Negara Indonesia
Provinsi Kalimantan Utara
Tanggal berdiri 17 Juli 2007
Dasar hukum UU No. 34 tahun 2007
Ibu kota Tideng Pale
Lambang
Pemerintahan
Geografi[sunting | sunting sumber]
Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]
Utara Kabupaten Nunukan
Timur Laut Sulawesi, Kabupaten Bulungan, dan Kota Tarakan
Selata
Kabupaten Bulungan
n
Barat Kabupaten Malinau
Sejarah
Asal usul nama Tideng Pale
Nama Ibu kota Kabupaten ini memang unik dengan ejaannya yang khas Tideng Pale (baca: Tidung
Pala), Nama Tideng Pale berasal dari dua kosakata yakni "Tideng" dan "Pale". Dalam Bahasa
Tidung "Tideng" artinya Gunung sementara "Pale" berarti "Tawar/Hambar", jika disatukan maka
bermakna "Gunung Hambar". Gunung Hambar bermaksud kepada gunung yang dibawah kaki gunung
tersebut mengalir Sungai Sesayap. Air Sungai Sesayap ini jika terjadi musim kemarau maka daerah
tersebut adalah perbatasan antara air sungai yang berasa tawar dan air sungai yang berasa asin, maka
disebutlah Tideng Pale atau gunung pembatas antara air tawar dan air asin. Nama Tanah Tidung
berasal dari Afdeeling Tidoengschelanden (artinya Afdeling Tanah Tidung).[5]
Pemerintahan
Menurut Tana Tidung Dalam Angka 2014, Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Tana Tidung
Tahun 2013 sebanyak 1.290 orang terdiri dari 9 orang Pegawai golongan I, 580 orang Pegawai
Golongan II, 648 orang Pegawai Golongan III dan 53 orang Pegawai Golongan IV. Untuk klasifikasi desa
menurut kecamatan hingga tahun 2013 ini untuk klasifikasi desa swadaya terdapat 14 desa dan
swakarya 9 desa.
Pejabat Daerah
Sejak terbentuknya Kabupaten Tana Tidung, pemerintah menunjuk Ir. Zaini Anwar, MM sebagai Pejabat
Bupati (Pj. Bupati) Tana Tidung pada tahun 2007. Pada tanggal 18 Januari 2010, Gubernur Kalimantan
Timur, Awang Faroek Ishak melantik Undunsyah sebagai bupati dan Markus Yungkin sebagai wakil
bupati Tana Tidung periode 2010-2015 dan telah disetujui dalam sebuah rapat sidang paripurna
istimewa DPRD Kabupaten Tana Tidung. Lalu pada tanggal 19 Januari 2015 Penjabat Bupati Ahmad
Bey Yasin di lantik oleh Ir.Irianto Lambrie (Pj. GUbernur Kaltara) untuk menggantikan Undunsyah.
Dr. H. Markus
1 Undunsyah 18 Januari 2010 18 Januari 2015 Yungking [7]
M.Si. S.E
Ir. H.
Ahmad Bey Yasin
19 Januari 2015 25 Agustus 2015 [8]
M.A.P.
(Penjabat)
Drs.
Sanusi 26 Agustus 2015 16 Februari 2016 [9]
(Penjabat)
Dr. H. Markus
(1) Undunsyah 17 Februari 2016 25 Februari 2021 Yungking [10]
M.Si. S.E.
Dewan Perwakilan
Artikel utama: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tana Tidung
DPRD Tana Tidung beranggotakan 20 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun
sekali. Pimpinan DPRD Tana Tidung terdiri dari 1 Ketua dan 2 Wakil Ketua yang berasal dari partai
politik dengan jumlah kursi terbanyak. Anggota DPRD Tana Tidung yang sedang menjabat saat ini
adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 20 Agustus 2019 oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri
Tanjung Selor, Benny Sudarsono, di Kantor DPRD Kabupaten Tana Tidung.[13]
Kecamatan
Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Tana Tidung
Kabupaten Tana Tidung terdiri dari 5 kecamatan dan 32 desa. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya
mencapai 25.584 jiwa dengan luas wilayah 4.058,70 km² dan sebaran penduduk 6 jiwa/km².[14][15]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Tana Tidung, adalah sebagai berikut:
Kode Kecamatan Jumlah Desa Status Daftar Desa
Kemendagri
65.04.04 Betayau 6 Desa Bebakung
Buong Baru
Kujau
Maning
Mendupo
Periuk
65.04.05 Muruk Rian 6 Desa Belayan Ari
Kapuak
Rian
Rian Rayo
Sapari
Seputuk
65.04.01 Sesayap 7 Desa Gunawan
Limbu Sedulun
Sebawang
Sebidai
Sedulun
Tideng Pale
Tideng Pale Timur
Kode Kecamatan Jumlah Desa Status Daftar Desa
Kemendagri
65.04.02 Sesayap Hilir 8 Desa Badan Bikis
Bebatu
Menjelutung
Seludau
Sengkong
Sepala Dalung
Sesayap
Sesayap Selor
65.04.03 Tana Lia 5 Desa Sambungan
Sambungan Selatan
Tanah Merah
Tanah Merah Barat
Tengku Dacing
TOTAL 32
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia. Selain memiliki wilayah yang luas, Indonesia
juga memiliki keberagaman. Mulai dari adat istiadat, budaya, bahasa, agama dan juga suku.
