Anda di halaman 1dari 21

HADITS TENTANG AKAD DALAM MUAMALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Hadits-Hadits Ekonomi

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Nihayatul Masykuro, M.Si.

Disusun Oleh :

Nahdatussyifa Salsabila 201410015

Dea Damayanti 201410028

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

TAHUN 2022
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Musaqah........................................................................................................5
B. Ijarah.............................................................................................................7
C. Syirkah........................................................................................................10
D. Wakalah......................................................................................................13
E. Qiradh..........................................................................................................16
BAB III..................................................................................................................19
KESIMPULAN......................................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. Atas rahmat serta karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Hadist tentang
Akad dalam Muamalah” tepat pada waktunya. Shalawat teriringkan salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada


mata kuliah Hadits-Hadits Ekonomi. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Hj. Nihayatul Masykuro, M.Si. sebagai dosen pengampu pada
mata kuliah Hadits-Hadits Ekonomi yang telah memberikan bantuan dengan
arahan serta petunjuk yang jelas, sehingga mempermudah kami untuk
menyelesaikan tugas ini.

Kami memahami dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata


kesempurnaan dengan ini kami berharap kritik serta saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Serang, 23 April 2022

Kelompok 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Hubungan antara satu manusia dengan manusia
lain dalam memenuhi kebutuhan hidup, mempunyai aturan yang
menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan.
Proses untuk membuat kesepakatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
keduanya, lazim disebut dengan proses untuk berakad. Islam memberikan
aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada makalah ini akan membahas hadits tentang akad dalam
muamalah seperti hadits musaqah, ijarah, syirkah, wakalah dan qiradh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Musaqah?
2. Apa yang dimaksud dengan Ijarah?
3. Apa yang dimaksud dengan Syirkah?
4. Apa yang dimaksud dengan Wakalah?
5. Apa yang dimaksud dengan qiradh?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui tentang musaqah
2. Untuk Mengetahui tentang ijarah
3. Untuk Mengetahui tentang syirkah
4. Untuk Mengetahui tentang wakalah
5. Untuk Mengetahui tentang qiradh
BAB II

PEMBAHASAN

A. Musaqah
1. Pengertian Musaqah
Musaqah diambil dari kata al-saqa, yaitu seseorang bekerja pada pohon
tamar, anggur (mengurusnya), atau pohon-pohon yang lainnya supaya
mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil
yang diurus sebagai imbalan.
Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara‟ah dimana
si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Secara etimologi, al-musaqah berarti transaksi dalam pengairan, yang oleh
penduduk Madinah disebut dengan al-mu‟amalah. Secara terminologis
fiqh, al-musaqah didefinisikan oleh para ulama fiqh dengan :
“penyerahan sebidang kebun pada petani untuk digarap dan dirawat
dengan ketentuan bahwa petani mendapatkan bagian dari hasil kebun itu”.
2. Hadist yang berkaitan dengan musaqah
Kerjasama bagi hasil perkebunan mengandung hikmah yang besar
bagi masyarakat, karena memupuk terhadap individu agar selalu memiliki
sifat saling tolong menolong, seperti firman Allah SWT sebagai berikut:

َ ‫م َشن َٰانُ قَوْ ٍم اَ ْن‬lْ ‫َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك‬


َ ‫ص ُّدوْ ُك ْم َع ِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن تَ ْعتَ ُد ۘوْ ا َوتَ َع‬
‫اونُوْ ا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق ٰو ۖى‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ب‬ِ ‫ َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َۖواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬l‫اونُوْ ا‬ َ ‫َواَل تَ َع‬
Artinya : “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran...”. Q.S Al-Maidah (5) : 2

