepala desa oleh warganya
supremasi hukum. Kepemimpinan dengan adalah salah satu upaya yang dilakukan
Tata kelola pemerintahan yang menjunjung negara agar tata kelola pemerintahan
supremasi hukum akan mewujudkan paling atas hingga bawah memiliki prinsip-
upaya-upaya penuntasan kasus KKN dan prinsip keterbukaan hingga partisipatif.
pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran Yang terakhir, kepemimpinan partisipatif
HAM, peningkatan kesadaran hukum, serta juga dituntut bisa menciptakan kebijakan
pengembangan budaya hukum. Upaya pembangunan yang bertujuan sesuai yang
tersebut dilakukan dengan menggunakan dibutuhkan masyarakat, apakah ditujukan
aturan dan prosedur yang terbuka dan jelas, untuk memberdayakan atau menciptakan
serta tidak tunduk pada manipulasi politik. ketergantungan. Berikut perbedaan
Hal ini ditegakkan, agar kepercayaan kebijakan pembangunan dengan tujuan
masyarakat terhadap lembaga negara yang pemberdayaan dengan ketergantungan.
sedang memimpinnya selalu ada. Sehingga

97
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

Tabel 2. Kebijakan Pembangunan: Pemberdayaan & Ketergantungan


Aspek Program
Pemberdayaan Ketergantungan
Pembangunan
Inisiatif Didesa, perkampungan Pemilik modal di perkotaan

Sebagai tindakan untuk memecahkan


Awal Kegiatan Sebagai perencanaan formal
masalah

Proses Perencanaan Program Menjalin Kerjasama Dikuasai ahli, bersifat statis

Teknologi Ilmu murni Ilmu terapan

Dasar Sumber Daya Masyarakat lokal dan sumbernya Tenaga teknis, dana pusat

Kesalahan/Eror Merangkul, melibatkan Ketidaktahuan, memendam

Sifat Dukungan Membangun dari bawah Membangun dari atas

Pertumbuhan Bertahap dan organik Cepat dan mekanik

Rutin, berdasarkan kebutuhan


Memelihara, diatur dibelakang
Pengembangan SDM lapangan dan belajar dari setiap
meja dan bersifat mendidik
program yang ada

Bentuk Organisasi Gabungan, Terpadu Teknisi Spesialis

Evaluasi Berorientasi proses Berorientasi Hasil

Bentuk Kepemimpinan Kuat, Berkelanjutan Terbatas, sering berubah

Mendefinisikan masalah dan Menegaskan rencana dengan


Analisis Sosial
menciptakan program mempertemukan evaluasi

Sistem Kerja yang berkelanjutan Mempersiapkan kelengkapan


Fokus Manajerial
dengan perangkat kelembagaannya program
Sumber: Suryono 2010

Sebagai implikasi teoritisnya, oleh pemerintahan, sehingga diharapkan


konsep pemberdayaan (empowering) bisa benar-benar menjawab kebutuhan
melahirkan paradigma pembangunan masyarakat.
People Centre Development, konsep
Berorientasi Pada Kebijakan Dengan
ketergantungan (dependency) melahirkan
Model Deliberatif
paradigma pembangunan People
Development, dan aspek program-program Penulisan artikel ini menggunakan
pembangunan (development program) teori demokrasi deliberatif. Demokrasi
merupakan bagian dari tugas dan fungsi Deliberatif adalah demokrasi yang
pemerintahan atau birokrasi (Bureaucracy mengondisikan sebentuk demokrasi yang
Centre/ Role). Namun yang menjadi memungkinkan pemerintahan dapat lebih
catatan penting adalah, setiap kebijakan bekerja sesuai dengan aspirasi masyarakat
pembangunan yang dibuat harus pasca-pemilu. Di sini, masyarakat
berorientasi pada kebijakan dengan model memiliki hak dan peluang lebih besar
deliberatif. Model tersebut secara umum untuk berdialog dan menyampaikan
adalah menekankan pada keikutsertaan aspirasinya kepada pemerintah terpilih.
masyarakat dalam setiap pertimbangan Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa
kebijakan pembangunan yang ingin dibuat adanya pemilu tidak serta-merta dapat

