Anda di halaman 1dari 32

Dana Lokasi Umum (DAU) dan Dana Llokasi Khusus (DAK)

Oleh

Lili Refky Monica


(01012011245)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2022
ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Dana Lokasi Umum (DAU) dan Dana Llokasi
Khusus (DAK)”. Menulis Makalah, Rangkuman, dan Buku serta Membaca untuk
Menulis Akademik” bertujuan mengetahui bagaimana penyaluran Dana Lokasi
Umum (DAU) dan Dana Llokasi Khusus (DAK) pada setiap daerah. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi pustaka, metode
deskriptif dalam menganalisis data, dan metode informal (naratif) dalam
penyajian hasil analisis.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa makalah adalah tulisan ilmiah yang
membahas satu permasalahan tertentu sebagai hasil kajian pustaka/lapangan.
Kemudian, rangkuman merupakan suatu hasil merangkum/meringkas tulisan
menjadi lebih ringkas dengan perbandingan secara proporsional antara yang
dirangkum dengan hasil rangkumannya. Lebih lanjut, buku adalah kumpulan
kertas/bahan lain yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi
tulisan/gambar. Terakhir, membaca dan menulis akademik pada dasarnya
memiliki hubungan yang sangat erat dan saling membutuhkan.

Kata kunci : makalah, rangkuman, buku, menulis

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dana Lokasi Umum (DAU)
dan Dana Llokasi Khusus (DAK)” Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata
kuliah Hukum Pemerintah Daerah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini.
Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai literatur dan rujukan beberapa buku. Oleh karena itu, sudah
sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak. Akhirnya, semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada
manfaatnya.

Ternate, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK …………..……………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i.
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… Ii

BAB I PENDAHULUAN ………..….…………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang …………………...………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………….…………………………………………….. 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat ……..................………………………………….……………….. 2
1.5 Metode ………..………………...…………………………..………………. 3

BAB II PEMBAHASAN ………….……………………………………………… 4


2.1 Makalah ……………………..…………………………………………..…. 4
2.1.1 Pengertian …………………………………………………. 4
2.1.2 Ciri – Ciri Khusus Makalah ………………………….………………. 4
2.1.3 Syarat Makalah ………………………………………………………. 4
2.1.4 Sistematika Makalah …………………………………………………. 5
2.2 Rangkuman …………………….…….……………………….…………… 9
2.2.1 Pengertian Rangkuman ……………………….……………………… 9
2.2.2 Cara Membuat Rangkuman …………….…………………………….. 9
2.3 Buku ………………………………………………………………………….. 11
2.3.1 Pengertian Buku ……………………………………………..……….. 11
2.3.2 Teknik – Teknik Menulis Buku ………………………..…………….. 11
2.4 Membaca untuk Menulis Akademik ….……………………….…………… 18
2.4.1 Pengertian Membaca dan Menulis …………………………………… 18
2.4.2 Hubungan Antara Membaca dan Menulis ……..…………………….. 19
2.4.3 Teknik Membaca Untuk Menulis ……………....…………………….. 20

BAB III PENUTUP …………………….……..….………………………..…… 22


3.1 Simpulan …………………………………………………..………………… 22
3.2 Saran …………………….……………………………………………….….. 22

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
dalam rangka mencapai tujuan bernegara, antara lain untuk menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan untuk menjamin agar manfaat pembangunan
tersebut dapat diterima semua pihak adalah melalui upaya pemberdayaan potensi SDM daerah
setempat, yaitu melalui otonomi daerah.
Salah satu perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah pelaksanaan desentralisasi,
dimana kepada daerah diserahkan urusan, tugas dan wewenang untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan tetap berpedoman
pada peraturan perundang-undangan. Melalui desentralisasi diharapkan kemampuan pemerintah
daerah untuk manajemen pembangunan menjadi lebih lincah, akurat, dan tepat. Urusan
pemerintahan yang diserahkan atau didistribusikan kepada daerah tersebut disertai pula dengan
penyerahan atau transfer keuangan yang terwujud dalam hubungan keuangan antara pusat dan
daerah.
Salah satu bentuk hubungan keuangan pusat dan daerah adalah Dana Alokasi Khusus
(DAK), dimana dana yang bersumber dari pendapatan APBN, dialokasikan/ditransfer kepada
daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan
prioritas nasional, sehingga dapat membantu mengurangi beban biaya kegiatan khusus yang
harus ditanggung oleh pemerintah daerah.

1
menulis yang baik dan benar, baik teknik pembuatan makalah,rangkuman,buku
serta teknik membaca untuk menulis .

1.2 Rumusan Masalah


1) ?
2) Bagaimana cara membuat rangkuman yang baik dan benar dalam bahasa
Indonesia?
3) Bagaimanakah langkah - langkah dalam menulis buku yang baik dalam
Bahasa Indonesia?
4) Bagaimanakah teknik membaca untuk menulis akademik dalam bahasa
Indonesia?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui bagaimana penyaluran DAU disetiap daerah
2) Untuk mengetahui bagaimana penyaluran DAK disetiap daerah
3) Untuk mengetahui tujuan dari DAU dan DAK

1.4 Manfaat
1) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana alokasi
penyaluran DAU dan Dak pada setiap daerah.
2) Juga menambah wawasan tentang manfaat dari DAU dan DAK bagi setiap
daerah yang menerimannya.

