Anda di halaman 1dari 14

https://doi.org/10.22435/blb.v14i2.

67

Lalat: Vektor yang Terabaikan Program?

Flies: Vector Abandoned by Program?

Dicky Andiarsa*
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tanah Bumbu
Jalan Loka Litbang Kawasan Perkantoran Pemda Tanah Bumbu,
Kelurahan Gunung Tinggi, Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan, Indonesia
*E_mail: andiarsa@gmail.com

Received date: 10-07-2018, Revised date: 19-11-2018, Accepted date: 28-11-2018

ABSTRAK
Lalat merupakan serangga yang kehidupannya dekat dengan manusia dan seringkali dikaitkan dengan masalah
sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dukungan program masih kurang dalam hal pengendalian
vektor lalat. Artikel ini berupa studi literature review yang membahas peranan lalat sebagai hama pengganggu
dan vektor penyebar berbagai penyakit, kepentingannya sebagai target program, pencegahan dan pengendalian
lalat, serta situasi program terkait pengendalian lalat. Beberapa studi menyebutkan bahwa lalat dapat
mengandung banyak jenis mikroba patogen dalam tubuhnya sekaligus. Sebagian besar patogen pada tubuh lalat
adalah bakteri, jamur, virus, dan parasit cacing. Lalat juga berkontribusi terhadap penyebaran bakteri yang
resisten terhadap antibiotik. Strategi paling efektif dalam menurunkan populasi lalat adalah perbaikan sanitasi
lingkungan dan perbaikan pola perilaku hidup bersih dan sehat. Dukungan program diharapkan dapat
meningkatkan layanan pengendalian vektor lalat dan peran serta masyarakat pada umumnya diharapkan lebih
aktif terhadap penanggulangan masalah ini.

Kata kunci: lalat, vektor penyakit, dukungan program, pengendalian lalat

ABSTRACT
Flies coexist with humans since long times ago are associated with sanitation problems and also clean and
healthy living behavior (PHBS). Program support in term of fly control should be improved. This article is a
literature review which discussed the role of flies as pest and vectors that spread various diseases and their
interests as program targets and the latest program situation also all aspects as well as how to control them.
Some studies said that flies can contain many types of pathogenic microbes in their bodies. Most pathogens in
the body of flies are bacteria, fungi, viruses, and worm parasites. Flies also contribute to the spread of
antibiotic-resistant bacteria. The most effective strategy in reducing the population of flies is the improvement of
environmental sanitation and improvement of hygiene behavior. Program support is expected to improve fly
vector control services and the participation of the community, in general, is expected to be more active in
overcoming this problem.

Keywords: flies, vector, program support, flies control

201
BALABA Vol. 14 No. 2, Desember 2018 : 201-214

PENDAHULUAN nyamuk, dan pengendalian kimia yang masih


Lalat telah lama hidup berdampingan fokus pada nyamuk.11 Adapun di beberapa
dengan manusia terutama di lingkungan dengan penjelasan terkait pengendalian vektor terpadu
sanitasi buruk dan seringkali menimbulkan tersebut termasuk upaya pengendalian lalat,
masalah kesehatan bagi manusia. Permasalahan namun proporsi kegiatan sebagian besar masih
yang ditimbulkan lalat ini nyaris tidak diprioritaskan pada kegiatan pengendalian
mendapatkan perhatian dari pengelola program nyamuk sebagai vektor malaria, Demam
di jajaran kesehatan dan sektor lainnya terutama Berdarah Dengue (DBD), dan filariasis.11
masalah manajemen pengendalian penyakit Artikel review ini akan membahas
bersumber lalat ini dilihat dari kurangnya bagaimana lalat merupakan salah satu hama
kegiatan monitoring dan surveilans keberadaan penting pada manusia yang juga perlu
lalat di masyarakat.1 Beberapa aturan dan mendapatkan perhatian dan pengendalian baik
panduan teknis sudah dibuat untuk mengatasi dari program di sektor kesehatan, sektor terkait
permasalahan lalat ini.2–4 Namun demikian, bahkan masyarakat luas diharapkan juga ikut
belum banyak ditemukan aktivitas konkret terlibat. Artikel ini akan membahas lingkup
terkait penyelesaian masalah pengendalian lalat. lalat dan peranannya bagi penyebaran
Lalat merupakan vektor foodborne foodborne disease, kemampuannya dalam
diseases5,6 antara lain, diare, disentri, muntaber, mengembangbiakkan bakteri dalam tubuhnya,
typhus dan beberapa spesies dapat peranannya dalam transfer bakteri yang resisten
7
menyebabkan myiasis. Aktivitas transmisi terhadap antimikroba, situasi program terkait
agen patogen dari lalat ke manusia sangat pengendalian lalat serta strategi pengendalian
ditentukan oleh kemampuan lalat dalam efektif efisien terhadap serangga ini.
memindahkan agen infeksius kepada inangnya
atau yang biasa disebut dengan vector METODE
competence.8 Lalat memindahkan agen Artikel ini merupakan sebuah literature
penyakit dengan mengkontaminasi makanan review12 dari beberapa literatur terkait dengan
yang dihinggapinya, melalui muntahan, menggunakan peramban ilmiah dan
kotoran, maupun hanya memindahkan kuman institusional. Penelusuran menggunakan kata
yang berada di permukaan tubuhnya.9 Lalat kunci “filth fly” atau “lalat vektor penyakit pada
penyebab myiasis meletakkan telur pada luka manusia” dan “program pengendalian lalat”.
sehingga saat menetas larva masuk ke dalam Kepustakaan didapatkan dengan mengunduh
luka dan menimbulkan luka yang lebih besar jurnal dalam peramban ilmiah seperti Google
(wound myiasis).10 Masih tingginya kasus scholar, NCBI, Elsevier, PlOS, Springer dan
penyakit foodborne di Indonesia menjadi tugas Willey serta laman situs entomologi, situs
berat bagi pemerintah dan Kementerian kesehatan, dan situs internasional resmi serta
Kesehatan sebagai leading sector dalam situs terkait lainnya seperti WHO, FAO, dan
pengendalian penyakit ini. Sayangnya, hingga sebagainya. Literatur yang terkait dan relevan
saat ini masalah pengendalian vektor lalat dengan pokok bahasan tentang beberapa hal
masih belum menjadi prioritas bagi program. berikut: kepentingan lalat sebagai vektor
Kondisi saat ini, progam kesehatan telah mekanik berbagai patogen, penyakit yang
melakukan program pengendalian vektor mungkin dapat ditularkan, potensi epidemi dan
terpadu yang dilaksanakan oleh Direktorat resistensi antimikroba, situasi program dan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular dukungannya terhadap permasalahan yang
Vektor (P2PTVZ), Kementerian Kesehatan RI. ditimbulkan oleh lalat, serta upaya penggerakan
Berdasarkan metode yang dilakukan hanya program dan masyarakat dalam upaya
terkonsentrasi kepada modifikasi dan pengendalian lalat akan dimasukkan dalam
manipulasi tempat perindukan, pemberantasan pembahasan artikel ini.
sarang nyamuk, metode pengendalian alami