Selain itu juga sebagaimana firman Allah SWT di dalam Q.S Al-
A‟Raaf (7) :157

ْ ‫ض ُع َع ْنهُ ْم اِصْ َرهُ ْم َوااْل َ ْغ ٰل َل الَّتِ ْي َكان‬


‫َت َعلَ ْي ِه ۗ ْم‬ َ َ‫َوي‬

Artinya : "Dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-


belenggu yang ada pada mereka."
Dalam hadis Nabi, Rasulullah bersabda : Anas ra. Berkata bahwa
Rasulullah SAW, bersabda “seorang muslim yang menanam pohon
atau tanaman, lalu sebagian hasilnya dimakan burung, manusia, atau
binatang, maka orang yang menanam itu mendapat pahala”. Ayat dan
hadis tersebut menunjukkan bukti-bukti konkrit bahwa syari‟at Islam
senantiasa menginginkan hilangnya kesulitan dari umatnya. Bahwa
dalam hukum-hukum syari‟at tidak akan pernah didapati suatu
tuntunan yang melewati batas kemampuan hambanya. Dalil-dalil
tersebut juga mengindikasikan bahwa Allah memberlakukan hukum-
hukumnya (yang termuat dalam syari‟at Islam), pada hakikatnya
bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keringanan pada
hambanya.
3. Rukun dan Syarat Musaqah
Terdapat beberapa perbedaan dikalangan ulama fiqh terhadap
rukun-rukun musaqah. Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa yang
menjadi rukun dalam akad adalah ijab dari pemilik tanah perkebunan dan
qabul dari petani penggarap, dan pekerjaan dari pihak petani penggarap.
a. Sedangkan rukun-rukun musaqah menurut ulama Syafi‟iyah ada lima
berikut ini. Shigat, yang dilakukan kadang-kadang dengan jelas (sharih)
dan dengan samaran (kinayah). Disyaratkan shigat dengan lafazh dan tidak
cukup dengan perbuatan saja.
b. Dua orang atau pihak yang berakad (al-„aqidani), disyaratkan bagi orang-
orang berakad dengan ahli (mampu) untuk mengelola akad, seperti baligh,
berakal, dan tidak berada dibawah pengampuan.
c. Kebun dan semua pohon yang berbuah, semua pohon yang berbuah boleh
diparokan (bagi hasil), baik yang berbuah tahunan (satu kali dalam
setahun) maupun yang buahnya hanya satu kali kemudian mati, seperti
padi, jagung, dan yang lainnya.
d. Masa kerja, hendaklah ditentukan lama waktu yang akan dikerjakan,
seperti satu tahun atau sekurang-kurangnya menurut kebiasaan. Dalam
waktu tersebut tanaman atau pohon yang diurus sudah berbuah, juga yang
harus ditentukan ialah pekerjaan yang harus dilakukan oleh tukang kebun,
seperti menyiram, memotongi cabang-cabang pohon yang akan
menghambat kesuburan buah, atau mengawinkannya.
e. Buah, hendaklah ditentukan bagian masing-masing (yang punya kebun
dan bekerja dikebun), seperti seperdua, sepertiga, seperempat, atau ukuran
yang lainnya.
4. Berakhirnya Akad Musaqah
Menurut ulama fiqh, akad musaqah berakhir apabila:
a. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis
b. Salah satu pihak meninggal dunia
c. Uzur yang membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan
akad.

Uzur yang mereka maksudkan dalam hal ini di antaranya adalah petani
penggarap itu terkenal sebagai seorang pencuri hasil tanaman dan petani
penggarap sakit yang tidak memungkinkan dia untuk bekerja. Jika petani
wafat, maka ahli warisnya boleh melanjutkan akad itiu jika tanaman itu
belum dipanen, sedangkan jika pemilik perkebunan yang wafat, maka
pekerjaan petani harus dilanjutkan. Jika kedua belah pihak yang berakad
meninggal dunia, kedua belah pihak ahli waris boleh memilih antara
meneruskan akad atau menghentikannya.
Contoh akad musaqah, Misal si A adalah orang yang sangat kaya dan
memiliki banyak tanah/lading dimana-mana dan si B adalah orang yang
rajin bekerja tapi kekurangan pekerjaan, karena si B orang yang jujur dan
dapat dipercaya maka si A menyerahkan sebagian kebunnya kepada si B
dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang telah disetujui oleh kedua belah
pihak. Dan dengan disetujuinya perjanjian tersebut maka si B harus
merawat kebun si A dengan sebaik-baiknya sampai batas waktu panen
tiba.

