Anda di halaman 1dari 14

Kinetika Reaksi Bimokuler Irreversible

I. Tujuan

Mengetahui cara menentukan kinetika reaksi bimolekuler irreversible

II. Dasar Teori

Perhatikan reaksi

A + B  Produk

Persamaan kecepatan reaksi

dC A dC
-ra = CAO = - B = kCACB
dt dt

Jumklah A dan B yang bereaksi pada waktu t akan sama yaitu C AOXA = CBOXB
Sehingga persamaan diatas ditulis ulang menjadi

dX A
-rA = CAO = K(CAO - CAOXA)(CBO – CAOXA)
dt

Bila MB = CBO/CAO adalah rasio molar reaktan mula – mula maka

d XA
-rA = CAO = KC 2AO(1 – XA)(MB – XA)
dt

Disusun ulang dan di intergrasikan


XA 1
dX A
∫ ( 1−X )( M − X ) = CAOK∫ dt
O A R A 0

Diselesaikan menjadi

1− X B M B −X A C B C AO CB
ln 1−X = ln M (1− X ) = ln C C = ln MC
A B A BO A A

= CAO(MB – 1)kt = (CBO – CAO)kt,MB ≠ 1


M B −X A C B C AO
Untuk mengujinya diplotkan antara ln (CB/CA) atau ln atau ln
M B (1− X A ) C BO C A
lawan t. Bila diplot antara ln (C B/CA) lawan t maka slope nya adalah (C BO – CAO)K
M B −X A C B C AO
dan bila plot antaran ln atau ln lawan t maka slope nya akan
M B (1− X A ) C BO C A
sama dengan (CBO – CAO)K

Reaksi Penyabunan

Pada eksperimen kinetika reaksi bimolekuler irreversible ini akan diuji sebuah
reaksi penyabunan antara minyak dan NaOH

Sabun adalaj produk yang digunakan sebagai pembersih dengan media air.
Secara umum berbentuk padatan (batang) da nada juga yang cair. Masing – masing
bentuk tentunya mempunyai keuntungan tersendiri di berbagai sacara public. Jika
diterapkan pada suatu permukaan, air ber sabun secara efektif dapat mengikat partikel
dalam suspense yang mudah dibawa oleh air bersih. Di era milineal ini, deterjen
sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu untuk mencuci atau
membersihkan.

Sabun merupakan campuran minyak atau lemak (nabati, seperti minyak zaitun
atau hewani, seperti lemak kambing) dengan alkali atau basa (seperti natrium atau
kalium hidroksida) melalui proses yang disebut dengan saponifikasi lemak yang
terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional,
alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan
seperti arang kayu.
Minyak Goreng

Minyak goreng adalah minyak atau lemak yang berasal dari pemurnian bagian
tumbuhan, hewan, atau dibuat secara sintetik yang dimurnikan dan biasanya
digunakan untuk menggoreng. Minyak goring kebanyakan diproleh dari tumbuhan,
seperti kelapa, kacang, jagung, kedelai dan kanola

NaOH

Natrium Hidrocsida adalah suatu senyawa an-organik dengan rumus kimia


NaOH senyawa ini merupakan senyawa ionic berbentuk padatan putih yang tersusun
dari kation natrium Na+ dan anion hidroksida OH-.

Natrium Hidroksida merupakan bahan basa dan alkali yang sangat kaustik, mampu
menguraikan protein pada suhu lingkungan biasa dan dapat menyebabkan luka bakar
bila terpapar. Senyawa ini sangat larut dalam air. Dan dengan mudah menyerap
kelembapan dari karbon dioksida dari udara. Senyawa ini membentuk hidrat dengan
rumus NaOH.nH2O. Senyawa monohidratnya NaOH.H2O mengkristal dari larutan
berair pada rentang suhu antara 12,3 hingga 61,8oC yang tersedia secara komersial
seringkali merupakan senyawa monohidrat.
III. Alat dan Bahan