2
1.5 Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi
pustaka, metode deskriptif dalam menganalisis data, dan metode informal (naratif)
dalam penyajian hasil analisis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 Pendapatan asli daerah

2.1.3.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut UU No.33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang
diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. PAD merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang diperoleh
dari sumber-sumber penerimaan di daerah. Pelaksanaan pembangunan di daerah membutuhkan
dana yang cukup banyak dan dalam hal ini daerah tidak bisa hanya menggantungkan dana
perimbangan dari pusat, sehingga daerah harus dapat menggali potensi daerahnya untuk dapat
digunakan sebagai pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan daerah dalam
era otonomi daerah demi meningkatkan pendapatannya.
2.1.3.2 Macam-macam Pendapatan Asli Daerah
PAD terdiri dari pajak, retribusi, hasil perusahaan milik daerah seperti bagian laba, deviden dan
penjualan saham milik daerah, serta pinjaman lain-lain. PAD yang sah seperti hasil penjualan aset
tetap daerah dan jasa giro.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dearah Pasal 157 dan
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, menjelaskan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terdiri dari 4 jenis pendapatan, yaitu :
1) Pajak Daerah Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, 16 dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat
2) Retribusi Daerah Retribusi menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Berbeda dengan pajak pusat
seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak, Retribusi yang dapat di sebut sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda).
3) Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan Kekayaan negara yang dipisahkan adalah
komponen kekayaan negara yang pengelolaannya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah. Pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan ini merupakan
subbidang keuangan negara yang khusus ada pada negaranegara nonpublik.
4) Lain-lain yang Sah. Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang
tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusli daerah, pendapatan dinas-dinas.Lain-lain
usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk
menunjang, 17 melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.
Daerah yang ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai akan berpengaruh pada tingkat
produktivitas masyarakatnya dan akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada
4
daerah tersebut, yang pada akhirnya akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2.1.3.3 Tujuan Pendapatan Asli Daerah
Tujuan PAD yang termuat di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah pasal 3 adalah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
2.1.4 Dana Perimbangan
Dalam rangka menciptakan suatu sistem perimbangan keuangan yang profesional, demokratis
adil, dan transparan berdasarkan atas pembagian pemerintahan atas pemerintah pusat dan daerah,
maka diundangkan undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Undang-undang tersebut antara lain mengatur tentang dana
perimbangan yang merupakan aspek penting dalam sistem perimbangan antra pemerintah pusat
dan daerah. Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN
untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik.
Dana perimbangan merupakan kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang
alokasinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, mengigat tujuan masing-masing jenis
penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkpi. Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi
dan bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya
alam merupakan alokasi yang pada dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil.
Dana alokasi umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi
daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat
didaerah sehingga perbedaan antara daerah yang maju dengan yang belum berkembang dapat
diperkecil.
Dana alokasi khusus bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-kebutuhan khusus daerah.
Dengan demikian, sejalan dengan tujuan pokok dana perimbangan dapat lebih memberdayaakan
dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem pembiayaan daerah
yang adil, profesional, transparan, partisipatif, bertanggung jawab (akuntabel) serta memberikan
kepastian sumber keuangan daerah yang berasal dari wilayah daerah yang bersangkutan.
2.1.4.1 Pengertian Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan ke daerah untuk
membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk
menciptakan keseimbangan keuanagn antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara
pemerintah daerah (Darise dalam Sutama dan Ismawati, 2018).
Dana perimbanan terdiri dari:
1. Bagian daerah dari peneriaan pajak bumi dan bangunan (PBB), Bea Prolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHATB) dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam (SDA).
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Penerimaan negara dari dibagi dengan imbangan 10%untuk pemerintah dan 90% untuk daerah.
Penerimaan negara dari BPHATB dibagi dengann imbangan 20% untuk pemerintah dan 80%
untuk daerah. Sepuluh persen penerimaan PBB dan 20% penerimaan BPHATB yang menjadi
bagian dari pemerintah dibagikan kepada seluruh kabupaten dan kota yang diatur dalam peraturan
pemerintah.
Peneriman negara dari SDA sektor kehutanan, sektor pertambangan umum dan sektor perikanan
5
dibagi dengan perimbangan 20% untuk pemerintah dan 80% untuk daerah. Penerimaan negara
dari SDA yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan
sebagai berikut:
a. Penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal dari daerah, setelah
dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan
imbangan 85% untuk pemerintah dan 15% untuk daerah.
b. Penerimaan negara daari pertambangan gas alam yang berasal dari daerah setelah
dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlku dibagi dengan imbangan
70% untuk pemerintah dan 30% untuk daerah.
Besarnya jumlah dana primbangan dimaksud ditetapkan setiap tahun dalam APBN.
DauDau ditetapkan sekurang kurannya 25% dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam
APBN. DAU untuk provinsi dan untuk kabupaten/kota ditetapkan masing- masing 10% dan 90%
dari DAU. Dalam hal ini, terjadi perubahan kewenangan diantra provinsi dan kabupaten/kota,
presentasi DAU untuk provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan dengan perubahan tersebut. DAU
untuk suatu provinsi tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah DAU untuk seluruh daerah
provinsi yang ditetapkan dalam aPBN, dengan porsi daerah provinsi yang bersangkutan. Porsi
daerah provinsi yang bersangkutan terhadap bobot semua daerah provinsi diseluruh Indonesia.
DAU untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah DAU
untuk seluruh daerah kabupaten/kota yang ditetapkan dalam APBN dengan porsi daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan. Porsi daerah kabupaten/kota merupakan proporsi bobot
daerah kabupaten/kota yang bersangkutan terhadap jumlah bobot semua daerah kabupaten/kota
diseluruh Indonesia. Bobot daerah ditetapkan dan potensi ekonomi daerah. Perhitungan DAU
berdasarkan rumus tersebut dilakukan oleh sekretariat bidang perimbangan keuangan pusat dan
Daerah Dewan pertimbangan otonomi daerah (DPOD).
Dana alokasi khusus dapat dialokasikan dri APBN daerah tertentu untuk membantu membiayai
kebutuhan khusus dengan memperhatikan tersediannya dana dalam APBN. Kebutuhan khusus itu
adalah:
a. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumu alokasi umu,
dan/atau
b. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional DAK sebagaimna
dimaksud termasuk yang berasal dari dana reboisasi.
Dana reboisasi dibagi dengan imbangan:
1) Empat puluh persen dibagi untuk pemerintah daerah penghasil sebagai DAK.
2) Enam puluh persen untuk pemerintah pusat.
Kecuali dalam rangka reboisasi daerah yang mendapat kebutuhan khusus tersebut
menyediakan dana pendamping dari APBD sesuai dengan kemampuan daerah
masing-masing yang bersangkutan. ketentuan tentang cara peritungan dn penyaluran
atas bagian daerah dari penerimaan negara serta DAK diatur dengan perturan
pemerintah.
Selanjutnya, dapat diperhatikan tabel berikut ini:
Sumber penerimaan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
Distribusi %
Sektor

