NIM : 210101110078
Pendidikan pada masa Rosulullah dibedakan menjadi 2 periode yaitu periode Mekkah
dan periode Madinah. Diawal dakwahnya Nabi melakukan dakwah secara sembunyi-
sembunyi kepada keluarganya, lalu kemudian berkembang secara terang-terangan melalui
pidato dan ceramah ketempat-tempat yang banyak dikunjungi orang.
Setelah Rasulullah wafat maka beliau digantikan oleh khuafaur rasyidin yang terdiri
dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Dimasa Khalifah pertama yakni Abu Bakar Ash Shidddiq pada awal pemerintahannya beliau
dihadapkan dengan tiga masalah yang besar yaitu, orang yang murtad, munculnya nabi palsu,
dan orang yang tidak mau membayar zakat. Khalifah Abu Bakar bersikeras untuk memerangi
ketiga golongan ini yang dipimpin oleh panglima perang Khalid bin Walid. Namun, sebanyak
73 orang telah gugur dalam pertempuran tersebut yang merupakan sahabat-sahabat
Rasulullah dan para penghafal Al Qur’an. Karena jika terjadi pertempuran terus menerus
akan mengakibatkan berkurangnya para sahabat nabi dan para penghafal Al Qur’an, maka
Umar bin Khattab menyarankan kepada Abu Bakar agar segera mengumpulkan ayat-ayat suci
Al Qur’an dari hafalan Al Qur’an para sahabat Nabi yang masih tersisa. Abu Bakar mulanya
menolak saran tersebut. Tetapi Umar bin Khattab terus meyakinkan Abu Bakar dan akhirnya
beliau mau dan merealisasikan saran tersebut dengan menugaskan Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan semua tulisan ayat-ayat Al Qur’an yang telah dihafal oleh para sahabat yang
menghafalkan Al Qur’an. Zaid bin Tsabit menuliskannya pada pelepah daun kurma, kulit-
kulit onta dan dibundel dalam sebuah bundelan. Lalu bundelan tersebut diserahkan kepada
Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. Kurang lebih dalam waktu setahun Zaid bin Tsabit berhasil
menuntaskan misi mulia ini. Dengan ini, Khalifah Abu Bakar berhasil menyelamatkan
keaslian Al Qur’an yakni sebagai maeri dasar pendidikan islam.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, kondisi politik dalam negeri berjalan stabil
dan terjadi perluasan islam sampai keluar jazirah Arab. Khalifah Umar bin Khattab juga
memikirkan pendidikan daerah diluar jazirah Arab tersebut. Lalu Umar bin Khattab
memerintah panglima-panglima jika mereka telah berhasil menguasai suatu kota hendaknya
mereka mendirikan masjid sebagai pusat ibadah dan pendidikan disana. Khalifah Umar juga
mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk setiap daerah yang ditaklukkan yang bertugas
mengajarkan isi Al Qur’an dan ajaran islam kepada penduduk yang baru masuk islam.
Masa Khulafaur Rasyidin merupakan masa perjuangan besar, masa pertarungan antara
yang hak dan yang batil, serta pertarungan antara yang asli dan yang palsu. Pada masa ini
pula kaum muslimin telah mengadakan kontak langsung dengan negeri-negeri taklukan yang
berbeda-beda satu sama lain. Untuk menyebarkan dakwahnya diperlukan kepandaian
berbahasa. Oleh karenanya pendidikan dalam ilmu bahasa atau lisaniyah sudah mulai dirintis
di masa Khulafaur Rasyidin. Srana-sarana pendidikan berbentuk halaqoh telah tumbuh
dengan baik serta menurut sebagian riwayat bahwa lembaga pendidikan kuttab juga tumbuh
pada masa ini. Dimasa pemerintahan Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib beserta
sepupunya yakni Abdullah bin Abbas telah memberikan perhatian yang besar terhadap
perkembangan pengetahuan. Mereka mengadakan kulih atau pengajian seminggu sekali di
masjid Jami’ tentang ilmu bahasa, fiqih, hadist, serta filsafat khususnya logika.
Sebenarnya belum ada pemikiran pendidikan baru yang menonjol pada masa
Khulafaur Rasyidin. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai pembeda antara pendidikan pada
masa Rasulullah dengan masa Khulafaur Rasyidin adalah telah tumbuh minat untuk
memperdalam ilmu lisaniyah atau bahasa yang mulai ada perhatian sedikit terhadap filsafat
Yunani, yang itupun hanya sebatas logika. Meluasnya kekuasaan islam, mendorong para
orang yang baru masuk islam untuk belajar keislaman kepada para sahabat-sahabat Nabi yang
masih hidup yang dulunya menerima pengajaran langsung dari Rasulullah terutama mengenai
Al Qur’an dan hadist sebagai sumber pokok ajaran islam. Tak heran lagi bahwa pada masa ini
terjadi mobilisasi penuntut ilmu menuju Madinah sebagai pusat studi ilmu-ilmu agama islam
karena pada masa itu sahabat-sahabat Rasulullah yang memiliki pengaruh besar dilarang
keluar dari Kota Madinah kecuali atas seizin dari khalifah.
Pada masa Khulafaur Rasyidin sebenarnya telah ada tingkat pengajaran yang hampir
sama seperti masa sekarang. Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid baik di
Kuttab atau dimasjid pada tingkat menengah. Sedangkan pada tingkat tinggi pengajaran
diberikan dalam suatu halaqoh. Pada masa khalifah Umar beliau memerintahkan agar anak-
anak diajarkan berenang, mengendarai kuda, memanah, membaca serta menghafal syair-syair
mudah dan peribahasa. Pada saat itu pula Umar bin Khattab jatuh sakit. Atas desakan
beberapa masyarakat Madinah, Umar mengangkat suatu dewan yang terdiri dari enam shabat
pilihan yaitu, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah ibn Ubaidillah, Zubeir bin
Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas serta Abdur Rahman bin Auf. Akhirnya atas beberapa
pertimbangan maka Utsman bin Affan la hang diangkat sebagai Khalifah pengganti Umar bin
Khattab.
Utsman bin Affan dikenal sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur, sangat pemalu,
dermawan, lemah lembut, penuh kasih saying, pemaaf, selalu berprasangka baik, toleransi,
paling baik bergaul dengan orang lain, lapang dada dan sabar, serta paling kuat menjaga
hubungan kekerabatan. Utsman merupakan orang yang sangat kaya. Ia memiliki sifat yang
sangat lemah lembut yang kadang-kadang terlihat sangat hati-hati dalam mengambil suatu
keputusan, tetapi justru kelemahan pada kebijakan-kebijakannya.
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah saat hamper berusia 70 tahun. Pada
masanya pendidikan islam tidak berbeda jauh dari sebelum-sebelumnya. Hanya sedikit
perubahan yang mewarnai pelaksanaan pendidikan islam dari apa yang telah ada. Para
sahabat yang dekat dengan Rosulullah yang pada masa Khalifah Umar tidak diperkenankan
keluar dari Kota Madinah, saat pemerintahan Khalifah Utsman diberi kelonggaran untuk
keluar dari Kota Madinah dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Di daerah baru
tersebut mereka mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang mereka miliki yang didapat dari
Rasulullah. Kebijakan ini bermanfaat besar bagi pelaksanaan pendidikan islam di daerah
yang baru. Namun usaha yang kongkrit dalam bidang pendidikan islam dimasa Utsman
belum dikembangkan karena sudah merasa puas atas capaian pendidikn islam dimasa
sebelumnya.
Pencapaian yang gemilang pada masa Khalifah ketiga ini adalah usaha pembukuan
kitab suci Al Qur’an yang berpengaruh besar terhadppendidikan islam. Khalifah Utsman
melanjutkan usaha dari Khalifah Abu Bakar. Khalifa Utsman memerintahkan agar bundelan
Al Qur’an yang disimpan Hafsah dipinjam untuk disalin kembali. Utsman bin Affan
membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit dengan anggota Abdullah bin Zubeir,
Abdurrahman bin Harist serta Zid bin Ash. Mereka ini bertugas menyalin Al Qur’an yang
telah dibukukan karena terjadinya perselisihan bacaan Al Qur’an yang dilihat oleh Huzaifah
ibnul Yamani dan langsung dilaporkannya kepada khalifah Utsman. Karena Khalifah Utsman
takut jika perselisihan tentang bacaan Al Qur’an dikalangan umat islam akan sama dengan
perselisihan umat Yahudi dan Nasrani tentang bacaan kitab suci mereka.
Pada dasarnya, lembaga pendidikan di masa Nabi dan sahabat adalah sama. yaitu:
1. Shuffah
Merupakan tempat yang digunakan untuk aktifitas pendidikan. Biasanya shuffah juga
menyediakan pemondokan bagi pendatang dan orang-orang miskin. Bidang studi yang
diajarkan disini meliputi: Al-Qur’an, tajwid, dan semua ilmu-ilmu keislaman disamping
menulis dan membaca. masa sahabat, para guru atau pendidik yang mengajar di al-
Shuffah ini adalah alumni dari lembaga al-Shuffah pertama di bawah bimbingan Nabi
seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, dan lain sebagainya.
2. Kuttab/Maktab
Merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan
menulisyang kemudian meningkat kepada pembelajaran al-quran dan pengetahuan agama
tingkat dasar.
3. Halaqah
Halaqah artinya lingkaran. Artinya, proses belajar mengajar di sini dilaksanakan di mana
murid-murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk di lantai menerangkan.
Kegiatan halaqah ini biasanya terjadi di masjid atau di rumah-rumah. Halaqah merupakan
bentuk tertua di dalam dunia pendidikan islam. Dalam halaqah yang diselenggarakan di
masjid siapapun bisa bergabung baik statusnya sebagai murid yang terdaftar ataupun
sekedar pengunjung yang berminat mengikuti kajian. Kegiatan di halaqah ini, tidak
khusus atau mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu pegetahuan umum, termasuk
filsafat karena pada masa ini Islam sudah melakukan kontak dengan dunia luar khususnya
pada masa Umar bin Khatab, yang berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam. Oleh
karena itu, halaqah ini dikelompokkan ke dalam lembaga pendidikan yang terbuka
terhadap ilmu pengetahuan umum.
4. Majelis
Istilah majlis telah dipakai dalam pendidikan sejak abad pertama Islam. Mulanya ia
merujuk pada tempat arti tempat-tempat pelaksanaan belajar mengajar. Dalam majlis ini,
murid yang belajar disini adalah orang dewasa, dan juga remaja. Mengenai materi yang
dipelajari tetap berkisar dengan al-qur’an dan ilmu-ilmu agama.
5. Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi, mesjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi
berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun ekonomi.
Namun, yang lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai lembaga
pendidikan masjid pada awal perkembangannya dipakai sebagai sarana informasi dan
penyampaian doktrin Islam. Pada masa Nabi Muhammad Saw dan khalifah Abu Bakar
Shiddiq masjid masih berfungsi sebagai tempat ibadah dan pendidikan Islam tanpa ada
pemisahan yang jelas antara keduanya hingga masa Amirul Mukminin, Umar ibn
Khattab. Pada masanya, di samping atau di beberapa sudut masjid dibangun kuttab-
kuttab, untuk tempat belajar anak-anak. Sebagai institusi pendidikan Islam periode awal,
masjid menyelenggaraka kajian-kajian baik dalam bentuk diskusi, ceramah dan model
pembelajaran yang memiliki bentuk atau format tersendiri.