98
Kebijakan Pembangunan Dalam Konsep Kepemimpinan Partisipatif
(Wimmy Haliim)

mengawal aspirasi masyarakat, malah di kebijakan publik. Keuntungannya. setiap


banyak kasus masyarakat ditinggalkan pihak bertanggungjawab atas keberhasilan
setelah pemilu berlangsung. Dalam skema kebijakan publik. Kelemahannya,
pemerintahan deliberatif ini, terbuka prosesnya acapkali panjang dan berteletele.
peluang bagi masyarakat untuk Model deliberatik tersebut adalah
membangun simpul-simpul penyalur berasal dari Pemerintah. Bagaimana juka
kepentingan yang dapat langsung dimulai dari aktor masyarakat. Perlunya
berhubungan dan menyampaikan masyarakat mengambil inisiatif didalam
aspirasinya kepada pemerintah tanpa proses-proses pembuatan kebijakan
melalui lembaga-lembaga formal deliberatik bisa dimulai dengan langkah-
demokrasi yang selama ini telah dikenal langkah dibawah ini (Suryono 2010).
luas, seperti partai politik atau parlemen. Langkah pertama dengan membentuk
Bahkan dimungkinkan pula simpul-simpul Kelompok Kerja dengan inti Kelompok
itu dapat turut langsung diikutsertakan Advokasi Kebijakan. Kenapa
dalam proses penentuan distribusi pembentukan kelompok kerja harus
anggaran (Noor 2017). dilakukan? Berkaca dari kultur masyarakat
Konsep demokrasi deliberatif dapat di Indonesia bukanlah individual, namun
ditunkan dalam konsep kebijakan. Model lebih kepada kultur komunal. Jadi potensi
kebijakan publik yang mengedepankan keberhasilan kebijakan deliberatif sangat
musyawarah, dialog, dan partisipasi adalah besar, karena didukung dengan kultur
ciri dari manifestasi demokrasi deliberatif. komunal yang gemar bermusyawarah pula.
Karena secara konseptual, aplikasi Langkah kedua harus melakukan kapan
demokrasi deliberatif dapat mengurai dan pengolahan data. Langkah kedua
ketegangan antara liberalisme barat dan merupakan langkah identifikasi kebutuhan.
kolektivisme yang merupakan Masyarakat dituntut untuk memiliki
kecenderungan umum dari masyarakat- kemampuan untuk mengartikulasikan
masyarakat non-barat (timur) (Muzaqqi kebutuhannya (dibantu lsm, ormas, atau
2019) pemerintah).
Proses analisis kebijakan publik Berikutnya langkah ketiga adalah
model musyawarah ini jauh berbeda menentukan isu strategis, dengan ciri
dengan modeI-model teknokratik, karena singkatpadat-jelas, mewakili seluruh
peran dari analis kebijakan hanya sebagai gagasan, dan dilengkapi dengan rincian
fasilitator agar masyarakat menemukan ”action plan” . Setelah masalah terpetakan,
sendiri keputusan kebijakan atas dirinya masyarakat juga perlu untuk berani
sendiri. Prosesnya dapat disederhanakan mengungkapkan solusi-solusi terbaik
sebagai berikut. kepada perumus kebijakan (pemerintah),
Peran pemerintah di sini lebih tentu saja melalui media yang deliberatif.
sebagai legalisator dari kehendak publik. Langkah keempat adalah
Model ini dapat pula dipahami sebagai penggalangan dukungan hingga mencapai
turunan dari model pemikiran Reinventing “critical mass”. Hasil musyawarah antara
Government-nya David Osborne dan Ted masyarakat dan pemerintah memerlukan
Gaebler (1992) yang mengatakan bahwa prioritas untuk menyelesaikan kebutuhan
pemerintah di masa depan adalah publik yang sifatnya jaubh lebih umum
pemerintahan katalis, hanya menjadi terlebih dahulu. Sehingga langkah kelima
pengarah, dan bukan penentu. merancang sasaran dan strategi. Pemetaan
Indonesia mengenal konsep ini diatas akan berjalan maksimal ketika hal-
sebagai musyawarah untuk mufakat. Di hal yang bersifat teknis terkait sasaran dan
desa Indonesia masa lalu, keputusan tidak strategi juga dibuat secara matang dengan
dibuat oleh Pemerintahan Desa, namun dasar kebutuhan yang sudah dijelaskan
oleh publik warga desa, yang kemudian diatas.
bermusyawarah, dan tercapai mufakat Konsekuensinya, pada langkah
Mufakat ini yang diangkat sebagai keenam adalah harus melakukan sosialisasi