6
1. Kehutanan
a. Hak penguasa hutan
b. Sumber daya hutan
2. Pertambangan Umum
a. Iuran tetap (Land rent)
b. Iuran Eksploitasi (Royalty)

3. Pengusahaan Perikanan
4. Pertambangan minyak bumi
setelah pajak negara, pajak
daerah dan retribusi serta
kewajiban lainnya sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku
5. Pertambangan gas alam
setelah dikurangi pjak
negara, pajak daerah, dan
ritribusi serta kewajibannya

Sumber: Bhenyamin Hossein, Guru besar FISIP-UI dalam “ Hubungan Kemitraan Ekslusif dan Legislatif Daerah”,
disampaikan dalam wokhshop Regional Autonomy Facilitator diselenggarakan oleh direktorat jendral PUMDA,
Depdagri 22-25 November 2000.

2.1.4.2 Fungsi Dana Perimbangan


Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi dengan tujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) .
2.1.5 Dana Alokasi Umum (DAU)
2.1.5.1 Pengertian Dana Alokasi Umum
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah, Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU No. 33
Tahun 2004 Pasal 35 menyatakan bahwa hasil perhitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan
kota ditetapkan dengan keputusan Presiden. Menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 cara
menghitung Dana Alokasi Umum (DAU) menurut ketentuan adalah : 19 1. Dana Alokasi Umum
(DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam
APBN. 2. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota
ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana alokasi umum sebagaimana titetapkan diatas.
3. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan
7
berdasarkan perkalian jumlah dana umum untuk seluruh daerah kabupaten/kota yang ditetapkan
dengan porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. 4. Porsi daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi bobot daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan terhadap jumlah bobot semua daerah kabupaten/kota diseluruh Indonesia.
2.1.5.2 Fungsi Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan
antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka desentralisasi. Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) bertujuan untuk pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan
kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan
kebutuhan dan potensi daerah. 20 Menurut PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
bahwa tujuan Dana Alokasi Umum (DAU) terutama adalah untuk : (1) horizontal equity dan (2)
sufficiency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka
melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar
antar daerah.sementara itu yang menjadi kepentingan daerah kecukupan (sufficiency), terutama
adalah untuk menutup fiscal gap. Sufficiency dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
kewenangan, beban, dan Standar Pelayanan Minimum(SPM). Tujuan Dana Alokasi Umum
disamping untuk mendukung sumber penerimaan daerah, juga sebagai amanat Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
alokasi yang dibagikan kepada Pemerintah Pusat minimal 26 persen dari total penerimaan dalam
negeri netto. Dengan ketentuan tersebut maka bergantung pada kondisi APBN dan Fiscal
Subtainability Pemerintah Indonesia, alokasi Dana Alokasi Umum dapat lebih besar dari 26%
dari total pendapatan dalam negeri netto.
2.1.6 Dana Alokasi Khusus (DAK)
2.1.6.1 Pengertian Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional. Daerah tertentu yang dimaksud adalah daerah yang dapat
memperoleh 21 alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu
1. kriteria umum berdasarkan indeks fiskal neto;
2. kriteria khusus berdasarkan peraturan perundangan dan karakteristik daerah; dan
3. kriteria teknis berdasarkan indeks teknis bidang terkait (UU No. 32/2004 dan UU No.
33/2004).
Daerah penerima Dana Alokasi Khusus (DAK) wajib menyediakan dana pendamping dalam
APBD minimal 10% dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diterima. Pengecualian dapat
diberikan kepada daerah dengan kemampuan fiskal rendah .selain itu daerah juga diwajibkan
menyediakan 3% dari nilai Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diterima untuk biaya umum yang
diambil dari sumber penerimaan lainya.
2.1.6.2 Tujuan Dana Alokasi Khusus
Tujuan Dana Alokasi Khusus adalah untuk mengurangi beban biaya kegiatan khusus yang harus
ditanggung oleh pemerintah daerah. Pemanfaatan DAK diarahkan kepada kegiatan investasi
pembangunan, pengadaan, peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan publik
dengan umur ekonomis panjang, dengan diarahkannya pemanfaatan DAK untuk kegiatan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang direalisasikan dalam belanja daerah
(Anggraeni dan Suhardjo dalam Talangamin,dkk , 2018).
8
9
a. Sederhana, menggunakan bahasa yang mud ah dimengerti dan
sistematika yang sederhana namun jelas.
b. Jelas, artinya makalah harus mampu menyajikan fakta dengan bahasa
tubs yang jelas. ringkas, gaya yang tepat, agar pembaca cepat
memahami isi makalah tersebut.

2.1.2 Sistematika Makalah


Makalah terdiri atas tiga bagian
a. Bagian Awal
b. Bagian Isi
c. Bagian Penutup

a. Bagian Awal terdiri atas:


1) Halaman Judul
Pada halaman ini dituliskan judul penelitian dengan lengkap,
sehingga pembaca dapat mengetahui garis besar isi makalah.
Di bawah judul dapat dicantumkan hal – hal berikut.
 Jenis dan tujuan laporan
 Nama penyusun
 Logo lembaga
 Nama lembaga
 Kota
 Tahun penyusunan laporan.
2) Kata Pengantar
Kata pengantar berisi gambaran umum pelaksanaan tugas dan hasil
yang dicapai. Dalam kata pengantar diuraikan hal – hal berikut.
 Alasan dan tujuan (secara singkat)
 Ucapan terima kasih kepada pembimbing dan pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian (bisa dimasukkan dalam
halaman ucapan terima kasih tersendiri) tempat, tanggal, bulan,
tahun penyusunan laporan.

10
3) Daftar Isi
Daftar yang menggambarkan keselunthan isi pokok laporan dengan
mencantumkan secara jelas urutan bab dan sub bab beserta halaman
tempat bab atau sub bab tersebut berada, mencantumkan selumh
lampiran yang ada dengan nomor halaman masing - masing dimulai
dari kata pengantar sarnpai dengan lampiran - lampiran.
4) Daftar Gambar/Tabel/Lampiran/Lambang atau Singkatan (jika
diperlukan).
Apabila dalam laporan diperlukan lampiran tabel yang menunjang
isi laporan, semua tabel yang diperlukan hams dicantumkan dalam
daftar tabel.
5) Bab Pendahuluan
Bab pendahuluan terdiri dari
 Latar Belakang
Latar belakang berisi deskripsi tentang:
a) Fenomena/informasi yang berhubungan dengan topik (latar
belakang empiris).
b) Hasil telaah pustaka yang relevan dengan penelitian (latar
belakang teoretis).
 Rumusan Masalah
Masalah dirumuskan dal am bentuk kalimat tanya atau
pemyataan.
 Tujuan
Tujuan meliputi antara lain hal - hal di bawah ini.
Usaha pokok yang akan dilakukan tujuan yang ingin dicapai
(umum dan khusus atau tujuan ilmiah dan praktis) ungkapan
tentang rencana hasil yang akan diperoleh.
 Manfaat Makalah
Bagian ini menguraikan manfaat yang dapat diambil dengan
penulisan makalah yang dilakukan. Manfaat biasanya dirumuskan
baik secara praktis maupun secara teoretis.
 Metode penyusunan

11
b. Bagian Isi
1) Tinjauan/Kajian Teoritis.
Syarat syarat kajian teoritis yaitu:
 Memuat teori-teori utama atau turunan yang berkait dengan
masalah yang dibahas.
 Menyajikan kutipan pendapat dari buku yang harus diselingi
dengan pendapat penulis
 Penulis harus mampu membandingkan dan pada akhimya
menyatakan posisinya terhadap teori yang dianggap paling
relevan dengan masalah yang dibahas.
 Bukan rangkuman buku atau rangkuman berbagai buku.
 Penulis makalah harus benar-benar jujur untuk mencantumkan
sumber kutipan.
 Tidak ada satu kalimat hasil kutipan yang tidak dicantumkan
sumbernya (ada dalam daftar pustaka).
2) Pembahasan
 Merupakan hasii reaksi penulis makalah terhadap tinjauan
teoretis yang disusunnya.
 Pembahasan makalah merupakan karya penulis makalah bukan
hasii menyontek dari sumber lain.
 Pembahasan sebuah makalah dapat berupa analisis, uraian,
deskripsi, atau aplikasi atas kajian teoretis sebelumnya atau
dapat berupa dukungan dan sangkalan terhadap kajian
sebelumnya.
 Komposisi antara bagian kajian teoretis dengan bagian
pembahasan minimal 1 : 2 artinya pembahasan haruslah lebih
banyak daripada kajian teoretis.

12
c. Bagian Penutup
1) Simpulan
 Memuat penafsiran atau pemaknaan secara menyeluruh
terhadap isi.
 Simpulan bukanlah rangkuman, melainkan berupa jawaban
yang mendasar atas masalah yang diajukan pada bab
sebelumnya.
 Simpulan harus sejalan dengan masalah dan tujuan
 Makalah yang ditetapkan.
 Teknik penulisan kesimpulan dapat dilakukan melalui dua
bentuk yakni (1) bentuk butir demi butir dan (2) bentuk esai
padat.
2) Saran
 Saran merupakan bentuk tindak lanjut dari penulis makalah
atas temuan yang telah dibahas sebelumnya.
 Saran harus selalu berhubungan dengan isi makalah.
 Saran dapat ditujukan bagi para pembuat kebijakan, pengguna
makalah, atau kepada penulis makalah selanjutnya
3) Daftar Pustaka
 Daftar yang memuat beragam sumber infonnasi (buku, jumal,
majalah, surat kabar, makalah sebelumnya, skripsi, tesis) yang
digunakan sebagai pustaka acuan dalam membuat makalah.
 Daftar pustaka ditulis secara berurutan dan alfabetis (tanpa
nomor).
 Sumber tertulis/tercetak yang membutuhkan tempat lebih satu
baris, ditulis dengan jarak antar baris satus spasi, sedangkan
jarak antara sumber - sumber tertulis yang saling berurutan
adalah dua spasi
4) Lampiran (jika ada)
 Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam
penyusunan makalah dan hasilnya merupakan satu kesatuan
dari makalah yang disusun.

13
 Setiap lampiran diberi nomor urut dan judul lampiran sesuai
urutan penggunaannya.
 Lampiran harus disusun sejalan dengan urutan fungsinya dalam
makalah.

2.2 Rangkuman
2.2.1 Pengertian Rangkuman
Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau
meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih
singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum
dengan rangkumannya (Djuhami, 2001). Rangkuman dapat pula diartikan
sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau
tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja. Rangkuman sering
disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan
Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang
(pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan.

2.2.2 Cara Membuat Rangkuman


a. Membaca Teks atau Naskah yang Asli
Pada dasamya sebelum kita membuat karya tulis dengan teknik studi
kepustakaan (sumber data berdasarkan buku), yang perlu ditanamkan pada
diri adalah menyukai membaca. Semakin banvak membaca buku maka
semakin banyak hal yang bisa ketahui. Bagi mahasiswa wajib hukumnya
untuk menyukai membaca. Kalau mengingat tugas akhir atau kriteria
kelulusan yaitu membuat skripsi, sangat perlu untuk membaca banyak buku
referensi yang terkait dengan skripsi demi menghasilkan skripsi yang baik
dan berkualitas.
b. Menentukan dan Mencatat Gagasan Utama
Setelah memahami maksud dari penulis, kemudian kita harus mampu
menemukan pokok - pokok tulisan. Baca kembali dan lebih dimengerti lagi
paragraf demi paragrafnya, bagian demi bagiannya, untuk selanjutnya
dikonkritkan dalam bentuk poin - poin penting yang disebut gagasan utama.

14
Gagasan utama adalah pikiran utama yang terdapat dalam tulisan. Gagasan
utama sama saja dengan ide pokok. Meski begitu, setidaknya dari beberapa
paragraf ada kalimat-kalimat yang mewakili pokok dari tulisan atau sebagai
gagasan utamanya. Tentukan gagasan utama yang esensial agar nantinya
saat kita menulis rangkuman tidak melebar dan tidak terlalu panjang.
Kemudian setelah gagasan-gagasan utama telah kita catat semua, gagasan -
gagasan itu harus disusun teratur.

c. Mulai Menulis Ringkasan (Resume)


Pergunakanlah gambaran umum tentang keseluruhan isi jurnal/naskah
yang telah terbayang diotak kita dan hasil pencatatan gagasan utama tadi
untuk dibuat rangkuman. Tapi memang ada juga yang cara pembuatan
rangkuman jurnal dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibuat namun lebih
memilih dalam bentuk kalimat paragraf per paragraf agar terlihat lebih
berkesinambungan ketika dibaca. Kemudian kalimat-kalimat dalam
rangkuman yang dibuat adalah kalimat - kalimat baru yang sekaligus
menggambarkan kembali isi dari naskah aslinya. Tetapi tidak boleh
menyelipkan pendapat pribadi di dalam rangkuman apalagi jika pendapat
tersebut berlawanan dengan isi jumal asli, haram hukumnya. Pembuat
rangkuman hanya boleh menulis yang sesuai dengan jalan pemikiran penulis
asli. Jika gagasan - gagasan masih terasa rancu, silakan lihat naskah aslinya
lagi. Sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kalimat asli penulisnya
karena kalimat asli penulisnya hanya boleh digunakan bila kalimat itu
dianggap penting (merupakan kaidah, kesimpulan, ataupun perumusan
padat). Jadi buatlah tulisan ringkasan yang padat tapi mewakili keseluruhan
isi.

d. Membaca Kembali Ringkasan (Resume) yang Telah Dibuat


Setelah selesai membuat rangkuman, baca kembali rangkuman untuk
memeriksa apakah ada kesalahan penulisan atau tidak. Rangkuman juga
perlu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gunakan ejaan

15
dan tanda baca yang tepat. Kemudian periksa kembali apakah rangkuman
yang dibuat bersesuaian dengan naskah asli atau tidak.

2.3 Buku
2.3.1 Pengertian Buku
Kata buku, atau dalam bahasa Inggris book, bukan lagi kata asing untuk
didengar atau dibaca disetiap tempat. UNESO mendefinisikan buku sebagai
terbitan non berkala yang berupa cetakan minimal 49 halaman tidak termasuk
sampul dan dipublikasikan. Secara umum, buku diketahui sebagai kumpulan
kertas atau bahan lain yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan
berisi tulisan atau gambar. Buku dalam arti luas, berarti mencakup semua tulisan
dan gambar yang ditulis dan dilukiskan atas segala macam lembaran papiras,
lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya berupa gulungan,
dilubangi dan diikat dengan atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain,
karton, dan kayu.

2.3.2 Teknik - Teknik Menulis Buku


a. Menentukan tema, topik, dan judul buku.
1) Menentukan Tema
Pengertian tema secara khusus dalam sebuah tulisan dapat dilihat dari
dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari sudut
penyusunan sebuah karangan.
Dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama
yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat ini dapat
diketahui misalnya bila seseorang telah selesai membaca sebuah karya tulis,
maka akan ada kesan dalam benaknya atau pikirannya. Dari segi proses
penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan
landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik itu. Tema
dalam hal ini diartikan sebagai uraian dari topik yang bersifat spesifik.
Tema yang baik apabila diuraikan dengan runtut berdasarkan pola-pola
penulisan apakah deskriptif, naratif, eksposisif, argumentatif, atau persuasif.
Sedangkan tema yang dianggap kurang baik apabila ditulis dengan

16
pemikiran yang kabur atau meloncat-loncat dan tidak jelas arah
pemikirannya sehingga sulit dicema pembaca. Menurut Gorys, tema yang
baik dapat dimulai dari dua hal, yaitu dari segi karya tulis yang sudah selesai
ditulis dan dari segi persyaratan yang dipenuhi saat tema itu akan ditulis.
Terdapat sejunrlah syarat tema yang dikatakan baik, yaitu: (a) kejelasan (b)
kesatuan (c) perkembangan, dan (d) keaslian.
2) Menentukan Topik
Bagi sebagian pengarang pemula, memilih topik sangat mungkin
dipersepsi identik dengan memilih judul. Sesunggguhnya keduanya berbeda.
Ketika memilih topik sudah ada gambaran mengenai isu-isu yang relevan
seputar topik itu.
3) Merumuskan Judul
Judul selalu diartikan sebagai kepala karangan. Judul merupakan perekat
antara topik dan tema yang akan ditulis. Judul dalam sebuah tulisan
merupakan daya tarik yang dapat mengikat pembaca. Karenanya penulisan
judul harus dirumuskan secara menarik, padat, tidak multitafsir dan mesti
mewakili topik dan tema suatu tulisan. Gorys menekankan, bahwa judul
yang baik hams memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Judul harus relevan, artinya judul itu harus mempunyai pertalian dengan
temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari
tema itu.
 Judul harus provokatif, artinya judul harus sekian macam sehingga
menimbulkan keingintahuan dari tiap pembaca terhadap isi buku atau
karangan itu.
 Judul harus singkat, maksudnya judul tidak boleh mengambil untuk
kalimat atau frasa yang panjang, tetapi hams berbentuk kata atau
rangkaian kata yang singkat.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa antara tema, topik dan
judul selalu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun demikian,
seorang penulis harus dapat membedakan antara tema, topik dan judul
dalam hal penerapannya.

17
b. Pengembangan Kerangka Buku
Kerangka buku dikembangkan berdasarkan topik atau judul buku yang telah
ditetapkan. Judul atau topik yang bagus tidak akan berguna tanpa kerangka yang
bagus. Kerangka menentukan berguna tidaknya isi suatu buku bagi target
pembacanya.
Kerangka buku merapakan gambaran atau peta isi buku yang akan ditulis,
yang dirancang sebelum penulis memulai menulis. Kerangka ini merapakan
garis besar isi buku yang didasarkan pada pemikiran dan referensi yang dibaca
oleh penulis. Kerangka buku merupakan janji penulis kepada dirinya sendiri dan
kepada calon pembaca tentang apa yang akan dijabarkannya secara garis besar
melalui bab - bab atau bagian - bagian yang merupakan pendukung judul buku.

c. Pengembangan Bab
Dalam mengembangkan bab, penulis perlu melihat dan mempelajari format,
susunan, dan bentuk-bentuk buku sejenis yang beredar di pasar. Menuliskan
gagasan utama dalam satu kalimat memerlukan keterampilan, khususnya
gagasan dari bab yang dikembangkan berdasarkan kerangka yang sudah terarah.
Kalimat dikembangkan menjadi paragraf yang baik. Paragraf kemudian
berkembang menjadi wacana dan wacana akhimya menjadi satu bab buku.
Gagasan - gagasan dialirkan dari kalimat ke kalimat berikutnya, dari paragraf
yang satu keparagraf yang selanjutnya, dari bab yang satu ke bab-bab yang
berikutnya.

d. Pengembangan Sub Bab


Kerangka bab sangat membantu penulis agar dapat berkonsentrasi dalam
menulis. Kita hanya perlu melanjutkan paragrafnya berdasarkan rincian aspek-
aspek yang telah dicermati dan disiapkan. Semua ide utama subbab tersebut
sudah terkandung dalam kerangka bab sehingga kita tinggal meramu idenya
kedalam kalimat demi kalimat menjadi jumlah paragraf sampai subbab itu
selesai.
Penulisan sub bab tidak harus dimulai dari subbab pertama. Kita bisa juga
memulai dari bab yang paling menarik dan mudah. Saran ini sangat beralasan

18
karena dari sini kita bisa menuangkan ide yang sudah ada dibenak kita tanpa
haras bersusah payah mencari-cari ide-ide lain.
Buku-buku ilmiah mempunyai susunan paragraf yang sudah baku sehingga
substansinya bisa dengan mudah dipahami oleh pembaca. Kemudahan membaca
dan memahami isi bab sangat tergantung pada bagaimana penulis mengelola
pikirannya melalui kalimat-kalimat maupun paragraf-paragraf yang ditulisnya
dalam tiap subbab. Semakin mengikuti aturan atau tatanan susunan, paragraf -
paragraf dalam subbab itu semakin jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.

e. Tata Cara Pengutipan


Kutipan diperlukan penulis untuk mendukung, memperjelas dan melehgkapi
gagasan dalam karya tulisnya. Kutipan juga membantu pembaca untuk
mendapatkan sumber infonnasi bila pembaca memerlukan informasi lebih
lanjut. Kutipan wajib digunakan dalam karya tubs ilmiah. Tanpa adanya
kutipan, pemyataan atau gagasan penulis dianggap secara umum belum
diketahui atau menimbulkan keraguan bagi khalayak pembaca.
Adapun cara cara yang dapat dilakukan untuk mengutip gagasan atau
pendapat penulis lain dari berbagai sumber, yaitu:
Pengutipan langsung, adalah kutipan yang digunakan apabila penulis
meminjam gagasan penulis lain seutuhnya tanpa membuat perubahan, baik pada
tanda baca maupun pada kata-katanya. Aturan umum kutipan langsung terbagi
menjadi dua yaitu:
1) Kutipan langsung pendek, merupakan kutipan yang panjangnya tidak
lebih dari empat baris. Tata cara penulisan kutipan langsung :
 Diintegrasikan atau disatukan dengan teks penulis
 Jarak antar baris spasi ganda (dua spasi)
 Pada akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat
pengarang, tahun terbit, dan nomor halanran tempat kutipan,
kemudian diakhiri dengan tanda kurung tutup.
2) Kutipan langsung panjang, merupakan kutipan yang panjangnya lebih
dari empat baris

19
f. Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah catatan sejumlah pustaka atau sumber lain yang
digunakan dalam penulisan buku. Sumber-surnber ini ditulis dibagian paling
belakang bab atau buku setelah bab terakhir. Daftar pustaka sering diacu sebagai
bibliografi atau referensi. Dibawah ini, kita akan membahas susunan dan variasi
penulisan daftar pustaka.
1) Susunan, daftar pustaka biasanya disusun secara alfabetis (sesuai urutan
abjad), berdasarkan narna belakang penulis atau lembaga, organisasi,
atau departement. Bila seorang penulis mempunyai lebih dari satu buku
yang dijadikan satu referensi buku yang terbit dahululah yang pertama
ditulis.
2) Variasi, variasi penulisan daftar pustaka bisa dilihat pada penulisan
referensi atau bibliografi dari buku-buku yang beredar di pasar, baik
nasional maupun intemasional.
3) Nama penulis (pengarang) tunggal, narna belakang pengarang selalu
ditulis lengkap. Sebaliknya, nama depan dan nama tengah ditulis secara
lengkap, tetapi ada juga yang ditulis inisialnya (huruf pertamanya) saja.
4) Nama penulis atau nama pengarang kedua, untuk pengarang kedua, kita
bisa menuliskan huruf pertama dari nama depan dan nama tengah
pengarang, diikuti nama belakangnya.
5) Penulisan tahun terbit, dalam standar intemasional, tahun terbit ditulis
dalam kunmg. Namun, sesuai standar Bahasa Indonesia yang baku,
tahun terbit ditulis tanpa tanda kurung. Selain itu, tahun terbit bisa ditulis
setelah nama penulis, tetapi juga bisa ditulis dibagian akhir setelah nama
penerbit.

g. Penyuntingan Naskah
Dalam menulis buku, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isi, bahasa,
dan alur pikiran materi sebelum naskahnya dikirimkan penerbit. Tentu itu bukan
berarti bahwa naskahnya akan diterima begitu saja oleh penerbit tanpa dikutak -
katik dan langsung diterbitkan begitu saja. Di penerbit, ada penyunting (biasa
disebut editor) yang berhak meluruskan dan menyelaraskan isi dan bahasa

20
naskah itu. misalnya dengan menghapus bagian-bagian yang dianggap tidak
mendukung dan sebaliknya menambahkan bagian-bagian yang perlu
ditambahkan.

h. Kelengkapan Naskah
Naskah adalah draf yang isinya sudah lengkap bagi penulis. Penulis perlu
melengkap draf yang belum lengkap agar menjadi naskah yang siap dikirimkan
kepenerbit. Berikut ini cakupan standar isi buku:
1) Sampul buku, pada sampul buku terdapat judul buku, nama penulis,
kadang-kadang ada nama editor atau penerjemah, gambar desain atau
foto, logo penerbit.
2) Halaman romawi, ialah beberapa halaman buku yang ditulis dengan
angka romawi, terhitung dari halaman judul. Halaman romawi ini
merapakan bagian pembuka buku. Isi halaman romawi adalah halaman
pancir, halaman kosong, halaman judul, halaman hak cipta, halaman
persembahan, halaman kata pengantar (prakata) atau pendahuluan,
halaman ucapan terimakasih, halaman rekomendasi, halaman course
design (khusus untuk buku teks/pelajaran atau life skill), dan halaman
daftar isi.
3) Bagian utama (batang tubuh) buku, terdiri dari unit, lalu bab, kemudian
sub bab, dan akhimya sub-subbab.
4) Bagian penutup, berisi antara lain indeks buku, daftar
istilah/kata/ungkapan/singkatan, daftar pustaka, foto dan biodata,
resume, atau riwayat hidup penulis.
5) Sampul belakang, umumnya terdapat hal-hal antara lain sinopsis, ISBN,
nama dan alamat penerbit, dan testimoni yang berisi komentar orang-
orang.

i. Uji Kelayakan
Uji kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah buku layak
dibaca oleh pembaca yang disasarnya, juga seberapa jauh gagasan yang termuat

21
didalam buku itu bisa di tularkan kepada pembacanya. Uji kelayakan ini terdiri
dari uji lapangan dan uji ahli.

j. Pengajuan Naskah ke Penerbit


Setiap penerbit mempunyai prioritas untuk menerbitkan buku tertentu.
Setiap penerbit juga mempunyai keunggulan atau spesialisai dalam hal-hal
tertentu. Berikut ini adalah beberapa cara pengajuan kepenerbit:
1) Proposal, untuk mempermudah penerbit dalam mempelajari naskah yang
kita kirimkan, sebaiknya kita melampirkan proposal pengajuan naskah
beserta naskah yang akan kita kirimkan.
2) Naskah, selain dalam wujud proposal, naskah juga bisa dikirim dalam
bentuk menuskrip. yaitu naskah yang sudah berbentuk draf buku dan
isinya sudah lengkap bagi si penulis.

k. Tanggapan Penerbit
Tanggapan penerbit pada umumnya adalah: (1) menyetujui (2) menyetujui
dengan syarat (3) menolak. Untuk sampai pada keputusan ini, bagaimanapun
juga tetap dibutuhkan waktu. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh masing-
masing penerbit tidak sama. Ada yang membutuhkan hanya seminggu, sebulan,
atau bahkan tiga bulan. Yang jelas, penulis mesti sabar menunggu. Harus
diingat bahwa dalam proses menunggu tersebut tentu saja penulis boleh
mengirimkan naskahnya kebeberapa penerbit agar ia tidak membuang waktu.

l. Proses Penerbitan
Penerbit adalah badan usaha yang mempertemukan penulis yang memiliki
modal berupa naskah mentah dengan pembaca yang membutuhkan buku yang
bagus. Berbeda dengan percetakan yang hanya melakukan perbanyakan naskah
semata, penerbit melakukan pengolahan naskah.

22
2.4 Membaca untuk Menulis Akademik
2.4.1 Pengertian Membaca dan Menulis
a. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata dasar baca, yang artinya memahami arti tulisan.
Membaca yang dalam bahasa Arab iqra' dan bahasa Inggris reading, menjadi
bagian penting dalam mencerdaskan manusia. Iqra' berarti bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda - tanda zaman,
sejarah, diri sendiri yang tertulis dan tidak tertulis.
Menurut Tate Qamaruddin, kata iqra’ menipakan kata perintah (fi’il ‘amr)
yang tidak menyebut objeknya. Jadi, membaca merupakan perintah yang
memerintahkan untuk membaca apa pun, baik ayat-ayat yang tersurat maupun
yang tersirat, baik itu ayat-ayat yang bersifat qauliyyah (wahyu) maupun ayat -
ayat kauniyyah (semestawi).
Pengertian membaca secara lebih umum menumt Hodgson dalam bukunya
Learning Modem Languages mengatakan, membaca merupakan suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Menumt
Finochiaro dan Bonomo, reading is bringing meaning to and getting meaning
from printed or written material. Artinya, membaca adalah mengambil serta
memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tertulis.
Dipandang dari sisi linguistik, membaca menipakan proses penyandian
kembaii dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), yang
menghubungkan kata - kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan
(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan
menjadi bunyi yang bermakna. Pernyataan ini dinyatakan Oom Anderson dalam
bukunya Language Skills In Elementary Education.
Jadi, intinya membaca itu menangkap kandungan - kandungan yang
berbentuk symbol - simbol tertentu, baik yang tersurat maupun tersirat.
Kesimpulannya, membaca adalah memahami arti dan makna yang terkandung
dalam bentuk tulisan maupun keadaan.

23
b. Pengertian Menulis
Sedangkan pengertian menulis adalah suatu kegiatan menyampaikan suatu
ide atau gagasan baik itu tulisan huruf, angka, menggunakan tangan dengan
pensil, pulpen, spidol melalui media berupa batu, kertas, buku ataupun yang
paling popular saat ini melalui jejaring sosial.

2.4.2 Hubungan Antara Membaca Dan Menulis


Antara membaca dengan menulis terdapat hubungan yang sangat erat.
Hubungan antara membaca dan menulis pada dasamya adalah hubungan
pembaca dan penulis. Tugas penulis adalah mengatur/menggerakan suatu proses
yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan/kesan pembaca.
Perubahan yang dimaksudkan itu mungkin saja salah satu dari keempat jenis
berikut.
a. Suatu perubahan yang mengakibatkan adanya rekonstruksi terhadap
bayangan/kesan itu atau (paling sedikit) beberapa bagian daripadanya,
b. Suatu perubahan yang memperluas dan mengembangkan bayangan/kesan
itu, yang memberi tambahan terhadapnya, atau
c. Suatu perubahan yang mengubah kejelasan atau kepastian/ketentuan yang
telah mempertahankan beberapa bagian dari bayangan tersebut.
d. Tidak ada perubahan sama sekali.
Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa sebagai seorang penulis kita hams
mengetahui maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum menulis. Kalau
kita dapat merumuskan maksud dan tujuan dipandang dari segi responsi
pembaca, tulisan kita pasti lebih sesuai dan serasi dengan pembaca yang
diharapkan itu. Perlu dipahami benar-benar bahwa sekalipun misalnya kita telah
menentukan, maksud dan tujuan yang baik sebelum dan sewaktu menulis,
namun kita acapkali menghadapi kesulitan dalam hal mengikuti tujuan utama
yang telah ditetapkan dalam hati kita. Suatu cara yang baik untuk
menghindarkan hal itu ialah dengan jalan merumuskan sebuah kalimat tujuan
atau purposes sentence. Ini merupakan sebuah kalimat yang secara eksplisit
menyatakan tujuan kita yang ada kaitannya dengan pokok pembicaraan dan
pembaca.

24
Tulisan yang baik akan menggairahkan para pembaca. Pembaca yang baik
selalu merindukan tulisan yang bemutu. Jelas bagi kita betapa eratnya hubungan
antara penulis dan pembaca. Keeratan hubungan itu, antara lain, sebagai berikut:
a. Pada satu pihak, penggunaan secara bersama-sama sebagian dari ilmu
pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, dan sebagainya itu merupakan
persyaratan bagi pengkomunikasikan hal - hal (yang sebelumnya) belum
diketahui oleh kedua pihak. Pada pihak lain, justru adanya perbedaan antara
penulis dan pembacalah yang menimbulkan diskusi yang bermanfaat.
b. Dalam persiapan bagi usahanya untuk membangkitkan hal-hal yang
sebelumnya belum dibagikan, penulis haruslah berusaha memahami taraf
pemahaman pembaca dan ilmu pengetahuan serta perspektif-perspektif yang
seyogianya ingin diperoleh oleh pembaca. Kalau penulis gagal memahami
hal ini, besar kemungkinan dia tidak mencapai sasaran tujuan terakhir dari
penulis adalah membangun suatu sistem hubungan - hubungan kemanusiaan
yang diperluas, suatu sistem tempat dia dan pembaca dalam beberapa hal
bersatu, membagi - bagi ilmu pengetahuan, nilai - nilai, dan perspektif -
perspektif dalam suatu masyarakat, masyarakat ini pada gilirannya
merupakan pula suatu kesatuan yang dapat dipisahkan serta ditelaah. Upaya
retoris berbicara dan menyimak merupakan jembatan penghubung antara
sesama anggota masyarakat, begitu juga antara penulis dan pembaca.

2.2.3 Teknik Membaca Untuk Menulis


Teknik membaca untuk menulis ,mengggunakan teknik membaca
scanning (memindai).
Adapun teknik - teknik membaca scanning yaitu:
Menurut Sobirin (2011:2) langkah - langkah membaca memindai atau scanning
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Anda harus tahu apa yang anda cari, tetapkan dulu satu kata atau penggalan
kata yang menjadi kata kunci
b. Cari dihalaman mana dapat yang anda menemukan kata kunci tersebut,
pergunakan indeks yang ada dihalaman lampiran belakang buku

25
c. Persempit wilayah pencarian jika tidak ada indeks, maupun ada indeks
dibuku. dengan cara membaca daftar isi. Jika menemukan nomor halaman
didaftar indeks, periksa ulang nomor halaman tersebut dihalaman daftar isi,
ketahui pada judul bab dan sub judul apa nomor halaman itu berada.
Perkirakan apakah sesuai kata kunci dan pemikiran yang kita cari dibawah
judul atau sub judul tersebut.
d. Baca pindai halaman yang ditemukan dan apabila ditemukan kata kunci
yang bermaksud, baca satu kalimat tempat kata kunci tersebut berada.
Membaca memindai dapat dilakukan diberbagai teks khusus seperti buku
petunjuk telepon, jadwal perjalanan, surat kabar, dan lain-lain.

26
BAB III
PENUTU
P

3.1 Simpulan
Makalah adalah salah satu jenis karya tulis ilmiah yang membahas satu
permasalahan tertentu sebagai haril kajian pustaka ataupun kajian lapangan.
Makalah disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas tertentu (tugas akademik
maupun tugas non akademik). Sistematika pembuatan makalah yaitu bagian awal,
bagian isi dan bagian penutup. Sementara rangkuman dapat diartikan sebagai
suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi
suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proposional antara
bagian yang dirangkum dengan rangkumannya. Dan buku adalah kumpulan kertas
atau bahan lain yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi
tulisan atau gambar. Hubungan antara membaca dan menulis antara dengan
menulis pada dasarnya adalah hubungan pembaca dan penulis yang saling
keterkaitan dan saling membutuhkan. Tugas penulis adalah
mengatur/menggerakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan
tertentu dalam bayangan/kesan membaca.

3.2 Saran
Tulisan hanyalah bersifat pendahuluan. Untuk itu perlu dilakukan
penyempurnaan oleh semua pihak yang berkecimpung dalam bidang akademik.
Demikian pula penyempurnaan dari segala aspek perlu dilakukan demi
kesempurnaan tulisan ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Sitematika Makalah


[http://expresitasastra.blogspot.co.id/2013/ll/makalah-pengertian-jenis-
jenis-karakteristik-dan-susunan-yang-benar.html] Diakses pada 25
September 2015
Danim, S. 2010. Karya Tulis Inovatif, PT Remaja Rosadakarya, Bandung.
Komarudin, dkk. 2006. Kamus Istilah Karya Tulis, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Leo, S. 2010. Kiat Jitu dan Menerbitkan Buku, Erlangga, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai