UKIM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah”
“Prespektif, Trend, dan Isu Terkait Dalam Pelayanan Kesehatan” ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Terima kasih untuk ibu Ns.
Esthika Ariany Maisa, M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Komunikas idalam
Keperawatan. Serta,kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini menjadi lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan inspirasi
terhadap pembaca maupun penulis itu sendiri.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 RumusanMasalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan
yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi, dan kode etik.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Prespektif, Trend, dan Isu Terkait
Dalam Pelayanan Kesehatan
a) Bagi Pendidikan
Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah wawasan dalam
memahami konsep kebutuhan eliminasi dengan kasus gagal ginjal kronis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2) Kurangnya kesadaran diri pada perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik
3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan atau kinerja individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri
5
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan
proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih
mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
2. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini
antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan. Perkembangan sosial dan budaya juga
berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya
berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif
dengan pendekatan tim kesehatan.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang
kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia
manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru
dan bahan- bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat
diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami
kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek
legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan.
6
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan
konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak
berupaya dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan
kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai
konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan
pekerjaan.
7. Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan
bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang
menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan- permasalahan etis.
8. Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan
kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak
warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas
dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam
pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed
concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak
untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan
hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi
terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan)
termasuk menghadapi kematian dengan bangga.
7
2.4 Konsep Issue dan Trend dalam Keperawatan
1. Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya
8
Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan
untuk perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain. Misalnya klien yang
tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan obat
herbal yang telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali
sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri.
2. Menghentikan kebiasaan buruk
Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan, maka perawat
harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat membahayakan klien dan
terapi penyembuhan dapat mengalami kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang
jawa yakni jika ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka
untuk menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan
bersama – sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya
Jawa dikenal prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul.
3. Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk
Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “Japa Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien.
Misalnya dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit
terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.
9
Konsumen dalam hal ini
10
juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen
internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja. Komunikasi di
lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen
internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik
hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin
antar tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur
adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal.
Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu
klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah
sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi
penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam
sistem tersebut (Mundakir, 2006). Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya
adalah :
1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan intraksi dengan klien.
2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik.
3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal
yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan
untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh
tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim
keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual
sebagai dasar ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah
melakukan komunikasi dengan menggunakan pendekatan model konseptual proses
interpersonal (Mundakir, 2006).
11
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses
12
komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.
Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus
diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang
berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan
kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang
tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja
pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua
tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan
sedihnya.
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang
kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan
dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini
akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh
karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada
komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat
yang jelas.
13
utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi.
Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar
dibanding
14
perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti
sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan
dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi
medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan
keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara
penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka
menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi,
diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan
tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang
mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan
dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang
membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari
keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).
15
Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa
beberapa alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu
dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin
bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab,
mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam
pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas
kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan
pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi
dalammenyelesaikan permaslahan.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-
masalah dalam tim dari pada menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab.
Hensen menyarankan konsep dengan ari yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan
sebagai sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai
oleh keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah
konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan
ada, asertif menjadi ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya
komunikasi. Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen kunci
kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai
tujuan kolaborasi team :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian
unik professional.
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohensifitas antar professional.
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter,
perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
professional. Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter
menjadi mitra dokter yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah
16
untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal
praktek
17
keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait
mengeni tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi
profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas sruktur organisasi agar dapat
mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut
perlu ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien
secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status
kesehatan pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara
efektif. Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan
professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan
dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis
atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.
18
BAB III
ANALISIS KASUS
19
maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.
20
Salah satu kasusnya adalah Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk
hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada
pasien. Perspektif yang berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya
menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses
kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang
dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan
bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara
kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat
profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber
utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi.
Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar
dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter.
Inti sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap
profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan
dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi
medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan
keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara
penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka
menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi,
diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan
tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang
mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan
dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang
membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari
keperawatan sebagai profesi.
21
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan
pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.
Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan
professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan
dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis
atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat
ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Issu adalah suatu peristiwa
atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang,
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
merupakan salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
4.2 Saran
23
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk Universitas
Andalas Jurusan Keperawatan pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
2. Bagi Mahasiswa
Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran
umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan
24
DAFTAR PUSTAKA
Mundakir. 2006. Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta: Graha Ilmu.
Potter A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC.
https://pejuangtoga123.blogspot.com/2019/02/makalah-komunikasi-keperawatan-isu-
dan.html. Diakses 8 November 2020 pukul 20.55 WIB.
25