Anda di halaman 1dari 6

Ringkasan Buku 2

A. BAB I
Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas uang menimbulkanperubahan yang relatif
permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Perubahan – perubahan
tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan(fatigue), kematangan ataupun karena
mengkonsumsi obat tertentu.
Belajar juga dihasilkan melalui kegiatan-kegiatan meniru hal-hal yang diamati dari
lingkungan; misalnya seorang yanag belajar bagaimana cara makan dengan menggunakan
pisau dan garpu, maka cara yang sangant efektif untuk melakukannya adalah melalui
peniruan prilaku orang-orang yang sedang makan menggunakan pisau dan garpu. Meniru
adalah cara yang sangat efektif di dalam proses belajar.
Belajar berbeda dengan insting, karena menurut psikologi insting antaralain
merupakan:
 Perilaku yang tidak dipelajari dan merupakan karakteristik respons dari anggota
spesies tertentu.
 Kecenderungan atau disposisi untuk merespon dengan cara tertentu yang merupakan
ciri khas dari anggota spesies tertentu.
 Suatu rangkaian kegiatan yang kompleks dan terkoordinasi yang secara umum
ditemukan pada spesies tertentu, yang muncul pada saat adanya kondisi rangsangan,
kondisi dorongan (drive), dan kondisi perkembangan tertentu.

Para ahli mencoba menggolongkan jenis-jenis belajar kedalam kategori. Bloom


membaginya dalam kategori domain atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Masing-masing dibagi-bagi kedalam tingkatan yang bersifat hirakis. Gagne membagi
jenis belajar menjadi lima kategori yakni belajar kecakapan, intelektual, informasi,
strategi kognitif, belajar sikap,dan belajar kecakapan motorik.
Bloom membuat klasifikasi terutama untuk menyusun alat evaluasi, maka
Gagne menyusunnya terutama untuk memudahkan merancang kondisi-kondisi yang
sesuai dengan sifat jenis belajar sehingga proses belajar dapat efektif. Kategori
belajar yang mutakhir dibuat oleh Komisi Delors dari Unesco yang membagi belajar
dalam empat kategori yang mereka sebut sebagai pilar. Keempat pilar tersebut
adalah: (1) Belajar bagaimana belajar (learning to know), (2) Belajar hidup bersama
secara harmonis (learning to live together) dan (4) Belajar mengaktualisasikan diri
(learning to be).
Belajar juga dikaitkan dengan konsep kompetisi yang berarti kemampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu. Untuk berbagai pekerjaan dan profesi,
diperlukan kompetensi yang bersifat generik yang melintas batas disiplin ilmu namun
ada pula kompetensi khusus sesuai dengan sifat khusus bidang studi atau bidang
pekerjaan masing-masing.
Adalah tidak mudah menetapkan standar kompetensi, lebih-lebih untuk
pekerjaan yang hasilnya tidak segera terlihat dan yang sifatnya sangat kompleks.
Kompetensi merupakan usaha gabungan dari berbagai energi dan potensi yang ada
pada seseorang.
Belajar juga acap dihubungkan dengan tugas perkembangan seseorang yaki
kecakapan yang diharapkan oleh lingkungan sosial untuk dapat dikuasai
(ditunjukkan) oleh individu pada tahap perkebangan tertentu. Havighurst menyusun
kemampuan-kemampuan yang harus ditunjukkan oleh anak pada usia tertentu
sebagai berikut :

Contoh : Tugas Perkembangan dari J. Havighurst


0-6 TAHUN 6-12 TAHUN
- Berjalan - Keterampilan fisik
- Berbicara - Konsep diri
- Makan-makanan keras - Bergaul dengan kawan sebaya
- Memelihara diri (dapat - Peran sex
membersihkan diri) - Keterampilan membaca, menulis,
- Perbedaan sex berhitung
- Stabilitas fisik - Konsep untuk hidup sehari-hari
- Membangun konsep tentang - Moralitas, kata hati serta nilai-
realitas fisik nilai
- Hubungan dengan orangtua dan - Kemandirian pribadi
keluarga - Sikap terhadap kelompok sosial
- Membedakan benar dan salah dan lembaga
Ukuran kedewasaan pada setiap lingkungan masyarakat juga berbeda-beda.
Pada masyarakat maju seperti Amerika Serikat dan Inggris misalnya, seseorang yang
telah mencapai usia 18 tahun sudah harus bisa mandiri dan mengambil keputusan
untuk dirinya sendiri.

