NIM : 041169554
Mata Kuliah : Komunikasi Bisnis
Ada 7 butir yang perlu diperhatikan untuk berkomunikasi lintasbudaya. Butir tersebut
adalah sebagai berikut.
Mencoba untuk menjadi orang yang mampu melakukan refleksi diri sehingga bisa
menyadari kesulitan-kesulitan komunikasi yang dirasakan sendiri. Ini menjadi perhatian
karena komunikasi merupakan proses dua arah yang membuat kita adakalanya menjadi
komunikan, sehingga selain memerlukan kepandaian berbicara juga perlu kepandaian
menyimak.
Memiliki kepekaan terhadap kenyataan bahwa Bahasa tertentu merupakan Bahasa asing
bagi orang lain. Misalnya. Bahasa Inggris merupakan Bahasa kedua atau ketiga bagi
kebanyakan masyarakat di Asia dan Afrika. Bahkan meski Bahasa Inggris ini dituturkan
oleh orang Inggris, Amerika, dan Australia namun harus disadari ada perbedaan
memaknai ungkapan pada tiga bangsa penutur Bahasa Inggris tersebut.
Berupaya agar komunikasi yang kita lakukan itu bisa menyampaikan pesan yang jelas,
sederhana dan tidak bermakna ganda. Oleh sebab itu, bila mengajukan pertanyaan
hendaknya tidak mengajukan serentetan pertanyaan pada orang yang berbeda budayanya
dengan kita, melainkan lebih baik mengajukan pertanyaan satu demi satu.
Mencoba bersikap inklusif sehingga kita membangkitkan suasana yang dirasakan anggota
tim yang berbeda budayanya itu merasa sebagai orang yang dihargai perspektifnya. Di
samping itu, penting juga anggota tim merasa senang dan memahami apa yang kita
lakukan dengan sikap inklusif tersebut.
Menyadari adanya perbedaan waktu dan cara kerja guna menjaga perasaan setiap orang
bahwa dirinya dilibatkan dan ada penghargaan terhadap perbedaan yang ada.
Membuka dan menutup percakapan. Ini penting diperhatikan karena budayanya yang
berbeda memiliki adat kebiasaan yang berbeda tentang siapa yang berbicara pada siapa,
kapan, dan bagaimana serta siapa yang dipandang berhak, atau bahkan kewajiban, untuk
memulai suatu pembicaraan, dana pa yg tepat untuk menyimpulkan percakapan.
Mengubah peran dalam percakapan . pada beberapa kebudayaan, cara yang paling baik
merubah peran dalam percakapan adalah dengan cara interaktif. Artinya peran sebagai
pembicara dan pendengar berganti-ganti karena kedua belah pihak. Pada kebudayaan
yang lain, justru dianggap sangat penting lawan bicara menyelesaikan dulu semua yang
hendak disampaikannya, baru kemudian kita berbicara untuk memberi komentar atau
sekedar memberi tanggapan.
Jeda percakapan. Ada kalanya, saat kita bicara kita berdiam sejenak, barang beberapa
detik. Rupanya makna berdiam sejenak itu berbeda-beda pada setiap kebudayaan. Pada
kebudayaan tertentu, berdiam sejenak dipandang sebagai bentuk memikirkan semua apa
yang dikatakan dengan penuh pertimbangan, namun pada saat yang ain bisa saja ini
dipandang sebagai sikap bermusuhan. Bagi masyarakat Barat, berdiam selama 20 detik
dalam percakapan dipandang sebagai kekurangnyamanan, dan banyak orang akan merasa
tidak enak dengan suasana seperti tu. Namun pada masyarakat lain dipandang sebaliknya.
Topik percakapan yang tepat. Ada beberapa topik yang bila dibicarakan dipandang tidak
tepat. Berbicara mengenai uang atau harta kekayaan secara terbuka, pada satu masyarakat
dianggap sebagai bentuk kesombongan namun pada masyarakat lain jutru dipandang
sebagai tanda keakraban dan kedekatan.
Humor sering kali dianggap sebagai bumbu percakapan yang berfungsi membangun
keakraban dan kedekatan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa membangun
kedekatan dengan humor. Namun hendaknya Ini tidak kita pandang universal, atau
berlaku untuk semua situasi. Pada orang yang baru kita kenal dan sedang berdua, tidak
sepatutnya kita berhumor.
Tahu seberapa banyak kita berbicara. Ini salah satu persoalan dalam komunikasi
lintasbudaya. Kita tidak memiliki ukuran atau takaran, seberapa banyak orang dianggap
patut dalam berbicara. Bagi satu kelompok budaya, pembukaan yang sekedar basa-basi
tidak begitu disukai, sehingga dipandang lebih baik berbicara langsung dalam pokok
permasalahan. Pada masyarakat yang lain, pembukaan yang panjang lebar bagian dari
kesantunan dan menunjukkan diri sebagai manusia yang beradab.
Menyusun tahapan untuk unsur-unsur percakapan. Bila kita berbicara isu yang sensitive,
permasalahan yang muncul biasanya pada saat mana kita dianggap tidak tepat untuk
memulai berbicara isu sensitive itu. Disinilah kita perlu memiliki kepekaan kapan saat
yang tepat untuk mulai masuk ke dalam pokok bahasan yang sensitif itu, dengan
mempertimbangkan budaya. Karena bisa saja, pertanyaan yang sudah kita anggap pas
yang disampaikan secara tepat pula, bisa dipandang terlalu dini disampaikan atau terlalu
lambat untuk diajukan, yang bisa dipandang dan dimaknaii secara berbeda oleh setiap
orang pada budaya yang berbeda.
1. Beberapa “jebakan” dalam praktik komunikasi bisnis antarbudaya disadari atau tidak,
adakalanya kita menanamkan sikap-sikap yang sesungguhnya justru merupakan kendala
atas berlangsungnya komunikasi antarbudaya yang menghargai perbedaan budaya. Kita
menafikan keragaman budaya, dan memandang dalam alam bawah sadar kita dunia ini
diisi oleh orangorang yang sama dalam segala hal. Implementasikan komponen-
komponen “Jebakan-jebakan” sikap tersebut yang perlu diperhatikan!
Etnosentrisme, yaitu orang yang memandang bahwa kelompok etniknya atau budayanya
yang paling baik di dunia ini. Pada sikap ini sesungguhnya tercermin ketidakmampuan
untuk menerima apa saja yang menjadi pandangan dunia orang lain.
Diskriminasi, yaitu memberikan perlakuan yang berbeda pada individu karena statusnya
sebagai minoritas. Diskriminasi ini bisa dalam bentuk nyata, seperti yang pernah terjadi
di Afrika Selatan melalui diskriminasi rasial, bisa juga terjadi karena persepsi yang
memandang perlu dilakukan pembedaan dalam memperlakukan kelompok atau etnis
tertentu.
Pemaksaan budaya yaitu keyakinan yang menyatakan bahwa semua orang hendaknya
menyesuaikan diri dengan mayoritas. Orang diabaikan memiliki perbedaan, bila pun
memiliki perbedaan diharuskan untuk mengikuti pada spa yang dianut mayoritas.