202
Lalat: Vektor yang……..(Andiarsa)

Literatur yang relevan dan dimasukkan mengkontaminasinya termasuk makanan dan


dalam pembahasan artikel ini berjumlah 82 minuman.1 Perilaku memakan bahan organik
literatur dengan beberapa pembagian jenis yang berada pada kotoran hewan maupun
literatur sebagai berikut: manusia dan sampah organik lainnya
merupakan tahapan awal seekor lalat memulai
Tabel 1. Dukungan Literature Review mencemari tempat apapun yang dihinggapinya.
Lalat juga memiliki kebiasaan defekasi dan
Jenis literatur Jumlah muntah di setiap tempat hinggapnya. Perilaku
Jurnal 73 ini mendukung munculnya penyakit emerging
Buku teks 3
dan penyebaran penyakit menular lainnya.8
Legal dokumen 3
Bakteri yang termakan lalat mampu
Institusional 3
berkembang dalam tubuh lalat dan menjadi
Jumlah 82
sumber kontaminan yang dikeluarkan melalui
PEMBAHASAN muntahan dan kotoran lalat. Semakin padat
Kepentingan Lalat sebagai Vektor Mekanik populasi lalat biasanya akan diikuti oleh
Banyak Patogen munculnya kasus terkait vektor foodborne
disease ini.19
Beberapa lalat dari Famili Syrphidae, Beberapa studi menyebutkan bahwa lalat
Calliphoridae, Tachinidae, Empididae, dan dapat mengandung banyak jenis mikroba
Muscidae berguna dalam penyerbukan dan pathogen dalam tubuhnya sekaligus (Tabel 2).
membantu keseimbangan ekosistem dengan Sebagian besar patogen pada tubuh lalat adalah
menguraikan ekskreta makhluk hidup lain
menjadi bahan organik yang berguna bagi bakteri,20 jamur,21 virus,22,23 dan parasit
organisme lain yang membutuhkan seperti cacing.24 Lalat yang tertangkap sebagian besar
tanaman.13–15 Namun demikian, sebagian besar berada di tempat sampah, sekitar pasar, sekitar
lalat memiliki kebiasaan hidup yang selalu rumah makan, kandang ternak, dan pemukiman
berpindah dari kotoran dan mengkontaminasi yang kumuh. Adapun lalat yang didapatkan dari
seluruh permukaan yang dihinggapinya hasil pembiakan di laboratorium menunjukkan
termasuk makanan dan minuman manusia.16,17
bahwa lalat juga memiiki kemampuan
Hal itu menjadikan lalat sebagai vektor utama
foodborne disease yang dapat menyebarluaskan membawa agen penyakit yang sangat patogen
bakteri, jamur, parasit, dan virus.18 Kebiasaan seperti E. coli O157:H7, Salmonella enterica,
ini didasari sifat lalat yang suka memakan Cronobacter sakazakii, dan Listeria
kotoran, dan bahan organik lainnya monocytogenes tanpa mengalami gangguan
(coprophagic dan omnivora), serta fisiologis di tubuhnya sekalipun.25
kemampuannya beradaptasi dan dapat hidup Sepanjang pencarian literatur terkait
berdampingan dengan manusia hingga masuk
mikroba dalam tubuh lalat, hanya satu
ke dalam rumah (synanthropic dan
endhophilic).1 penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia
Lalat terbukti kuat berperan sebagai vektor namun hanya sebatas kualitatif sehingga tidak
mekanik penyebaran berbagai mikroorganisme menyebutkan jenis dan spesies mikroba yang
pathogen melalui tubuhnya dengan terbang dan berada dalam tubuh lalat.1
hinggap di berbagai permukaan dan

203
BALABA Vol. 14 No. 2, Desember 2018: 201-214

Tabel 2. Komposisi Mikroba yang Dapat Ditemukan pada Tubuh Lalat

Spesies Lalat Mikroorganisme yang Negara Tempat Koleksi Referensi


Terkandung
Musca domestica Cronobacter spp., Salmonella USA Tempat sampah rumah Pava-Ripoll et
spp., Listeria monocytogenes makan/restoran al.5

Musca domestica E. coli O157:H7, Salmonella USA Laboratorium Pava-Ripoll et


enterica, Cronobacter al.25
sakazakii, Listeria
monocytogenes
Musca domestika E. coli, Klebsiella Iran Rumah sakit, Rumah Nazari M et
spp.,Citrobacter spp., potong hewan, dan pasar al.26
Enterobakter spp., buah.
Staphylococcus aureus, CoNS,
Bacillus spp., Proteus spp.,
Psudomonas spp., Enterococci
spp.
Musca domestika Aspergilus spp., Pennicillium Iran Rumah sakit Kasiri H et
spp., Mucorales spp., Candida al.27
spp., Rhodotorula spp.
Musca domestica, Bacillus sp., Citrobacter sp., Thailand Pasar, tempat sampah, Chaiwong T et
Chrysomya Coagulase-negative restoran, kantin sekolah, al.28
megacephala staphylococci, Enterobacter dan sawah padi
sp., Enterococcus sp.,
Escherichia coli, Escherichia
coli O157:H7(EHEC),
Klebsiella sp., Morganella sp.,
Proteus sp., Providencia sp.,
Pseudomonas aeruginosa,
Salmonella sp., Salmonella
typhi, Shigella sp.,
Staphylococcus aureus,
Streptococcus group D non-
enterococci.
Muscidae family Norovirus Vellore, Dapur rumah tangga Collinet-Adler
Salmonella spp. India S et al.22
Rotavirus
E.coli
Phlebotomus Edwardsiella, Enterobacter, Iran Laboratorium Maleki-
papatasi Escherichia, Klebsiella, Ravasan et
Kluyvera, Leminorella, al.29
Pantoea, Proteus,
Providencia, Rahnella,
Serratia, Shigella,
Tatumella, Yersinia,
Bacillus, Staphylococcus,
Pseudomonas
Necrophagous flies Bacillus anthracis Texas, Peternakan Blackburn J et
USA al.30
Musca domestika Campylobacter jejuni Denmark Laboratorium Bahrndorff S
et al.31
Chrysomya Ascaris lumbricoides, Nigeria Area kumuh, pasar, Adenusi A,
megachepala, Trichuris trichiura, tempat sampah Adewoga T24
Musca domestica, hookworms, Hymenolepis
Musca sorbens, nana, Taenia spp. and
Lucina cuprina, Strongyloides stercoralis,
Sarcophaga sp., Entamoeba histolytica/dispar,
Calliphora vicina, Entamoeba coli, Giardia
Wohlfahrtia sp. lamblia, Cryptosporidium sp.

