Anda di halaman 1dari 5

Kisi-Kisi Soal Core Values BUMN dan Materinya

Setelah mengetahui contoh soal TKD BUMN dan pembahasannya, kali ini kita akan
membahas tes rekrutmen bersama BUMN selanjutnya, yaitu tes Core Values.

Menurut Surat Edaran Kementerian BUMN Republik Indonesia (SE) No.


7/MBU/Q7/2020, Core Values adalah nilai-nilai utama SDM BUMN yang menjadi
identitas dan perekat budaya kerja untuk mendukung peningkatan kinerja secara
berkelanjutan.

Dengan kata lain, jika kamu ingin lolos menjadi karyawan BUMN, kamu harus
menguasai Core Values yang telah ditetapkan BUMN, diantaranya sebagai berikut:

1. Amanah

Memegang teguh kepercayaan yang diberikan, dengan kriteria:

a) Memenuhi janji dan komitmen.


b) Bertanggung jawab atas tugas, keputusan, dan tindakan yang dilakukan.
c) Berpegang teguh kepada nilai moral dan etika.

‍2. Kompeten

Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas, dengan kriteria:

a) Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu


berubah.
b) Membantu orang lain belajar.
c) Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik.
‍3. Harmonis

Saling peduli dan menghargai perbedaan, dengan kriteria:

a) Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.


b) Suka menolong orang lain.
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

‍4. Loyal

Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara, dengan kriteria:

a) Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan Negara.


b) Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
c) Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan etika.

‍5. Adaptif

Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun menghadapi perubahan,


dengan kriteria:

a) Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik.


b) Terus-menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan teknologi.
c) Bertindak proaktif.

‍6. Kolaboratif

Membangun kerja sama yang sinergis, dengan kriteria:

a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.


b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
c) Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
Setahun AKHLAK BUMN, Jangan Hanya Sekedar Berkelit Dari Pameo “Bismillah
Komisaris”…
By Visi Integritas |
August 12, 2021