Di Indonesia sendiri memiliki ratusan suku yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Salah satu
sukunya yang akan kita bahas pada materi kali ini yaitu suku yang mendiami bagian Utara Kalimantan.
Suku ini disebut sebagai suku Tidung.
Makna Suku Tidung
Suku Tidung merupakan salah satu suku yang mendiami Pulau Kalimantan bagian utara yaitu
Kalimantan Utara. Suku ini tidak hanya mendiami Kalimantan Utara saja melainkan ada sebagian yang
mendiami Malaysia tepatnya di Sabah.
Suku Tidung sendiri merupakan salah satu subsuku dari suku Dayak Murut. Nama Tidung berasal dari
akta tiding atau tideng yang memiliki arti yaitu gunung atau bukit.
Pakaian adat dari suku Tidung ini terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:
Tolimbangan dan Kurung Bantut (pakaian sehari-hari).
Selampoy (pakaian adat).
Talulandom (pakaian resmi).
Sina Beranti (pakaian pengantin).
Hanya pada saat sekarang ini hanya tersisa satu pakaian saja yang sering digunakan, tiga lainnya
sudah jarang sekali dijumpai. Pada pesta pernikahan pun juga ada perubahan, dahulu pesta dilakukan
selama tujuh hari. Namun saat ini hanya berlangsung tiga hari bahkan ada yang hanya sehari saja.
Masyarakat suku Tidung menyebut baju adat mereka yaitu baju Selampoy yang memiliki arti
disampirkan di bahu.
Selain itu, ada juga baju yang digunakan untuk sehari-hari. Untuk kaum perempuan busananya yaitu
Kurung Bantut, sedangkan untuk kaum pria disebut Tolimbangan.
Berbeda untuk pakaian resmi masyarakat suku Tidung, untuk kaum pria disebut kustom seperti jas
angkatan laut. Namun untuk menggunakannya tidak dikancing. Untuk kaum perempuan menggunakan
kebaya tetapi pada lengannya lebar.
Rumah adat masyarakat suku Tidung biasa disebut Rumah Baloy. Rumah adat ini berbahan dasar kayu
ulin. Rumah Baloy dibangun menghadap ke arah utara. Memiliki struktur bangunan yang tinggi dan tidak
berpijak pada tanah.
Di dalam rumah adat Baloy terdapat empat ruangan utama yang dikenal dengan sebutan Ambir. Di
setiap ruangan memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Ruang ambir kiri atau biasa disebut alad kaid merupakan tempat untuk menerima masyarakat yang
mengadukan masalah atau perkara.
Ruang ambir tengah atau biasa disebut lamin bantong yang merupakan tempat bersidang untuk
pemutusan suatu perkara.
Ruang ambir kanan atau biasa disebut ulad kemagot yang merupakan tempat beristirakah seusai
penyelenggaraan perkara adat.
Lamin dalom merupakan tempat singgasana dari kepala adat.
Pada bagian belakang rumah adat Baloy terdapat sebuah bangunan yang berdiri diatas kolam yang
digunakan untuk penampilan kesenian suku Tidung. Bangunan itu disebut lubung kilong.
Di bagian paling belakang terdapat sebuah bangunan yang digunakan untuk ruang pertemuan terbuka
dan dikenal sebagai lubung intamu atau tempat yang digunakan untuk pertemuan masyarakat adat.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian dari masyarakat suku Tidung yaitu sebagai nelayan. Disamping sebagai nelayan, ada
juga yang bermata pencaharian sebagai petani dan juga memanfaatkan hasil hutan.
Tari Jepen merupakan tarian khas dari masyarakat suku Tidung. Tarian Tidung menggambarkan
kegembiraan dan juga keceriaan. Tari Jepen ini memadukan gerak kaki dan mengikuti irama.
Tari Jepen sudah diwariskan sejak puluhan tahun yang lalu dan sampai sekarang masih terjaga
kelestariannya. Pada awal pembukaan tari Jepin, kita menghentakkan kaki lalu sambil mengayunkan
tangan dengan lembut. Tarian ini terlihat mudah, namun sulit jika dilakukan.
Tarian ini bisa ditarikan oleh siapa saja dan usia berapa saja. Bisa dilakukan oleh anak-anak sampai
dengan usia senja. Penari sebelum melakukan pementasan atau pertunjukkan wajib berlatih 1-2 dalam
seminggu. Hal tersebut bertujuan agar gerakan para penari tidak kaku.