99
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

dan mobilisasi. Bagaimanapun, proses dialogis, poliponi dan karnaval (Rahim


sosialisasi kebijakan penting dan wajib 2004). Heteroglasia adalah Konsep yang
dilakukan, terutama oleh pemerintah. menunjukkan fakta bahwa sistem
Peran masyarakat adalah membantu pembangunan selalu dilandasi oleh
pemerintah untuk memobiliasi isu dan lain berbagai kelompok dan komunitas yang
sebagainya untuk mensukseskan program berbeda-beda dengan berbagai variasi
yang sudah dirancang bersama. ekonomi, sosial, dan faktor budaya yang
Langkah ketujuh merupakan saling mengisi satu sama lain.
langkah yang tidak kalah penting yaitu Konsep yang kedua adalah dialog.
penggalangan citra melalui koalisi dengan Dialog adalah komunikasi transaksional
media massa. Huntington sudah berujar dengan pengirim (sender) dan penerima
bahwa salah satu pilar demokrasi adalah (receiver) pesan saling berinteraksi dalam
media massa. Media adalah salah satu suatu periode waktu tertentu hingga sampai
aktor yang perlu diajak bekerja sama oleh pada makna-makna yang saling berbagi.
pemerintah untuk melakukan sosialisasi Masih serupa dengan dialog, konsep
kepada masyarakat. Bersambung ke ketiga adalah poliponi. Konsep Poliponi
langkah kedelapan melakukan serangkaian adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog
diskusi publik melalui seminar terbuka. dimana suara-suara yang tidak menyatu
Diskusi publik melalui seminar merupakan atau terpisah dan meningkat menjadi
tahap analisis kebijakan melalui media terbuka, memperjelas satu sama lain, dan
akademik yang jauh lebih ilmiah. Dalam tidak menutupi satu sama lain.
diskusi ini akan dianalisis keterukuran dan Terakhir adalah konsep karnaval.
dampak sosial dari sebuah kebijakan. Konsep karnaval adalah Konsep yang bagi
Semua langkah akan berdampak komunikasi pembangunan membawa
kepada langkah ke sembilan dan sepuluh, semua varian dari semua ritual seperti
yaitu mempengaruhi pembuat kebijakan legenda, komik, festival, permainan,
dan mendesakkan perubahan kebijakan. parody, dan hiburan secara bersamasama.
Mempengaruhi pembuat kebijakan yang Proses ini dilakukan dengan tidak formal
dilakukan masyarakat perlu adanya. dan biasa juga diselingi oleh humor dan
Karena prinsip dari kebijakan adalah canda tawa.
bertujuan untuk menyelesaikan masalah Orientasi Kebijakan Kepemimpinan
publik. Jadi jika ada masalah dalam partisipatif juga harus memiliki beberapa
implementasinya, pengaruh masyarakat komitmen, yaitu: 1) Komitmen Kemitraan
diharapakan bisa merubah suatu kebijakan dengan Dunia Usaha Swasta dan
sesuai dengan kesepakatan yang sudah Masyarakat; 2) Komitmen pada
dilakukan diawal. Pengurangan Kesenjangan; dan 3)
Model Kebijakan Deliberatif di atas Komitmen pada organisasi
harus ditunjang oleh pola komunikasi (pemerintah/publik). Komitmen Kemitraan
partisipatif yang harus dimiliki oleh para dengan Dunia Usaha Swasta dan
aktor politik dan pemerintahan. Salah satu Masyarakat mendorong pembangunan
karakter penting yang harus dimiliki oleh masyarakat madani melalui peningkatan
pemimpin dengan jiwa partisipatif adalah peran serta masyarakat dan sektor swasta
komunikasi partisipatif. Komunikasi harus diberdayakan melalui pembentukan
partisipatif adalah suatu proses komunikasi kerjasama atau kemitraan antara
dimana terjadi komunikasi dua arah atau pemerintah, swasta, dan masyarakat.
dialogis, sehingga menghasilkan suatu Hambatan birokrasi yang menjadi
pemahaman yang sama terhadap pesan rintangan terbentuknya kemitraan yang
yang disampaikan (Satriani, Muljono, & setara harus segera diatasi dengan
Lumintang 2015). perbaikan gistem pelayanan kepada
Ada empat konsep terkait masyarakat dan sektor swasta serta
komunikasi partisipatif akan mendorong penyelenggaraan pelayanan terpadu
terbangunnya pemberdayaan (Kumorotomo 2007).
(empowerment) yaitu heteroglasia,

