Proposalxx Compressed Compressed Compressed Compressed
Proposalxx Compressed Compressed Compressed Compressed
PROPOSAL PENELITIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah segala kekeruhan pada lensa mata yang merupakan penyebab
Prevalensi kebutaan usia >6 tahun di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 sebesar 0,4% dengan prevalensi katarak semua umur sebesar
1,8%.1
kongenital, juvenil dan senilis. Katarak senilis adalah katarak yang terjadi
karena proses degeneratif atau pertambahan usia dan terjadi mulai usia 50 tahun
keatas. Bentuk katarak ini adalah yang paling banyak terjadi, yaitu hampir 90%
Penanganan definitif katarak senilis adalah dengan bedah katarak yang terus
dimaksudkan untuk mencapai tujuan utama bedah katarak yaitu optimalisasi tajam
menurun seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun angka
1
meningkat karena tingginya prevalensi pasien katarak dengan gangguan fungsi
visual yang bermakna dan membutuhkan terapi definitif berupa tindakan bedah.
2
The Collaborative Eye Disease Prevalence memprediksi akan terjadi peningkatan
angka bedah katarak sebanyak 50% selama lebih dari dua dekade ke depan dari
6.7 juta pasien pada tahun 2000 menjadi 10 juta pasien pada 2020, sehingga
kualitas hidup dan finansial yang cukup berarti, oleh karena itu kewaspadaan
4-6
sehingga dapat dilakukan penanganan dan pencegahan yang sesuai.
Pasien yang telah dilakukan bedah katarak sering mengeluh gejala mata kering dan
iritasi. Keluhan tersebut dapat muncul segera setelah tindakan bedah dan mengalami
7-12
perbaikan pada waktu yang bervariasi.
Keluhan mata kering tersebut dapat terjadi karena kerusakan struktur kornea akibat
pembedahan, efek samping dari obat anestesi topikal, dan obat-obatan tetes mata
8-10
berpengawet, serta pajanan dari sinar mikroskop. Hal-hal tersebut dapat mendorong
lapisan air mata ke dalam suatu siklus yang saling berkaitan, yaitu instabilitas air mata,
11
hiperosmolaritas, apoptosis sel konjungtiva dan kornea, dan inflamasi.
Air mata buatan adalah terapi lini pertama untuk mata kering. Air mata buatan
meningkatkan volume air mata, meminimalisir desikasi, dan melubrikasi permukaan okular,
13,14
kering. Beberapa diantara jenis air mata buatan yang tersedia adalah air mata buatan
yang mengandung sodium hyaluronat dan air mata buatan yang mengandung elektrolit.
Penelitian sebelumnya mengenai penggunaan beberapa jenis air mata buatan, seperti
HPMC, CMC, dan HP-Guar, pada pasien pascabedah katarak sudah pernah dilakukan dan
memberikan hasil yang baik. Penggunaan sodium hyaluronat pada pasien dengan sindroma
11,15-17
mata kering juga menunjukkan pengaruh yang baik. Air mata buatan dengan
kandungan elektrolit terbukti membantu memperbaiki permukaan kornea yang rusak dan
4-6,8-14,18-23
memperbaiki stabilitas air mata.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik suatu permasalahan yaitu adakah
perbedaan stabilitas air mata antara pasien pasca bedah katarak yang diberikan air mata
buatan sodium hyaluronat 0,1% dengan air mata buatan yang mengandung elektrolit
sodium hyaluronat 0,1% dengan larutan yang mengandung elektrolit terhadap stabilitas air
1. Mengetahui nilai TBUT (tear break up time) dan nilai tes Schirmer I pasien
pasca bedah katarak dengan penggunaan air mata buatan yang mengandung
2. Mengetahui nilai TBUT (tear break up time) dan nilai tes Schirmer I pasien
pasca bedah katarak dengan penggunaan air mata buatan yang mengandung
elektrolit
3. Membandingkan nilai TBUT (tear break up time) dan nilai tes Schirmer I
pasien pasca bedah katarak dengan penggunaan air mata buatan yang
mengandung sodium hyaluronat 0,1% dan air mata buatan yang mengandung
elektrolit.