- Alat yang digunakan

1. Erlenmeyer
2. Statif
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Timbangan
6. Hotplate
7. Pipet volume
8. Pipet tetes
9. Stirrer

- Bahan yang digunakan

1. Minyak
2. NaOH

IV. Cara Kerja

1. Siapkan campuran 15 mL 20% NaOH (5M) dan 10 mL minyak tumbuhan


pada gelas flask 150 mL. Gunakan batang pengaduk untuk mencegah
campuran eksplosif campuran NaOH minyak.
2. Nyalakan hotplate sehingga larutan mendidih serta nyalakan stirrer. Reaksi
penyabunan komplet bila padatan seperti lilin terbentuk dan bila di dinginkan
akan keras dan getas. Reaksi penyabunan akan selesai setelah 30 – 45 menit.
3. Sampling produk setiap 5 Menit dan evaluasi konsentrasi NaOH nya
V. Data Pengamatan

1. Analisis Konsentrasi Trigleserida

 Volume Trigleserida = 10 mL
 Volume NaOH = 15 mL
 Molaritas NaOH =5M
M NaOH x V NaOH
 Molaritas Trigleserida = V Trigleserida
5 M x 15 mL
= 10 mL
= 7,5 M (a = CAO)

2. Analisis Sampel

Tabel data percobaan titrasi sampel dengan larutan HCl 0,1 M (Volume
sampel = 3 mL)

No Waktu t (Sampel) Volume HCl (mL) Yang digunakan


1. 5 Menit 2,18 mL 0,0727
2. 10 Menit 1,94 mL 0,0647
3. 15 Menit 1,70 mL 0,0567
4. 20 Menit 1,67 mL 0,05567
5. 25 Menit 1,55 mL 0,05167
6. 30 Menit 1,20 mL 0,04

VI. Perhitugan

1). Membuat larutan 20% NaOH dalam 1 L

20 gram NaOH
20 % =
100 mL Aquadest

Gr 1000 20 Gram 1000


M = x = x =5M
BM V 40 Gr /Mol 100
2) Menghitung konsentrasi NaOH tersisa pada waktu (xA)

a). 5 Menit

0,1 M x 2,18 mL = M NaOH x 3 mL

0,1 x 2,18
M2 =
3

= 0,0727

b). 10 Menit

0,1 M x 1,94 mL = M NaOH x 3 mL

0,1 x 1,94
M2 =
3

= 0,0647

c). 15 Menit

0,1 M x 1,7 mL = M NaOH x 3 mL

0,1 x 1,7
M2 =
3

= 0,0567

d). 20 Menit

0,1 M x 1,67 mL = M NaOH x 3 mL

0,1 x 1,67
M2 =
3

= 0,05567

e). 25 Menit

0,1 M x 1,55 mL = M NaOH x 3 mL


0,1 x 1,55
M2 =
3

= 0,05167

f). 30 Menit

0,1 M x 1,20 mL = M NaOH x 3 mL

0,1 x 1,20
M2 =
3

= 0,04

3) Menentukan konstanta kecepatan reaksi melalui metode grafik

Orde reaksi dua, maka gunakan metode integral

A + B  Produk

Trigleserida + NaOH  Gliserol + Sabun

M(t=0) = CAO CBO 0 0

R = CAOXA CAOXA CAOXA CAOXA

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

S(t=0) = CAO – CAOXA CBO – CAOXA

Dimana nila XA adalah konversi konsentrasi, NaOH saat di titrasi maka


menggunakan suatu reaksi dari orde dua yaitu :
XA t
dx
∫ (1− X )(MA − X ) CAO ∫ dt
O A B A 0