100
Kebijakan Pembangunan Dalam Konsep Kepemimpinan Partisipatif
(Wimmy Haliim)

Berikutnya adalah komitmen pada kepemimpinan partisipatif diharapkan bisa


Pengurangan Kesenjangan. Pengurangan meletakkan kepentingan atau orientasi
kesenjangan dalam berbagai bidang baik kerja para pejabat publik untuk
antara pusat dan daerah maupun antar menyelesaikan masalah publik.
daerah secara adil dan proporsional Hadirnya kepemimpinan partisipatif
merupakan wujud nyata prinsip memang tidak mudah membalikkan
pengurangan kesenjangan. Hal ini juga telapak tangan, para pemimpin berorientasi
mencakup upaya menciptakan kesetaraan demikian harus memiliki beberapa
dalam hukum serta mereduksi berbagai pengetahuan yang bertujuan untuk
perlakuan diskriminatif yang menciptakan memperkuat posisi masyarakat dalam
kesenjangan antara laki-laki dan pembuatan kebijakan, sehingga
perempuan dalam kehidupan masyarakat dapat memiliki sense of
bermasyarakat (Maryam 2016). belonging atas sebuah kebijakan. Para
Kemudian adalah komitmen pada pemimpin publik harus memahami jenis-
organisasi atau lembaga. Tata jenis partisipasi masyarakat, metode
pemerintahan yang memiliki komitmen menggerakan partisipasi masyarakat,
pada organisasi atau lembaga yaitu bahwa memahami model anak tangga partisipasi,
daya dukung organisasi atau lembaga kepekaan terhadap kondisi internal dan
semakin menurun akibat pemanfaatan yang eksternal organisasi, hingga mendasarkan
tidak terkendali. Kewajiban penyusunan kebijakan pembangunan pada model
analisis mengenai dampak kebijakan, deliberatif.
penegakan hukum lingkungan secara Jadi, jika konsep kepemimpinan
konsisten, pengaktifan lembaga-lembaga partisipatif ini bisa diaplikasikan pada
pro publik, serta pengelolaan sumber daya setiap pejabat publik yang ada
alam secara lestari merupakan contoh dilingkungan pemerintahan pusat hingga
perwujudan komitmen pada organisasi atau daerah, tujuan pemerintah untuk
lembaga pemerintahan dan publik melakukan reformasi birokrasi sencara
(Parameswari & Rahyuda 2014). menyeluruh bisa tercapai. Selain itu,
Terakhir adalah Komitmen Pasar masyarakat akan jauh lebih mandiri dan
yang Fair. Pengalaman telah membuktikan kuat. Kemandirian dan kekuatan
bahwa campur tangan pemerintah dalam masyarakat, selain bisa digunakan untuk
kegiatan ekonomi seringkali berlebihan ikutserta dalam proses perencanaan, juga
sehingga akhirnya membebani anggaran sangat dibutuhkan sebagai pihak eksternal
belanja dan bahkan merusak pasar. Upaya dalam pengawasan hingga evaluasi
pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat kebijakan pembangunan.
dengan pasar baik di dalam daerah maupun
Rekomendasi
antardaerah merupakan contoh wujud
nyata komitmen pada pasar (Waris 2012). Rekomendasi artikel ini ditujukan
kepada praktisi, politisi, dan akademisi.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kepada praktisi diharapkan tidak
Simpulan menganggap sepele masalah-masalah
publik yang terjadi di lapangan. Praktisi
Pemerintah pusat telah
seperti birokrat merupakan aktor penting
menggelontorkan dana yang cukup banyak
dalam setiap implementasi kebijakan yang
untuk pembangunan infrastruktur dan
sudah direncanakan. Disisi lain, politisi
manusia yang ada di daerah. Namun sering
juga harus memiliki pengetahuan yang
kali pada implementasinya, kebijakan yang
cukup terkait kepemimpinan partisipatif.
dihasilkan dirasa tidak mencerminkan
Karena di beberapa kasus di daerah, politisi
proses dan hasil yang maksimal. Posisi
yang menjadi pemimpin publik seperti
masyarakat dinilai lemah sehingga tidak
gubernur, bupati hingga walikota memiliki
bisa ikut serta dalam perencanaan hingga
pengaruh besar untuk merubah birokrasi
pengawasan kebijakan pembangunan yang
yang ada dibawahnya menjadi lebih baik.
diciptakan masyarakat. Hadirnya konsep