204
Lalat: Vektor yang……..(Andiarsa)

Kemampuan bakteri untuk tetap berada Virus penyebab diare biasanya dari golongan
dalam tubuh lalat dan berkembang biak serta Norovirus dan Rotavirus.22
mengkontaminasi semua permukaan yang Semua agen patogen di atas dapat dengan
dihinggapi lalat sangat dipengaruhi oleh sistem mudah terbawa oleh lalat melalui permukaan
imun dari tubuh lalat itu sendiri.31–33 tubuh maupun termakan oleh lalat. Lalat
Clostridium jejuni dilaporkan mengalami kemudian mencemari makanan manusia dengan
penurunan koloni pada pupa lalat setelah 24 hinggap di atas permukaan dan menyebarkan
jam dan diikuti dengan peningkatan beberapa patogen tersebut melalui muntahan, kotoran, dan
zat antimikrobial dalam tubuh pupa.31 Pada fase permukaan tubuh lalat.22
dewasa lalat juga mengalami kondisi serupa,
peningkatan jumlah bakteri pada sekitar 4 jam b) Myiasis
setelah lalat mengingesti kuman tersebut dan Myiasis merupakan penetrasi larva lalat
mengalami penurunan pada 8 jam setelahnya.34 pada jaringan kulit hewan maupun manusia.45
Keadaan ini menjelaskan mengapa lalat dapat Myiasis di Indonesia terutama di Pulau Jawa
mengandung banyak patogen dalam tubuhnya diakibatkan oleh jenis lalat Crysomnia
namun tidak mengalami gangguan fisiologis. bezziana,45 namun demikian spesies lalat lain
Hal ini juga menunjukkan bahwa lalat lebih juga dapat menimbulkan penyakit ini. Tahun
cenderung bersifat sebagai vektor mekanik bagi 2013 dilaporkan adanya orang berusia 37 tahun
bakteri patogen yang dibawanya.34,35 menderita oral myiasis dan ditemukan 43 larva
lalat Lucillia sericata dalam rongga mulutnya.46
Penyakit yang Dapat Diakibatkan oleh Lalat Myiasis dibagi menjadi empat secara klinis,
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh yaitu: (1) myiasis sanguinivorus (penyedot
lalat dapat ditularkan langsung maupun tidak darah), (2) kutaneus (furunkular dan
langsung. Penularan langsung misalnya larva migratorik), (3) myiasis pada luka (wound
migrans dan trypanosomiasis melalui penetrasi myiasis), serta (4) myiasis pada kavitas.10 Pada
larva dan gigitan lalat dewasa.36,37 Penularan kasus di daerah Niki, Nusa Tenggara Timur
tidak langsung diantaranya melalui pemindahan ditemukan seorang anak perempuan 10 tahun
agen patogen oleh lalat melalui makanan dan menderita wound myiasis pada kulit kepala.10
minuman yang kita konsumsi, misalnya diare,38
difteri,39 salmonellosis,35 kecacingan, dan c) Kecacingan
sebagainya. Berikut ini beberapa penyakit yang Penyakit kecacingan biasanya terjadi pada
bisa ditularkan melalui lalat terutama di anak-anak yang memiliki perilaku higiene yang
Indonesia. kurang.47 Perilaku tidak mencuci tangan
sebelum makan merupakan faktor risiko bagi
a) Diare tertularnya penyakit kecacingan. Lalat juga
Diare merupakan suatu gejala buang air berpotensi menularkan kecacingan ini dengan
besar (BAB) cair dengan frekuensi tidak normal membawa telur cacing yang infektif dan
karena pergerakan usus yang berlebihan.40 mengkontaminasi makanan atau minuman.48,24
Penderita dapat menderita dehidrasi dan dapat Meskipun demikian potensi penularan
menyebabkan kematian apabila tidak kecacingan yang ditularkan oleh lalat sangat
mendapatkan pertolongan segera. jarang dilaporkan.
Diare bisa disebabkan oleh protozoa
misalnya dari genus Cryptosporidium, d) Anthrax
24,41 Penyakit anthrax lebih sering menyerang
Entamoeba coli dan Giardia. Penyebab lain
bisa dari bakteri seperti Cronobacter sakazaki,25 hewan ternak, namun penyakit ini merupakan
Listeria monocytogenes,25 E. coli O157:H7,42 zoonosis dan sangat kontagius menginfeksi
Campylobacter jejuni,43 Staphylococcus manusia.49 Penyakit yang disebabkan oleh
28 44 Bacillus anthracis ini menular melalui kotoran
aureus, Streptococcus spp., dan lain-lain.