B. Ijarah
1. Pengertian Ijarah
Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi‟il ”ajara-ya’juru-ajran”. Ajran
semakna dengan kata al-iwad yang mempunyai makna berarti ganti dan
upah, dan juga dapat berarti sewa atau upah. Secara istilah, pengertian
ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi
keperluan hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak, atau menjual
jasa perhotelan dan lain-lain.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama fiqh:
Pertama, ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan transaksi terhadap
suatu manfaat dengan imbalan. Kedua, ulama Syafi‟iyah
mendefinisikannya dengan transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju,
tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.
Ketiga, ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan
pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan
suatu imbalan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akad ijarah tidak boleh
dibatasi oleh syarat.
Akad ijarah juga tidak berlaku pada pepohonan yang untuk
diambil buahnya, karena buah itu sendiri adalah materi, sedangkan akad
al-ijarah itu hanya ditujukan kepada manfaat.
2. Hadist-Hadist Ijarah
‫أعطوا األجير أجره قبل أن يجف عرقه‬

Artinya: Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum


keringatnya kering”. (H.R. Ibnu Majah).

‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه قال حجم أبو طيبة رسو ل هللا صلى هللا عليه وسلم فأمر له‬
‫بصاع من تمر وأمر أهله أن يخففوامن خراجه رواه البخاري ومسلم و‬

Artinya: Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah SAW


berbekam dengan Abu Thayyibah. Kemudian beliau menyuruh
memberinya satu sha' gandum dan menyuruh keluarganya untuk
meringankannya dari bekharâj. (H.R. Al-Bukhâriy, Muslim, dan Ahmad).

Dalil Al-Qur'an:
- Surat Al-Qashash ayat 26:

‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ۖاِ َّن َخ ْي َر َم ِن ا ْستَْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ ااْل َ ِمي‬
ِ َ‫ت اِحْ ٰدىهُ َما ٰيٓاَب‬
ْ َ‫قَال‬

Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (QS: Al-Qashash 28:26).

- Surat At-Thalaq ayat 6:

ٓ ٗ‫ع لَه‬lُ ‫ض‬ ٍ lۚ ْ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَ ٰاتُوْ ه َُّن اُجُوْ َره ۚ َُّن َوْأتَ ِمرُوْ ا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْعرُو‬
ِ ْ‫م فَ َستُر‬lُْ‫ف َواِ ْن تَ َعا َسرْ ت‬ َ ْ‫فَاِ ْن اَر‬
‫اُ ْخ ٰر ۗى‬
Artinya: Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka
berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara
kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan
Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS: At-
Thalaq 65:6).
3. Syarat-syarat Ijarah
Syarat-syarat akad ijarah adalah sebagai berikut:
a. Untuk kedua orang yang berakad (al-muta‟aqidain), menurut ulama
Syafi‟iyah dan Hanabilah, disyaratkan telah baligh dan berakal.
b. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelannya untuk
melakukan akad al-ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa
melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah.

Syarat-syarat objek akad ijarah adalah sebagai berikut:

a) Objek al-ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara‟.


b) Objek akad ijarah harus dapat dipenuhi, baik menurut hakiki
maupun syar‟i. dengan demikian, tidak sah menyewakan sesuatu
yang sulit diserahkan secara hakiki, seperti menyewakan kuda
binal untuk dikendarai. Atau tidak bisa dipenuhi secara syar‟i,
seperti menyewa tenaga wanita yang sedang haid untuk
membersihkan masjid, atau menyewa dokter untuk mencabut gigi
yang sehat.
c) Manfaat yang menjadi objek akad ijarah harus manfaat yang
dibolehkan oleh syara'.
4. Jenis-jenis Pengupahan
Upah atau ujrah dapat diklasifikasikan menjadi dua; Pertama, upah
yang telah disebutkan (ajrun musamma), Kedua, upah yang sepadan (ajrun
mitsli). Upah yang telah disebutkan (ajrun musamma) itu syaratnya ketika
disebutkan harus disertai kerelaan kedua belah pihak yang bertransaksi,
sedangkan upah yang sepadan (ajrun mitsli) adalah upah yang sepadan
dengan kerjanya sesuai dengan kondisi pekerjaannya (profesi kerja) jika
akad ijarah nya telah menyebutkan jasa (manfaat) kerjanya.