101
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

Dan yang terakhir adalah akademisi. Indonesian Political Science


Rekomendasi dari akademisi adalah Review 2(2): 201-226.
mengangkat kepermukaan terkait
Handoko, Waluyo. 2017. "Menjaga
kepemimpinan partisipatif dan juga
Sustainabilitas Pengembangan
mengembangkannya kedalam publikasi
Masyarakat Pesisir Kebumen: Antara
jurnal nasional ataupun internasional.
Corak Top-Down, Partisipatif dan
UCAPAN TERIMA KASIH Inisiasi Kelembagaan
Lokal." Sosiohumaniora 19(3): 244-
Ucapan terimakasih penulis
252.
sampaikan kepada Program Studi Ilmu
Politik, Fakultas dan Ilmu Politik Kumorotomo, Wahyudi 2007. Citizen
Universitas Brawijaya yang memberikan Charter (Kontrak Pelayanan): Pola
support dalam bentuk materi maupun non Kemitraan Strategis Untuk
materi yang mendukung penulisan artikel Mewujudkan Good Governance
ini. Dalam Pelayanan Publik. In Paper in
the seminar of Persadi, Hotel Ibis,
DAFTAR PUSTAKA
Pekanbaru (Vol. 16).
Arnstein, Sherry R. 1969. A Ladder of
Koentjaraningrat, et al. 1984. Kamus
Citizen Participation. Journal of the
Istilah Antropologi. Pusat Pembinaan
American Institute of Planners 35.4
dan Pengembangan Bahasa. Jakarta.
(1969): 216-224.
Maryam, Neneng Siti. 2016. Mewujudkan
Ashari, Edy Topo. 2010. Reformasi
Good Governance Melalui Pelayanan
Pengelolaan SDM Aparatur, Prasyarat
Publik. Jurnal Ilmu Politik dan
Tata Kelola Birokrasi Yang
Komunikasi: Politeknik Kridatama
Baik. Jurnal Borneo Administrator
Bandung.
(6)2.
Mustanir, Ahmad, et al. 2019. "Potret
Dwiyanto, Agus. 2013. Mengembalikan
Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang
Kepercayaan Publik Melalui
Dalam Transect Pada Perencanaan
Reformasi Birokrasi. Jakarta:
Pembangunan
Gramedia Pustaka Utama.
Partisipatif." MODERAT: Jurnal
Fernanda, Desi. 2006. Paradigma New Ilmiah Ilmu Pemerintahan 4(4): 1-14.
Public Management (NPM) Sebagai
Muzaqqi, Fahrul. 2019. Diskursus
Kerangka Reformasi Birokrasi Menuju
Demokrasi Deliberatif di Indonesia.
Kepemerintahan Yang Baik (Good
Surabaya: Airlangga University Press.
Governance) di Indonesia. Jurnal
Borneo Administrator 2(3). Noor, Firman. 2017. "Oposisi Dalam
Kehidupan Demokrasi: Arti Penting
Haliim, Wimmy. 2017. Perspektif
Keberadaan Oposisi Sebagai Bagian
Pertukaran Sosial dalam Perilaku
Penguatan Demokrasi Di
Politik Masyarakat pada Pilkada Kota
Indonesia." Masyarakat
Malang 2013. Politik Indonesia
Indonesia 42(1): 1-17.
Nurkholis, Afid. 2018. "Teori Pengaruh Pemberdayaan Karyawan
Pembangunan Sumberdaya Manusia: Terhadap Persepsi Keadilan
Human Capital Theory, Human Organisasi Dan Komitmen Organisasi
Investment Theory, Human (Studi Kasus Pada Badan Lingkungan
Development Theory, Sustainable Hidup (Blh) Kabupaten Gianyar,
Development Theory”. People Bali). E-Jurnal Manajemen 3(12).
Centered Development Theory.
Raco, Jozef. 2018. "Metode Penelitian
Parameswari, Anak Agung Anggita, & Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan
Rahyuda, Agoes Ganesha. 2014. Keunggulannya."