4
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nilai TBUT (tear break
up time) dan nilai tes Schirmer I pasien pasca bedah katarak dengan penggunaan air mata
buatan yang mengandung sodium hyaluronat 0,1% dan air mata buatan yang mengandung
1.5 Orisinalitas
Penelitian mengenai perbandingan pengaruh pemberian dua jenis air mata buatan
terhadap stabilitas air mata pasien pasca bedah katarak pernah dilakukan oleh Anita
Oktaputri, Mayang Rini, Budiman pada tahun 2017 yang berjudul perbandingkan pengaruh
pemberian air mata buatan yang mengandung sodium hyaluronat 0,1% dengan larutan yang
mengandung elektrolit terhadap stabilitas air mata pasien pasca bedah katarak. Penelitian
yang diusulkan mempunyai perbedaan dengan penelitian diatas antara lain penelitian Anita
Oktaputri dilakukan di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung sedangkan penelitian ini
dilakukan di RSUP Sanglah. Perbedaan lainnya ialah pada penelitian Anita Oktaputri bedah
ini bedah katarak yang dilakukan menggunakan metode SICS. Secara garis besar, perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah variabel kontrol dan objek penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katarak
elektrolit, karena denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya.25 Sekitar 90%
kasus katarak berkaitan dengan usia; penyebab lain adalah kongenital dan trauma.25
Lensa adalah bagian dari bola mata yang berbentuk bikonveks, avaskular,
transparan, terletak di belakang iris dan di depan vitreus, ditopang oleh Zonula Zinii
yang melekat ke korpus siliaris (Gambar 1). Lensa terdiri dari kapsul, epitel, korteks,
dan nukleus (Gambar 2). Kapsul lensa yang bersifat elastik berfungsi untuk
2.1.2 Epidemiologi
Definisi kebutaan menurut WHO yaitu visus < 3/60 pada mata terbaik
kebutaan kedua mata akibat katarak.29 Jumlah ini hampir setengah (47,8%) dari
Tenggara sebesar 1,5% dan 50% di antaranya disebabkan katarak.25 Jumlah ini
lingkungan, dan faktor protektif. Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin,
protektif meliputi penggunaan aspirin dan terapi pengganti hormon pada wanita.25
7
2.1.3 Klasifikasi Berdasarkan Usia
infantil).25
daya akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak senilis. Katarak senilis merupakan
90% dari semua jenis katarak.25 Terdapat tiga jenis katarak senilis berdasarkan
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna lensa
slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga asimetris.
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi protein pada
sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral, asimetris, dan menimbulkan
gejala silau jika melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan
bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat
2.1.4.1 Iminens/Insipiens
Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa masih
ringan, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan iris normal, bilik
mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta shadow test
negatif.24, 25, 32
9
2.1.4.2 Imatur
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa bertambah dan visus mulai menurun
menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa bertambah akibatnya iris terdorong dan bilik
mata depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi
2.1.4.3 Matur
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus
menurun drastic menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan dalam
2.1.4.4 Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi
turun dari kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah
sangat menurun hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis
depan dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif palsu.24, 25, 32
2.1.5 Tatalaksana
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah. Beberapa
Keputusan melakukan tindakan bedah tidak spesifik tergantung dari derajat tajam
anisometrop.25 Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara
lensa ke bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga menghalangi pandangan
glaukoma.25
2.2 Dry Eyes
2.2.1 Definisi
oleh National Eye Institute pada tahun 1995 merupakan sebuah gangguan lapisan
air mata akibat defisiensi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan yang
International Dry Eye Workshop pada tahun 2007 mendefinisikan dry eye
syndrome sebagai penyakit multifaktorial pada lapisan air mata dan permukaan
mata. Kondisi tersebut disertai dengan hiperosmolaritas pada lapisan air mata dan
merupakan kelainan yang bersifat multifaktorial. Berikut ini disajikan tabel yang
memperlihatkan faktor-faktor risiko untuk terjadinya dry eye menurut Dry Eye
permukaan mata dan melepaskan mediator inflamasi kedalam air mata. Dry eye
dapat menstimulasi saraf mata sehingga menyebabkan luka pada epitel. Hilangnya
12
normal musin pada permukaan mata menyebabkan naiknya resistensi friksi antara
kelopak mata dan bola mata. Selama periode ini terjadi inflamasi neurogenik di
dalam kelenjar. Penyebab utama hiperosmolar pada air mata adalah penurunan
aliran air mata (low lacrimal flow) akibat kegagalan kerja kelenjar lakrimal dan
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dengan kelembapan rendah, aliran udara yang
Penghantaran air mata dapat terhalangi oleh jaringan parut konjungtiva atau
hilangnya reflek sensoris yang menuju jaringan lakrimal dari permukaan mata.
dan reflek sekresi air mata menurun. Berbagai etiologi dapat menyebabkan mata
kering melalui mekanisme blok reflek sekretoris termasuk bedah refraktif (LASIK
dry eye syndrome diklasifikasikan menjadi dua yaitu Aqueous Deficient Dry Eye
(ADDE) dan Evaporative Dry Eye (EDE). Pada ADDE terjadi gangguan fungsi
lakrimal sehingga mengakibatkan suatu pengurangan arus dan volume cairan mata.