Dengan penyelesaian akhirnya yaitu

M B −X A C BO
ln = k (CBO – CAO) t dimana MB =
M B (1− X A ) C AO

M B −X A
Menghitung nilai ln tiap waktu
M B (1− X A )
a). 5 Menit

5
−0,0727
7,5
ln = - 0,04
5
−(1−0,0727)
7,5

b). 10 Menit

5
−0,0647
7,5
ln = - 0,0035
5
−(1−0,0647)
7,5

c). 15 Menit

5
−0,0567
7,5
ln = - 0,0305
5
−(1−0,0567)
7,5

d). 20 Menit

5
−0,05567
7,5
ln = - 0,03
5
−(1−0,05567)
7,5

e). 25 Menit

5
−0,05167
7,5
ln = - 0,0276
5
−(1−0,05167)
7,5

f). 30 Menit

5
−0,04
7,5
ln = - 0,021
5
−(1−0,04)
7,5
M B −X A
Tabel grafik ln vs t (Waktu)
M B (1− X A )

Waktu t (Menit) Konsentrasi ln(MB – XA / MB(1-XA))


5 - 0,04
10 - 0,035
15 - 0,305
20 - 0,03
25 - 0,0276
30 - 0,021

0
0 5 10 15 20 25 30 35
-0.005

-0.01

-0.015

-0.02 Series2
-0.025 Linear (Series2)
f(x) = 0.000672571428571429 x − 0.0424533333333333
R² = 0.94596682504908
-0.03

-0.035

-0.04

-0.045

4) Mencari nilai konstanta kecepatan reaksi tiap waktu

a). 5 Menit

5
−0,0727
7,5
ln = k(5 – 7,5) x 5
5
−(1−0,0727)
7,5

K = 0,0032
b). 10 Menit

5
−0,0647
7,5
ln = k(2 – 7,5) x 10
5
−(1−0,0647)
7,5

K = 0,0014

c). 15 Menit

5
−0,0567
7,5
ln = k(2 – 7,5) x 15
5
−(1−0,0567)
7,5

K = 0,00081

d). 20 Menit

5
−0,05567
7,5
ln = k(5 – 7,5) x 20
5
−(1−0,05567)
7,5

K = 0,0006

e). 25 Menit

5
−0,05167
7,5
ln = k(5 – 7,5) x 25
5
−(1−0,05167)
7,5

K = 0,00044

f). 30 Menit
5
−0,04
7,5
ln = k(5 – 7,5) x 30
5
−(1−0,04)
7,5

K = 0,00028

Waktu ( t = Menit) Nilai K


5 0,0032
10 0,0014
15 0,00081
20 0,0006
25 0,00044
30 0,00028

5) Menghitung laju reaksi ditiap waktu

dc A dc
-rA = - = - B = K.CA.CB
dt dt

a). 5 Menit

-rA = 0,00032 x 7,5 x 5

= 0,12

b). 10 Menit

-rA = 0,014 x 7,5 x 5

= 0,0525

c). 15 Menit

-rA = 0,00081 x 7,5 x 5

= 0,030375

d). 20 Menit

-rA = 0,0006 x 7,5 x 5


= 0,0225

e). 25 Menit

-rA = 0,00044 x 7,5 x 5

= 0,0165

f). 30 Menit

-rA = 0,00028 x 7,5 x 5

= 0,0105

VII. Analisa Percobaan

Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum untuk mengetahui reaksi


bimolekuler irreversible dan reaksi penyabunan, dimana reaksi bimokelekuler
irreversible sendiri merupakan reaksi antara 2 reaktan menjadi produk, namun
reaksinya tidak dapat terjadi secara bolak balik

Trigliserida + NaOH  Gliserol + Sabun

NaOH berfungsi sebagai katalis dan pelarut bagi Trigliserida, karena


Triglesirida tak dapat larut dalam air

VIII. Kesimpulan
Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan reaksi bimolekuler irreversible
dan juga dapat mengetahui cara menghitung nya.

Gambar Alat

Erlenmeyer Statif Labu Leher 3


Termometer Neraca Analitik Hot Plate

Pipet Volume Pipet Tetes Stirrer

Anda mungkin juga menyukai