102
Kebijakan Pembangunan Dalam Konsep Kepemimpinan Partisipatif
(Wimmy Haliim)

Rahim, Syed A. 2004. "Participatory Program Pengelolaan Sampah


Development Communication as A Berbasis Komunitas (Participatory
Dialogical Process. Participatory Action Research dalam Penyelesaian
Communication, Working for Change Persoalan Sampah pada Masyarakat
and Development”. New Delhi: Sage di Lingkungan RW 03 dan RW 06
Publication India Pvt Ltd. Sunter Agung, Jakarta Utara).
Disertasi, Malang: Universitas
Rufita, Desi, Setiawati, Budi & Suparti,
Brawijaya.
Heni. 2019. "Partisipasi Masyarakat
Dalam Musyawarah Perencanaan Suryono, Agus. 2010. Dimensi-Dimensi
Pembangunan (Musrenbang) Dilihat Prima Teori Pembangunan. Malang:
Dari Partisipasi Buah Pikiran Di Desa Universitas Brawijaya Press.
Wayau Kecamatan Tanjung
Sutrisno, Mudji. 1995. Pendidikan
Kabupaten Tabalong." JAPB 2(2):
Pemerdekaan. Obor.
522-537.
Waris, Irwan. 2012. Pergeseran Paradigma
Satriani, Imani, Muljono, Pudji, &
Sentralisasi ke Desentralisasi Dalam
Lumintang, R. W. E. 2015.
Mewujudkan Good
Komunikasi Partisipatif Pada Program
Governance. Jurnal Kebijakan
Pos Pemberdayaan Keluarga (Studi
Publik 2(2).
Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Wirawan, Ricky, & Nurpratiwi, Ratih.
Bogor). Jurnal Komunikasi 2015. "Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan 9 (2). Perencanaan Pembangunan
Daerah." JISIP: Jurnal Ilmu Sosial
Sulastika, Erin. 2018. Membangun
Dan Ilmu Politik 4(2).
Partisipasi Masyarakat dalam

103
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 91-104

104

Anda mungkin juga menyukai