Contoh ijarah praktek ijarah dalam kehidupan sehari-hari misalnya seseorang


ingin mencari bangunan rumah kontrakan untuk menjadi rumah produksi
usahanya dengan biaya 30 juta/tahun. Selanjutnya, pihak yang ingin menyewa
bertemu dengan orang yang dapat menyewakan propertinya. Setelah menunjukkan
kondisi rumah secara detail pada penyewa tersebut, setelah itu penyewa sudah
yakin bahwa keadaan rumah yang akan disewakan baik untuk menunjang
usahanya.

Pihak yang memiliki bangunan rumah melakukan kesepakatan dengan


penyewa serta meyakinkannya, dan pihak penyewa menerima kesepakatan untuk
menyetujui bahwa akan mengontrak rumah tersebut sekaligus. Pihak penyewa
mendapatkan manfaat yaitu dengan menempati rumah tersebut dan memanfaatkan
semua isi rumah yang ada untuk usaha sedangkan pihak yang menyewakan juga
mendapatkan manfaat dengan menerima bayaran. Jika tidak mampu dengan
jumlah pembiayaan tertentu pihak penyewa dapat mengajukan pinjaman bank
syariah untuk memediasi akad ijarah tersebut.

C. Syirkah
1. Pengertian Syirkah
Secara bahasa syirkah berarti al-ikhtilâth (percampuran) atau
persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit
dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau syirkah usaha. Dalam
kamus hukum, musyarakah berarti serikat dagang, kongsi, perseroan,
persekutuan. Sedangkan dalam istilah fiqh, syirkah berarti persekutuan
atau perkongsian antara dua orang atau lebih untuk melakukan usaha
bersama dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Menurut ahli fiqih Hanafiyah, syirkah adalah : akad antara pihak-
pihak yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan.
Menurut ahli fiqih Malikiyah, syirkah adalah kebolehan (atau izin)
bertasharruf bagi masing-masing pihak yang berserikat. Maksudnya
masing-masing pihak saling memberikan izin kepada pihak lain dalam
mentasharrufkan harta (obyek) syirkah. Menurut ahli fiqih Syafi‟iyyah,
syirkah adalah berlakunya hak atas sesuatu bagi dua pihak atau lebih
dengan tujuan persekutuan.
2. Hadist Tentang Syirkah
Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
S.A.W telah bersabda:
Yang artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Allah
SWT berfirman: Aku adalah kongsi ketiga dari dua orang yang berkongsi
selama salah seorang kongsi tidak mengkhianati kongsinya apabila ia
mengkhianatinya, maka Aku keluar dari perkongsian itu. ( HR. Abu Daud)

Syirkah dalam Al-qu'an antara lain terdapat dalam surat An-Nisa'


ayat 24: Yang artinya : Daud berkata: "…….. Sesungguhnya kebanyakan
dari orang- orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini…....”
Ayat di atas menyebutkan bahwa ‫ الخلطاء‬dalam tafsir al khazin (
‫ازن‬ll‫ )الخ‬adalah berserikat yang biasanya (pada zaman Nabi Dawud)
mendholimi satu sama lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan lafadz
selanjutnya yaitu kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
shalih.
3. Rukun dan Syarat Syirkah
Secara umum, rukun syirkah ada tiga yaitu:
a. Sighat atau ijab qabul, yaitu ungkapan yang keluar dari masing-masing
kedua belah pihak yang bertransaksi yang menunjukkan kehendak
untuk meaksanakannnya.
b. Orang yang berakad yaitu dua belah pihak yang melakukan transaksi.
Syirkah tidak sah kecuali dengan adanya kedua pihak ini. Disyaratkan
bagi keduanya adanya kelayakan melakukan transaksi yaitu baligh,
berakal, pandai dan tidak dicekal untu membelanjakan hartanya.
c. Obyek akad yakni modal dan pekerjaan yaitu modal pokok syirkah. Ini
bisa berupa harta ataupun pekerjaan. Modal syirkah ini harus ada,
maksudnya tidak boleh berupa harta yang terhutang atau harta yang
tidak diketahui karena tidak dapat dijalankan sebagaimana yang
menjadi tujuan syirkah, yaitu mendapat keuntungan.