B. BAB II

Masalah-masalah belajar dapat terjadi di sekolah, perguruan tinggi maupun di masyarakat.


Hal itu dapat ditunjukkan dengan :
a) Mahasiswa kurang mampu menganalisis soal yang dihadapinya
- Mereka tidak membaca soal dengan seksama
- Mereka tidak menyadari apa yang diketahui
- Mereka terlalu cepat mulai dengan perhitungan
- Mereka tidak mengetahui apa sebenarnya yang ditanyakan
b) Mahasiswa tidak merencanakan jalan penyelesaian soal
- Mereka tidak mulai dengan yang ditanyakan
- Mereka tidak mengetahui persamaan-persamaan yang terpenting
- Mereka tidak menghubungkan teori uum dengan soal khusus yang
dihadapinya
c) Mahasiswa tidak menyelesaikan soal-soal itu secara terinci
- Mereka mengabaikan satuan-satuan yang dipakai
- Mereka memulai perhitungan terlalu awal
d) Mahasiswa tidak menilai lagi kebenaran perhitungannya
- Mereka tidak memeriksa lagi apakah jawaban yang diperoleh itu betul,
realistis, sesuai dengan yang ditanya.
e) Banyak praktikum yang dilakukan sekarang sebenarnya tidak efisien

Adapun masalah yang paling besar dalam lingkungan sekolah, perguruan tinggi
maupun masyarakat dibagi menjadi 3 golongan.
1. Masalah yang berasal dari diri sendiri, berasal dari kekurang mampuan secara
intelektual, kekurangan motivasi, ketidakmampuan berkonsentrasi dan mengatur
waktu.
2. Masalah yang berasal dari pihak dosen/fasilitator, seperti kurang mampu
menguasai materi, melaksanakan variasi strategi mengajar, evaluasi, dan
memanfaatkan sumber-sumber belajar
3. Masalah yang berasal dari lingkungan baik bersifat fisik, sosial, ekonomi, dan
kelembagaan. Keterbatasan fasilitas laboratorium, buku-buku di perpustakaan,
kenyamanan ruangan, polusi udara, adalah contoh dari jenis masalah fiik. Faktor
ekonomi juga merupakan sumber masalah yang sangat menonjol disaat krisis, baik bagi
masyarakat di kota, maupun bagi masyarakat di pedesaan.