205
BALABA Vol. 14 No. 2, Desember 2018: 201-214

ternak, karkas, produk peternakan lainnya, tergantung iklim dan kondisi lingkungan,
bahan makanan yang terkontaminasi spora kemampuan membawa dan menyebarkan
kuman anthrax, maupun melalui spora kuman beberapa agen penyakit tanpa mempengaruhi
di udara.49 kondisi tubuhnya, dan buruknya sanitasi.59
Lalat berpotensi menjadi vektor mekanik Beberapa kasus polio dilaporkan mengalami
kuman ini.30,50 Belum ada penelitian yang epidemik di masa lalu di beberapa wilayah di
membuktikan potensi kapasitas lalat sebagai dunia dan lalat diduga sebagai vektornya.59
penyebar penyakit anthrax, namun demikian Tahun 2004 telah terjadi wabah anthraks dan
penelitian di Texas Barat yang dilaksanakan menewaskan 124 ekor sapi di peternakan Italia,
selama outbreak anthrax menunjukkan bahwa infeksi ini diyakini melibatkan lalat dalam
semua jenis sampel termasuk karkas, larva lalat, penyebaran kumannya.60
dan lalat dewasa yang ditangkap di sekitar Saat ini dunia sedang menghadapi masalah
lokasi positif mengandung kuman B. anthracis resistensi antibiotik yang banyak tersebar di
dengan genotip yang sama.30 pasaran. Kemampuan bakteri bertahan hidup
dari pengobatan antibiotik61,62melibatkan
Potensi Epidemi dan Resistensi Antimikroba beberapa gen resisten yang bervariasi, dan
Di beberapa wilayah di Indonesia dapat diturunkan secara horizontal26. Penelitian
seringkali dilanda kejadian luar biasa beberapa skala laboratorium di Iran membuktikan bahwa
penyakit diantaranya diare, muntaber, dan lalat Musca domestica memiliki peran penting
disentri. Kejadian ini seringkali dilaporkan dalam menyebarluaskan beberapa bakteri yang
bahwa diakibatkan oleh faktor makanan dan resisten terhadap antibotik.26,63,64 Risiko
sanitasi.51 Kejadian ini dapat dihipotesiskan menjadi lebih besar saat bakteri yang berada
bahwa secara langsung maupun tidak langsung dalam kotoran dan dengan mudah tertelan dan
disebabkan oleh peningkatan jumlah lalat yang masuk dalam tubuh lalat, lalat dapat
dapat mencemari makanan dan minuman. meningkatkan transmisi resistensi antimikroba
Hipotesis ini dapat dibuktikan dengan pada bakteri yang berkembang biak dalam
melakukan beberapa surveilans lalat secara saluran pencernaan, bagian mulut dan muntahan
intensif dan rutin, dengan melihat keterkaitan lalat.8
antara meningkatnya populasi lalat pada suatu
masa dan munculnya kejadian luar biasa kasus Pencegahan dan Pengendalian Lalat
foodborne disease ini, maka dapat dilakukan Keberadaan lalat sangat mengganggu
pencegahan dini pada musim berikutnya.19 kehidupan makhluk hidup lainnya termasuk
Beberapa penelitian diantaranya di Bangladesh manusia. Pilihan pengendalian populasi lalat
dan Denmark menyebutkan adanya korelasi sebenarnya bisa dilakukan dengan bahan kimia
peningkatan populasi lalat dengan peningkatan insektisida, namun pilihan ini sangat tidak
kasus diare serta penurunannya dengan upaya disarankan oleh penulis karena selain masalah
kontrol lalat.19,52 Sementara itu penelitian resistensi,65 dan juga secara umum insektisida
tentang upaya kontrol serangga ini di Indonesia dapat menimbulkan masalah kesehatan baru
antara lain penggunaan ekstrak kemangi untuk terhadap manusia dan hewan lain yang
larvasida lalat53 dan karakterisasi Bacillus seharusnya bukan menjadi sasaran penggunaan
thuringiensis untuk upaya kontrol lalat myiasis bahan kimia berbahaya ini.66,67 Beberapa
di Jawa dan Sulawesi Selatan54 dan beberapa strategi pengendalian tradisional dan sederhana
penelitian skala sempit lainnya55–58 bisa menjadi misalnya menggunakan perangkap yang berisi
tolak awal gerakan pengendalian hama lalat di umpan organik berbahan protein, yeast dan
Indonesia. insektisida alami dianggap mampu setidaknya
Potensi epidemik penyakit yang dibawa mengendalikan melonjaknya populasi lalat pada
oleh lalat sangat dipengaruhi dengan suatu musim tertentu yang menjadi puncak
kemampuan lalat berkembangbiak yang pertumbuhan populasi lalat di suatu wilayah.68

206
Lalat: Vektor yang……..(Andiarsa)

Insektisida alami misalnya minyak essensial bersih dan sehat. Inti dari perbaikan sanitasi dan
monoterpen (dari ekstrak tanaman Conifer perubahan perilaku ini adalah mengurangi
resins (sejenis pinus)) bisa menjadi salah satu kesempatan lalat untuk makan dan
alternatif dalam kontrol serangga ini.69 berkembangbiak di lingkungan sekitar kita.
Larva lalat „tentara hitam‟ (Hermetia Strategi pengendalian populasi lalat lain
illucens) dapat dimanfaatkan sebagai agen dapat menggunakan perangkap atau umpan
pengurai kotoran yang cukup efektif dalam yang dapat dibuat dengan sederhana dan
upaya perbaikan sanitasi.70 Strategi utama tentu memanfaatkan bahan yang ada di sekitar kita.
perbaikan sanitasi lingkungan dan perbaikan Contoh yang dapat dilakukan dengan membuat
pola perilaku hidup bersih sudah cukup perangkap menggunakan botol plastik yang
signifikan dalam menurunkan populasi lalat. dipotong bagian atasnya dan dipasangkan
Kondisi yang sangat mendukung kembali secara terbalik dan selanjutnya
perkembanganbiakan lalat hingga menjadi diberikan umpan di dalamnya dan dipasang
populasi yang cukup meresahkan lingkungan pada daerah yang banyak lalatnya. Manitoba
kita antara lain kelembaban tinggi, suhu hangat, trap juga dianggap cukup efektif dalam
dan melimpahnya sumber makanan bagi lalat menangkap banyak jenis lalat.76 Alat ini
yaitu sampah organik sisa rumah tangga dan berbentuk seperti kubah terbuat dari kain kasa
kotoran hewan. Kondisi tersebut sangat ideal dengan botol perangkap yang terpasang
bagi perkembangbiakan lalat dan hanya bisa diatasnya.76 Penggunaan perangkap lalat
terjadi pada suatu wilayah yang memiliki berperekat dengan bantuan atraktan lampu
sanitasi yang buruk dan cenderung kumuh.28 berwarna biru juga cukup efektif dalam
Hal ini dapat terjadi di wilayah pinggiran kota, pengendalian populasi lalat.77 Cara lain dapat
daerah dekat dengan pasar tradisional, daerah menggunakan perangkap berperekat dengan
dekat dengan pemukiman padat, daerah bahan atraktan lalat yang sudah banyak dijual.
peternakan, tempat umum, rumah sakit,26 dan Cara sederhana dan murah masih banyak lagi
area pembuangan sampah.71 Keadaan ini dapat dan ini cukup efektif mengurangi populasi lalat
ditanggulangi dengan melakukan beberapa di wilayah tersebut.
upaya pengelolaan sampah secara rutin
sehingga mengurangi jumlah makanan dan Situasi Program dan Dukungannya terhadap
tempat bertelur bagi lalat dan akhirnya populasi Pengendalian Lalat
lalatpun dapat diturunkan. Menyediakan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
predator alami lalat di alam misalnya Carcinops No. 64 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata
pumilio dan tungau dari famili Macrochelidae Kerja Kementerian Kesehatan, kegiatan
merupakan cara yang cukup ramah lingkungan pencegahan dan pengendalian penyakit tular
untuk mengendalikan hama ini.72,73 vektor dan zoonosis menjadi tugas dan fungsi
Perbaikan infrastruktur yang mendukung dari Direktorat P2PTVZ. Tugas yang dimaksud
seperti pembuatan drainase yang baik dan antara lain merumuskan dan melaksanakan
tempat sampah yang memadai dan tertutup pada kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur
tempat-tempat umum74 seperti pasar sehingga dan kriteria, melakukan bimbingan teknis dan
mampu mengurangi kelembaban, dan supervisi, serta pemantauan dan evaluasi.78
mencegah lalat untuk berkembangbiak di area Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat
tersebut. Hal lain yang perlu menjadi perhatian P2PTVZ menyusun sebuah rencana aksi selama
adalah kesadaran masyarakat dalam perilaku 5 tahun mulai tahun 2015 hingga 2019 terkait
hidup bersih dan tidak membuang sampah pencegahan dan pengendalian penyakit tular
sembarangan.75 Upaya ini harus senantiasa vektor dan zoonosis, sehingga diusulkan
dikomunikasikan oleh sektor kesehatan dan kerangka pendanaan pada tiap tahun tersebut
sektor terkait sehingga masyarakat selalu sebagaimana pada tabel di bawah ini.
dipahamkan dan diingatkan tentang hidup