Dalam Fikih Islam Lengkap: Penjelasan Hukum-hukum Islam Madzhab


Syafi‟i dijelaskan bahwa, Syarikah itu memiliki lima syarat:

a) Ada barang berharga yang berupa dirham dan dinar.


b) Modal dari kedua pihak yang terlibat syarikah harus sama jenis dan
macamnya.
c) Menggabungkan kedua harta yang dijadikan modal.
d) Masing-masing pihak mengizinkan rekannya untuk menggunakan harta
tersebut.
e) Untung dan rugi menjadi tanggungan bersama.

Adapun syarat-syarat akad syirkah yaitu:

a) Ucapan, berakad dianggap sah jika diucapakan secara verbal atau ditulis.
Kontrak musyarakah dicatat dan disaksikan.
b) Pihak yang berkontrak, disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam
memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
c) Objek Kontrak, yaitu dana dan kerja. Di mana modal yang diberikan harus
uang tunai, emas, perak, atau yang bernilai sama.
4. Berakhirnya Syirkah
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, ulama fiqih mengemukakan
beberapa hal yang dapat membatalkan atau menunjukkan berakhirnya
akad syirkah secara umum yaitu:
a. Salah satu pihak mengundurkan diri, karena menurut para ahli fiqh,
akad syirkah itu tidak bersifat dalam arti boleh dibatalkan.
b. Salah satu pihak yang berserikat meninggal dunia
c. Salah satu pihak kehilangan kecakapannya bertindak hukum,
seperti gila yang sulit disembuhkan
d. Salah satu pihak murtad (keluar dari agama Islam) dan melarikan
diri ke negeri yang berperang dengan negeri muslim karena orang
seperti ini dianggap sebagai sudah wafat.

Misalnya syirkah inan adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk
memasukkan bagian tertentu dari modal yang akan diperdagangkan
dengan ketentuan keuntungan dibagi di antara para anggota sesuai dengan
kesepakatan bersama, sedangkan modal masing-masing harus sama
(Usanti, 2008, hlm.14). Contoh syirkah inân: A dan B insinyur teknik sipil.
A dan B sepakat menjalankan bisnis properti dengan membangun dan
menjual belikan rumah. Masing-masing memberikan konstribusi modal
sebesar Rp 500 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah
tersebut.

D. Wakalah
1. Pengertian Wakalah
Kata wakalah atau wikalah bermakna tafwidh ‘penyerahan’ atau
pelimpahankekuasaan oleh seseorang kepada orang lain,31 hal seperti ini
terjadi karena keterbatasan manusia yang selalu melekat pada dirinya.
Sedangkan menurul istilah, yang disebut dengan wakalah adalah sebagai
berikut:
a) Menurut Madzhab Maliki, wakalah adalah perjanjian mewakilkan
yaitu seorang menggantikan kepada orang lain dalam suatu hak
yang dimilikinya dimana orang lain ini melakukan daya dan upaya
orang yang mewakilkannya dengan tanpa batasan pada
penggantian itu dengan sesuatu setelah dia mati.
b) Menurut Madzhab Hanafi, wakalah adalah suatu praktek seseorang
menugaskan orang lain untuk bertindak pada posisinya dalam
melakukan daya upaya yang boleh dilakukan yang diketahui, dan
orang yang menugaskan itu termasuk orang yang memiliki daya
upaya.
c) Menurut Madzhab Syafi’i, wakalah adalah suatu pernyataan
tentang seseorang menyerahkan suatu tugas kepada orang lain agar
orang lain itu melakukannya dikala seorang tadi masih hidup,
apabila orang yang menyerahkan tugas tadi memang mempunyai
hak untuk melakukannya dan merupakan tugas yang bisa
digantikan kepada orang lain.
d) Menurut Madzhab Hambali, pernyataan menggantikan yang
diwakilkan seseorang yang boleh melakukan daya upaya kepada
orang lain.
2. Hadist Tentang Wakalah

َ ‫م لِيَتَ َس ۤا َءلُوْ ا بَ ْينَهُ ۗ ْم قَا َل قَ ۤا ِٕى ٌل ِّم ْنهُ ْم َك ْم لَبِ ْثتُ ۗ ْم قَالُوْ ا لَبِ ْثنَا يَوْ ًما اَوْ بَع‬lُْ‫ك بَ َع ْث ٰنه‬
‫ْض يَوْ ۗ ٍم‬ َ ِ‫َو َك ٰذل‬
‫م اَ ْعلَ ُم بِ َما لَبِ ْثتُ ۗ ْم فَا ْب َعثُ ْٓوا اَ َح َد ُك ْم بِ َو ِرقِ ُك ْم ٰه ِذ ٖ ٓه اِلَى ْال َم ِد ْينَ ِة فَ ْليَ ْنظُرْ اَيُّهَٓا اَ ْز ٰكى‬lْ ‫قَالُوْ ا َربُّ ُك‬
َ َ‫ف َواَل يُ ْش ِع َر َّن بِ ُك ْم ا‬
‫ح ًدا‬ lْ َّ‫ق ِّم ْنهُ َو ْليَتَلَط‬ ٍ ‫م بِ ِر ْز‬lْ ‫طَ َعا ًما فَ ْليَْأتِ ُك‬
Artinya: Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka
saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara
mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab:
"Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi):
"Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan
yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan
hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan
halmu kepada seorangpun.39 Q.S Al-Kahfi: 19
Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, Berkata: Yang
artinya: Seorang laki-laki membawa seekor unta muda kepada Nabi
SAW., ia kemudian datang untuk minta dibayarkan. Beliau lalu berseru:”
Berilah (bayarlah) orang ini”. Mereka lalu meminta kepadanya unta muda,
maka mereka tidak mendapatkannya kecuali yang lebih tua. Beliau
(Rasulullah) kemudian bersabda: “ berikanlah kepadanya”. Orang itu
lantas berkata: “bayarlah aku semoga Allah membayarmu”. Rasulullah
(lalu) bersabda “sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian
adalah orang yang paling baik dalam membayar”.
Al Qurthubi mengatakan: Hadits ini menunjukkan sahnya
perwakilan orang yang hadir dan sehat fisik, sesungguhnya Nabi SAW,
memerintahkan sahabat-sahabat agar mereka membayar unta muda yang
menjadi kewajibannya, ini tak lain sebagai perwakilan (madat) dari beliau
kepada mereka, sekalipun pada waktu itu Nabi SAW tidak sakit dan tidak
dalam perjalanan.
Dalam hadits lain yaitu, yang artinya : “Berkata Abu Hurairah:
Telah baerwakil Nabi saw kepada saya untuk memelihara zakat fitrah, dan
beliau telah memberi ‘uqbah seekor kambing agar dibagikan kepada
sahabat-sahabat beliau.”41 (Riwayat Bukhari)
3. Rukun dan Syarat Wakalah
Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam wakalah.
a) Orang yang mewakilkan (muwakkil) syaratnya dia berstatus
sebagai pemilik urusan atau benda dan menguasainya serta dapat
bertindak terhadap harta tersebut dengan dirinya sendiri.
b) Wakil (orang yang mewakili) syaratnya ialah orang berakal jika ia
idiot, gila, atau belum dewasa maka batal.

Muwakkal fih ( sesuatu yang diwakilkan ) syaratnya:

a) Pekerjaan atau urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang
lain.
b) Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah.
c) Pekerjaan itu diketahui secara jelas. Maka tidak sah mewakilkan sesuatu
yang masih samar “aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk mengawini
salah satu anakku.”
d) Shigat: shigat hendaknya berupa lafal yang menunjukkan arti
“mewakilkan” yang diiringi kerelaan dari muwakkil seperti “saya
wakilkan atau serahkan pekerjaan ini kepada kamu untuk mengerjakan
pekerjaan ini” kemudian diterima oleh wakil. Dalam sihgat kabul ini si
wakil tidak mensyaratkan artinya seandainya si wakil tidak mengucapkan
kabul tetap dianggap sah.
4. Berakhirnya Wakalah
Transaksi wakalah dinyatakan berakhir atau tidak dapat dilanjutkan
dikarenakan oleh salah satu sebab diantaranya:
a. Matinya salah seorang dari yang berakad.
b. Bila salah satunya gila.
c. Pekerjaan yang dimaksud dihentikan.
d. Pemutusan oleh muwakkil terhadap wakil meskipun wakil tidak
mengetahui (menurut syafi’i dan Hambali) tetapi menurut Hanafi
wakil wajib tahu sebelum ia tahu maka tindakannya seperti
sebelum ada putusan.
e. Wakil memutuskan sendiri. Menurut Hanafi tidak perlu muwakkil
yang mengetahuinya.
f. Keluarnya orang yang mewakilkan (muwakkil dari status
kepemilikan).

Contoh wakalah

E. Qiradh
1. Pengertian Qiradh
Menurut bahasa, qiradh atau mudharabah berarti al-qath’u
(potongan), berjalan, dan atau bepergian. Mudharabah (Qiradh) adalah
akad kerjasama usaha antara sahahibul maal (pemilik dana) Dan mudharib
(pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka,
jika usaha mengalami kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika
ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti
penyelewangan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
2. Hadist Tentang Qiradh
a) Al-Qur’an
- Surat an-nissa’ ayat 29

َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
‫ارةً ع َْن‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ ٍ ‫تَ َر‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu, dan
janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang Kepadamu”.

b) Hadist

‫حدثنا الحسن بن علي الخالل حدثنا بشر بن ثابت البزار حدثنا نصر بن‬
‫القاسم عن عبد الرحمن بن داود عن صالح بن صهيب عن أبيه قال قال‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ثالث فيهن البركة البيع أجل والمقارضة‬
l‫ البر بالشعير‬l‫وأخالط البر بالشعير إوالمقارضة وأخالط‬

Artinya: “Dari Abdurrahman bin Dawud dari Shalih bin Shuhaib dari
bapaknya ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tiga hal yang di dalamnya
terdapat berkah; jual beli yang memberi tempo, peminjaman, dan campuran
gandum dengan jelai untuk di konsumsi orang-orang rumah bukan untuk
dijual”. (H.R. Ibn Majah nomor 2280).

3. Rukun dan Syarat Qiradh


Rukun qiradh ada empat, yaitu:
a. Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana.
b. Objek qiradh, berupa: modal dan kerja.
c. Ijab kabul atau serah terima.
d. Nisbah keuntungan.

Ketentuan syarat, adalah sebagai berikut:

a. Pelaku
- Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
- Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan
nonmuslim.
- Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha
tetapi ia boleh mengawasi.
b. Objek qiradh (Modal dan Kerja)
Objek qiradh merupakan kosekuensi logis dengan dilakukannya
akad mudharabah.
- Modal
- Kerja
- ijab kabul
- nisbah keuntungan
4. Berakhirnya Akad Mudharabah berakhir karena hal-hal sebagai berikut:
a) Dalam hal mudharabah (qiradh) tersebut dibatasi waktunya, maka
mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan.
b) Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
c) Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
d) Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola
usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.
Sebagai pihak yang mengemban amanah ia harus beritikad baik
dan hati-hati.
e) Modal sudah tidak ada.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

(al-Khalafi), Syaikh Abdul Azhim bin Badawi, Musaqah, Ihyaa-ul Mawaat

(Ijarah dalam Hukum Islam) Bab IV Islam.pdf (iain-


tulungagung.ac.id)
(Nuriastuti, 2015) Syirkah, http://etheses.uin-malang.ac.id

Anda mungkin juga menyukai