Pada kondisi ini air mata memiliki komposisi tertentu sehingga menyebabkan
terjadi penguapan dengan cepat. Pada pasien dry eye syndrome hanya ditemukan
10% yang mengalami ADDE, 35% mengalami EDE sedangkan sisanya adalah
2007, dry eye syndrome dibagi menjadi tiga berdasarkan gejalanya yaitu ringan
(mild), sedang (moderate) dan berat (severe) (Lemp et al., 2007). Pada kasus ringan
(mild), gejala yang muncul adalah scratchiness, terbakar, atau menyengat, dan
pengaburan ringan ketika lapisan air mata terganggu. Pada kasus sedang (moderate)
ditandai dengan ketidak nyamanan mata, dan ketajaman mata secara visual
terganggu. Sedangkan pada kasus berat (severe) keadaan mata kering semakin
parah, lapisan air mata cepat terputus, lapisan air mata mengalami debris, kelopak
mata terlihat lebih meniskus, meningkatnya mukosa dalam air mata, pewarnaan
cluster.60
2.2.5 Diagnosis
paling sering digunakan sebagai alat untuk menilai dry eye. Telah digunakan pada
Inc.,Irvine,CA). Terdiri dari 12 bagian yang menilai gejala , batas fungsi, dan faktor
Katarak atau kekeruhan dari lensa kristalina termasuk age related cataract
yang juga merupakan salah satu penyebab kebutaan di atas umur 40 tahun
merupakan kondisi umum yang tidak dapat di cegah. Diperkirakan hampir sekitar
18 juta orang di dunia menderita buta akibat katarak bilateral, namun intervensi
operasi katarak merupakan kondisi yang paling cost –effective dan memberikan
berpotensi mengganggu mekanisme umpan balik sensorik yakni cabang dari nervus
saraf pusat yang kemudian sinyal efferent ke glandula lakrimal, proses normal ini
dibutuhkan untuk kestabilan lapisan air mata dan produksi basal air mata.56
operasi serta durasi operasi juga berkontribusi mengakibatkan dry eye sehingga
Dry eye syndrome ditandai dengan gejala berkurangnya cairan air mata,
gangguan pada permukaan mata, dan gejala tidak nyaman pada mata. Faktor
resiko penyakit mata kering adalah umur, defisiensi androgen, terapi estrogen
54
pada wanita posmenopause, pengguna antihistamin sistemik, bedah refraktif,
terapi radiasi, defisiensi vitamin A, infeksi hepatitis C, dan transplantasi stem sel
hematopoietic.85
secara apoptosis, hilangnya sel goblet, dan gangguan sel musin, sehingga
pemberian artificial tears (air mata buatan) sebagai pengganti air mata. Namun
penggunaan artificial tears juga perlu diperhatikan oleh karena artificial tears
penguapan cairan mata, EDTA dapat menyebabkan alergi dan keratitis pada kornea
Tindakan terapi
Perawatan pembedahan
topikal sistemik
3.3 Hipotesis
1. Didapatkan perbedaan stabilitas air mata pada pasien yang diberikan air mata
buatan sodium hyaluronat 0,1% dengan pasien yang diberikan air mata
buatan yang mengandung elektrolit.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Sanglah Denpasar.
Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis desain paralel tanpa matching
tersamar ganda. Pengambilan data dilakukan secara langsung pada pasien pasca
4.4 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah pasien yang telah menjalani Tindakan
58
4.4.2 Kriteria Eksklusi
mata buatan)
dibagi menjadi 2 kelompok secara blok permutasi acak, yaitu kelompok yang
diberikan air mata buatan sodium hyaluronat 0,1% dan kelompok yang diberikan
4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Variabel Bebas o Air mata buatan yang
4.7.1 Bahan
4.7.2 Alat
2) timer
3) penggaris
oleh air mata diukur dalam milimeter. Bila hasilnya kurang dari 10 mm,
2) Pasca bedah seluruh pasien diberikan terapi obat tetes kombinasi tetap
antibiotic dan steroid tanpa pengawet sebanyak enam kali dalam satu
hari selama satu minggu dan dosis tapering off pada minggu
selanjutnya serta diberikan terapi tambahan tetes air mata buatan tanpa
hari selama empat minggu pascabedah, tanpa mengetahui obat apa yang
terikat tahap pertama, yaitu tes TBUT dan tes Schirmer I oleh dokter
spesialis mata.
4 minggu pascabedah
23
7) Pengaruh air mata buatan yang lebih baik dinilai dengan melihat
persentase kenaikan nilai TBUT dan nilai tes Schirmer I pada minggu
pengambilan data
d. Analisis data
Uji statistik yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan untuk membandingkan
dua rata-rata perbedaan (antar kelompok); atau uji MannWhitney jika data tidak
Semua perhitungan akan menggunakan program SPSS for Windows versi 15.0.