Tahun 2020 Kementerian BUMN mencanangkan sebuah program yang disebut


sebagai Akhlak BUMN. Sebuah konsep yang berisi acuan gerak bagi Kementerian BUMN
dalam mengelola 115 perusahaan plat merah. Akhlak sendiri merupakan akronim dari
Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Akhlak sejatinya adalah sebuah upaya reformasi pengelolaan BUMN. Kalau kita
tengok ke belakang pada tahun 2011 Mustafa Abu Bakar meluncurkan Good Corporate
Governance (GCG). Kemudian pada tahun 2013 Dahlan Iskan membuat BUMN Bersih. Rini
Soemarno pada tahun 2015 membuat Zona Integritas dan tahun 2019 membuat Profit
(profesional berintegritas). Pada akhirnya Erick Tohir menciptakan Akhlak ini di tahun 2020.
Apakah semua konsep-konsep tersebut hanya sekedar jargon? Atau memang kemudian
berdampak kepada perbaikan pada peneglolaan BUMN?
Untuk lebih melihat dan mengupasnya, maka Visi integritas menggelar Webinar
SETAHUN AKHLAK BUMN pada Kamis, 12 Agustus 2021. Hadir sebagai narasumber
adalah Danang Widoyoko (Sekjen TI Indonesia), Sely Martini (Expert Visi Integritas), Amri
Yusuf (Praktisi Korporasi dan Penulis Buku “Budaya Korporasi”). Sedangkan bertindak
sebagai moderatoradalah Ade Irawan (Direktur Visi Integritas).
Menurut Sely Martini, sebenarnya banyak yang berharap penerapan AKHLAK di BUMN dapat
menjadi identitas dan perekat budaya kerja yang mendukung peningkatan kinerja BUMN secara
berkelanjutan. Tujuan utamanya adalah melakukan transformasi human capital dan meningkatkan
daya saing BUMN menjadi pemain global.
Hal ini didasarkan dari bagaimana ada banyak kejadian dan performa Kementerian
BUMN di masa lalu. Mengutip Erick Tohir, Amri Yusuf menyebutkan bahwa tahun 2019
Kementerian BUMN mencatat ada 159 kasus korupsi di Kementerian BUMN. Dari jumlah itu
sebanyak 53 orang atau 1/3 di antaranya dinyatakan sebagai tersangka. 25 kasus diproses oleh
kepolisian, 2 kasus diproses oleh kejaksaan, 10 kasus diproses KPK dan ada 16 kasus diproses
oleh Komisi Kepatuhan Internal kementerian BUMN.
Sementara menurut Danang, ada tren penurunan penyertaan modal negara kepada BUMN.
Meskipun pada tahun 2019 negara menyuntik BUMN sebesar 30,3 triliun rupiah, namun tahun
2020 turun hanya sebesar 17,8 triliun rupiah. Meski demikian aset yang dikelola BUMN
mengalami tren naik, di mana puncaknya pada tahun 2019 sebesar 8.742,68 triliun rupiah. Namun
dari sisi keuntungan mengalami stagnasi. 90,20 persen laba BUMN hanya disumbang oleh 15
BUMN saja. Sehingga bisa dipastikan 100 BUMN yang lain sangat kecil sumbangsihnya bagi
negara, atau bahkan bisa dikatakan merugi.
Selain kejadian pandemi yang mendera BUMN dalam waktu satu tahun
belakangan, juga ada disrupsi yang menjadi tantangan bagi BUMN. Misalnya
perubahan yang cukup drastis terhadap teknologi digital dan perubahan nilai-nilai,
perilaku dan preferensi kaum millenials.
Tantangan ini memaksa Kemnterian BUMN untuk memformulasikan ulang
perannya sebagai strategic architect. Sehingga menurut Amri Yusuf, harus ada
transformasi human capital, agar bisa meningkaatkan daya saing BUMN sehingga
bisa menjadi pemain global dan BUMN bisa menjadi pabrik talenta. Untuk mencapai
hal itu BUMn perlu memiliki nilai-nilai utama sebagai identitas dan perekat budaya
kerja yang mendukung peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Karena pada akhirnya para pelaku sejarah di kementerian BUMN dan di 115
perusahaan plat merah ini akan dikenang karena reputasi dan namanya (baik atau
buruk), maka step-step konsep Akhlak juga berorientasi kepada upaya penciptaan
prestasi dan perbaikan perilaku.
Meskipun bukan hasil tunggal, namun Amri Yusuf mengkalim bahwa
kemunculan M, Fajrin Rasyid (34 tahun) di Telkom Indonesia. Kemudian Antonius
Rainier (42 tahun) di Pertamina Bina Medika, Soleh Ayubi (37 tahun) di Bio Farma
serta hariadi (41 tahun) di Pos Indonesia adalah talenta-talenta muda buah Akhlak itu.
Juga deretan direktur perempuan seperti Nicke Widyawati (dirut Pertamina),
Alexandra Askanda (dirut Bank mandiri), Adi Sulistyowati (wadirut BNI), Ira
Puspadewi (dirut ASDP Indonesia Ferry), Fetty Kwartati (dirut Sarinah), dan Dwina
Septiani (dirut Peruri). Bagi Amri ini adalah role model bagi implementasi Akhlak itu.
Selain itu agar terjadi efisiensi Kementerian BUMN juga telah merampingkan 142
BUMN menjadi tinggal 107 BUMN. Hasil dari penerapan Akhlak memang tidak bisa
buru-buru dinilai. Seperti ungkapan Amri Yusuf, bahwa realitas dalam dunia
korporasi terkadang tidak se simple teori dan konsep yang ditulis oleh para pakar.
Dibutuhkan seni dan cara tertentu untuk mengeksekusi dan mengadaptasinya agar
dapat diimplementasikan dengan baik. Sehingga tidak heran juga, meski Akhlak
sudah setahun dijalankan, tetapi masih muncul juga kasus penunjukkan Emir Moeis
(mantan narapidana kasus suap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau
PLTU Tarahan, Lampung) menjadi komisaris PT Pupuk Iskandar Muda, yang
merupakan anak usaha dari Pupuk Indonesia. Atau munculnya pameo yang cukup
santer akhir-akhir: “bismillah komisarir…”
Menurut Danang Widoyoko, persoalan ini memang menjadi kontra produktif
bahkan beban bagi Menteri Erick Tohir, karena harus sibuk membuat klarifikasi dan
tidak bisa pernah berbicara soal rencana startegis BUMN 5 tahun mendatang.
Tetapi memang Akhlak tidak bisa menjawab persoalan-persoalan ini.
Penunjukkan Emir Moeis atau relawan Jokowi menjadi komisaris BUMN tidak
melanggar aturan. Misalnya konsep loyal dalam Akhlak itu sebenarnya loyal kepada
siapa? Loyak kepada menteri BUMN, loyal kepada partai tempat berafiliasi? loyal
kepada Jokowi yang dulu pernah didukungya? Persoalan seperti ini masih belum jelas.
Melihat situasi ini, Danang menyimpulkan bahwa kerugian BUMN tidak bisa semata-
mata dituduhkan kepada pandemi, tetapi juga ada beban masa lalu BUMN. Pandemi
selain memukul bisnis BUMN, namun juga memberikan peluang dan kesempatan.
Pandemi memaksa peran besar pemerintah, termasuk BUMN. Menteri BUMn
memiliki momentum yang besar untuk mereformasi BUMN secara fundamental.
Kementerian BUMN perlu mengelola konflik kepentingan dan intervensi politik.
Menteri BUMN perlu merumuskan ulang program agar lebih substansial dan tidak
berhenti pada jargon.
Sementara Sely Martini, merekomendasikan agar diluar dinamika politik
ekonomi nasional maupun internasional, pembenahan BUMN juga dilakukan dari
dalam dengan diadopsinya Corporate Governance (GCG) atau skema mandatory
seperti ISO 37001 Anti-Bribery Management System (SMAP).
Terkait dengan ini, Amri Yusuf juga mendukung pendapat Sely. Bahkan ia
mengusulkan adanya pemeringkatan SMAP bagi BUMN untuk diberi reward bagi
BUMN yang baik dalam menerapkan SMAP. Dengan demikian maka Akhlak bukan
hanya sekedar jargon. Atau sekedar alat untuk berkelit dari pameo sinis: “bismillah
komisaris…”

Anda mungkin juga menyukai