"Asal Usul dan Kebudayaan Suku Tidung Dari Kalimantan Utara"
baju adat itu milik suku Tidung yang berasal dari Kalimantan Utara.
Penduduk suku Tidung berasal dari bagian utara Pulau Kalimantan. Suku ini merupakan suku asli
Kalimantan, yang mana dulu pernah memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung.
Namun, Kerajaan Tidung punah akibat politik adu domba dari pihak Belanda.
Suku Tidung juga merupakan suku anak Negeri di Sabah. Jadi, Suku ini merupakan suku bangsa yang
terdapat di Indonesia maupun di Malaysia (Negeri Sabah).
Suku Tidung adalah salah satu suku asli Nunukan yang menganut agama Islam dan mengakui bahwa
dirinya merupakan orang Dayak. Hal ini berbeda dengan suku-suku lainnya yang telah memeluk islam,
biasanya tidak menganggap diri mereka sebagai orang Dayak.
Namun, ternyata tak semua masyarakat Tidung menyebut diri mereka sebagai keturunan Dayak. Ada
juga yang disebut dengan Tidung Ulun Pagun, kelompok di daerah pesisir.
Asal Usul Suku Tidung Mengutip jurnal penelitian "Orang Tidung di Pulau Sebatik: Identitas Etnik,
Budaya dan Kehidupan Keagamaan" karya Muhammad Yamin Sani dan Rismawati Ibon, ada 3 versi
asal mula suku Tidung.
Menurut penjelasan Amir Hamzah, ketiga versi itu adalah versi masyarakat Tidung sendiri, versi
pemerintahan Hindia Belanda, dan versi pemerintah Republik Indonesia.
Pertama, versi masyarakat Tidung meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal dari daratan Asia
yang bermigrasi sekitar abad ke 5 - I SM. Saat itu, terjadi eksodus manusia dari daratan Asia menuju
pulau-pulau di sebelah Timur dan Selatan.
Mereka diduga mendarat di pantai Timur Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sekitar daerah Labuk dan
Kinabatangan. Lalu, mereka menyebar ke daerah-daerah pesisir pantai dan pulau-pulau di sebelah
Timur. Seperti wilayah Tarakan, Bulungan Nunukan, dan Pulau Sebatik.
Kedua, versi Hindia Belanda yang mengatakan bahwa suku Tidung berasal dari Dayak Kayan. Versi ini
diduga dilatarbelakangi kepentingan politik tertentu, yang mana beberapa pemukiman penduduk Tidung
lainnya diabaikan.
Terakhir, versi pemerintah Indonesia menyatakan suku Tidung adalah Dayak Pantai yang berasal dari
daerah pegunungan di Menjelutung. Sementara suku Tidung yang mendiami Pulau Sebatik sebagai
bagian dari Nunukan, disebut sebagai Ulun Pagun atau orang kampung.
Bahkan permukimannya pernah berpindah-pindah dari satu pinggiran sungai ke pinggiran sungai
lainnya.
Saat ini, orang-orang Tidung tersebar di sepanjang wilayah timur laut pulau Kalimantan dan pulau-pulau
kecil sekitarnya. Di antaranya yaitu di Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Sebatik Barat.
Orang Tidung memiliki bahasa daerah yang mirip dengan Melayu, karena wilayahnya yang dekat dari
Malaysia. Kelompok bahasa Tidung terdiri dari bahasa Tidung, Bulungan, Kalabakan, Murut
Sembakung, dan Murut Serudung.
Kebudayaan Suku Tidung Ada beberapa kebudayaan suku Tidung, seperti salah satunya seni yang
diunggulkan dan dibanggakan.
Contohnya yaitu seni pahatan yang ada pada unsur alat musik atau berbagai instrumen bangunan.
Bangunan ini berupa rumah adat, perkantoran, dan lembaga pemerintahan yang mencirikan karakteristik
penduduk asli.
Suku tidung juga memiliki aneka jenis alat tangkap, permainan, dan makanan khas. Datu Norbeck,
budayawan Tarakan, menjelaskan beberapa ragam alat tangkap dan alat permainan di dalam
masyarakat Tidung.
Alat tangkap masyarakat Tidung diantaranya yaitu Tamba (Kelong), Bintul (Ambau), Ubu (Keramba),
Jala, Pukat, Apon (Pancing), Sesiyut (Tangguk), dan Isit-isit.
Sedangkan alat permainan Masyarakat Tidung seperti begegala (asinan), beguli (kelereng), bitur,
bebantung (lepokan), raga (takraw), tegasing (gasing), ketikan (ketapel), marak (kelayangan), yuyuan
(yoyo), gumbak ula, dan masih banyak lagi.
“SIMPOSIUM
BUDAYA TIDUNG”