207
BALABA Vol. 14 No. 2, Desember 2018: 201-214

Tabel 3. Kerangka Pendanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Tahun 2015-2019
Tahun (dalam ribu)
Kegiatan
2015 2016 2017 2018 2019
P2 Malaria
-Pengembangan SDM NA 27.859.940 14.800.000 2.000.000 1.350.000
-Sarana NA 78.671.550 65.000.000 45.850.000 28.579.000
-Kegiatan Pengendalian 83.964.794 55.496.597 48.496.500 36.062.000 92.129.000
P2 Arbovirosis
-Pengembangan SDM NA 3.834.468 1.050.000 500.790 NA
-Sarana NA 48.162.949 32.262.764 32.213.700 21.797.390
-Kegiatan Pengendalian 36.038.328 17.001.011 20.920.000 11.552.575 52.442.350
P2 Filariasis dan Kecacingan
-Pengembangan SDM NA 4.384.040 885.400 1.573.474 2.645.000
-Sarana NA 19.747.650 20.990.000 40.260.507 28.615.000
-Kegiatan Pengendalian 64.248.720 124.385.808 89.898.681 98.530.992 80.476.380
Pengendalian vektor terpadu
dan BPP
-Pengembangan SDM NA 16.610.550 16.000.000 4.141.000 1.184.700
-Sarana NA 31.328.850 8.380.000 6.559.000 8.090.000
-Kegiatan Pengendalian 31.345.380 26.670.710 34.239.966 21.343.000 1.620.000
(vektor diare)
Sumber: Direktorat P2PTVZ, 2017 (Revisi)
Ket: NA: Not Available; P2: Pencegahan dan Pengendalian; BPP: Binatang Penular Penyakit

Tabel 3 diatas hanya mencakup pendanaan Penyakit.11 Tabel 3 menggambarkan bahwa dari
kegiatan pencegahan dan pengendalian tahun ke tahun penganggaran untuk semua
penyakit tular vektor saja. Pendanaan Kegiatan kegiatan P2 mengalami peningkatan, namun
pengendalian pada masing-masing kegiatan P2 porsinya yang berbeda. Kegiatan Pengendalian
dihitung dari semua lingkup kegiatan mencakup vektor terpadu memiliki porsi dana paling
misalnya penyusunan standar prosedur, layanan sedikit jika dibandingkan dengan program
pengawasan, layanan pengendalian, kajian, lainnya.
pelaksanaan teknologi tepat guna, dan Program pengendalian vektor terpadu dan
surveilans pengendalian penyakit tular vektor.11 BPP dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018
Cakupan dana sudah termasuk untuk dana memiliki dana kegiatan yang sudah termasuk
Pusat, UPT dan dana dekonsentrasi. dana untuk melaksanakan kegiatan surveilans
Dukungan program dapat dilihat dari Aedes, Anopheles, lalat, pinjal, dan tikus.
bagaimana kementerian terkait merencanakan Sementara itu pada layanan pengendalian
pendanaan untuk program yang terkait malaria dan arbovirosis juga memiliki
mengakomodasi aspek pengembangan sumber dana layanan pengendalian vektor tersendiri
daya manusia (SDM), pengadaan sarana dan karena memiliki subdirektorat tersendiri yang
implementasi kegiatannya.79,80 Kementerian mengelola kegiatannya. Pada tahun 2019,
Kesehatan mengalokasikan dana untuk kegiatan layanan pengendalian vektor mulai
pengendalian penyakit tular vektor bervariasi dianggarkan terpisah untuk masing-masing
tergantung kebutuhan dan prioritas program vektor DBD, malaria, pes dan diare. Anggaran
dalam mendukung tujuan pembangunan vektor diare (lalat) yang dialokasikan pada
nasional. Pengendalian lalat saat ini tahun 2019 masih relatif kecil jika
dimasukkan ke dalam wewenang dan tanggung dibandingkan kegiatan subdirektorat lainnya.
jawab dari Sub Direktorat Pencegahan dan Hal ini yang menyebabkan program menjadi
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa kurang leluasa menggunakan anggarannya

208
Lalat: Vektor yang……..(Andiarsa)

karena harus mempertimbangkan berbagai masyarakat berpotensi terhadap resistensi lalat


kegiatan lain yang dianggap lebih terhadap insektisida. Hal ini menjadikan lalat
diprioritaskan. merupakan salah satu vektor utama yang harus
Kementerian Kesehatan sebenarnya telah menjadi perhatian penting pemangku program
berupaya mendukung kegiatan pengendalian dan masyarakat pada umumnya. Sementara,
vektor lalat ini, namun masih belum adekuat dukungan dana program masih kurang
dalam memaksimalkan kegiatan pencegahan maksimal dalam mengimplementasikan
dan pengendalian vektor lalat. Kedepan programnya. Peningkatan pendanaan dan
diharapkan program dapat mengusulkan kolaborasi dengan sektor lain menjadi salah
kerangka pendanaan yang cukup dalam upaya satu solusi dukungan program. Namun
pencegahan dan pengendalian vektor lalat. demikian, masyarakat juga diharapkan berperan
Kolaborasi dan kerjasama dengan sektor lain aktif dalam meningkatkan kualitas kesehatan di
dalam hal kegiatan dan pendanaan juga bisa lingkungannya masing-masing. Budaya hidup
menjadi salah satu solusi dalam mengatasi bersih dan sehat, perbaikan sanitasi, dan
kurangnya dukungan dana ini. Dana penggunaan insektisida alami dianggap sebagai
operasional yang cukup akan membantu upaya paling efektif dalam mengendalikan
program dalam melaksanakan kegiatan populasi lalat di lingkungan kita.
surveilans secara rutin dalam upaya pencegahan
penyakit tular vektor khususnya lalat. DAFTAR PUSTAKA
Program surveilans juga menjadi data 1. Andiarsa D, Setianingsih I, Fadilly A, Hidayat
S, Setyaningtyas DE, Hairani B. Gambaran
penting bagi upaya pengendalian lalat di suatu
bakteriologis lalat dan culicidae (Ordo:
wilayah. Kegiatan ini memberikan informasi Diptera) di lingkungan Balai Litbang P2B2
penting tentang pola perubahan populasi lalat Tanah Bumbu. J Vektor Penyakit.
dari waktu ke waktu, pola perilaku, pola 2015;9(2):37-44.
resistensi, dan rekomendasi pengendalian yang 2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
efektif berdasarkan kondisi di atas. Semua Republik Indonesia tentang pengendalian
upaya pencegahan dan pengendalian yang vektor. Indonesia; 2010 p. 94.
dilakukan secara sinergis, konsisten, dan
3. Kemenkes RI. Pedoman penyelenggaraan
berkelanjutan secara bertahap akan kesehatan lingkungan asrama haji di indonesia.
meningkatkan kualitas lingkungan, menurunkan Indonesia; 2009 p. 61.
populasi lalat, dan penyakit yang dapat
ditularkan oleh lalat dapat dicegah hingga 4. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia no 50 tahun
menjadi bukan masalah kesehatan masyarakat 2017 tentang standar baku mutu kesehatan
lagi. Fakta beberapa penelitian menyebutkan lingkungan dan peryaratan untuk vektor dan
keterkaitan antara penurunan insiden kasus binatang pembawa penyakit serta
pengendaliannya. Indonesia; 2017 p. 83.
penyakit dengan upaya kontrol populasi lalat.
19,52,81,82
5. Pava-Ripoll M, Pearson RE, Miller AK, Ziobro
GC. Detection of foodborne bacterial
KESIMPULAN pathogens from individual filth flies. J Vis Exp.
2015;96(e52372):1-9.
Lalat merupakan hama rumah tangga yang
tidak hanya mengganggu tetapi juga dapat 6. Bahrndorff S, De Jonge N, Skovgard H,
menjadi perantara penularan dari orang sakit ke Nielsen JL. Bacterial communities associated
orang yang sehat. Diare, myiasis, kecacingan, with houseflies (Musca domestica L.) sampled
within and between farms. PLoS One.
anthrax dan beberapa penyakit infeksi lainnya 2017;12(1): e0169753.
berpotensi ditularkan oleh lalat. Lalat juga doi:10.1371/journal.pone.0169753.
berperan nyata dalam penyebaran bakteri yang
resisten terhadap antibiotik. Penggunaan 7. Hall MJR. Screwworm flies as agents of
wound myiasis. World Anim Rev [Internet].
insektisida rumah tangga secara luas di 1991. Available from:

209
BALABA Vol. 14 No. 2, Desember 2018: 201-214

http://www.fao.org/docrep/u4220t/u4220T07.h birds. Vet Microbiol. 2014;171(3):290–7.


tm.
19. Farag TH, Faruque AS, Wu Y, Das SK,
8. Onwugamba FC, Fitzgerald JR, Rochon K, Hossain A, Ahmed S, et al. Housefly
Guardabassi L, Alabi A, Kuhne S, et al. The population density correlates with shigellosis
role of filth flies in the spread of antimicrobial among children in Mirzapur, Bangladesh: a
resistance. Travel Med Infect Dis. time series analysis. PLoS Negl Trop Dis.
2018;22(Mar-Apr):8-17. 2013;7(6): e2280.

9. Sarwar M. Insect borne diseases transmitted by 20. Pava-Ripoll M, Pearson REG, Miller AK,
some important vectors of class insecta hurtling Ziobro GC. Prevalence and relative risk of
public health. Int J Bioinforma Biomed Eng. Cronobacter spp., Salmonella spp., and
2015;1(3):311-7. Listeria monocytogenes associated with the
body surfaces and guts of individual filth flies.
10. Yolanda N, Winata SM. Wound Myiasis pada Appl Environ Microbiol. 2012;78(22):7891–
Anak. CDK. 2014;41(8):601-4. 902.

11. Kementerian Kesehatan RI. Rencana aksi 21. GunTang W, Kamonvoradej N, Chomchat C,
kegiatan pencegahan dan pengendalian Suriyakan S, Sanit S, Wongwigkarn J, et al.
penyakit tular vektor dan zoonotik tahun 2015- Prevalence and virulence factors of Candida
2019. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan spp. associated with blow flies. Asian Pac J
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Trop Biomed. 2017;7(5):428–31.
Zoonotik; 2017. p. 1–58.
22. Collinet-Adler S, Babji S, Francis M, Kattula
12. Hart C. Doing a literature review: Releasing D, Premkumar PS, Sarkar R, et al.
the social science research imagination. 2nd Environmental factors associated with high fly
Ed. SAGE Publications. London: SAGE densities and diarrhea in Vellore, India. Appl
Publications; 2018. 239 p. Environ Microbiol. 2015;81(17):6053–8.

13. Rader R, Bartomeus I, Garibaldi LA, Garratt 23. Barin A, Arabkhazaeli F, Rahbari S, Madani
MPD, Howlett BG, Winfree R, et al. Non-bee SA. The housefly, Musca domestica, as a
insects are important contributors to global possible mechanical vector of Newcastle
crop pollination. Proc Natl Acad Sci. disease virus in the laboratory and field. Med
2016;113(1):146–51. Vet Entomol. 2010;24(1):88–90.

14. Lalander C, Diener S, Magri ME, Zurbrügg C, 24. Adenusi AA, Adewoga TOS. Human intestinal
Lindström A, Vinnerås B. Faecal sludge parasites in non-biting synanthropic flies in
management with the larvae of the black Ogun State, Nigeria. Travel Med Infect Dis.
soldier fly (Hermetia illucens)-from a hygiene 2013;11(3):181–9.
aspect. Sci Total Environ. 2013;458-460:312–
8. 25. Pava-Ripoll M, Pearson RE, Miller AK, Tall
BD, Keys CE, Ziobro GC. Ingested Salmonella
15. Cickova H, Newton GL, Lacy RC, Kozanek M. enterica, Cronobacter sakazakii, Escherichia
The use of fly larvae for organic waste coli O157:H7, and Listeria monocytogenes:
treatment. Waste Manag. 2015;35:68–80. transmission dynamics from adult house flies
to their eggs and first filial (F1) generation
16. Shiell JY. Manure characteristics affecting the adults Applied microbiology. BMC Microbiol.
management of house fly (Musca domestica 2015;15(1):1–12.
L.) populations in duck production facilities.
Guelph, Ontario, Canada; 2015. 26. Nazari M, Mahrabi T, Hosseini SM, Alikhani
MY. Bacterial contamination of adult house
17. Barreiro C, Albano H, Silva J, Teixeira P. Role flies (Musca domestica) and sensitivity of these
of flies as vectors of foodborne pathogens in bacteria to various antibiotics, captured from
rural areas. ISRN Microbiol. 2013:1–7. Hamadan City, Iran. J Clin Diagnostic Res.
2017;11(4):DC04–7.
18. Guerra B, Fischer J, Helmuth R. An emerging
public health problem: Acquired 27. Kassiri H, Zarrin M, Veys-Behbahani R,
carbapenemase-producing microorganisms are Faramarzi S, Kasiri A. Isolation and
present in food-producing animals, their Identification of pathogenic filamentous fungi
environment, companion animals and wild and yeasts from adult house fly (Diptera:

210
Lalat: Vektor yang……..(Andiarsa)

Muscidae) captured from the 36. Shahmoradi Z, Abtahi-Naeini B, Pourazizi M,


hospitalenvironments in Ahvaz City, Meidani M. Creeping eruption of the hand in
Southwestern Iran. J Med Entomol. an Iranian patient: Cutaneous larva migrans.
2015;52(6):1351–6. Advanced Biomedical Research. 2014;3:263.