C. BAB III
Apa dan bagaimana belajar dijelskan oleh para ahli dengan cara berbed-beda
tergantung kepada aliran berfikirnya. Penganut aliran psikologi asosiasi menjelaskan, belajar
sebagai serangkaian hubungan antara stimulus dan respon (S – R). Aliran Behaviorisme
menekankan bagaimana perilaku terbentuk dari respons yang diperkuat. Aliran Gestalt
menjelaskan bahwa organisme mempersepsi objek secara menyeluruh dan pemahaman
individu terhadap objek/fenomena tergantung dalam kemampuan seseorang menangkap
konfigurasi objek. Kalau para penganut Behaviorisme tidak hirau dengan proses di dalam diri
orang yang belajar, maka psikologi Gestalt menyatakan petingnya tilikan atau insight yang
dicapai oleh seseorang dalam memecahkan masalah. Aliran psikologi Kognitif menekankan
proses yang terjadi dalam diri orang. Ada yang menjelaskan proses belajar sebagai
prosespembentukan informasi insani, ada yang menekankan pentingnya pembentukan yang
dimungkinkan oleh berintegrasinya pengetahuan yang sudah dimiliki oleh individu
sebelumya (advance organizer). Aliran humanis menitik beratkan manusia sebagai pusat
yang mengatur proses belajar berdasarkan pilihannya sebagai mahluk yang bebas. Aliran-
aliran tersebut memberikan sumbangan terhadap praktek pembelajaran. Thorndike
melahirkan hukum-hukum belajar sebagai hasil esperimennya terhadap berbagai macam
hewan. Skiner menyumbang teknik-teknik penguatan untuk praktek pendidikan, aliran
Kognitif menyumbang bagaimana menyiapkan kondisi-kondisi eksternal atau internal agar
belajar menjadi efetif. Juga bagaimana perbedaan individual harus diperhitungkan dalam
memberikan pelayanan pendidikan agar mereka mencapai tingkat penguasaaan (mastery).
Proses belajar terlalu kompleks untuk dapat dijelaskan hanya oleh satu atau dua aliran saja.
Olah karena itu pemikiran yang satu bersifat melengkapi yang lain.
D. BAB IV
Organisasi yang belajar mempunyai kedudukan yang sangat sentral. Oleh karena itu
mereka yang telah berada dalam tahap mampu mengarahkan dan dapat mengatur diri sendiri
perlu mengetahui jurus-jurus untuk menyiasati belajar agar efektif. Memotivasi diri adalah
sangat penting. Menguasai teknik belajar adalah juga hal yang sangat esensial. Pengetahuan
atas prinsip-prinsip belajar menolong orang untuk lebih mengenali kekuatan dan kelemahan
diri dalam melaksanakan tugas dalam hal ini belajar. Memanfaatkan berbagai sumber belajar
adalah salah satu dari keutamaan pebelajar agar menjadi manusia yang tidak-tidak menyia-
nyiakan kesempatan untuk maju. Dengan mengidentifikasi keuntungan-keuntungan jika
menguaai kecakapan-kecakapan tertentu, seorang pelajar membangun dan meningkatkan
motivasi untuk mempelajari suatu kecakapan. Keuntungan tersebut tidak selalu bersifat
material, tetapi juga kenyaman dalam bentuk penguasaan berbagai kompetensi.
Pemetaan konsep, teknik membaca, teknik membuat catatan, dan melatih kecakapan
untuk melakukan penelitian baik di lembaga pendidikan maupun di masyarakat dan alam
sekitar sebagai laboratorium yang sangat besar dan kaya, merupakan keterampilan-
keterampilan belajar yang perlu dikuasai untuk dapat belajar sepanjang hayat.

E. BAB V
Guru, dosen, instruktur, tutor pada dasarnya merupakan fasilitator, yang memberi bantuan
dan kemudahan bagi pelajar untuk dapat memperoleh berbagai kecakapan. Oleh karena itu
mereka harus menguasai bahan yang merupakan medium interaksi pembelajaran, memiliki
kompetensi-kompetensi pengelolaan proses pembelajaran, pemanfaatan media serta
menguasai teknik-teknik evaluasi, menerapkan prinsip-prinsip bimbngan dan konseling,
setelah memahami karakteristik pebelajar yang menjadi tanggung jawabnya. Kompetensi-
kompetensi ini bersifat lintas bidang (generik). Tugas penting seorang fasilitator, apakah ia
seorang guru, dosen, instruktor, maupun tutor, disamping membantu pembelajar menjadi
kompeten, ia pun harus membantu mereka memiliki sifat positif terhadap belajar. Fasilitator
juga pembelajar yang harus selalu mempengaruhi pengetahuan dan kecakapannya agar bisa
menjawab tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.

F. BAB VI
Pihak lain yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan adalah lembaga baik
berada dalam lingkup sekolah, perguruan tinggi maupun masyarakat. Pengadaan sarana dan
prasarana untuk memunginkan terlaksananya proses pembelajaran, seperti Pusat Sumber
Belajar merupakan salah satu alternatif yang harus dikembangkan, baik di perguruan tinggi,
sekolah maupun lembaga kemasyarakatan. Fasilitas tersebut harus disertai dengan pengaturan
yang tertib dan benar-benar memberikan kemudahan untuk pelajar. Semua fungsi manajemen
melekat kepada pimpinan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan.
Semangat kerja, seluruh staf akan terjaga dengan baik bila ada kepemimpinan yang
berwibawa dan demokratis. Masalah-masalah yang muncul, diidentifikasi, diuraikan bersama
secara jernih, sehingga diketahui karakteristik akar masalahnya. Tentu saja proses penyadaran
akan pentingnya masyarakat belajar harus dilakukan secara terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai