Diskripsi Umum :
Proses pemancangan di Proyek Central Bussines District Wiyung Surabaya khususnya
di Tower C Apartemen CBD dibagi menjadi 3 area yaitu area apartemen, ruko, dan
STP/GWT, pada area apartemen digunkan jenis spun pile yang berdiameter 60 cm
dengan kedalaman sesuai desain yaitu 32 m dan 28 m dengan daya dukung tanah sesuai
desain adalah 450 ton, sedangkan area ruko menggunakan spun pile diameter 35 cm
dengan kedalaman dan daya dukung tanah, sedangakan untuk area STP/GWT
digunakan pile kubus ukuran 25x25 cm.
PEKERJAAN PERSIAPAN
A. Persiapan Lahan
1) Pembersihan lahan untuk daerah yang akan dilakukan pemancangan
2) Pembuatan marking untuk titik-titik yang akan dilakukan pemancangan
sesuai gambar kerja
B. Persiapan Alat dan Bahan
1) Alat injection pile
2) Spun pile diameter 35 cm dan 60 cm
3) Pile kubus ukuran 25x25 cm
C. Persiapan Data
1) Data untuk jumlah titik pancang
2) Data alat pancang yang digunakan
3) Data kedalaman pemancangan
METODE PELAKSANAAN
1) Spun pile datang ke proyek
2) pengecekan oleh quality control meliputi retak yang terdiri dari retak
memanjang melingkar dan retak rambut, umur spun pile harus minimal 12 hari,
pengecekan kerataan spun pile meliputi adakah tonjolan atau bahkan berlubang.
Apabila sudah lolos pengecekan oleh quality control spun pile bisa dipancang
namun apabila tidak lolos pengecekan maka harus dilakukan repair atau
perbaikan terlebih dahulu sebelum digunakan atau dipancang.
3) Setelah lolos pengecekan oleh quality control spun pile diangkat oleh crane
untuk diletakkan pada alat injection pile.
4) Setelah spun pile sudah diletakkan di alat injection pile dan sudah dipegang oleh
clamp alat injection pile, selanjutnya dilakukan pengecekan ketegakan dan
kelurusan dengan cara visual oleh pekerja pemancangan dan dilanjutkan dengan
menggunakan alat injection pile yang telah ditekan sedalam 1 meter dan
prosesnya disebut leveling spun pile.
5) Apabila spun pile perlu dilakukan penyambungan untuk mendapatkan
kedalaman pemancangan yang diinginkan, hal yang perlu diperhatikan adalah
kelurusan antar spun pile, plat antar spun pile harus lurus dan tidak ada rongga
antar plat.
6) Setelah spun pile disambung dilakukan pengelasan antar pelat agar sambungan
menyatu dan kuat.
7) Pengecatan dengan cat anti karat pada sekeliling plat yang telah dilas.
8) Penekan spun pile oleh alat injection pile setiap kedalaman 2 meter dan
kemudian dilakukan pembacaan daya dukung tanah oleh operator alat dalam
satuan MPa setiap penurunan 2 meter.
Test daya dukung tiang pancang dengan metode SLT adalah pengujian
pembebanan secara langsung untuk mengetahui daya dukung ultimate dan penurunan
tiang pancang. Metode ini dilakukan sesuai dengan ASTMD1143-81.
Metode uji beban statik (static load test) merupakan metode yang paling akurat
untuk menentukan kapasitas beban dengan menggunakan sebuah indicator tiang yang
dibebani sesuai dengan beban perencanaan tiang di lapangan sampai mengalami
keruntuhan atau kegagalan. Akan tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang tidak
sedikit serta diperlukan orang yang ahli dalam menganalisanya, sehingga diperoleh hasil
yang akurat.
Setelah uji beban statik dilakukan maka diperlukan analisa terhadap hasil uji
beban statik tersebut. Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan
kapasitas tiang yang diuji dengan menggunakan loading test. Sejumlah metode tersebut
memberikan hasil yang bermacam-macam sehingga dibutuhkan analisis yang lebih
mendalam mengenai pemilihan metode yang dapat memberikan hasil yang wajar.
Menurut Shaarawi et.al (2003), disimpulkan bahwa metode yang dapat digunakan pada
semua tes di dalam penelitiannya adalah metode Chin, Mazurkiewicz, dan Decourt.
Sedangkan menurut Hasnat et.al (2012), bahwa metode yang memiliki tingkat
keakurasian paling tinggi dan memiliki perbandingan penyebaran (scatter) terendah
terhadap metode Elastic Rebound pada proses interpretasi beban ultimate tiang adalah
metode Davisson. Setiap metode tersebut memiliki kriteria uji yang berbeda-beda pula.
PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan
metoda wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan sifat
pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi tiang yang diuji.
PDA Test pelaksanaannya mengacu pada ASTM D-4945 (Standard Test Method for
High-Strain Dynamic Testing of Deep Foundations) :
Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method, yang meliputi
pengukuran data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan pengujian
(re-strike) dan perhitungan variabel dinamik secara real time untuk mendapatkan
gambaran tentang daya dukung pondasi tiang tunggal. Analisa lanjutan yang dilakukan
bersama dengan pengujian PDA adalah analisa CAPWAP yang merupakan salah satu
metoda signal matching analysis (SMA), analisa ini menggunakan data yang diperoleh
dari pengujian PDA untuk memberikan hasil analisa yang lebih detail. Dari PDA Test
kita akan dapat mengetahui :
TP 57 TP 92 TP 814
Blow Number (BN) 5 5 5
RMX (ton ) 427 239 355
EMX (ton) 5,895 5,809 9,710
FMX (ton) 660 6,3 786
CSX (MPa) 41,2 38,2 49,1
BTA (%) 100 0 0
DMX (mm) 12,49 23,94 23,29
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa daya dukung pile dari ketiga sample kurang
dari daya dukung rencana yaitu 450 ton, sedangkan untuk penurunan pile tidak ada
batasan yang menunjukkan kegagalan test seperti pada test SLT, pada test PDA
besarnya penurunan berbanding terbalik dengan besarnya nilai daya dukung tanah dari
pile atau tiang pancang, dari hasil test PDA di Apartemen Tower C Proyek Puncak CBD
Wiyung Surabaya didapat nilai penurunan terbesar terjadi pada sample TP814 dengan
nilai penurunan 23,94 mm dan daya dukung tanah sebesar 239 ton.
GEOSCANNER
1. Indikasi terdapatnya lapisan yang lunak dan keras dapat dicerminkan dari
perbedaan warna yang dihasilkan oleh perbedaan nilai tahanan jenis (True
resistivity) yang ditafsirkan dalam bentuk kisaran nilai tahanan jenis tertentu
untuk jenis material dan kekerasan lapisan batuan tertentu, dan dengan
penampang 2 dimensi maupun 3D dan hasil irisan setiap 2 meter dari elevasi
tinggi ke rendah dapat memberikan gambaran mengenai sifat fisik lapisan
2. untuk tiap area berdasarkan denah titik pancang di Tower C, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Beberapa tiang pancang yang tidak dapat tembus dari 15 meter bahkan di
bawah 10 meter yang mendominasi wilayah barat TC terlihat berada
pada batuan yang medium sampai dengan sangat keras.
b) Beberapa tiang di wilayah tengah ke timur TC beberapa tiang pancang
diduga belum mencapai lapisan keras sampai sangat keras.
Pile Integrity Test (PIT) berfungsi untuk mengetahui kerusakan pada tiang
seperti penyempitan, adanya rongga dan retak pada pile selain itu kelebihan tekanan
pada saat pemancangan juga dapat menyebabkan keretakan dan kerusakan pada tiang
yang dipancang oleh karena itu PIT sangat berguna untuk memastikan setiap tiang yang
dipancang di lokasi harus bebas dari cacat selama pelaksanaan.
Pile Integrity Test (PIT) adalah test tidak merusak dengan persamaan gelombang
dikenal sebagai beban kejut atau test pantulan gelobang sonic, atau regangan rendah
dinamik test, pengujian menggunakan palu kecil untuk meukulnya. PIT menampilkan
kurva yang mengungkapkan perubahan signifikan dalam penampang yang mugkin ada
sepanjang tiang. Program PIT-W digunakan untuk memproses data dan menghasilkan
bentuk tiang. Semua alat PIT berdasarkan tenaga baterai dioperasikan dengan layar
sentuh dan termasuk perubahan data secara cepat dan ijin program standart PIT-W.
Semua didasari oleh ASTM D5882-07 dan banyak kode spesifikasi.
PIT dilaksanakan di area tower C untuk semua tiang pancang, pengujian PIT
dilaksanakan pada tanggal 4 April 2016 sampai 10 April 2016 oleh PT. Megah Adhi
Karya. Hasil dari PIT disajikan dalam bentuk persen dimana nantinya diklasifikasikan
menjadi empat macam, yaitu undamaged (100%) artinya tidak ada kerusakan pada tiang
pancang uji, slight damage (80%-99%) artinya ada kerusakan ringan tetapi tidak
mengurangi daya dukung axial, damage (60%-79%) artinya ada kerusakan pada tiang,
apabila ingin digunakan harus ada perbaikan dan pertimbangan, dan yang terakhir
adalah broken (<60%) artinya tiang rusak dan tidak direkomendasikan untuk digunakan.
Berdasarkan hasil pengujian PIT di tower C , tiang pancang masih berada di tiga level
yaitu undamage, slight damage dan damage.(Hasil Pengujian Terlampir)