28. Chaiwong T, Srivoramas T, Sueabsamran P, 37. Chiodini P, David Manser. Parasitology User
Sukontason K, Sanford MR, Sukontason KL. manual. Tottenham City, England: Department
The blow fly, Chrysomya megacephala, and of Clinical Parasitology Hospital for Tropical
the house fly, Musca domestica, as mechanical Diseases; 2013. p. 1–27.
vectors of pathogenic bacteria in Northeast
Thailand. Trop Biomed. 2014;31(2):336–46. 38. Wang X, Wang J, Sun H, Xia S, Duan R, Liang
J, et al. Etiology of childhood infectious
29. Maleki-Ravasan N, Oshaghi MA, Hajikhani S, diarrhea in a developed region of China:
Saeidi Z, Akhavan AA, Gerami-Shoar M, et al. Compared to childhood diarrhea in a
Aerobic microbial community of insectary developing region and adult diarrhea in a
population of Phlebotomus papatasi. J developed region. PLoS One. 2015;10(11):1–
Arthropod Borne Dis. 2013;8(1):69–81. 14.

30. Blackburn JK, Van Ert M, Mullins JC, 39. Hotez PJ, Remme JHF, Buss P, Alleyne G,
Hadfield TL, Hugh-Jones ME. The Morel C, Breman JG. Combating tropical
necrophagous fly anthrax transmission infectious diseases: Report of the disease
pathway: empirical and genetic evidence from control priorities in developing countries
wildlife epizootics. Vector-Borne Zoonotic project. Clin Infect Dis. 2004;38(6):871–8.
Dis. 2014;14(8):576–83.
40. Schiller LR, Pardi DS, Spiller R, Semrad CE,
31. Bahrndorff S, Gill C, Lowenberger C, Surawicz CM, Giannella RA, et al. Gastro
Skovgard H, Hald B. The effects of 2013 APDW/WCOG Shanghai Working Party
temperature and innate immunity on Report: Chronic diarrhea: definition,
transmission of Campylobacter jejuni classification, diagnosis. J Gastroenterol
(Campylobacterales: Campylobacteraceae) Hepatol. 2014;29(1):6–25.
between life stages of Musca domestica
(Diptera: Muscidae). J Med Entomol. 2014 41. Squire SA, Ryan U. Cryptosporidium and
May;51(3):670–7. Giardia in Africa: current and future
challenges. Parasit Vectors. 2017;10(1):195.
32. Gao Y, Tang T, Gu J, Sun L, Gao X, Ma X, et
al. Downregulation of the Musca domestica 42. Butler JF, Garcia-Maruniak A, Meek F,
peptidoglycan recognition protein SC (PGRP- Maruniak JE. Wild florida house flies (Musca
SC) leads to overexpression of antimicrobial domestica) as carriers of pathogenic bacteria.
peptides and tardy pupation. Mol Immunol. Florida Entomol. 2010;93(2):218–23.
2015 Oct;67(2 Pt B):465–74.
43. Hald B, Skovgard H, Pedersen K, Bunkenborg
33. Tate AT, Graham AL. Dissecting the H. Influxed insects as vectors for
contributions of time and microbe density to Campylobacter jejuni and Campylobacter coli
variation in immune gene expression. in Danish broiler houses. Poult Sci.
Proceedings Biol Sci. 2017 Jul;284(1859). doi: 2008;87(7):1428–34.
10.1098/rspb.2017.0727.
44. Nazni WA, Seleena B, Lee HL, Jeffery J, TA
34. Gill C, Bahrndorff S, Lowenberger C. TR, Sofian MA. Bacteria fauna from the house
Campylobacter jejuni in Musca domestica: an fly, Musca domestica (L.). Trop Biomed.
examination of survival and transmission 2005;22(2):225–31.
potential in light of the innate immune
responses of the house flies. Insect Sci. 2017 45. Wardhana AH, Muharsini S. Kasus myiasis
Aug;24(4):584–98. yang disebabkan oleh Chrysomya bezziana di
Pulau Jawa. In: Seminar Nasional Teknologi
35. Soto-Arias JP, Groves RL, Barak JD. Peternakan dan Veteriner. 2005. p. 1078–84.
Transmission and retention of Salmonella
enterica by phytophagous hemipteran insects. 46. Jang M, Ryu SM, Kwon SC, Ha JO, Kim YH,
Appl Environ Microbiol. 2014;80(17):5447– Kim DH, et al. A case of oral myiasis caused
56. by Lucilia sericata (Diptera: Calliphoridae) in
Korea. Korean J Parasitol. 2013;51(1):119–23.

211
BALABA Vol. 14 No. 2, Desember 2018: 201-214

47. Kartini S. Kejadian Kecacingan pada Siswa Higiene. 2016;2(3):109.


Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Rumbai
Pesisir Pekanbaru. J Kesehat Komunitas. 57. Darmadi, Anita D. Uji mortalitas lalat runah
2016;3(2):53-58. (Musca domestica) setelah pemberian ekstrak
kulit duku (Lansium domesticum Corr.). J Anal
48. Pebriyanti IR, Nirmala F, Saktiansyah LOA. Kesehat Klin Sains. 2018;6(1):18–23.
Identifikasi kepadatan lalat dan sanitasi
lingkungansebagai vektor penyakit kecacingan 58. Pinardi T, Widyanita A. Variasi kadar liquid
di pemukiman sekitar rumah pemotongan smoke tempurung kelapa memiliki daya tolak
hewan (RPH) Kota Kendari tahun 2017. J Ilm terhadap lalat rumah (Musca domestica).
Mhs Kesehat Masy. 2017;2(6):1–10. Tunas-Tunas Ris Kesehat. 2018;8(1):11–5.

49. Kracalik I, Malania L, Tsertsvadze N, 59. Cirillo VJ. “ I Am the Baby Killer! ” House
Manvelyan J, Bakanidze L, Imnadze P, et al. flies and the spread of polio. Am Entomol.
Human cutaneous anthrax, Georgia 2010-2012. 2016;62(2):83–5.
Emerg Infect Dis. 2014;20(2):261–4.
60. Fasanella A, Adone R, Hugh-Jones M.
50. Von Terzi B, Turnbull PCB, Bellan SE, Beyer Classification and management of animal
W. Failure of sterne- and pasteur-like strains of anthrax outbreaks based on the source of
Bacillus anthracis to replicate and survive in infection. Ann Ist Super Sanità.
the Urban bluebottle blow fly Calliphora vicina 2014;50(2):192–5.
under laboratory conditions. PLoS One.
2014;9(1):1–7. 61. Liu Y, Yang Y, Zhao F, Fan X, Zhong W, Qiao
D, et al. Multi-drug resistant gram-negative
51. Pratama RN. Hubungan antara sanitasi enteric bacteria isolated from flies at Chengdu
lingkungan dan personal hygiene ibu dengan Airport, China. Southeast Asian J Trop Med
kejadian diare pada balita di Kelurahan Public Health. 2013;44(6):988–96.
Sumurejo Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang. J Chem Inf Model. 62. Usui M, Iwasa T, Fukuda A, Sato T, Okubo T,
2013;53(9):1689–99. Tamura. Y. The Role of flies in spreading the
extended-spectrum β-lactamase gene from
52. Bahrndorff S, Rangstrup-Christensen L, cattle. Microb Drug Resist. 2013;19(5):415-20.
Nordentoft S, Hald B. Foodborne disease
prevention and broiler chickens with reduced 63. Solà-Ginés M, González-López JJ, Cameron-
Campylobacter infection. Emerg Infect Dis. Veas K, Piedra-Carrasco N, Cerdà-Cuéllar M,
2013;19(3):425–30. Migura-Garcia L. Houseflies (Musca
domestica) as vectors for extended-spectrum β-
53. H DI, Gunandini DJ, Kardinan A. Pengaruh lactamase-producing Escherichia coli on
ekstrak kemangi (Ocimum basilicum forma Spanish broiler farms. Appl Environ Microbiol.
citratum) terhadap perkembangan lalat rumah 2015;81(11):3604–11.
(Musca domestica) (L.). J Entomol Indon.
2008;5(1):36–44. 64. Ommi D, Hemmatinezhad B, Hafshejani TT,
Khamesipour F. Incidence and antimicrobial
54. Muharsini S, Wardhana AH, Rijzaani H, resistance of Campylobacter and Salmonella
Amirhusein B. Karakterisasi isolat Bacillus from houseflies (Musca domestica) in kitchens,
thuringiensis dari beberapa daerah di Jawa dan farms, hospitals and slaughter houses. Proc
Sulawesi Selatan untuk kontrol biologi lalat Natl Acad Sci, India, Sect B Biol Sci.
Myasis Chrysomya bezziana. Jitv. 2017;87(4):1285-91.
2003;8(4):256–63.
65. Kavi LAK, Kaufman PE, Scott JG. Genetics
55. Tariyadi. Pengaruh tingkat konsentrasi efektif and mechanisms of imidacloprid resistance in
microorganism 4 (EM4) terhadap kepadatan house flies. Pestic Biochem Physiol.
lalat di peternakan sapi (studi di Desa 2014;109:64–9.
Sidomukti Kecamatan Badungan Kabupaten
Semarang). Universitas Diponegara; 2016. 66. Roca M, Miralles-Marco A, Ferré J, Pérez R,
Yusà V. Biomonitoring exposure assessment to
56. Aliah N, Susilawaty A, Ibrahim IA. Uji contemporary pesticides in a school children
efektivitas ekstrak daun cengkeh (Syzigium population of Spain. Environ Res.
aromaticum) sebagai repellent semprot 2014;131:77–85.
terhadap lalat rumah (Musca domestica).

212
Lalat: Vektor yang……..(Andiarsa)

67. McKelvey W, Jacobson JB, Kass D, Barr DB, 2013;7(12):562–6.


Davis M, Calafat AM, et al. Population-based
biomonitoring of exposure to organophosphate 76. Andiarsa D, Setyaningtyas DE, Fadily A,
and pyrethroid pesticides in New York city. Hidayat S, Hairani B. Efektivitas penggunaan
Environ Health Perspect. 2013;121(11- Manitoba Trap dalam surveilans penyakit
12):1349–56. bersumber lalat di Kab. Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan. BALABA.
68. Hassan HAA. Control of fruit flies (Diptera: 2016;12(2):79–88.
Tephritidae) using an environmentally safe
methods in Shendi area, Sudan. University of 77. Prasetya RD, Yamtana, Amalia R. Pengaruh
Shendi; 2015. variasi warna lampu pada alat perekat lalat
terhadap jumlah lalat rumah (Musca
69. Kumar P, Mishra S, Malik A, Satya S. domestica) yang terperangkap. BALABA.
Biocontrol potential of essential oil 2015;11(1):29–34.
monoterpenes against housefly, Musca
domestica (Diptera: Muscidae). Ecotoxicol 78. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes No 65
Environ Saf. 2014;100:1–6. Tahun 2017. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, No. 65 Tahun 2017
70. Banks IJ, Gibson WT, Cameron MM. Growth Indonesia; 2017 p. 32.
rates of black soldier fly larvae fed on fresh
human faeces and their implication for 79. Sule ET, Saefullah K. Pengantar manajemen.
improving sanitation. Trop Med Int Heal. Edisi 1. Jakarta: Kencana PMG; 2008. 426 p.
2014;19(1):14–22.
80. Simamora H. Manajemen sumber daya
71. Nurita AT, Hassan AA. Filth flies associated manusia. Edisi 3. Yogyakarta: STIE YKPN;
with municipal solid waste and impact of delay 2006. 702 p.
in cover soil application on adult filth fly
emergence in a sanitary landfill in Pulau 81. Phoku JZ, Barnard TG, Potgieter N, Dutton
Pinang, Malaysia. Bull Entomol Res. MF. Fungi in housefly (Musca domestica L.) as
2013;103(3):296–302. a disease risk indicator-A case study in South
Africa. Acta Trop. 2014;140:158–65.
72. Achiano KA, Giliomee JH. Food-,
temperature- and crowding-mediated 82. Acharya N, Seliga RA, Rajote EG, Jenkins NE,
laboratory dispersal of Carcinops pumilio Thomas MB. Persistence and efficacy of a
(Erichson) (Coleoptera: Histeridae), a predator Beauveria bassiana biopesticide against the
of house fly (Diptera: Muscidae) eggs and house fly, Musca domestica, on typical
larvae. African Entomol [Internet]. structural substrates of poultry houses.
2008;16(1):115–21. Available from: Biocontrol Sci Technol. 2015;25(6):697–715.
https://journals.co.za/content/ento/16/1/EJC327
52

73. de Azevedo L, Emberson R, Esteca F, de


Moraes G. Macrochelid mites (Mesostigmata:
Macrochelidae) as biological control agents. In:
Carrillo D, de Moraes G, Peña J, editors.
Prospects for biological control of plant
feeding mites and other harmful organisms.
Progress in biological control. Cham: Springer;
2015.

74. Lee Y-K, Lee C-K, Choi J, Yoon S-M, Hart


RJ. Tourism‟s role in urban regeneration:
examining the impact of environmental cues on
emotion, satisfaction, loyalty, and support for
Seoul's revitalized Cheonggyecheon stream
district. J Sustain Tour. 2014;22(5):726–49.

75. Setyowati R, Mulasari SA. Pengetahuan dan


Perilaku ibu rumah tangga dalam pengelolaan
sampah plastik. Kesehat Masy Nas.

213
BALABA Vol. 14 No. 2, Desember 2018: 201-214

214

Anda mungkin juga menyukai